Anda di halaman 1dari 25

Case dan Referat

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Pembimbing:
dr. Setyo Hermanto, Sp.OG

Penyusun :
Vania Utami Putri
1111103000069

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M

BAB I
PENDAHULUAN
Mual dan muntah pada kehamilan merupakan gejala yang wajar dan sering terjadi
pada sekitar 80 % dari semua wanita hamil.1 Mual dan muntah yang dialami oleh wanita
hamil lebih buruk saat pagi hari sehingga dikenal dengan istilah morning sickness, lalu terus
berlanjut sepanjang hari.2 Sebagian wanita hamil dengan mual muntah mengalami
hiperemesis gravidarum dimana gejala menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan.3
Hiperemesis gravidarum menurut International Statistical Classification of Disease and
Related Health Problems, Tenth Revision, adalah muntah persisten dan hebat yang dimulai
sebelum usia kehamilan 22 minggu.4 Mual dan muntah ini terjadi pada 60-80% primigravida
dan 40-60% multigravida.5
Hiperemesis gravidarum sampai saat ini masih belum memiliki penyebab pasti yang
jelas, namun adanya pengaruh perubahan hormonal pada wanita hamil dipercaya sebagai
penyebab dari hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum diduga disebabkan oleh
hormon terkait kehamilan, yaitu human chorionic gonadotropin (HCG), estrogen,
progesteron,

leptin,

placental

growth

hormone, prolaktin,

tiroksin, dan hormon

adrenokortikal2
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan dehidrasi sehingga terjadi gagal ginjal
akut. Dapat juga terjadi penurunan berat badan, nutrisi, alkalosis karena asam hidroklorik
yang keluar bersama muntah, dan hipokalemia.2
Hiperemesis gravidarum dapat ditegakkan diagnosisnya dengan menyingkirkan
penyakit lain yang juga dapat menyebabkan muntah pada wanita hamil. Seorang wanita
hamil dapat ditegakkan dengan hiperemesis gravidarum apabila semua penyakit yang
memiliki gejala yang sama sudah disingkirkan, seperti pankreatitis, kolesistitis, hepatitis,
apendisitis, gastroenteritis, ulkus peptikum, tirotoksikosis dan hipertiroid.3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Hiperemesis gravidarum menurut International Statistical Classification of
Disease and Related Health Problems, Tenth Revision, adalah muntah persisten dan hebat
yang dimulai sebelum usia kehamilan 22 minggu.4

2.2. INSIDENS
Hiperemesis gravidarum telah menurun menjadi sekita 1 diantara 1000 kehamilan
dalam 30 tahun terakhir ini.2,6 Pelaksanaan KB yang berjalan baik menyebabkan
penurunan angka kehamilan yang tidak diinginkan, antenatal care yang baik, dan obatobatan antiemetik yang kuat sehingga angka insidensi hiperemesis gravidarum menurun.7

2.3. ETIOLOGI
Etiologi untuk hiperemesis gravidarum sampai saat ini masih belum dapat
ditemukan. Etiologi untuk penyakit ini masih berupa teori dan belum terbukti secara pasti.
Hiperemesis gravidarum merupakan suatu penyakit dengan patofisiologis kompleks yang
disebabkan oleh banyak faktor.3
1. Hormonal
a. Human Chorionic Gonadotropin (hCG) yang diduga sebagai penyebab utama
dari

hiperemesis.

Kadar

hCG

yang

meningkat

selama

kehamilan

mengakibatkan muncul hiperemesis pada kadar puncak hCG wanita hamil


yaitu trimester I dan muncul juga pada kasus mola hidatidosa serta kehamilan
multipel di mana kadar hCG juga jauh meningkat.
b. Estrogen yang meningkat.
c. Progesteron merupakan hormon yang memiliki efek berupa relaksasi otot.
Kadar hormon progesteron yang meningkat mengakibatkan terjadinya
relaksasi otot polos gaster sehingga motilitas gaster akan menurun.
2. Alergi
Sebagai salah satu respon jaringan ibu terhadap anak juga disebut sebagai faktor
organik. Mungkin berkaitan dengan produksi yang disekresi oleh ovum.
2

3. Helicobacter pylori
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa H.pylori berperan dalam terjadi
hiperemesis gravidarum, walaupun pada penelitian yang lain tidak dapat dibuktikan.

