Anda di halaman 1dari 3

Air Bersih di Perumahan Tanggungjawab Siapa?

Detail
Diterbitkan pada 17 April 2014
Ditulis oleh Humas
Dilihat: 569

Share

Air Bersih di Perumahan Tanggungjawab Siapa?


Melihat dari pertanyaan diatas membuat masyarakat yang membeli ataupun yang akan melakukan
pembelian rumah di suatu perumahan menjadi bertanya-tanya, apakah tanggungjawab Pengembang
(developer) atau Pemerintah Daerah?
Jika merujuk pada perjanjian jual beli sebenarnya menjadi tanggungjawab developer atau
pengembang, tapi pada kenyataannya jauh panggang dari api. Masyarakat harus memenuhi
kebutuhannya sendiri termasuk mencari, membeli dan mengangkut sendiri air bersih untuk
kebutuhannya.
Pengaturan mengenai perumahan diatur terutama dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Pemukiman (UU 1/2011). BerdasarkanPasal 1 angka 2 UU 1/2011,
pengertian perumahan adalah:
..kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang
dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang
layak huni.
1. TANGGUNGJAWAB PENGEMBANG
Tanggungjawab pengembang itu sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dimana perusahaan pembangunan perumahan harus membangun dan menyediakan tanah sesuai
dengan Pasal 11 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 2009 tentang
Penyerahan Prasarana Lingkungan, Sarana Umum dan Sarana Sosial Perumahan kepada
Pemerintah Daerah, yang berbunyi:
pemerintah daerah meminta pengembang untuk menyerahkan prasarana, sarana, dan utilitas
perumahan dan pemukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10 yang
dibangun oleh pengembang
Sedangkan berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Balikpapan No. 5 Tahun
2013 tentang Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas pada Kawasan Perumahan, yang
berbunyi:
setiap pengembang dalam melakukan pembangunan perumahan wajib menyediakan Prasarana,
Sarana dan Utilitas sebesar 40 % (empat puluh persen) dari luas lahan yang tergambar di dalam
rencana tapak.
Jadi Pengembang (developer) harus melakukan pembangunan Prasarana, Sarana dan Utilitas pada
Kawasan Perumahan yang meliputi: (lihat Pasal 6 ayat (1) PERDA Kota Balikpapan 5/2013)

a. Prasarana, antara lain:


1. Jaringan Jalan;
2. Jaringan Saluran air limbah;
3. Instalasi pengolahan air limbah kawasan;
4. Jaringan saluran pembuangan air hujan (drainase);
5. Tempat pembuangan sampah sementara; dan
6. Bendali/ bozem/ polder.
b. Sarana, antara lain:
1.
Sarana perniagaan/ perbelanjaan;
2.
Sarana pelayanan umum dan pemerintahan;
3.
Sarana pendidikan;
4.
Sarana kesehatan;
5.
Sarana peribadatan;
6.
Sarana rekreasi dan olahraga;
7.
Sarana pemakaman/ tempat pemakaman;
8.
Sarana pertamanan dan ruang terbuka hijau; dan
9.
Sarana parker dan pos keamanan.
c. Utilitas, antara lain:
1. Jaringan air bersih;
2.
Jaringan air limbah;
3.
Jaringan listrik;
4.
Jaringan telepon;
5.
Jaringan gas;
6.
Jaringan transportasi; dan
7.
Sarana pemadaman kebakaran.
Jika melihat pada definisi pengembang dan perumahan tersebut diatas, sudah dapat diketahui bahwa
prasarana, sarana dan utilitas umum merupakan syarat yang harus dilengkapi dalam suatu
perumahan. Bahkan, ketika perumahan tersebut masih dalam tahap pembangunan, pemasaran
perumahan melalui sistem perjanjian pendahuluan jual-beli baru dapat dilakukan setelah adanya
kepastian atas ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum (lihat Pasal 42 UU 1/2011).
Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan harus memenuhi persyaratan (Pasal
47 ayat [3] UU 1/2011):
a. kesesuaian antara kapasitas pelayanan dan jumlah rumah;
b. keterpaduan antara prasarana, sarana, dan utilitas umum dan lingkungan hunian; dan
c. ketentuan teknis pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum.
Jadi
pada kesimpulannya
air
bersih di
kawasan
perumahan
merupakan
tanggungjawab Pengembang (Developer) bukanPemerintah Daerah, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Bilamana menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah,
Pengembang (Developer) telah membangun prasarana, sarana, dan utilitas yang kemudian diserahkan
kepada Pemerintah Daerah setempat (lihat Pasal 11 dan Pasal 14 PERMENDAGRI No. 9/ 2009).
Tanggungjawab Pemerintah Daerah itu sendiri mengenai air bersih diserahkan kepada PDAM sebagai
pengelolaan air bersih/ minum untuk masyarakat daerahnya, yang mana pendiriannya
berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA).
Misalnya :
PDAM Kota Balikpapan yang pendiriannya berdasarkan Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor
3 Tahun 2008 tentang PDAM Kota Balikpapan, yang mana bertujuan sebagai salah satu sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali masyarakat
yang berada di Kawasan Perumahan yang mana diatur lebih lanjut oleh Peraturan Walikota
Balikpapan Nomor 19 Tahun 2010 tentang Sistem Penyediaan Air Minum, pada Pasal 11
yaitu Penolakan Pemasangan.

