D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
YOSSIE YOHANA PUTRI SIPAYUNG/1151171027
DOSEN PEMBIMBING
Anifah,S.Sos,M.Pd
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I
: PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
BAB II
1
LATAR BELAKANG........................................................
PERUMUSAN MASALAH...............................................
MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN......................
MANFAAT PENELITIAN................................................
2
2
3
3
: LANDASAN TEORITIS
A. STRATEGI KOPING........................................................ 4
B. HUBUNGAN ANTARPRIBADI....................................... 6
C. GANGGUAN DALAM HUBUNGAN ANTARPRIBADI
7
DESAIN PENELITIAN.....................................................
SUBJEK PENELITIAN....................................................
METODE PENGUMPULAN DATA...............................
METODE ANALISIS DATA ............................................
8
8
8
8
9
9
12
: PENUTUP
A. KESIMPULAN..................................................................
B. SARAN-SARAN.................................................................
14
14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
14
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pacaran sangat akrab dengan kehidupan remaja. Pacaran menurut remaja adalah
suatu ikatan perasaan cinta dan kasih antara dua individu yakni laki-laki dan perempuan
untuk menjalin suatu hubungan yang lebih dekat, pada esensinya untuk saling mengenal lebih
jauh, untuk membina hubungan saling pengertian dan perhatian atau untuk mencari pasangan
hidup yang dianggap cocok. Hubungan sebagai sesuatu yang terjadi bila dua orang saling
mempengaruhi satu sama lain, bila yang satu bergantung pada yang lain (Kelly, 1983 dalam
Freedman dkk 1985).
Remaja yang memasuki perguruan tinggi atau perkuliahan mendapatkan banyak
materi kognitif dan pengalaman yang lebih mendewasakan pola berfikir. Mereka dapat
merencanakan masa depan yang lebih realistis. Masa remaja yang transisi mulai terlewatkan.
Kondisi emosional dan kognitif yang matang membuat remaja dapat menganalisa hakikat dan
mengevaluasi apa yang dilakukannya.
Evaluasi tidak terkecuali pada hubungan keterikatan emosional dengan lawan jenis
atau pacar, dimana pacar merupakan pribadi yang memberi kasih sayang, perhatian, dan
selalu menemani dalam kondisi diperlukan. Banyak peran pacar yang dirasakan sehingga
menimbulkan rasa keterikatan sesama pihak.
Hubungan berpacaran mendapatkan stigma negatif dalam lingkungan pendidikan
maupun masyarakat karena hubungan ini banyak menimbulkan dekadensi moral bagi remaja.
Seks pra-nikah banyak terjadi pada hubungan ini. Oleh karena itu, meskipun telah memiliki
keterikatan emosional, remaja yang telah menyadari dan memahami dampak negatif tersebut
akan memutuskan hubungan berpacaran dengan suatu tekad yang kuat.
B.
PERUMUSAN MASALAH
Penelitian ini menggunakan pertanyaan penelitian:
C.
D.
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai penelitian
kualitatif itu sendiri. Selain itu untuk mengetahui bentuk-bentuk strategi koping bagi
mahasiswi khususnya setelah mengambil keputusan untuk memutuskan pacar. Keputusan
yang dilandasi oleh motif tertentu bagi memperlancar kuliah dan mencapai impian.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Strategi Koping
1.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa strategi koping adalah usaha-usaha mental dan
perilaku yang dilakukan oleh individu untuk mengendalikan, mengatasi, mengurangi atau
mentoleransi berbagai keadaan dan situasi yang dapat menimbulkan tekanan terhadap
individu.
2.
2001: 52). Emotion-focused coping merujuk pada berbagai upaya untuk mengurangi berbagai
reaksi emosional negative terhadap stress. Dalam Emotion-focused coping, individu
melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan
dampakk yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan
(Mutadin, 2002).
Menurut Parker dan Endler (1996) ada lima dimensi dalam Emotion-focused coping (dalam
Arianti, 2002: 23-24), yaitu:
1. Mencari dukungan social untuk alasan emosional (seeking support for emotional
reasons) adalah mendapat dukungan moral, simpati dan pemahaman.