2.4. FAKTOR RISIKO


Hiperemesis gravidarum memiliki berbagai faktor risiko. Kondisi yang multifaktorial
mempengaruhi hiperemesis gravidarum. Usia wanita hamil yang lebih muda merupakan
faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum. Primipara memiliki risiko yang lebih
tinggi mengalami hiperemesis gravidarum dibandingkan wanita multipara. Wanita hamil
dengan riwayat dimana ibunya mengalami hiperemesis gravidarum pada kehamilan
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hal serupa.8
Wanita hamil dengan infeksi Helicobacter pylori memiliki risiko mengalami
hiperemesis gravidarum yang lebih tinggi (OR 3,32; IK95% 2,25-4,90).9

2.5. PATOFISIOLOGI
Pada hiperemesis gravidarum terjadi muntah-muntah berlebihan. Stimulus
terkuat dari muntah adalah iritasi dan distensi dari gaster. Stimuli lainnya berupa cahaya
yang menyilaukan, anestesia umum, pusing berputar dan obat-obat tertentu (morfin,
derivat digitalis). Impuls dari stimuli tersebut ditransmisi oleh saraf menuju pusat muntah
di medula oblongata dan impuls dikembalikan merangsang organ traktus digestivus
bagian atas.2
Ada pernyataan, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen,
sebab keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini
tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya
pengosongan lambung. Biasanya ibu hamil dapat menyesuaikan diri dengan keadaan ini.
Melalui tes yang sensitif, hCG dalam urin atau plasma mulai dapat terdeteksi 8 sampai 9
hari setelah ovoluasi. Konsentrasi hCG akan naik dua kali lipat dalam 14-20 hari. Pada
hari ke 60-70 usia kehamilan (hamil 9-10 minggu) kadar hCG akan mencapai puncaknya,
setelah itu konsentrasi akan menurun sampai stabil mulai hari ke 100-130 usia
kehamilan.2
Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil
muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya
3

terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, di
samping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah
menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami
emesis gravidarum yang lebih berat.3
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan
aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena
muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida air kemih. Selain itu dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan asam basa, berupa alkalosis metabolik akibat
hilangnya asam karena muntah-muntah berlebihan ataupun asidosis metabolik akibat
peningkatan asam (ketosis). Selain itu juga terjadi dehidrasi yang menyebabkan:2
1. Penurunan saliva, yang berakibat mulut dan faring kering.
2. Peningkatan

osmolaritas

darah,

yang

akan

merangsang

osmoreseptor

di

hipothalamus
3. Penurunan volume darah yang berakibat penurunan tekanan darah, sehingga renin
akan meningkat, begitu juga angiotensin II.
Ketiga hal tersebut akan merangsang pusat rasa haus di hipothalamus, yang
seharusnya akan meningkatkan intake cairan, namun karena terdapat mual dan muntah
yang tidak bisa ditoleransi akibatnya cairan juga tidak dapat masuk per oral, sehingga
cairan tubuh tidak mencapai kadar normal dan dehidrasi tetap terjadi.2
Karena muntah terus terjadi dan tidak ada makanan yang dapat masuk, cadangan
karbohidrat pun sangat bekurang, sehingga untuk memenuhi kebutuhan respirasi sel dan
menghasilkan ATP dipakai jalur pemecahan lemak (katabolisme lipid/lipolisis) secara
berlebihan, bukan memakai jalur glikolisis. Asam lemak dikatabolisis. Asam lemak
dikatabolisme di mitokondria melalui proses yang dinamakan beta oxidation, yang
akhirnya membentuk acetyl coA. Acetyl coA akan masuk ke dalam siklus krebs.
Hepatosit akan mengambil dua molekul acetyl coA dan terkondensasi, dan aseton (keton
bodies). Proses tersebut dinamakan ketogenesis. Keton-keton tersebut akan mudah
berdifusi ke membran plasma, meninggalkan hepatosit untuk kemudian masuk ke dalam
aliran darah. Akibatnya terjadi ketosis dalam darah, yang kemudian dikeluarkan melalui
urine, sehingga pada hiperemesis gravidarum lanjut didapatkan keton pada urine.2
4

Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke


jaringan berkurang. Sehingga jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang
dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah
yang lebih banyak, dapat merusak hati, dan terjadilah lingkaran setan yang sulit
dipatahkan.2
Di samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi
robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan
akibat perdarahan gastro intestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan
dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif.2

2. 6. PATOLOGI
Bedah mayat pada wanita yang meninggal akibat hiperemesis gravidarum
menunjukkan kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam tubuh, yang juga dapat
ditemukan pada malnutrisi oleh bermacam sebab.2
1. Hati
Pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi ditemukan degenerasi lemak
tanpa nekrosis; yang terletak sentralobuler. Kelainan lemak ini nampaknya tidak
menyebabkan kematian dan dianggap sebagai akibat muntah yang terus menerus.
sebagian penderita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum menunjukkan
gambaran mikroskopik hati yang normal.
2. Jantung
Ukuran Jantung menjadi lebih kecil dan atrofi. Hal ini sejalan dengan lamanya
penyakit, kadang-kadang ditemukan perdarahan sub-endokardial.
3. Otak
Kadang terdapat bercak perdarahan pada otak dan dijumpai kelainan seperti
pada ensefalopati Wernicke (dilatasi kapiler dan perdarahan kecil-kecil di daerah korpora
mamilaria ventrikel ke-3 dan ke-4).
4. Ginjal
Pucat dan pada tubuli kontorti ditemukan degenerasi lemak.

