ke
dalam
makanan
dalam
jumlah
sedikit,
yaitu
untuk
Penentuan
mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor,
diantaranya cita rasa, warna, tekstur dan nilai gizinya. Disamping itu ada
faktor lain, misalnya sifat mikrobiologis. Tetapi sebelum faktor-faktor lain
mendapat
sertifikat.
Dalam
certified
color
terdapat
spesifikasi
yang
Lake
diizinkan
pemakainnya
sejak
tahun
1959,
dan
Indeks Warna
41000
75520
11020
27755
77491
11270
14270
12156
13015
42085
13065
12100
12170
11380
11390
16230
15980
15970
16155
14700
16290
45170
12055
14815
42640
Tabel 2. Jenis pewarna sintesis pada produk makanan dan batas maksimum
penggunaannya
No.
1.
Nama BTM
Biru berlian
Batas Maksimum
penggunaan
100 mg 300 mg /
kg
Coklat HT
jeli
Minuman ringan, makanan
Eritrosin
70 mg 300 mg /
kg
15 mg 300 mg /
kg
Hijau FCF
100 mg 300mg /
kg
Hijau S
jeli
Minuman ringan, makanan
Indigotin
kg
6 mg 300 mg /
8
9
Karmiosin
jeli, Yoghurt
Minuman ringan, makanan
kg
57 mg 300 mg /
Kuning FCF
krim, Yoghurt
Minuman ringan, makanan
kg
12 mg 300 mg /
Kuning kuinolin
kg
50 mg 300 mg /
kg
70 mg 300 mg /
10
Merah Alura
11
Ponceau 4R
12
70 mg 300 mg /
Tartrazin
jem, jeli
Minuman ringan, makanan
cair, makanan lain, es
krim, Yoghurt
kg
30 mg 300 mg /
kg
18 mg 300 mg /
kg
gangguan kesehatan, seperti timbulnya kanker usus dan pankreas. Hal ini
disebabkan oleh kandungan arsen melebihi 0,00014% dan timbal melebihi
0,001%.
Adapun
batas
konsumsi
untuk
zat
pewarna
buatan
yang
Saos tomat
Merah pucat
Putih pucat
Kuning kecoklatan
Sosis So nice
Merah pucat
Putih pucat
Kuning kecoklatan
Makaroni pedas
Putih kemerahan
Putih kekuningan
Kuning
semu
oranye
ANALISIS
Pada praktikum penentuan zat pewarna sinteti dengan menggunakan benang
wool, masing masing bahan dihaluskan dahulu dengan mortar dan pistil lalu
dipanaskan selama 30 menit beserta benng wol di dalamnya. Setelah itu benang wool
diambil dan dicuci dengan akuades kemudian benang wool dikeringkan. Selanjutnya
di potong menjadi 4 seharusnya, tetapi dikarenakan tidak terdapat arutan NH4OH
maka hanya 3 potongan yang ditetesi oleh pereaksi berupa HCl pekat, NaOH 10%,
serta H2SO4 pekat. Selanjutnya ditunggu beberapa saat dan diamati apakah benang
tersebut akan berubah dengan penambahan pereaksi tersebut.
Berdasarkan data pengamatan diatas kandungan pewarna yang terdapat di dalam
sosis so nice dan saos tomat kurang lebih sama yaitu mengandung soluble blue,
sedanakan pada makaroni pedas tersebut mengandung zat warna sintetis berupa rose
bengal.
PEMBAHASAN
Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi
warna pada makanan. Zat warna adalah senyawa organik berwarna yang digunakan
untuk memberi warna suatu objek (Jana, 2007). Pewarna buatan memiliki kelebihan
yaitu warnanya homogen dan penggunaannya sangat efisien karena hanya
memerlukan jumlah yang sangat sedikit. Akan tetapi kelemahannya adalah jika pada
saat proses terkontaminasi logam berat, pewarna jenis ini akan berbahaya.
Uji pewarna sintetis, uji ini dilakukan pada sampel saos tomat yang biasanya
digunakan oleh penjual bakso yang banyak beredar dipasaran, makaroni pedas yang
biasanya dikonsumsi para mahasiswa, serta sosis so nice siap saji. Sampel yang
digunakan sebanyak 50 mg bahan lalu dihaluskan denga mortar dan pistil. Lalu
dimasukkan ke dalamnya benang wool 20 cm, lalu didihkan dalam air aquades
selama 30 menit. Setelah itu benang wol diangkat, dicuci, lalu dikeringkan. Benang
wol menyerap warna dan berubah warna, hal itu disebabkan karena gugus polar
yang ada pada benang wol berantaraksi dengan molekul zat warna pada sampel.
Setelah dikeringkan, benang wol dipotong-potong benang menjadi 4 bagian dan
letakkan pada lempeng plat tetes. Pada masing-masing benang ditetesi dengan
NaOH 10%, HCl pekat, NH4OH dan H2SO4 pekat dan amati perubahan yang
terjadi. Berdasarkan teori, berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari
beberapa metoda yang praktis tetapi teliti untuk mengidentifikasi adanya pewarna
sintetik dan bila perlu dapat membedakan jenis pewarna sintetik dalam makanan.
Hal tersebut penting sekali bagi laboratorium pangan, pembuat kebijaksanaan dan
organisasi pelindung konsumen agar mempunyai suatu teknik atau metoda analisis
yang cepat cara kerjanya dan dapat membedakan antara zat pewarna makanan
dengan pewarna tekstil (Devianti et al, 2010).
