HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Pembimbing:
dr. Setyo Hermanto, Sp.OG
Penyusun :
Vania Utami Putri
1111103000069
BAB I
PENDAHULUAN
Mual dan muntah pada kehamilan merupakan gejala yang wajar dan sering terjadi
pada sekitar 80 % dari semua wanita hamil.1 Mual dan muntah yang dialami oleh wanita
hamil lebih buruk saat pagi hari sehingga dikenal dengan istilah morning sickness, lalu terus
berlanjut sepanjang hari.2 Sebagian wanita hamil dengan mual muntah mengalami
hiperemesis gravidarum dimana gejala menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan.3
Hiperemesis gravidarum menurut International Statistical Classification of Disease and
Related Health Problems, Tenth Revision, adalah muntah persisten dan hebat yang dimulai
sebelum usia kehamilan 22 minggu.4 Mual dan muntah ini terjadi pada 60-80% primigravida
dan 40-60% multigravida.5
Hiperemesis gravidarum sampai saat ini masih belum memiliki penyebab pasti yang
jelas, namun adanya pengaruh perubahan hormonal pada wanita hamil dipercaya sebagai
penyebab dari hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum diduga disebabkan oleh
hormon terkait kehamilan, yaitu human chorionic gonadotropin (HCG), estrogen,
progesteron,
leptin,
placental
growth
hormone, prolaktin,
adrenokortikal2
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan dehidrasi sehingga terjadi gagal ginjal
akut. Dapat juga terjadi penurunan berat badan, nutrisi, alkalosis karena asam hidroklorik
yang keluar bersama muntah, dan hipokalemia.2
Hiperemesis gravidarum dapat ditegakkan diagnosisnya dengan menyingkirkan
penyakit lain yang juga dapat menyebabkan muntah pada wanita hamil. Seorang wanita
hamil dapat ditegakkan dengan hiperemesis gravidarum apabila semua penyakit yang
memiliki gejala yang sama sudah disingkirkan, seperti pankreatitis, kolesistitis, hepatitis,
apendisitis, gastroenteritis, ulkus peptikum, tirotoksikosis dan hipertiroid.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Hiperemesis gravidarum menurut International Statistical Classification of
Disease and Related Health Problems, Tenth Revision, adalah muntah persisten dan hebat
yang dimulai sebelum usia kehamilan 22 minggu.4
2.2. INSIDENS
Hiperemesis gravidarum telah menurun menjadi sekita 1 diantara 1000 kehamilan
dalam 30 tahun terakhir ini.2,6 Pelaksanaan KB yang berjalan baik menyebabkan
penurunan angka kehamilan yang tidak diinginkan, antenatal care yang baik, dan obatobatan antiemetik yang kuat sehingga angka insidensi hiperemesis gravidarum menurun.7
2.3. ETIOLOGI
Etiologi untuk hiperemesis gravidarum sampai saat ini masih belum dapat
ditemukan. Etiologi untuk penyakit ini masih berupa teori dan belum terbukti secara pasti.
Hiperemesis gravidarum merupakan suatu penyakit dengan patofisiologis kompleks yang
disebabkan oleh banyak faktor.3
1. Hormonal
a. Human Chorionic Gonadotropin (hCG) yang diduga sebagai penyebab utama
dari
hiperemesis.
Kadar
hCG
yang
meningkat
selama
kehamilan
3. Helicobacter pylori
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa H.pylori berperan dalam terjadi
hiperemesis gravidarum, walaupun pada penelitian yang lain tidak dapat dibuktikan.
2.5. PATOFISIOLOGI
Pada hiperemesis gravidarum terjadi muntah-muntah berlebihan. Stimulus
terkuat dari muntah adalah iritasi dan distensi dari gaster. Stimuli lainnya berupa cahaya
yang menyilaukan, anestesia umum, pusing berputar dan obat-obat tertentu (morfin,
derivat digitalis). Impuls dari stimuli tersebut ditransmisi oleh saraf menuju pusat muntah
di medula oblongata dan impuls dikembalikan merangsang organ traktus digestivus
bagian atas.2
Ada pernyataan, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen,
sebab keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini
tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya
pengosongan lambung. Biasanya ibu hamil dapat menyesuaikan diri dengan keadaan ini.