2.7. GEJALA KLINIS


Gejala awal pada wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum adalah dibawah ini:2
Gejala Awal
1. Memuntahkan semua yang dimakan. Muntah bisa hanya makanan maupun
bercampur cairan empedu
2. Terhambatnya aktivitas sehari-hari
3. Gangguan gizi: penurunan berat badan, malnutrisi
4. Keadaan umum baik
5. Pemeriksaan darah dan urin dalam batas normal
Gejala lanjut pada hiperemesis gravidarum2
Gejala Lanjut
1. Jumlah dan frekuensi muntah bertambah
2. Jumlah urin berkurang
3. Konstipasi, kadang diare
4. Nyeri ulu hati
5. Pasien berbaring terus
6. Terdapat tanda-tanda komplikasi
a. Wernickes encephalopathy: apatis, gelisah, tidak bias tidur, kejang, koma
b. Korsakotts psychosis: bingung dan kehilangan ingatan
c. Nefritis perifer
d. gangguan pada mata: diplopia, gangguan penglihatan bahkan kebutaan

Hiperemesis Gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke


dalam 3 tingkatan:2
Tingkatan I
Muntah terus menerus dan mempengaruhi keadaan umum penderita, lemah,
nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi
meningkat kira-kira 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit
kurang, lidah kering dan mata cekung.2,5
6

Tingkatan II
Terlihat lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah mengering
dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit
ikterik. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi,
oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena
mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam urin.2,5
Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati
Wernicke, dengan gejala: nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini
adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.2,5
Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
1. Penurunan berat badan yang signifikan
2. Tampak curiga
3. Mata cekung, apatis
4. Turgor kulit menurun
5. Lidah kering dan kotor
6. Bau nafas aseton, bau badan
7. Nadi: 100 120 atau lebih per menit
8. Tekanan darah: sistolik 100 110 mmHg atau lebih rendah
9. Suhu dapat meningkat
10. Jaundice bila sudah sangat berat dan lanjut
11. Tanda-tanda menifestasi neurologis seperti nistagmus
12. Pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda-tanda ke arah kehamilan
Pada pemeriksaan penunjang :
1. Urinalisis : jumlah sedikit pekat, berat jenis yang meningkat, terdapat keton,
terkadang protein, kadar klorida yang menurun bahkan sampai tidak ada.
2. Darah : kadar elektrolit (natrium, kalium dan klorida) yang menurun, kadar
enzim hati yang dapat meningkat, kadar hemoglobin yang menurun, kadar
hematokrit yang meningkat.

3. Pemeriksaan oftalmoskop. Diperlukan pada keadaan yang sangat serius karena


dapat ditemukan komplikasi berupa perdarahan dan lepasnya retina.

2.8. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis

hiperemesis

gravidarum

dilakukan dengan

cara

menyingkirkan diagnosis banding. Hiperemesis gravidarum ditegakkan dengan


menyingkirkan kondisi lain yang juga dapat menyebabkan muntah pada kehamilan, yaitu
gastrointestinal (apendisitis, hepatitis, pancreatitis, penyakit traktus bilier), pielonefritis,
dan kelainan metabolik (ketoasidosis diabetikum, porfiria, atau Addisons disease).Niebyl JR
Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan, yaitu berupa:3

Urinalisis: keton dan diagnosis kehamilan.

Elektrolit serum: evaluasi adanya hiponatremia, hipokalemia, hipokloremia,


alkalosis atau asidosis metabolik.

Enzim hati dan bilirubin: meningkatnya kadar transaminase dapat terjadi pada
50% kasus.

Amilase: meningkat pada 10% kasus.

TSH, FT4: hipertiroidisme pada 50-60% kasus.

Kultur urin: infeksi saluran kemih sering terjadi pada kehamilan, berhubungan
dengan mual dan muntah.

Kadar kalsium: pada beberapa kasus hiperemesis gravidarum berhubungan dengan


hiperkalsemia akibat hiperparatiroid.

Hematokrit: mungkin meningkat akibat dehidrasi.

Hepatitis panel: hepatitis A, B, atau C dapat menyerupai gejala hiperemesis


gravidarum.

Pemeriksaan Radiologi:3

USG fetomaternal diperlukan untuk penderita hiperemesis gravidarum untuk


melihat adanya kehamilan multipel atau penyakit trofoblas (mola hidatidosa).

Jika terdapat indikasi, USG abdomen untuk melihat adanya kelainan pankreas
dan/atau traktus bilier.