2. Interpretasi kembali secara positif dan pendewasaan diri (positive interpersonal and
growth) bertujuan untuk lebih mengendalikan emosi-emosi yang tidak menyenangkan
daripada menghadapi sumber stress secara langsung.
3. Penolakan (denial)diartikan sebagai ketidakmauan untuk mempercayai ada sumber stress
atau mencoba untuk bertindak seolah-olah sumber stress tidak nyata.
4. Penerimaan (acceptance) adalah sesuatu yang harus diterima namun belum tentu pada
keadaan dimana sumber stress tersebut mudah diubah.
5. Berpaling pada agama (turning to religion) yaitu agama merupakan sumber dukungan
emosi.
Menurut Lazarus and Folkman (1984, dalam Mutadin, 2002), individu menggunakan
kedua strategi koping ini untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai
ruang lingkup kehidupan sehari-hari. Proporsi penggunaan kedua strategi ini relative
bervariasi tergantung pada bagaimana penilaian individu terhadap situasi yang sedang
dihadapinya.
Pada umumnya jika individu merasa yakin dengan sumber daya yang dimilikinya dan
menilai situasi yang dihadapinya dapat dikendalikan dan diatasinya, maka ia akan cenderung
menggunakan problem-focused coping, tetapi jika individu merasa tidak dapat mengubah
situasi yang menekan dan hanya dapat menerima situasi tersebut karena sumber daya yang
dimilikinya tidak cukup untuk menghadapi situasi tersebut maka ia cenderung akan
menggunakan bentuk emotion-focused coping. Selain itu, Lazarus dan Folkman (1984) juga
menambahkan bahwa individu paa umumnya menggunakan problem-focused copingjika
menghadapi masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan menggunakan emotion-focused
coping jika menghadapi masalah yang berkaitan dengan kesehatan (Arianti, 2002: 25).
3.
Factor yang mempengaruhi strategi koping yag dipilih oleh individu (Mutadin,
2002), antara lain adalah:
a.
Kesehatan fisik. Kesehatan merupakan hal yang penting karena selama dalam usaha
mengatasi stress individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar.
b. Keyakinan atau pandangan (locus of control). Keyakinan menjadi sumber daya psikologis
yang sangat penting. Misalnya keyakinan akan nasib (locus of control external) yang
mengarahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan
c.
masyarakat.
Dukungan sosial. Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan
emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain,
f.
orang yang dirasakan paling dekat (Bersceid dkk, 1989). Jika hubungan sudah beitu
dekatnya, orang dapat saling memasukkan ke dalam dirinya masing-masing (Inclusion of
other in the self/IOS)(Aron, Aron & Smollan, 1982). Dalam keadaan ini kedua orang rasanya
tak dapat dipisahkan lagi dan lahirlah puisi-puisi atau tembang-tembang yang indah
mengenai hubungan mereka. (kalau aku jadi kumbang, abang jadi kumbangnya). Pada
umumnya hubungan romantis ini disebut hubungan cinta oleh remaja.
Ciri hubungan romantis adalah cinta yang membara (passionate love). Cinta seperti
ini ditandai oleh kecenderungan untuk terus menerus tidak dapat melupakan pasangannya,
baik dalam pikiran, ucapan maupun perbuatan. Pacar itu (sasaran cinta) juga dinilai selalu
positif, selalu sempurna. Kekurangan sedikit-sedikit (seperti gigi gingsul, mata sipit sebelah
atau malas mandi, atau agak cerewet) justru dipandang sebagai penambah kesempurnaan
sang pacar. Padahal, kalau sudah tidak cinta lagi akan menjadi sumber kritik. Cinta yang
membara juga ditandai dengan hasrat seksual, mudah terangsang secara fisik, selalu ingin
bersama, tidak mau memikirkan kalau harus berpisah dan selalu ingin berbalas cinta
(Hatfield, 1988).