Melalui tes yang sensitif, hCG dalam urin atau plasma mulai dapat terdeteksi 8 sampai 9
hari setelah ovoluasi. Konsentrasi hCG akan naik dua kali lipat dalam 14-20 hari. Pada
hari ke 60-70 usia kehamilan (hamil 9-10 minggu) kadar hCG akan mencapai puncaknya,
setelah itu konsentrasi akan menurun sampai stabil mulai hari ke 100-130 usia
kehamilan.2
Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil
muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya
3
terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, di
samping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah
menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami
emesis gravidarum yang lebih berat.3
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan
aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena
muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida air kemih. Selain itu dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan asam basa, berupa alkalosis metabolik akibat
hilangnya asam karena muntah-muntah berlebihan ataupun asidosis metabolik akibat
peningkatan asam (ketosis). Selain itu juga terjadi dehidrasi yang menyebabkan:2
1. Penurunan saliva, yang berakibat mulut dan faring kering.
2. Peningkatan
osmolaritas
darah,
yang
akan
merangsang
osmoreseptor
di
hipothalamus
3. Penurunan volume darah yang berakibat penurunan tekanan darah, sehingga renin
akan meningkat, begitu juga angiotensin II.
Ketiga hal tersebut akan merangsang pusat rasa haus di hipothalamus, yang
seharusnya akan meningkatkan intake cairan, namun karena terdapat mual dan muntah
yang tidak bisa ditoleransi akibatnya cairan juga tidak dapat masuk per oral, sehingga
cairan tubuh tidak mencapai kadar normal dan dehidrasi tetap terjadi.2
Karena muntah terus terjadi dan tidak ada makanan yang dapat masuk, cadangan
karbohidrat pun sangat bekurang, sehingga untuk memenuhi kebutuhan respirasi sel dan
menghasilkan ATP dipakai jalur pemecahan lemak (katabolisme lipid/lipolisis) secara
berlebihan, bukan memakai jalur glikolisis. Asam lemak dikatabolisis. Asam lemak
dikatabolisme di mitokondria melalui proses yang dinamakan beta oxidation, yang
akhirnya membentuk acetyl coA. Acetyl coA akan masuk ke dalam siklus krebs.
Hepatosit akan mengambil dua molekul acetyl coA dan terkondensasi, dan aseton (keton
bodies). Proses tersebut dinamakan ketogenesis. Keton-keton tersebut akan mudah
berdifusi ke membran plasma, meninggalkan hepatosit untuk kemudian masuk ke dalam
aliran darah. Akibatnya terjadi ketosis dalam darah, yang kemudian dikeluarkan melalui
urine, sehingga pada hiperemesis gravidarum lanjut didapatkan keton pada urine.2
4
2. 6. PATOLOGI
Bedah mayat pada wanita yang meninggal akibat hiperemesis gravidarum
menunjukkan kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam tubuh, yang juga dapat
ditemukan pada malnutrisi oleh bermacam sebab.2
1. Hati
Pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi ditemukan degenerasi lemak
tanpa nekrosis; yang terletak sentralobuler. Kelainan lemak ini nampaknya tidak
menyebabkan kematian dan dianggap sebagai akibat muntah yang terus menerus.
sebagian penderita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum menunjukkan
gambaran mikroskopik hati yang normal.
2. Jantung
Ukuran Jantung menjadi lebih kecil dan atrofi. Hal ini sejalan dengan lamanya
penyakit, kadang-kadang ditemukan perdarahan sub-endokardial.