2.9. DIAGNOSIS BANDING

Apendisitis

Hepatitis

Pankreatitis

Pielonefritis

Ketoasidosis diabetikum

Porfiria

2.10. PENATALAKSANAAN
Wanita hamil dengan mual muntah yang persisten dan memiliki konsentrasi keton yang
tinggi pada urin membutuhkan hidrasi melalui intravena, multivitamin, dan agen antiemetik.

Gambar 1. Tatalaksana farmakologis untuk mual muntah dalam kehamilan3


9

Tatalaksana farmakologi yang digunakan pada wanita hamil dengan mual dan
muntah yang hebat, yaitu vitamin B6, antihistamin, dan agen prokinetik. Vitamin B6
diberikan dengan dosis 10 sampai 25 mg setiap 8 jam.3
Jika perubahan diit dan gaya hidup belum dapat memecahkan masalah mual dan
muntah, terapi obat dapat diberikan dengan memperhatikan keamanan untuk janin,
sebab kebanyakan antiemetik kontraindikasi untuk ibu hamil. Dilema dalam
mengobati hiperemesis gravidarum secara farmakologis karena kemungkinan
terdapatnya efek teratogenik, khususnya pada trimester pertama. Umumnya, tidak ada
obat yang diproduksi untuk mengobati morning sickness. Obat antiemetik untuk mual
dan muntah pada ibu hamil dapat berupa:3,5
Antihistamin
Antihistamin memblok efek histamin pada reseptor H1 dan tidak menghambat
pelepasan histamin. Mempunyai efek antikolinergik, seperti konstipasi, mata kering,
mulut kering, pandangan kabur, dan sedasi. Digunakan untuk terapi motion sickness
dan insomnia sebagai keadaan alergi. Antihistamin membuat kering membran mukosa
sehingga mengurangi salivasi pada hiperemesis gravidarum.3,5
Antihistamin yang biasa digunakan adalah Dimenhydrinate (Dramamine),
Meclizine (Antivert), Promethazine (Phenergan), Diphenhydramine (Benadryl).
Phenothiazin
Phenothiazin adalah dopamin antagonis yang bekerja pada trigger zone
kemoreseptor untuk mencegah mual dan muntah. Umumnya golongan phenothiazin
yang dipakai adalah Chlorpromazine, Prochlorperazine promethazine (Phenergan),
dan Trifluoperazine (Stelazine). Phenothiazin ditemukan tidak teratogenik meskipun
terdapat kasus menunjukkan beberapa malformasi mayor berhubungan dengan
penggunaan pada trimester pertama.2,3
Selama penggunaan phenothiazin perlu dipantau adanya gejala neuroleptic
malignant syndrome. Berupa demam, gagal pernapasan, takikardi, kejang,
diaphoresis, lemah, pucat, dan inkontinensia urin.2,3
Obat-obatan lain
Metoclopramid adalah dopamine reseptor bloker pada trigger zone
kemoreseptor di sistem saraf pusat. Mempunyai efek antikolinergik dan merangsang
mobilitas saluran pencernaan bagian atas dan mempercepat pengosongan lambung. Ini
10

juga digunakan sebagai first-line pharmacologic treatment untuk hiperemesis


gravidarum dan telah terbukti efektif. Terdapat dalam bentuk injeksi, oral, dan
suppositoria. Efek sampingnya berupa sindrom ekstrapiramidal dan tardive
dyskinesia.2,3
Hydroxyzine adalah obat antianxietas yang bekerja mendepresi sistem saraf
pusat dan mempunyai efek antikolinergik, antihistamin, dan antiemetik. Efek
sampingnya adalah mengantuk, pusing, dan mulut kering. Trimethobenzamide
(Tigan) juga merupakan antikolinergik.2,3
Droperidol (Inapsine) sering digunakan sebagai tranquilizer untuk anestesi,
tapi ini juga digunakan untuk menekan mual dan muntah. Droperidol dapat
menyebabkan aritmia jantung dan interval QT memanjang2,3
Ondansetron adalah reseptor antagonis selektif 5-HT3 yang paling banyak
digunakan untuk mengobati mual dan muntah akibat kemoterapi. Bekerja memblok
efek serotonin pada reseptornya pada nervus vagus terminal dan chemoreceptor
trigger zone pada sistem saraf pusat.2,3
Pyridoxin atau vitamin B6 (komponen dari Bendectin) direkomendasikan
untuk pasien hiperemesis gravidarum, karena defisiensi vitamin dapat menyebabkan
terjadinya mual dan muntah. 10 mg vitamin B6 tiga kali sehari secara nyata dapat
mengurangi mual dan muntah pada ibu hamil. Pyridoxine (vitamin B6) 10-25 mg per
oral merupakan terapi lini pertama dalam manajemen hiperemesis gravidarum. Ini
telah terbukti keamanan dan kefektifannya dalam mengurangi gejala mual dan
muntah.2,3