C.
1.
Kerugian
Kerugian merupakan konsekuensi negatif dari suatu hubungan. Hubungan bisa
mendatangkan kerugian, misalnya karena memakan waktu dan tenaga terlampau banyak,
karena banyak menimbulkan pertentangan, karena orang lain tidak menyetujui hubungan itu,
dan sebagainya. Hubungan juga dianggap merugikan bila menutup peluang untuk mengikuti
kegiatan yang bermanfaat misalnya akhir pekan dihabiskan untuk jalan bareng bersama
pacar, yang berarti pada saat yang sama individu bersangkutan tidak mungkin belajar atau
mengunjungi sanak saudara (freedman dkk, 1985).
2.
Mengevaluasi hasil
Orang menggunakan beberapa tolok ukur untuk menilai hasil suatu hubungan. Tolok
ukur yang paling sederhana adalah dengan melihat apakah hubungan itu menguntungkan atau
merugikan. Biasanya individu cenderung mencari hasil akhirnya saja, apakah resultan dari
3.
Konflik
Konflik yang terjadi pada hubungan remaja / mahasiswa adalah konflik di sekitar norma dan
peran. Misalnya, salah satu pihak tidak mengerti akan cita-cita dan kehendak pasangannya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan strategi koping remaja putri /
mahasiswi yang memutuskan hubungan dengan lawan jenis dengan alasan tidak ingin
berpacaran lagi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang merupakan desain
penelitian yang bersifat alamiah, dalam arti peneliti tidak berusaha memanipulasi seting
penelitian, melainkan melakukan studi terhadap suatu fenomena.
Alasan menggunakan metode penelitian kualitatif adalah berdasarkan pendapat Alsa
(2003) yaitu penelitian kualitatif umumnya dipakai apabila peneliti tertarik untuk
mengeksplorasi dan memahami satu fenomena sentral, seperti proses atau peristiwa.
Data yang muncul dalam penelitian kualitatif ini berbentuk kata-kata, dan bukan
rangkaian angka. Cara-cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah dengan
melakukan wawancara langsung dan tak langsung.
B.
SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian adalah 2 orang remaja / mahasiswi UIN SUSKA yang tidak lagi
memiliki hubungan dengan lawan jenis / berpacaran.
C.
1. Wawancara langsung
2. Wancara tak langsung
D.
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN, DAN
PEMBAHASAN
A.
PERSIAPAN PENELITIAN
Langkah awal dari penelitian ini adalah mengumpulkan dan mempelajari sejumlah
literature baik dari buku, jurnal maupun artikel yang berkaitan dengan topik strategi koping
remaja yang memutuskan hubungan berpacaran. Sebelum peneliti melakukan penelitian maka
terlebih dahulu mempersiapkan instrumen yang digunakan yaitu, alat perekam, pedoman
wawancara, dan instrumen lainnya untk menunjang kelancaran jalannya penelitian.
Kemudian peneliti mencari subjek yang memenuhi kriteria.
B.
PELAKSANAAN PENELITIAN
Peneliti menjalin komunikasi yang baik guna memperlancar proses penelitian.
Kemudian peneliti memilih tempat yang sesuai untuk melakasanakan wawancara agar
partisipan tidak bias dan bebas bercerita. Penelitian berlangsung mulai dari tanggal 3 januari
sampai 15 januari 2012.
Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat janji untuk mengadakan
wawancara dengan subjek dan mengambil data pribadi yang diperlukan.
C.
HASIL PENELITIAN
Hasil pengumpulan data yang menggunakan metode wawancara, peneliti melakukan
pemilahan kategorisasi dari setiap responden. Masalah-masalah psikologis remaja/
mahasiswa yang memutuskan hubungan berpacaran berkaitan dengan rasa bersalah dan
kesepian.
Selanjutnya diperoleh data sebagai berikut:
Masalah-masalah psikologis pasca memutuskan pacar
Responden: KT
Aktivitas apa yang menyenangkan saudari ?
