Anda di halaman 1dari 14

RESPONSI

DERMATITIS SEBOROIK

Oleh:
Sabila Fatimah
G99152021

Pembimbing:
Prasetyadi Mawardi, dr., Sp.KK

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin


Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi
Surakarta
2016

STATUS RESPONSI
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

Pembimbing

: Prasetyadi

Mawardi, dr., Sp.KK

Nama Mahasiswa

: Sabila Fatimah

NIM

: G99152021

DERMATITIS SEBOROIK
PENDAHULUAN
Dermatitis seboroik merupakan suatu peyakit papulo skuamosa kronik yang
sering ditemukan pada usia bayi dan dewasa. Terjadi biasanya pada lokasi yang banyak
mengandung kelenjar sebasea aktif (area seboroik), seperti area kepala yang berambut
(kulit kepala, alis, bulu mata, jenggot) , wajah (area perbatasan rambut dan dahi, lipatan
nasolabial, glabella), area retroauricular, meatus acusticus externus, badan (axila, lipatan
di bawah mammae, umbilikus) dan genitalia 1. Penyakit ini biasanya disertai dengan
rasa gatal terutama di regio kepala 2.
EPIDEMIOLOGI
Dermatitis seboroik merupakan penyakit yang sering ditemui dengan insidensi
pada populasi total sebesar 2-5%. Peyakit ini terutama ditemukan pada laki-laki 3.
FAKTOR PREDISPOSISI DAN PENCETUS
Stres emosional merupakan faktor pencetus tersering dermatitis seboroik. Faktor
pencetus lain misalnya paparan cahaya matahari. Pada beberapa orang, penyakit ini juga
muncul terutama ketika cuaca dingin dan kering misalnya pada musim dingin 3.

ETIOLOGI
Munculnya dermatitis seboroik berkaitan erat dengan

3 faktor yang saling

berinteraksi. Faktor faktor tersebut antara lain : aktivitas kelenjar sebasea,


metabolisme mikrofloral, dan kerentanan individual.
Kelenjar sebasea merupakan suatu kelenjar holokrin yang terletak di lapisan
dermis kulit dan berfungsi untuk menghasilkan sebum. Peran sebum dalam patofisiologi
terjadinya dermatitis seboroik dikaitkan dengan insidensi dermatitis seboroik yang
tinggi pada masa bayi (cradle cap), rendah pada masa balita hingga pubertas, serta
peningkatan pada masa pubertas hingga dewasa muda. Selain itu dermatitis seboroik
juga secara ekslusif hanya terjadi di area kulit yang kaya akan sebum. Sebum
merupakan suatu campuran yang kompleks dari trigliserid, asam lemak, lilin ester,
sterol ester, kolesterol, ester kolesterol, dan squalene. Ketika disekresikan, sebum hanya
tersusun atas trigliserid dan ester yang kemudian oleh mikroba seperti jamur Malassezia
akan dipecah menjadi digliserid, monogliserid, dan asam lemak bebas. Asam lemak
bebas ini merupakan kunci dalam menginisiasi suatu respon inflamasi yang akan
melibatkan terjadinya hiperproliferasi kulit kepala. Peran kelenjar sebasea dalam
kejadian dermatitis seboroik ini juga dapat menjelaskan peran stress dan hormonal
dalam mencetuskan kekambuhan dermatitis seboroik.
Mikrofloral yang berperan dalam tejadinya dermatitis seboroik ini terutama
berasal dari genus Malasezzia. Banyak penelitian yang dilakukan belakangan ini
mendukung hubungan kausatif langsung antara Malassezia dengan dermatitis seboroik.
Hubungan ini ditunjukkan juga dengan efektifnya terapi antifungal seperti selenium
sulfide, zink, dan preparat azole dalam pengobatan dermatitis seboroik. Selain itu
beberapa penelitian juga menunjukkan adanya penurunan level Malassezia pada pasien
dermatitis seboroik dengan gejala yang telah membaik. Meskipun merupakan salahsatu
mikrofloral kulit normal, jamur dari genus Malassezia telah sejak lama diketahui
berperan dalam patogenesis berbagai penyakit kulit, antara lain dermatitis seboroik,
pityriasis versikolor, dan malessezia folikulitis serta eksaserbasi dermatitis atopik dan
psoriasis. Dalam patogenesis terjadinya dermatitis seboroik Malassezia menghasilkan