2.11. KOMPLIKASI
Komplikasi wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum adalah malnutrisi,
trombosis, ensefalopati Wernickes, posttraumatic stress disorder.2,3
1. Komplikasi neurologis
(a) Wernickes ensefalopati. Trias dari kelainan ini ialah gangguan penglihatan
berupa diplopia dan nistagmus, tidak dapat berpikir jernih (kebingungan), serta
kelemahan otot. Terkadang bisa sampai koma dan dapat terjadi abortus spontan.
Kelainan ini akibat dari defisiensi thiamine (B1) dan dicetuskan oleh pemberian
cairan mengandung glukosa sebelum defisiensi thiamine dikoreksi.2

11

(b). Neuritis perifer


(c). Korsakoffs psikosis. Merupakan kelainan pada otak yang melibatkan
hilangnya fungsi spesifik tertentu dari otak, akibat defisiensi thiamine. Merupakan
bentuk lanjut dari wernickes ensefalopati, dengan gejala berupa hilangnya
ingatan, tidak mampu untuk membuat ingatan baru, konfabulasi (cerita yang
dibuat-buat) dan halusinasi.2
(d). Central pontine myelinolysis, terjadi akibat deplesi natrium yang dikoreksi
terlalu cepat. Gejala cepat berupa kebingungan ketidakmampuan untuk melihat ke
satu titik untuk waktu yang lama, kuadriplegia spastik.2,3
2. Stress related mucosal injury, stres ulcer pada gaster.2,3
3. Jaundice. Terjadi akibat gangguan hati yang berkepanjangan sehingga
menyebabkan kadar bilirubin meningkat. Terjadi bila hiperemesis gravidarum tidak
ditangani.2,3
4. Koagulopati, terjadi akibat defisiensi vitamin K sehingga mengganggu
pembekuan darah.2,3
5. Disfungsi pencernaan.
6. Hipoglikemia
7. Malnutrisi dan kelaparan
8. Komplikasi potensial dari janin.
9. Kerusakan ginjal yang menyebabkan hipovolemia.
10.Intrauterine growth restriction (IUGR) dan kematian janin memiliki hubungan
dengan penyakit ini.
11. Sindrom Mallory-Weiss penurunan dari esofagus.
Belum ada penelitian jangka panjang yang dilakukan pada bayi dengan ibu
hiperernesis gravidarum. Kebanyakan komplikasi tampaknya berkaitan dengan
malnutrisi maternal yang berat. Seorang wanita yang kehilangan berat badan lebih
dari 10% dan gagal untuk mencapai berat badan adekuat sebelum persalinan akan
memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi pada janinnya. Selain risiko
penyakit kronis, komplikasi potensial dari janin lainnya adalah sebagai berikut:2,3
Persalinan preterm
Penyakit jantung bawaan
Abnormalitas pada kulit
Berat bayi lahir rendah
12

Panjang badan yang lebih pendek


Undescended testicles
Displasia panggul
Sekuele pada perkembangan neurologis
Defek pada neural tube
Malformasi susunan saraf pusat
Kematian perinatal
Keganasan testis
Gangguan emosi/perilaku

2.12. PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan adalah mengubah emesis agar tidak terjadi Hiperemesis:2,3
1. Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses psikologis.
2. Makan sedikit-sedikit tetapi sering, berikan makanan selingan super biskuit, roti
kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur. Hindari makanan
berminyak dan berbau, makanan sebaik disajikan dalam keadaan hangat.
3. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual dan muntah,
defekasi hendaknya diusahakan terakhir.

2.13. PROGNOSIS
Dengan penanganan yang baik, prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada
tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.2,3
Kriteria pulang

Mual dan mutah tidak ada lagi

Keluhan subyektif tidak ada

Tanda-tanda vital baik

13

BAB III
IKHTISAR KASUS

I.

IDENITAS PASIEN
Nama

: Ny. N

No.RM

Jenis kelamin

: Perempuan

Tanggal Lahir

: 11/05/1983

Umur

: 31 tahun

Masuk RS

01335414

29 November 2014

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis (tanggal 29 November 2014)
A. Keluhan utama
Mual dan muntah-muntah sejak 1 minggu SMRS.
B. Keluhan tambahan
Nafsu makan menurun, tidak bisa masuk makanan, nyeri daerah ulu hati, badan
lemas, pusing.
C. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RSUP fatmawati dengan keluhan mual dan muntah-muntah
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan dirasakan semakin hari
semakin bertambah. Muntah berupa cairan berwarna agak kekuningan yang
bercampur makanan dan minuman. Muntah pernah berupa cairan kehijauan. Muntah
pernah pula berupa darah. Frekuensi muntah >10 kali sehari, terjadi di sepanjang
hari terutama pagi hari. Muntah didahului mual dan tidak menyembur. Nafsu makan
menurun dan setiap makan akan keluar lagi. Pasien juga sering merasa kehausan,
namun ketika minum tidak lama kemudian pasien muntah. Pasien mengeluh adanya
nyeri di daerah ulu hati, pusing dan badan terasa lemas. Pasien mengaku BAK lancar
tapi lebih sedikit. BAB tidak ada keluhan.
Pasien G2P1A0 mengaku hamil 8 minggu, HPHT 25-09-2014, TP 2-07-2015.
Pasien memeriksa kehamilan di bidan teratur dua kali dan belum pernah USG