3. Otak
Kadang terdapat bercak perdarahan pada otak dan dijumpai kelainan seperti
pada ensefalopati Wernicke (dilatasi kapiler dan perdarahan kecil-kecil di daerah korpora
mamilaria ventrikel ke-3 dan ke-4).
4. Ginjal
Pucat dan pada tubuli kontorti ditemukan degenerasi lemak.
Tingkatan II
Terlihat lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah mengering
dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit
ikterik. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi,
oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena
mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam urin.2,5
Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati
Wernicke, dengan gejala: nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini
adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.2,5
Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
1. Penurunan berat badan yang signifikan
2. Tampak curiga
3. Mata cekung, apatis
4. Turgor kulit menurun
5. Lidah kering dan kotor
6. Bau nafas aseton, bau badan
7. Nadi: 100 120 atau lebih per menit
8. Tekanan darah: sistolik 100 110 mmHg atau lebih rendah
9. Suhu dapat meningkat
10. Jaundice bila sudah sangat berat dan lanjut
11. Tanda-tanda menifestasi neurologis seperti nistagmus
12. Pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda-tanda ke arah kehamilan
Pada pemeriksaan penunjang :
1. Urinalisis : jumlah sedikit pekat, berat jenis yang meningkat, terdapat keton,
terkadang protein, kadar klorida yang menurun bahkan sampai tidak ada.
2. Darah : kadar elektrolit (natrium, kalium dan klorida) yang menurun, kadar
enzim hati yang dapat meningkat, kadar hemoglobin yang menurun, kadar
hematokrit yang meningkat.
2.8. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis
hiperemesis
gravidarum
dilakukan dengan
cara
Enzim hati dan bilirubin: meningkatnya kadar transaminase dapat terjadi pada
50% kasus.
Kultur urin: infeksi saluran kemih sering terjadi pada kehamilan, berhubungan
dengan mual dan muntah.
Pemeriksaan Radiologi:3
Jika terdapat indikasi, USG abdomen untuk melihat adanya kelainan pankreas
dan/atau traktus bilier.
Apendisitis
Hepatitis
Pankreatitis
Pielonefritis
Ketoasidosis diabetikum
Porfiria
2.10. PENATALAKSANAAN
Wanita hamil dengan mual muntah yang persisten dan memiliki konsentrasi keton yang
tinggi pada urin membutuhkan hidrasi melalui intravena, multivitamin, dan agen antiemetik.
Tatalaksana farmakologi yang digunakan pada wanita hamil dengan mual dan
muntah yang hebat, yaitu vitamin B6, antihistamin, dan agen prokinetik. Vitamin B6
diberikan dengan dosis 10 sampai 25 mg setiap 8 jam.3
Jika perubahan diit dan gaya hidup belum dapat memecahkan masalah mual dan
muntah, terapi obat dapat diberikan dengan memperhatikan keamanan untuk janin,
sebab kebanyakan antiemetik kontraindikasi untuk ibu hamil. Dilema dalam
mengobati hiperemesis gravidarum secara farmakologis karena kemungkinan
terdapatnya efek teratogenik, khususnya pada trimester pertama. Umumnya, tidak ada
obat yang diproduksi untuk mengobati morning sickness. Obat antiemetik untuk mual
dan muntah pada ibu hamil dapat berupa:3,5
Antihistamin
Antihistamin memblok efek histamin pada reseptor H1 dan tidak menghambat
pelepasan histamin. Mempunyai efek antikolinergik, seperti konstipasi, mata kering,
mulut kering, pandangan kabur, dan sedasi. Digunakan untuk terapi motion sickness
dan insomnia sebagai keadaan alergi. Antihistamin membuat kering membran mukosa
sehingga mengurangi salivasi pada hiperemesis gravidarum.3,5
Antihistamin yang biasa digunakan adalah Dimenhydrinate (Dramamine),
Meclizine (Antivert), Promethazine (Phenergan), Diphenhydramine (Benadryl).