Mengamati dan berinteraksi dengan hal-hal yang bersifat ilmiah
Apa yang ingin saudari capai dalam hidup ?
Kesuksesan. (menjadi wanita mandiri dalam aspek ekonomi dan memperoleh pasangan hidup
yang baik, menjalin hubungan baik dengan lingkungan sosial)
Bagaimana pendapat saudari apabila ada pertanyaan mengapa tidak berpacaran ?
Karena berpacaran lebih banyak membawa dampak negatif dalam kehidupan saya dan
pacaran bukan jaminan memperoleh pasangan hidup yang tepat.
Menurut saudari, berhakkah anda memutuskan pacar tanpa ada perselisihan? Patutkah hal
itu terjadi?
Tidak, saya berhak memutuskan pacar, perselisihan pasti ada meskipun sedikit.
Bagaimana pandangan saudari tentang pacaran ?
Pacaran merupakan hal yang pada umumnya dipandang sebagai masa pengenalan /
pencarian pasangan hidup tapi sekaligus menjadi hal yang lebih banyak dampak negatifnya
dan dilarang agama.
Apa saja masalah yang dihadapi pasca memutuskan pacar ?
Kesepian, munculnya rasa bersalah yang tidak hanya berasal dari diri sendiri namun juga
teman-teman mantan saya yang tidak mendukung keputusan saya dengan cara memberikan
komentar-komentar yang dapat memojokkan saya.
Apakah saudari tetap dihargai pacar setelah memutuskannya ?
Tetap dihargai namun butuh waktu.
Siapakah yang memotivasi atau hal apa yang mendasari tindakan saudari memutuskan
pacar ?
Keluarga, pengetahuan agama dan keputusan / pertimbangan yang matang dan objektif.
Apakah saudari memiliki hambatan setelah memutuskan pacar ?
Iya
Menurut saudari, apakah hubungan berpacaran harus dilanggengkan layaknya pernikahan?
Tidak. Karena berpacaran hanya merupakan tahap pengenalan terhadap pribadi masingmasing meskipun hanya 50% atau kurang 50%. Tidak ada ikatan yang sah baik dari segi
hukum atau agama yang ada hanya ikatan hati!!
D.
PEMBAHASAN
Hubungan antarpribadi remaja khususnya yang berlawanan jenis melibatkan emosi
keterikatan seperti suami istri. Hubungan ini memiliki passionate love (cinta romantis) pada
awal hubungan namun akan cepat berakhir jika satu pihak atau keduanya mengalami konflik.
Konflik terjadi karena adanya kejenuhan dari hubungan yang monoton, ketidakjelasan arah
hubungan, dan adanya motivasi untuk mencapai cita-cita. Hubungan passionate love
(hubungan tanpa status) ini diyakini menghambat pencapaian cita-cita.
Evaluasi mengenai kerugian waktu dan materi memperkuat keputusan untuk
mengakhiri hubungan passionate love ini. Walaupun keterikatan emosional berat untuk
dilepaskan, adanya prinsip dapat mengatasi rasa bersalah tersebut. Prinsip yang dimaksud
adalah tidak lagi menganggap pacaran itu sebuah kebutuhan emosi akan tetapi pacaran
merupakan hal yang tak baik. Pacaran memiliki dampak negatif lebih daripada dampak
positif.
Remaja yang telah memasuki dunia perkuliahan lebih mengedepankan pemikiran
logis ketimbang emosional semata. Remaja yang kuliah atau mahasiswa lebih banyak
berinteraksi dengan berbagai individu dan latabelakang budaya. Interaksi ini memberikan
pengalaman yang membuka wawasan atau referensi untuk berani melakukan atau membuat
keputusan. Keputusan untuk memutuskan pacar dimaksudkan untuk membebaskan diri dari
kekangan pacar yang dinilai tak lagi penting.