14

sebelumnya. Pasien menyangkal terdapat demam, riwayat perdarahan pervaginam dan


keputihan. Gerak janin belum dirasakan.
D. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan serupa pada kehamilan sebelumnya.
E. Riwayat menstruasi
Menarche

: 12 tahun

Lamanya

: 7 hari

Banyaknya

: 3 pembalut/hari

Dismenore

: (-)

Hari pertama haid terakhir

: 25-09-2014

Taksiran persalinan

: 02-07-2015

F. Status pernikahan
Status

: Menikah

Pernikahan

: 1 kali

Usia pernikahan

: 8 tahun

G. Riwayat kehamilan
1. 2007, aterm, spontan, bidan, laki-laki- 2900 gr
2. Hamil ini
H. Riwayat KB
KB suntik dan implan
I.Riwayat penyakit sistemik
Darah tinggi

: disangkal

Kencing manis

: disangkal

Asma

: disangkal

Penyakit jantung

: disangkal

J.Riwayat operasi
Belum pernah operasi sebelumnya
K.Riwayat penyakit keluarga
Darah tinggi

: disangkal

Kencing manis

: disangkal

Asma

: disangkal

Penyakit jantung

: disangkal

L.Riwayat kebiasaan dan psikososial


15

Merokok (-), jamu (-), alkohol (-), narkotik (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda vital
Tensi

: 100/70 mmHg

Nadi

: 98 x/mnt

Pernapasan

: 22 x/mnt

Suhu

: 36,5 0C

Tinggi badan : 165 cm


Berat badan

: Sebelum hamil

: 55 kg

Setelah hamil

: 50 kg

Kepala

: normocephali, rambut hitam, distribusi merata

Mata

: cekung +/+, pupil bulat isokor, konjungtiva anemis (-), sklera tidak
ikterik

Mulut

: lidah kering, sianosis (-)

THT

: sekret -/-, mukosa tidak hiperemis

Leher

: KGB dan kelenjar tiroid tidak teraba membesar

Thorak
Cor

: S1-S2 murni, reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

: Suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Mamme

: simetris, besar normal, retraksi papil -/-, areola mammae tidak


hiperpigmentasi

Abdomen

: Supel, datar, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba
membesar, bising usus (+) normal, turgor kulit baik

Ekstremitas

: Akral hangat
Edema tungkai -/Refleks fisiologis +/+
Reflek patologis -/-

B. Status Gynekologis
16

Abdomen
Inspeksi

: sedikit membuncit, striae gravidarum (-).

Palpasi

: TFU belum teraba

Anogenital
Inspeksi

: vulva dan uretra tenang

Inspekulo

: portio licin, ostium tertutup, fluor (+), fluxus (-)

VT

: Corpus uteri sebesar telur bebek, kedua parametrium lemas,


portio kenyal, tebal 2 cm tertutup, massa adneksa (-), nyeri
goyang portio (-), cavum douglass tidak menonjol.

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Rutin

Hasil

Nilai normal

Leukosit

9400

5000-10000

Hemoglobin

12,8

11,7-15,5 gr/dl

Hematokrit

41

33-45

Trombosit

260

ribu/mm3 150-400

Eritrosit

4,63

3,8 5,2 juta/ UL

VER

87,5

80-100 fl

HER

27,6

26-34 pg

KHER

32,3

32-36 gr/dl

RDW

14,1

11,5-14,5 %

GDS

96

<126 gr/dl

Urinalisa

Hasil

Nilai Normal

Urobilinogem

0,2

< 1 U.E/dl

Protein urine

+2

(-)

Berat jenis

1,025

1,003-1030

Bilirubin

(-)

(-)

Keton

(+3)

(-)

Nitrit

(-)

(-)

PH

6,0

4,8-7,4

Leukosit

(-)

(-)
17

Darah/HB

(+2)

(-)

Glukosa

(-)

(-)

Warna

Kuning

Kuning

Kejernihan

Jernih

Jernih

Sedimen urin

Hasil

Nilai Normal

Epitel

Leukosit

3-5

0-5/LBP

Eritrosit

1-2

0-2/LPB

Silinder

(-)

Kristal

(-)

Bakteri

(+)

(-)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG

: Tampak janin intrauterin


DJJ (+)
Kesan: Janin tunggal hidup intrauterin, hamil 8 minggu.