Dikarenakan PDAM Kota Balikpapan di dalam cakupan pelayanannya kepada masyarakat daerah belum
mencapai 80 % (seratus persen) dari jumlah penduduk yang mana terkendala dari pasokan air baku,
listrik maupun jaringan Distribusi, maka dari itu PDAM Kota Balikpapan di dalam pelayanan
Sambungan Barunya membatasi area wilayah yang di layaninya, selain itu juga karena faktor
Geografis Kota Balikpapan tersebut.
3. LARANGAN PENGEMBANG
Pihak pengembang (developer) dilarang menyelenggarakan pembangunan perumahan, yang tidak
membangun perumahan sesuai dengan kriteria, spesifikasi, persyaratan, prasarana, sarana,
dan utilitas umum yang diperjanjikan (Pasal 134 UU 1/2011).
Jadi, dalam hal ini Saudara perlu melihat lagi dalam perjanjian jual-beli rumah mengenai segala
prasarana, sarana, dan utilitas umum yang telah dijanjikan oleh pihak pengembang.
Apabila pihak pengembang sudah menjanjikan namun tidak dibangun atau kriteria, spesifikasi,
persyaratan, prasarana, sarana, dan utilitas umum tidak sesuai, maka dapat dikenai sanksi
administratif yang dapat berupa sebagaimana disebutkanPasal 150 ayat (2) UU 1/2011. Selain
itu, pihak pengembang yang bersangkutan juga dapat dijerat pidana berdasarkan Pasal 151 UU
1/2011, yang berbunyi sebagai berikut:
(1)

Setiap orang yang menyelenggarakan pembangunan perumahan, yang tidak membangun


perumahan sesuai dengan kriteria, spesifikasi, persyaratan, prasarana, sarana, dan utilitas umum
yang diperjanjikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134, dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2)

Selain pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa membangun kembali perumahan sesuai dengan kriteria, spesifikasi, persyaratan,
prasarana, sarana, dan utilitas umum yang diperjanjikan.
DASAR HUKUM
(1) Pasal 1457 KUH Perdata tentang Perikatan;
(2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman;
(3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyerahan;
Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan dan Permukiman di Daerah;
(4) Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 5 Tahun 2013 tentang Penyerahan Prasarana,
Sarana dan Utilitas Umum pada Kawasan Perumahan; dan
(5) Peraturan Walikota Balikpapan Nomor 19 Tahun 2010 tentang Sistem Penyediaan Air minum.

4.

Anda mungkin juga menyukai