Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN HASIL PENELITIAN MENGENAI FINANCIAL DISTRESS

No.
1.

2.

Peneliti
(Tahun)
Kusanti, Okta
(2015)
Pengaruh
Good
Coprorate
Governance
dan
Rasio
Keuangan
Terhadap
Financial
Distress

Ellen
dan
Juniarti (2013)
Penerapan
Good
Corporate
GovernanceD
ampaknya
Terhadap
Prediksi
Financial

Isu (Objek)

Variabel Penelitian

Pengukuran Variabel

Penyebab
krisis
ekonomi
di
Indonesia
adalah
buruknya
pelaksanaan Good
Corporate
Governance yang
dilatarbelakangi
oleh agency theory
yang muncul akibat
kepengurusan
terpisah
dari
kepemilikannya.

Variabel
dependen
adalah
financial
distress (Y).

Financial
distress
diukur
menggunakan interest coverage
ratio (ICR < 1, indikasi
mengalami financial distress)
dan variabel dummy (0 =
financial distress dan 1= bukan
financial distress).
GCG: kepemilikan institusional
dan manajerial diukur dengan
persentase kepemilikan saham.
Dewan
direksi,
dewan
komisaris dan komite audit
diukur dengan jumlah anggota
pada perode t.
Rasio keuangan: likuiditas
diproksikan: current ratio;
leverage diproksikan: total debt
to total asssets; operating
capacity diproksikan: total
assets
turn
over
dan
profitabilitas diproksikan: net
profit margin

Good
Corporate
Governance (GCG)
adalah sistem yang
digunakan
oleh
perusahaan
besar
untuk memperbaiki
kinerja
dan
meningkatkan nilai
perusahaannya.
Dengan

Variabel
independen
adalah:
GCG terdiri dari
kepemilikan
institusional (X1),
kepemilikan
manajerial
(X2),
jumlah
dewan
direksi
(X3),
jumlah
dewan
komisaris
(X4),
jumlah
komite
audit (X5).
Rasio
keuangan
terdiri
dari
likuiditas
(X6),
leverage
(X7),
operating capacity
(X8), profitabilitas
(X10)
Variabel
dependen
adalah
financial
distress (Y).
Variabel
independen
adalah good corporate
governance
(GCG)
(X1), leverage ratio
(X2), inventory turn
over ratio (X3) dan

Financial
distress
diukur
dengan kriteria: net income
negatif dan retained earnings
negatif. Kemudian scoring
dilakukan dengan variabel
dummy (1 = kriteria terpenuhi
dan 0 = salah satu kriteria tidak
terpenuhi).
GCG diukur dengan hasil
scoring dari komite audit

Populasi dan
Sampel
Populasi
penelitian yaitu
seluruh
perusahaan
manufaktur di
BEI
periode
2010-2013.
Metode
pengambilan
sampel
menggunakan
purposive
sampling.
Sampel
akhir
diperoleh
14
perusahaan
dengan 56 tahun
pengamatan.

Populasi
penelitian yaitu
seluruh
perusahaan
aneka industri
dan
barang
konsumsi yang
terdafrtar
di
BEI.
Metode

Teknik Analisis

Hasil

Hipotesis diuji
dengan
pengujian
regresi logistik.
Selain
itu
dilakukan juga
uji
statistik
deskriptif dan
uji
asumsi
klasik.

Kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial, jumlah
dewan komisaris,
jumlah
komite
audit,
likuiditas,
leverage,
dan
profitabilitas tidak
berpengaruh
terhadap financial
distress.
Jumlah
dewan
direksi berpengaruh
negatif
terhadap
financial distress.
Operating capacity
berpengaruh positif
terhadap financial
distress.

Teknik analisis
data
yang
digunakan
adalah
uji
kesesuaian
model dengan
uji Hosmer dan
Lemeshow, uji
Chi-square, uji
-2loglikelihood,

GCG Score dan


leverage
ratio
dalam model 1,2
dan
3
serta
inventory turn over
ratio model 1 tidak
signifikan
memprediksi suatu
perusahaan
terindikasi

3.

Distress Pada
Sektor Aneka
Industri Dan
Barang
Konsumsi

menerapkan GCG
maka nilai saham
perusahaan tersebut
akan di nilai lebih
tinggi.

current ratio (X4).