VI. RESUME
Anamnesis :
Pasien wanita umur 31 tahun datang pada tanggal 29 November 2014 dengan
keluhan mual dan muntah-muntah sejak 1 minggu SMRS, muntah dirasakan semakin
bertambah, sepanjang hari, lebih dari 10 kali, berupa cairan kuning bercampur makanan
dan minuman, kehijauan, pernah berupa darah, nafsu makan menurun, berat badan turun,
pusing (+), nyeri ulu hati (+), badan terasa lemas. Pasien hamil 8 minggu dengan tes
kehamilan (+). BAK lancar tapi lebih sedikit. ANC teratur di bidan.

Status generalis
Keadaan umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: compos mentis

Tanda vital

TD

: 100/70 mmHg

Nadi

: 98 x/mnt

Suhu : 36,20 C
18

RR

: 22 x/mnt

Mata

: cekung +/+

Mulut

: lidah kering

Abdomen

: nyeri tekan (+) di regio epigastrium, turgor baik

Status Obstretikus
Inspeksi

: V/U tenang, perdarahan aktif(-)

Inspekulo

: portio livid, ostium tertutup, fluor (-), fluxus (-)

VT

: Corpus uteri sebesar telur bebek, kedua parametrium lemas, portio


kenyal, tebal 2 cm tertutup, adneksa massa (-), nyeri tekan (-), nyeri
goyang portio (-), cavum douglassi tidak menonjol.

Pemeriksaan laboratorium
GDS : 96 mg/dl
Keton urine +3

VII. DIAGNOSIS
Ibu

: G2P1A0 Hamil 8 minggu dengan hiperemis gravidarum tingkat I

Janin

: Janin tunggal hidup intrauterin

VIII. PENATALAKSANAAN
Rcn Dx/ : - Periksa DPL, UL, GDS, keton urin, elektrolit
- Observasi tanda vital, mual dan muntah
Rcn Th/ : - Kaen Mg 3 : Dextrose 5% : NaCl 0,9 = 1 : 1 : 1
- Ranitidin 2x1 amp iv
- Ondancentron 2 x 1 amp iv
- Makan dalam porsi sedikit namun sering

IX. PROGNOSIS
Ibu

Janin

: Ad vitam

: ad Bonam

Ad fungsionam

: dubia ad bonam

Ad sanasionam

: dubia ad bonam

: dubia ad Bonam
19

BAB IV
ANALISIS KASUS

Pasien ini didiagnosis sebagai Hiperemis gravidarum berdasarkan atas


anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Wanita 231 tahun, G2 hamil 8 minggu
Mual dan muntah sejak 1 minggu SMRS, yang semakin hari semakin bertambah,
frekuensi >10x dalam sehari, muntah berupa cairan kekuningan bercampur makananminuman, kehijauan, pernah seperti darah
Nafsu makan menurun, badan lemas, tidak dapat bekerja, pusing, dan nyeri ulu hati
Berat badan turun 5 kg selama kehamilan ini
HPHT : 25 September 2014
Pada pasien ini terdapat gejala-gejala hiperemesis gravidarum yang sesuai dengan
kepustakaan. Dimana terjadi mual dan muntah yang dirasakan semakin hari semakin
bertambah dan mengakibatkan gangguan gizi, hambatan aktivitas sehari-hari, terdapat
tanda-tanda dehidrasi, serta terjadi pada trimester pertama.

2. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis

Ku/Kes

: sakit sedang / compos mentis

Tanda Vital

:TD

: 100/70 mmhg

: 98 x/mnt

RR

: 22 x/mnt

: 36,20 C

Mata

: cekung +/+

Mulut

: lidah kering

Abdomen

: NT (+) di regio epigastrium, turgor kulit baik

Status Gynekologis

Abdomen :
Inspeksi

: sedikit membuncit, striae gravidarum (-).

Palpasi

: TFU belum teraba


20

Anogenital :
Inspeksi

: V/U tenang, perdarahan aktif(-)

Inspekulo

: portio livid, ostium tertutup, fluor (-), fluxus (-)

VT

: Corpus uteri sebesar telur bebek, kedua parametrium lemas, portio


kenyal, tebal 2 cm tertutup, adneksa massa (-), nyeri tekan (-), nyeri
goyang portio (-), cavum douglassi tidak menonjol.
Pada status generalis tekanan darah sedikit menurun tetapi masih dalam batas

normal. Terdapat tanda-tanda dehidrasi yaitu mata cekung dan bibir kering. Muntah yang
berlebihan menyebabkan iritasi pada lambung karena asam lambung meningkat, sehingga
didapatkan nyeri pada epigastrium. Pada status gynekologis pada inspeksi terlihat perut
sedikit membuncit dan TFU belum teraba. Hal ini sesuai dengan usia kehamilan 8 minggu
dan janin hidup intra uterin. Keadaan ini penting untuk diketahui karena untuk dapat
menegakkan diagnosis hiperemesis gravidarum pertama kali kita harus yakin bahwa
pasien dalam keadaan hamil.