Hasil yang didapatkan pada praktikum terjadi perubahan warna pada benang
wool yang semua berwarna putih menjadi berwarna merah(pada saos tomat),
serta oranye(pada sosis so nice serta pada makaroni pedas). Namun setelah dicuci
dan dikeringkan warnanya memudar, halii dimungkinkan zat pewarna sintetis
yang terdapat pada sampel terlarut dalam air. Selanjutnya benang wool tersebut
ditetesi dengan reagen yang terdapat pada data, berdasarkan data pengamatan
didapatkan bahwa perubahan warna pada benang yang dilarutkan pada saos tomat
dan sosis so nice memiliki persamaan jenis warna yaitu soluble blue, serta pada
makaroni mengandung za pewarna sintetis berupa rose bengal(Supriyantono,
dkk., 1989). Namun hasil pengamatan ini tidak sesuai dengan teori yang ada
bahwa pada zat warna sintetis yang terdapat pada saos tomat pada umumnya
adalah Rhodamin B. Rhodamin B. Rhodamin B merupakan pewarna sintetis
berbentuk serbuk kristal, berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, dan
dalam larutan akan berwarna merah terang berpendar/berfluorosensi. Rhodamin
B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes yang digunakan pada industri
tekstil dan kertas, sebagai pewarna kain, kosmetika, produk pembersih mulut,dan
sabun. Nama lain rhodamin B Adalah D and C Red no 19. Food Red 15, ADC
Rhodamine B, Aizen Rhodamine, dan Brilliant Pink.
Menurut WHO, Rhodamin B berbahaya bagi kesehatan manusia karena sifat
kimia dan kandungan logam beratnya. Rhodamin B mengandung senyawa klorin
(Cl). Senyawa klorin merupakan senyawa halogen yang berbahaya dan reaktif.
Jika tertelan, maka senyawa ini akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh
dengan cara mengikat senyawa lain dalam tubuh, hal inilah yang bersifat racun
bagi tubuh. Selain itu, rhodamin B juga memiliki senyawa pengalkilasi (CH3 CH3) yang bersifat radikal Sehingga dapat berikatan dengan protein, lemak, dan
DNA dalam tubuh.
Konsumsi rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi di dalam
tubuh dan dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi
hati, kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan
timbulnya kanker hati. (Badan POM RI, 2005)
Sedangkan pada sosis so nice dan makaroni seharusnya mengandung Methanyl
Yellow. Metanil yellow adalah zat warna sintetik berbentuk serbuk berwarna
kuning kecoklatan, larut dalam air, agak larut dalam aseton. Metanil yellow
merupakan senyawa kimia azo aromatik amin yang dapat menimbulkan tumor
dalam berbagai jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan atau jaringan
kulit. Metanil kuning dibuat dari asam metanilat dan difenilamin. Kedua bahan
ini bersifat toksik. Metanil yellow merupakan pewarna tekstil yang sering
disalahgunakan sebagai pewarna makanan. Pewarna tersebut bersifat sangat
stabil.
Metanil yellow biasa digunakan untuk mewarnai wool, nilon, kulit, kertas,
cat, alumunium, detergen, kayu, bulu, dan kosmetik. Pewarna ini merupakan tumor
promoting agent. Metanil yellow memiliki LD50 sebesar 5000mg/kg pada tikus
dengan pemberian secara oral (Jana, 2007).
Kesalahan pengamata ini mungkin dikarenakan saat mencuci benang wool
yang seharusnya tidak terlalu deras laju airnya dan idak terlalu lama mencucinya,
namun karena saat mencuci terlalu deras air krannya dan terlalu bersih benang
woolnya dimungkinkan zat warna sintetis tersebut terlarut di dalam air tersebut.
Sehingga saat pengujian zat warna justru yang terdeteksi zat warna lainnya.
KESIMPULAN
1. Zat warna yang dapat dideteksi saat praktikum pada saos tomat dan sosis so
nice yaitu soluble blue, serta pada makaroni mengandung za pewarna sintetis
berupa rose bengal.
DAFTAR RUJUKAN
Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Jakarta.
Deviyanti. (2010). Catatan Kimia. Teknik Analisa Pewarna Makanan .
Jana, J. 2007. Studi Penggunaan Pewarna Sintetis (Sunset Yellow, Tartrazine dan
Rhodamin B) Pada Beberapa Produk Pangan di Kabupaten Sukabumi. FMIPA.
UMMI
Sentra Informasi Keracunan, Pusat Informasi Obat dan Makanan, Badan POM RI.
2005 Pedoman Pertolongan Keracunan untuk Puskesmas, Buku IV Bahan
Tambahan Pangan
Setiawan, R. (2011). Zat Pewarna Makanan.
Setiawan S, Nurjanah, I, Sukmaningsih, & Rustamaji E. 1992. Sebaiknya Anda Tahu
Bahan Tambahan Makanan. Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.
SNI, 01-2895-1992. Cara Uji Pewarna Tambahan Makanan
Sumarlin, L. O. (2010). Identifikasi Pewarna Sintetis Pada Produk Pangan Yang
Beredar.
Winarno, F.G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
LAMPIRAN
Menyusul yanis...... hapeku erooor