(25%), dewan komisaris (35%)


dan
struktur
kepemilikan
(40%).
Current ratio dihitung dengan
assets dibagi kewajiban lancar.
Leverage ratio dihitung dengan
total debt dibagi total assets
Inventory turn over ratio
dihitung dengan COGS dibagi
average inventory.

penentuan
sampel
menggunakan
purposive
sampling.
Sampel
penelitian
adalah
65
perusahaan
aneka industri
dan
barang
konsumsi.

uji
multikolinieritas
dan uji hipotesis
(uji Wald) dan
model analisis
diskriminan
untuk 3 model
periode 20082010

financial distress.
Current
ratio
dalam model 1,2
dan
3
serta
inventory turn over
ratio model 2 dan 3
bernilai
negatif
signifikan terhadap
kemungkinan
perusahaan
mengalami
financial distress.

Mayangsari,
Lillananda
Putri (2015)
Pengaruh
Good
Corporate
Governance
Dan Kinerja
Keuangan
Terhadap
Financial
Distress

Di Indonesia, isu
mengenai
corporate
governance
mengemuka setelah
krisis
ekonomi
tahun 1998 dan
skandal di dunia
bisnis antara lain
kasus PT. Kimia
Farma.
Sehingga
corporate
covernance mutlak
diperlukan
untuk
memprediksi
kondisi krisis suatu
perusahaan.

Variabel
adalah
distress(Y).

Financial distress diproksikan


menggunakan interest coverage
ratio (ICR < 1, indikasi
mengalami financial distress)
dan variabel dummy (0 =
financial distress dan 1= bukan
financial distress).
Ukuran dewan direksi diukur
dengan jumlah anggota dewan
direksi pada periode t termasuk
CEO.
Ukuran dewan komisaris diukur
dengan jumlah anggota dewan
komisaris pada periode t.
Kepemilikan manajerial diukur
dengan persentase kepemilikan
saham
oleh
manajemen
dibandingkan dengan jumlah
saham yang beredar.
Kepemilikan
institusional
diukur
dengan
persentase
kepemilikan
saham
oleh
institusi dibandingkan dengan
jumlah saham yang beredar.
Ukuran komite audit diukur

Populasi
penelitian yaitu
seluruh
perusahaan
manufaktur di
BEI
periode
2011-2013.
Metode
penentuan
sampel
yang
digunakan
adalah
purposive
sampling.
Sampel
akhir
penelitian
adalah sebesar
148 perusahaan.

Teknik analisis
data
yang
digunakan
adalah
model
regresi logistik,
analisis statistik
deskriptif dan
uji
asumsi
klasik.

Ukuran
dewan
direksi
dan
profitabilitas
berpengaruh
negatif terhadap
financial distress.
Ukuran
dewan
komisaris,
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
ukuran
komite
audit
dan
leverage
tidak
berpengaruh
terhadap
financial distress.

dependen
financial

Variabel
independen
adalah ukuran dewan
direksi (X1), ukuran
dewan komisaris (X2),
kepemilikan manajerial
(X3),
kepemilikan
institusional
(X4),
ukuran komite audit
(X5),
profitabilitas
(X6) dan leverage
(X7).

dengan perbandingan jumlah


komite
audit
independeen
dengan jumlah anggota dewan
komisaris.
Profitabilitas
diproksikan
dengan return on assets (ROA).
Leverage
diukur
dengan
perbandingan utang lancar
dibagi dengan total aset.
4.

Deviacita dan
Ahmad (2012)
Analisis
Pengaruh
Mekanisme
Corporate
Governance
Terhadap
Financial
Distress

Di Indonesia, isu
tentang penerapan
good
corporate
governance cukup
berkembang pesat
yang
disebabkan
oleh
manfaatnya
atas kontrol yang
ketat
untuk
mengantisipasi
kemungkinan
terjadinya financial
distress.

Variabel
dependen
adalah
financial
distress (Y).
Variabel
independen
adalah
kepemilikan
manajerial
(X1),
kepemilikan
institusional
(X2),
ukuran
dewan
komisaris
(X3),
proporsi
komisaris
independen
(X4),
aktivitas
dewan
komisaris (X5) dan
keahlian komite audit
(X6).

Financial
distress
diukur
dengan model Altman (Z
score).
Kepemilikan manajerial diukur
dengan
persentase
jumlah
saham
yang
dimiliki
manajemen
dibagi
jumlah
saham yang beredar.
Kepemilikan
institusional
diukur
dengan
persentase
jumlah saham yang dimiliki
institusi dibagi jumlah saham
yang beredar.
Ukuran dewan komisaris diukur
dengan jumlah anggota dewan
komisaris termasuk komisaris
independen.
Proporsi komisaris independen
diukur dengan perbandingan
jumlah
anggota
komisaris
independen
dengan
total
anggota komisaris independen.
Aktivitas dewan komisaris
diukur dengan jumlah rapat
yang dilakukan oleh dewan
komisaris.
Keahlian komite audit diukur

Populasi
penelitian yaitu
seluruh
perusahaan
manufaktur di
Indonesia.
Metode
penentuan
sampel
menggunakan
metode
purposive
sampling.
Sampel
akhir
penelitian
adalah
141
perusahaan.

