Anda di halaman 1dari 3

Metabolisme obat pada bayi

Aktivitas metabolisme obat pada bayi lebih rendah daripada orang dewasa. Hal ini
menyebabkan laju klirens obat lambat dan waktu paruh eliminasi obat panjang. Suatu obat mungkin
saja dieliminasi dalam beberapa hari pada dewasa tetapi memerlukan beberapa minggu untuk
dieliminasi pada bayi.
Volume hepar pada bayi baru lahir 2 kali dibandingkan anak usia 10 tahun. Itulah juga
sebabnya kecepatan metabolisme obat paling besar pada masa bayi hingga awal masa kanak-kanak,
dan kemudian menurun mulai anak sampai dewasa.
Luasnya metabolisme obat hati janin dapat dipengaruhi oleh kadar ligandin hepatosit.
Ligandin, atau protein Y, merupakan protein dasar yang bertanggung jawab terhadap pengambilan
substrat oleh sel yang memetabolisme. Ligandin mengikat bilirubin dan anion organik, termasuk obat.
Meskipun kadar ligandin saat lahir rendah, nilai yang setara dengan nilai dewasa dapat dijumpai pada
umur 5-10 hari pertama pascanatal. Pada saat lahir, kadar enzim pengoksidasi obat dalam hati janin
(dikoreksi terhadap berat hati) serupa dengan pada hati dewasa. Namun aktivitasnya turun.
Pada bayi yang baru lahir, sistem sitokrom hati P-450 monooksigenase tampak menjadi
matur dengan cepat. Aktivitas metabolik setingkat atau melebihi nilai dewasa dicapai pada usia
sekitar 6 bulan. Aktivitas dehidrogenase alkohol dapat dideteksi pada usia 2 bulan dengan kadar 34% aktivitas dewasa. Aktivitas enzim hidrolitik tertentu, termasuk esterase darah juga turun pada
masa neonatus.
Contoh teofilin (obat asma), teofiin dimetabolisme melalui oksidasi dan metilasi di hati
menjadi produk-produk inert yang kemudian diekskresikan melalui urin. Pada anak sebelum pubertas,
teofilin memiliki waktu paruh obat yang lebh singkat (2 sampai 10 jam, rata-rata sekitar 4 jam)
dibandingkan anak yang lebih tua dan orang dewasa (4 sampai 16 jam, rata0rata sekitar 9 jam).
Sedangkan pada neonatus dan bayi prematur mungkin memiliki waktu paruh teofilin 24 sampai 30
jam. Perbedaan dalam kecepatan pembersihan ini terutama disebabkan oleh variasi dalam
metabolisme teofilin pada hati. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas metabolisme obat pada bayi lebih
rendah daripada orang dewasa.
Metabolisme obat pada anak
Pada kelompok umur ini, yang perlu diperhatikan adalah pemberian obat-obat yang
metabolismenya dengan cara oksidasi dan hidroksilasi (Fase I), seperti misalnya fenitoin, fenobarbital
dan teofilin. Banyak bukti klinik menunjukkan bahwa penggunaan obat-obat tersebut pada kelompok
umur 1-10 tahun memerlukan dosis terapetik yang relatif lebih besar dari dosis dewasa. Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa pada periode ini darah dibersihkan dari obat lebih cepat dan
metabolisme obatpun berlangsung cepat. Oleh sebab itu waktu paruh obat juga lebih pendek.
Metabolisme obat pada lansia
Hepar berperan penting dalam metabolisme obat di dalam tubuh, bukan hanya
mengaktifkan obat ataupun mengakhiri aksi obat tetapi juga membantu terbentuknya metabolit
terionisasi yang lebih polar yang memungkinkan berlangsungnya mekanisme ekskresi melalui ginjal.
Kapasitas hepar untuk dapat mealukan metabolisme obat tidak terbukti berubah dengan
bertambahnya umur, tetapi jelas terdapat penurunan aliran darah hepar yang tampaknya sangat
mempengaruhi kemampuan metabolisme obat. Seperti pada usia lanjut terjadi pula penurunan
kemampuan hepar dalam proses penyembuhan penyakit, misalnya oleh karena virus
hepatitis/alkohol. Oleh sebab itu riwayat penyakit hepar terakhir seorang lanjut usia sangat perlu
dipetimbangkan dalam pemberian obat yang terutama dimetabolisme di hepar. Sementara itu
beberapa penyakit yang sering pula terjadi pada usia lanjut seperti misalnya kegagalan jantung

kongestif, secara menyolok dapat mengubah kemampuan hepar untuk memetabolisme obat dan
dapat pula menurunkan aliran darah hepar (Anonim, 2008)
Golongan obat

Nisbah penyarian (EH)

Ikatan protein (%)