Phenothiazin
Phenothiazin adalah dopamin antagonis yang bekerja pada trigger zone
kemoreseptor untuk mencegah mual dan muntah. Umumnya golongan phenothiazin
yang dipakai adalah Chlorpromazine, Prochlorperazine promethazine (Phenergan),
dan Trifluoperazine (Stelazine). Phenothiazin ditemukan tidak teratogenik meskipun
terdapat kasus menunjukkan beberapa malformasi mayor berhubungan dengan
penggunaan pada trimester pertama.2,3
Selama penggunaan phenothiazin perlu dipantau adanya gejala neuroleptic
malignant syndrome. Berupa demam, gagal pernapasan, takikardi, kejang,
diaphoresis, lemah, pucat, dan inkontinensia urin.2,3
Obat-obatan lain
Metoclopramid adalah dopamine reseptor bloker pada trigger zone
kemoreseptor di sistem saraf pusat. Mempunyai efek antikolinergik dan merangsang
mobilitas saluran pencernaan bagian atas dan mempercepat pengosongan lambung. Ini
10
2.11. KOMPLIKASI
Komplikasi wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum adalah malnutrisi,
trombosis, ensefalopati Wernickes, posttraumatic stress disorder.2,3
1. Komplikasi neurologis
(a) Wernickes ensefalopati. Trias dari kelainan ini ialah gangguan penglihatan
berupa diplopia dan nistagmus, tidak dapat berpikir jernih (kebingungan), serta
kelemahan otot. Terkadang bisa sampai koma dan dapat terjadi abortus spontan.
Kelainan ini akibat dari defisiensi thiamine (B1) dan dicetuskan oleh pemberian
cairan mengandung glukosa sebelum defisiensi thiamine dikoreksi.2
11
2.12. PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan adalah mengubah emesis agar tidak terjadi Hiperemesis:2,3
1. Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses psikologis.
2. Makan sedikit-sedikit tetapi sering, berikan makanan selingan super biskuit, roti
kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur. Hindari makanan
berminyak dan berbau, makanan sebaik disajikan dalam keadaan hangat.
3. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah,
defekasi hendaknya diusahakan terakhir.
2.13. PROGNOSIS
Dengan penanganan yang baik, prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada
tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.2,3
Kriteria pulang
13
BAB III
IKHTISAR KASUS
I.
IDENITAS PASIEN
Nama
: Ny. N
No.RM
Jenis kelamin
: Perempuan
Tanggal Lahir
: 11/05/1983
Umur
: 31 tahun
Masuk RS
01335414
29 November 2014
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis (tanggal 29 November 2014)
A. Keluhan utama
Mual dan muntah-muntah sejak 1 minggu SMRS.
B. Keluhan tambahan
Nafsu makan menurun, tidak bisa masuk makanan, nyeri daerah ulu hati, badan
lemas, pusing.
C. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RSUP fatmawati dengan keluhan mual dan muntah-muntah
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan dirasakan semakin hari
semakin bertambah. Muntah berupa cairan berwarna agak kekuningan yang
bercampur makanan dan minuman. Muntah pernah berupa cairan kehijauan. Muntah
pernah pula berupa darah. Frekuensi muntah >10 kali sehari, terjadi di sepanjang
hari terutama pagi hari. Muntah didahului mual dan tidak menyembur. Nafsu makan
menurun dan setiap makan akan keluar lagi. Pasien juga sering merasa kehausan,
namun ketika minum tidak lama kemudian pasien muntah. Pasien mengeluh adanya
nyeri di daerah ulu hati, pusing dan badan terasa lemas. Pasien mengaku BAK lancar
tapi lebih sedikit. BAB tidak ada keluhan.
Pasien G2P1A0 mengaku hamil 8 minggu, HPHT 25-09-2014, TP 2-07-2015.