Memutuskan pacar menimbulkan masalah emosional yang membutuhkan waktu dan
proses untuk menstabilkan kembali. Diantara masalah emosional adalah rasa bersalah,
kesepian, rasa kehilangan, ketiadaan perhatian dan adanya sikap pacar yang negatif. Sikap
pacar ditanggapi dengan menjelaskan kronologi pengambilan keputusan atau diam jika sikap
pacar itu dinilai tak wajar.
Masalah-masalah emosional seperti rasa kesepian, rasa bersalah, dan ketiadaan
perhatian diatasi dalam bentuk menyibukkan diri di organisasi, fokus pada kuliah,
meningkatkan religiusitas, berkumpul dengan teman-teman, dan memilih lingkungan
kondusif.
Proses menstabilkan membutuhkan usaha dan waktu yang lama. Kenangan tentang
pacaran dapat mengusik konsentrasi dalam belajar. Rasa kesepian dan ketiadaan perhatian
membuat subjek merindukan mantan pacarnya. Strategi koping yang digunakan adalah
dengan memikirkan kembali keputusan yang telah dibuat, mengevaluasi hasil berpacaran
banyak merugikan waktu dan materi, serta menyadari bahwa pacaran itu dilarang oleh agama
dan tak ada izin dari orang tua.
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Memutuskan hubungan berpacaran dilandasi dengan pemikiran logis bahwa
berpacaran akan menghambat pencapaian cita-cita dan memiliki dampak negatif lebih
daripada dampak positif. Masalah-masalah psikologis yang timbul setelah remaja
memutuskan pacar adalah rasa bersalah, rasa kesepian, muncul kenangan tentang pacar, rasa
rindu, ketiadaan perhatian dan adanya sikap pacar yang negatif. Hal tersebut dapat diatasi
dengan strategi koping dalam bentuk menyibukkan diri di organisasi, fokus kuliah, memilih
lingkungan baru dan meningkatkan religiusitas.
B.
SARAN-SARAN
Penelitian ini kekurangan subjek yang memenuhi kriteria. Peneliti disarankan untuk
mencari responden di luar wilayah penelitian ini di ambil agar lebih memperkaya informasi
dan pemahaman dari banyaknya pengalaman orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Freedman Dkk. 2006. Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Wade, Carol & Wave, Carol. 2007. Psikologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Nesfvi, Indria. 2008. Hubungan Antara Locus Of Control Dengan Strategi Koping Wanita
Menopause Di Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru. Skripsi.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pertanyaan awal:
1. Apa sebabnya memutuskan pacar?
2. Bagaimana kondisi psikologis setelah memutuskan pacar?
3. Bagaimana bentuk strategi koping untuk mengatasi masalah psikologis setelah memutuskan
pacar?
Panduan wawancara
Karakteristik responden
a.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
KT
Inisial
: KT
Ttl
: Tanah karo, 5 mei 1990
Asal daerah : Berastagi
Anak ke
:2
Jumlah saudara: 2
Alamat
: jl. Gurilla
Jurusan
: Pendidikan kimia, fakultas tarbiyah
KR
Inisial
: KR
Ttl
:Medan, 12 juni 1991
Asal daerah : Medan
Anak ke
:3
Jumlah saudara: 4
Alamat
: jl. Simalingkar
Jurusan
: psikologi
Daftar pertanyaan berkaitan dengan masalah pasca memutuskan pacar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1. Menurut saudari, kualitas diri atau potensi diri apa yang harus dikembangkan seorang
perempuan lajang?
2. Bagaimana saudari menanggapi keputusan sendiri?
3. Bagaimana saudari menghadapi hambatan dalam keseharian berkaitan dengan ketidakhadiran
4.
5.
6.
7.
pacar?
Apa yang akan dilakukan saudari menghadapi stigma pacar?
Bagaimana menghadapi rasa kesepian saudari?
Bagaimana saudari menghadapi sikap pacar setelah memutuskan hubungan?
Bagaimana saudari membangun komunitas (kelompok sosial) / dukungan sosial dalam
kondisi ini ?
8. Bagaimana saudari mempersiapkan diri untuk masa yang akan datang?
9. Bagaimana saudari menghilangkan rasa kesepian?