0,83
0,60 0,80
0,60 0,95
0,80
0,95
0,50
0,50 0,75

45 80*
93
60

95
35

0,03
0,03
0,02
0,003
0,22
0,23
0,27
0,005

90
98
98
99
91 99
94
82
97

0,09
0,16
0,07
0,28
0,28
0,43

59

10
60
72 80
5*

()
Terbatasi aliran darah
Lignokaina
Propranolol
Petidina
Pentazokuina
Propoksifen
Nortriptilina
Morfina
Terbatasi daya tampung,
Rentan ikatan
Fenitoin
Diazepam
Tolbutamida
Warfarin
Klorpromazina
Klindamisin
Kuinidina
Digitoksin
Terbatasi daya tampung,
Takrentan ikatan
Teofilina
Heksobarbiton
Antipirina
Kloramfenikol
Tiofenton
Parasetamol

Tabel 1. Penggolongan farmakokinetika


obat yang mengalami metabolisme-intensif di hati*
* Tergantung kadar
Terdapat beberapa ubahan fisiologi penting yang terkait dengan keefektifan metabolisme
obat. Yakni, daya tampung (kapasitas) enzim, alir darah ke hati, dan derajat ikatan obat-protein. Pada
lansia, daya tampung metabolisme obat di hati pada umumnya berkurang. Namun, keberagaman
hasil penelitiannya cukup tinggi.
Seperti teringkas pada tabel 1, hari yang menua mengalami beberapa berubahan seluler:
pengurangan laju bersih metabolik (bersih hati intrinsik) yang beragam sekali di antara individu;
kehilangan masa (turun dari 2,5% bobot badan menjadi 1,6%); pengurangan alir darah sekitar 12
40% pada usia 65 tahun, atau 0,3 1,5% tiap tahun setelah usia 30 tahun); penurunan kadar albumin
yang nyata, meskipun protein total relatif tidak berubah (sekitar 0,4 -0,8 g/l dari usia 20 sampai 80
tahun).
Jadi, pada lansia, dua dari tiga penentu bersih hati obat, berkurang dengan nyata. Yakni, alir
darah ke hati dan derajat pengikatan obat tertentu. Penurunan alir darah ke hati terkait dengan
berkurangnya laju curah jantung sekitas 30 40%. Penurunan ini dapat menyebabkan berkurangnya
keefektifan penyarian (ekstraksi) obat oleh hati dan lebih lanjut kefektifan metabolismenya, terutama
bagi obat yang memilki nisbah (ratio) penyarian hari yang tinggi (>0,7). Sebaliknya, bagi obat yang
memiliki nisbah penyarian hati yang rendah (<0,3), penurunan derajat ikatan protein yang nyata akan
lebih dominan mempengaruhi bersih hari atau keefektifan metabolismenya. Tabel 1 memuat
beberapa contoh obat yang keefektifan metabolismenya mungkin terpengaruh oleh perubahan kedua
ubahan fisiologi tersebut.

Penentu bersih hati obat yang lain (bersih hati intrinsik), penurunannya di antara individu
sangat beragam. Lebih kurang hanya 5% dari sejumlah individu lansia yang diteliti menunjukkan
penurunan bersih hati intrinsik yang benar-benar terkait dengan proses menua. Keadaan ini terutama
dikacaukan oleh adanya faktor lain, terutama faktor lingkungan (merokok) dan/atau status gizi, yang
juga mempengaruhi bersih hati intrinsik dan lebih lanjut keefektifan metabolisme obat-obat tertentu.
Terbukti beberapa peneliti menunjukkan bahwa keterpacuan sistem enzim sitokrom P-450 mirosoma
hati, menjadi kurang rentan terhadap efek pacuan rokok. Misal, bersih hati teofilina ditemukan 55%
lebih tinggi pada individu dewasa yang merokok daripada yang tidak merokok, sedangkan pada
individu lansia yang merokok hanya 40% lebih tinggi dari pada yang tidak merokok. Temuan ini
didukung oleh adanya laporan berkurangnya angka kejadian efek samping teofilina pada lansia yang
merokok bila dibandingkan dengan yang tidak merokok.
Ditinjau dari segi jalur mekanisme reaksinya, penurunan keefektifan metabolisme obat
nampaknya lebih banyak terkait dengan penurunan jalur metabolisme tahap I, terutama yang dikatalis
oleh sistem enzim sitokrom P-450 mirosoma hati. Didukung oleh bukti bahwa bersih hati fenozon,
klordiazepoksida, dan teofilina berkurang pada lansia. Meskipun demikian, seberapa besar
penurunan keefektifan metabolisme tersebut mempengaruhi kinerja farmakologi dan atau
toksikologinya, sampai saat ini belum banyak diungkapkan. Berbagai uraian di atas memperlihatkan
bahwa pada lansia kemungkinan terjadi penurunan keefektifan metabolisme obat. Namun, untuk
dapat mengevaluasi besar penurunan maupun dampak klinisnya, perlu dipertimbangkan beberapa
aspek penting. Yakni: jenis obat dan harga nisbah penyarian hatinya; serta faktor-faktor lain seperti
lingkungan, penyakit, status gizi, atau antaraksi obat

Anda mungkin juga menyukai