Pasien memeriksa kehamilan di bidan teratur dua kali dan belum pernah USG
14
: 12 tahun
Lamanya
: 7 hari
Banyaknya
: 3 pembalut/hari
Dismenore
: (-)
: 25-09-2014
Taksiran persalinan
: 02-07-2015
F. Status pernikahan
Status
: Menikah
Pernikahan
: 1 kali
Usia pernikahan
: 8 tahun
G. Riwayat kehamilan
1. 2007, aterm, spontan, bidan, laki-laki- 2900 gr
2. Hamil ini
H. Riwayat KB
KB suntik dan implan
I.Riwayat penyakit sistemik
Darah tinggi
: disangkal
Kencing manis
: disangkal
Asma
: disangkal
Penyakit jantung
: disangkal
J.Riwayat operasi
Belum pernah operasi sebelumnya
K.Riwayat penyakit keluarga
Darah tinggi
: disangkal
Kencing manis
: disangkal
Asma
: disangkal
Penyakit jantung
: disangkal
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
Tensi
: 100/70 mmHg
Nadi
: 98 x/mnt
Pernapasan
: 22 x/mnt
Suhu
: 36,5 0C
: Sebelum hamil
: 55 kg
Setelah hamil
: 50 kg
Kepala
Mata
: cekung +/+, pupil bulat isokor, konjungtiva anemis (-), sklera tidak
ikterik
Mulut
THT
Leher
Thorak
Cor
Pulmo
Mamme
Abdomen
: Supel, datar, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba
membesar, bising usus (+) normal, turgor kulit baik
Ekstremitas
: Akral hangat
Edema tungkai -/Refleks fisiologis +/+
Reflek patologis -/-
B. Status Gynekologis
16
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Anogenital
Inspeksi
Inspekulo
VT
Hasil
Nilai normal
Leukosit
9400
5000-10000
Hemoglobin
12,8
11,7-15,5 gr/dl
Hematokrit
41
33-45
Trombosit
260
ribu/mm3 150-400
Eritrosit
4,63
VER
87,5
80-100 fl
HER
27,6
26-34 pg
KHER
32,3
32-36 gr/dl
RDW
14,1
11,5-14,5 %
GDS
96
<126 gr/dl
Urinalisa
Hasil
Nilai Normal
Urobilinogem
0,2
< 1 U.E/dl
Protein urine
+2
(-)
Berat jenis
1,025
1,003-1030
Bilirubin
(-)
(-)
Keton
(+3)
(-)
Nitrit
(-)
(-)
PH
6,0
4,8-7,4
Leukosit
(-)
(-)
17
Darah/HB
(+2)
(-)
Glukosa
(-)
(-)
Warna
Kuning
Kuning
Kejernihan
Jernih
Jernih
Sedimen urin
Hasil
Nilai Normal
Epitel
Leukosit
3-5
0-5/LBP
Eritrosit
1-2
0-2/LPB
Silinder
(-)
Kristal
(-)
Bakteri
(+)
(-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG
VI. RESUME
Anamnesis :
Pasien wanita umur 31 tahun datang pada tanggal 29 November 2014 dengan
keluhan mual dan muntah-muntah sejak 1 minggu SMRS, muntah dirasakan semakin
bertambah, sepanjang hari, lebih dari 10 kali, berupa cairan kuning bercampur makanan
dan minuman, kehijauan, pernah berupa darah, nafsu makan menurun, berat badan turun,
pusing (+), nyeri ulu hati (+), badan terasa lemas. Pasien hamil 8 minggu dengan tes
kehamilan (+). BAK lancar tapi lebih sedikit. ANC teratur di bidan.