Teknik analisis
data
yang
digunakan
adalah analisis
regresi
linier
berganda. Seiain
itu
dilakukan
juga
analisis
statistik
deskriptif dan
uji
asumsi
klasik.

Kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional dan
keahlian komite
audit berpengaruh
negatif signifikan
terhadap
financial distress.
Ukuran
dewan
komisaris,
proporsi anggota
dewan komisaris
dan
aktivitas
dewan komisaris
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
financial distress.

5.

Almilia,
Luciana Spica
(2006)
Prediksi
Kondisi
Financial
Distress
Perusahaan
Go-Public
dengan
Menggunakan
Analisis
Multinomial
Logit

Penelitian
ini
mengembangkan
model
prediksi
untuk
mengantisipasi
financial
distress
dengan
menggunakan rasio
keuangan
pada
kondisi yaitu laba
bersih negatif dan
nilai buku ekuitas
negatif.

Variabel
dependen
adalah
financial
distress (Y).
Variabel
independen
adalah rasio keuangan
yang meliputi: profit
margin (X1), likuiditas
(X2), efisiensi (X3),
profitabilitas
(X4),
financial leverage (X5)
dan posisi kas (X7) dan
pertumbuhan ( X8).

dengan jumlah anggota yang


memiliki keahlian keuangan,
pengetahuan tentang industri
perusahaan dan pengalaman.
Financial
distress
sebagai
variabel
dependen
diukur
menggunakan variabel dummy,
(0 = perusahaan sehat dan 1 =
perusahaan yang mengalami
financial distress).
Variabel
independen
yaitu
profit
margin,
likuiditas,
efisiensi,
profitabilitas,
financial leverage, posisi kas,
pertumbuhan
diukur
berdasarkan pada rasio neraca,
laporan laba rugi dan laporan
arus kas dari aktivitas operasi,
pendanaan
dan
investasi.
(rincian pengukuran rasio
lebih lengkap dijelaskan pada
artikel)

Populasi
penelitian yaitu
seluruh
perusahaan yang
terdaftar
di
Bursa
Efek
Jakarta. Sampel
penelitian
dikelompokkan
menjadi
dua
yaitu kelompok
pertama untuk
perusahaan yang
selama 2 tahun
mengalami laba
bersih
negatif
dan kelompok
kedua
untuk
perusahaan yang
selama 2 tahun
mengalami laba
bersih dan nilai
buku
ekuitas
negatif.

Teknik analisis
data
yang
digunakan
adalah
pada
pengujian
hipotesis
1
dikaukan
analisis Manova
untuk
menentukan
perbedaan rasio
keuangan dari
neraca laporan
laba rugi dan
arus
kas.
Pengujian
hipotesis
2
dilakukan dalam
3
tahapan
dengan 3 model
yang
selanjutnya diuji
dengan regresi
multinomial
logit.

Model
pertama
yaitu model rasio
keuangan
dari
laporan laba rugi
dan
neraca
menunjukkan
bahwa rasio total
utang dibagi total
aktiva
(TLTA)
dapat memprediksi
kondisi financial
distress
dengan
daya
klasifikasi
sebesar 79 persen.
Model kedua yaitu
model
rasio
keuangan
dari
laporan arus kas
menunjukkan
bahwa rasio arus
kas bersih dari
aktivitas
operasi
dibagi total aktiva
(CFFOTA)
dan
arus kas bersih
aktivitas
operasi
dibagi utang lancar
(CFFOCL) dapat
memprediksi
kondisi financial
distress
dengan
daya
klasifikasi
sebesar 58 persen.
Model ketiga yaitu

model
rasio
keuangan
dari
neraca,
laporan
laba
rugi
dan
laporan arus kas
menunjukkan
bahwa rasio kas
dibagi total aktiva
(CATA), total utang
dibagi total aktiva
(TLTA),
aktiva
tetap bersih dibagi
total
aktiva
(NFATA), arus kas
bersih dari aktivitas
operasi dibagi total
sumber
dana
(CFFOTS),
arus
kas bersih dari
aktivitas
operasi
dibagi total aktiva
(CFFOTA)
dan
arus kas bersih
aktivitas
operasi
dibagi utang lancar
(CFFOCL) dapat
memprediksi
kondisi financial
distress
dengan
daya
klasifikasi
sebesar
79,6
persen.
6.

Anda mungkin juga menyukai