3. Pemeriksaan penunjang
Lab

: GDS : 96 mg/dl
Keton urin +3

USG : Janin tunggal hidup intrauterin, hamil 8 minggu.


Pada pemeriksaan urin didapat keton urin +3, hal ini terjadi karena cadangan
karbohidrat dan lemak yang ada habis terpakai untuk energi, sehingga terjadi ketosis
dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah,
serta keton pada urin. Pada pasien ini seharusnya juga diperiksa kadar elektrolit karena
pada hiperemesis gravidarum biasanya kadarnya menurun akibat dari muntah-muntah
yang berlebihan. Pada USG didapatkan adanya janin intrauterine tunggal hidup serta tidak
adanya penyakit trofoblas maupun kehamilan kembar yang merupakan faktor resiko
terjadinya hiperemesis gravidarum.
Pada pasien ini merupakan hiperemesis gravidarum tingkat 1 karena baik
gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan gejala
tingkat 1 berupa muntah terus menerus dan mempengaruhi keadaan umum penderita,
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium.
Nadi dalam batas normal, tekanan darah sistolik sedikit menurun, lidah kering dan mata
cekung.
21

4.

Penatalaksanaan
Indikasi pasien untuk dirawat:
1. Apa yg dimakan dan diminum, dimuntahkan lagi, apalagi kalau berlangsung
lama
2. Mata cekung, lidah kering
3. Aseton dalam urin.
Pada pasien ini memenuhi 3 dari 4 indikasi untuk dirawat pada hiperemesis

gravidarum, kecuali penurunan berat badan sebesar 10% karena pada pasien ini terjadi
penurunan 9%..
Terapi yang diberikan yaitu dengan cairan parentral untuk rehidrasi. Diberikan
Kaen Mg 3:Dekstrose 5% : NaCl 0,9 = 1:1:1. Pemberian ondancentron untuk mengatasi
mual dan muntah. Ranitidin untuk iritasi lambungnya. Istirahat cukup dan pemberian
makan porsi sedikit tapi sering juga diperlukan. Pengobatan ini telah sesuai dengan
penatalaksanaan hiperemis gravidarum.

22

BAB V
KESIMPULAN
Mual dan muntah adalah gejala normal pada awal kehamilan. Jika keadaan ini
berlanjut maka dapat menyebabkan keadaan yang serius yang dikenal sebagai hiperemesis
gravidarum. Muntah-muntah yang sering mengakibatkan keadaan umum ibu terganggu,
dehidrasi, gangguan elektrolit, gangguan gizi yang akhirnya dapat mengganggu ibu dan
pertumbuhan janin.
Pada ibu disarankan diet diberikan secara bertahap agar muntah dapat berkurang.
Antenatal care yang teratur sangat membantu dalam mengawasi ibu dan janin sehingga
apabila ada kelainan yang terjadi dapat ditangani lebih dini.

23

DAFTAR PUSTAKA
1.

Gazmararian JA, Petersen R, Jamieson DJ, et al. Hospitalizations during pregnancy


among managed care enrollees. Obstet Gynecol. 2002;100(1):94100.

2.

Cunningham, F.G. Hyperemesis Gravidarum, in Williams Obstetrics. 22th Edition.


Prentice Hall International, USA: 2007.

3.

Niebyl JR. Nausea and Vomiting in Pregnancy. N Engl J Med 2010;363:1544-50.

4.

World Health Organization. International Statistical Classification of Diseases and


Related Health Problems. 10th Rev. World Health Organization; 2007. Available from:
http://apps.who.int/classifications/apps/icd/icd10online2007/. Accessed April 15, 2013.

5.

Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum, dalam Ilmu Kebidanan. Balai Penerbit FKUI,


Jakarta: 2005. Hal 275-280.

6.

Alan H. DeCherney, MD. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology,
Tenth Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. USA: 2007.

7.

Ogunyemi,Dotun A., Hyperemesis Gravidarum. UCLA: Department of Obstetrics and


Gynecology, Cedars Sinai Medical Center; 2007. http://www.emedicine.com (Accessed
November, 2014).

8.

Vikanes A, Skjaerven R, Grjibovski AM, Gunnes N, Vangen S, Magnus P. Recurrence


of hyperemesis gravidarum across generations: population based cohort study. BMJ.
2010;340:c2050.

9.

Sandven I, Abdelnoor M, Nesheim BI, Melby KK. Helicobacter pylori infection and
hyperemesis gravidarum: a systematic review and meta-analysis of case-control studies.
Acta Obstet Gynecol Scand. 2009;88(11):11901200.

24

Anda mungkin juga menyukai