Status generalis
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
TD
: 100/70 mmHg
Nadi
: 98 x/mnt
Suhu : 36,20 C
18
RR
: 22 x/mnt
Mata
: cekung +/+
Mulut
: lidah kering
Abdomen
Status Obstretikus
Inspeksi
Inspekulo
VT
Pemeriksaan laboratorium
GDS : 96 mg/dl
Keton urine +3
VII. DIAGNOSIS
Ibu
Janin
VIII. PENATALAKSANAAN
Rcn Dx/ : - Periksa DPL, UL, GDS, keton urin, elektrolit
- Observasi tanda vital, mual dan muntah
Rcn Th/ : - Kaen Mg 3 : Dextrose 5% : NaCl 0,9 = 1 : 1 : 1
- Ranitidin 2x1 amp iv
- Ondancentron 2 x 1 amp iv
- Makan dalam porsi sedikit namun sering
IX. PROGNOSIS
Ibu
Janin
: Ad vitam
: ad Bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
Ad sanasionam
: dubia ad bonam
: dubia ad Bonam
19
BAB IV
ANALISIS KASUS
2. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Ku/Kes
Tanda Vital
:TD
: 100/70 mmhg
: 98 x/mnt
RR
: 22 x/mnt
: 36,20 C
Mata
: cekung +/+
Mulut
: lidah kering
Abdomen
Status Gynekologis
Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
Anogenital :
Inspeksi
Inspekulo
VT
normal. Terdapat tanda-tanda dehidrasi yaitu mata cekung dan bibir kering. Muntah yang
berlebihan menyebabkan iritasi pada lambung karena asam lambung meningkat, sehingga
didapatkan nyeri pada epigastrium. Pada status gynekologis pada inspeksi terlihat perut
sedikit membuncit dan TFU belum teraba. Hal ini sesuai dengan usia kehamilan 8 minggu
dan janin hidup intra uterin. Keadaan ini penting untuk diketahui karena untuk dapat
menegakkan diagnosis hiperemesis gravidarum pertama kali kita harus yakin bahwa
pasien dalam keadaan hamil.
3. Pemeriksaan penunjang
Lab
: GDS : 96 mg/dl
Keton urin +3
4.
Penatalaksanaan
Indikasi pasien untuk dirawat:
1. Apa yg dimakan dan diminum, dimuntahkan lagi, apalagi kalau berlangsung
lama
2. Mata cekung, lidah kering
3. Aseton dalam urin.
Pada pasien ini memenuhi 3 dari 4 indikasi untuk dirawat pada hiperemesis
gravidarum, kecuali penurunan berat badan sebesar 10% karena pada pasien ini terjadi
penurunan 9%..
Terapi yang diberikan yaitu dengan cairan parentral untuk rehidrasi. Diberikan
Kaen Mg 3:Dekstrose 5% : NaCl 0,9 = 1:1:1. Pemberian ondancentron untuk mengatasi
mual dan muntah. Ranitidin untuk iritasi lambungnya. Istirahat cukup dan pemberian
makan porsi sedikit tapi sering juga diperlukan. Pengobatan ini telah sesuai dengan
penatalaksanaan hiperemis gravidarum.
22
BAB V
KESIMPULAN
Mual dan muntah adalah gejala normal pada awal kehamilan. Jika keadaan ini
berlanjut maka dapat menyebabkan keadaan yang serius yang dikenal sebagai hiperemesis
gravidarum. Muntah-muntah yang sering mengakibatkan keadaan umum ibu terganggu,
dehidrasi, gangguan elektrolit, gangguan gizi yang akhirnya dapat mengganggu ibu dan
pertumbuhan janin.
Pada ibu disarankan diet diberikan secara bertahap agar muntah dapat berkurang.
Antenatal care yang teratur sangat membantu dalam mengawasi ibu dan janin sehingga
apabila ada kelainan yang terjadi dapat ditangani lebih dini.
23
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Alan H. DeCherney, MD. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology,
Tenth Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. USA: 2007.
7.
8.
9.
Sandven I, Abdelnoor M, Nesheim BI, Melby KK. Helicobacter pylori infection and
hyperemesis gravidarum: a systematic review and meta-analysis of case-control studies.
Acta Obstet Gynecol Scand. 2009;88(11):11901200.
24