suatu enzim hidrolitik yaitu lipase. Lipase ini kemudian akan memecah trigleserid yang
ada di dalam sebum tadi menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Malassezia
mengkonsumsi asam lemak bebas untuk berproliferasi dan menghasilkan zat sisa berupa
asam lemak tak jenuh yang bersifat iritatif. Ketika terjadinya penumpukan, asam lemak
tak jenuh ini kemudian menembus ke dalam epidermis kulit dan pada individu yang
rentan akan menginduksi terbentuknya celah pada barier kulit yang baik secara
langsung maupun tidak langsung akan merangsang hiperproliferasi serta pengelupasan
dari epidermis.
Peran faktor kerentanan individual ini dapat dilihat dari fakta bahwa insidensi
terjadinya dermatitis seboroik secara umum hanyalah 2% - 5% populasi meskipun telah
kita ketahui bahwa Malasezzia merupakan suatu flora normal yang terdapat pada kulit
setiap orang. Suatu hipotesis mengenai adanya perbedaan dasar antara penderita dan
bukan penderita dermatitis seboroik menjelaskan fenomena ini. Perbedaan ini terutama
terdapat pada fungsi barier stratum korneum, permeabilitas kulit, dan respon imun
terhadap asam lemak bebas atau protein dan polisakaria dari Malassezia. Akan tetapi
masih dibutuhkan

penelitian lebih jauh untuk sepenuhnya memahami masalah

kerentanan individual ini 4.


PATOFISIOLOGI
Meskipun patofisiologi dari dermatitis seboroik belum sepenuhnya dipahami,
telah disusun suatu hipotesis yang menjelaskannya. Kemerahan, gatal, dan skuama yang
muncul padapenyakit ini merupakan hasil perubahan pada fungsi sel kulit yang normal.
Malassezia merupakan salah satu flora normal pada kulit manusia akan tetapi pada
penderita dematitis seboroik, jamur ini menginvasi stratum korneum, kemudian
melepaskan lipase yang merangsang pembetukan asam lemak bebas. Asam lemak bebas
ini kemudian akan merangsang suatu respon inflamasi. Malassezia ini terutama tumbuh
subur pada lingkungan yang berlemak, jadi adanya asam lemak bebas juga akan
meningkatkan pertumbuhan dari jamur ini. respon inflamasi kemudian menyebabkan
terjadinya hiperproliferasi pada stratum korneum dan diferensiasi dari korneosit menjadi
tidak sempurna. Hal ini kemudian akan menyebabkan perubahan pada barier kulit dan
melemahkan fungsinya sehingga malassezia akan semakin mudah masuk ke dalam kulit

serta air dari intraseluler akan semakin mudah keluar dari sel menyebabkan sel
korneosit semakin kering mudah terkelupas.5
GAMBARAN HISTOLOGI
Pada preparat histopatologi dermatitis seboroik akut akan tampak gambaran
spongiosis dan infiltrat limfositik perivaskular serta perifolikuler yang terutama tersusun
atas sel limfosit. Sedangkan pada lesi yang lebih lama akan tampak gambaran akantosis
ireguler dan parakeratosis fokal yang menyerupai gambaran psoriasis akan tetapi tidak
ditemukan eksositosis neutrofil, mikroabses monroe, dan parakeratosis stratum korneum
yang konfluens. 6,7,8
GEJALA KLINIS
Dermatitis Seboroik Infantil
Dermatitis seboroik tipe ini biasanya muncul satu minggu setelah kelahiran dan
bertahan dalam beberapa bulan. Lesi awal biasanya muncul pada regio vertex dan
fontanella anterior yang kemudian melebar ke seluruh kulit kepala. Inflamasi dan
oozing pada kulit kepala kemudian akan mengering dan membentuk skuama serta
krusta berminyak yang menutupi seluruh bagian kulit kepala (crandle cap). Perluasan
lesi dengan gejala yang lebih ringan dapat ditemukan pada wajah, area retroaurikuler,
leher, badan, dan ekstremitas bagian proksimal, yang kadang kadang menunjukkan
lesi psoriasiform. Lesi juga dapat muncul pada axilla dan lipatan inguinal berupa
gambaran infllamasi akut, oozing, yang berbatas tegas dengan dikelilingi oleh lesi
satelit.
Dermatitis Seboroik Dewasa
Pada orang dewasa, dermatitis seboroik biasanya muncul pada kulit kepala,
wajah, dada, dan area intertriginosa. Lesi pada bagian kulit kepala dan wajah biasanya
memiliki intensitas yang lebih ringan. Pityriasis simplex capillitii (pityriasis
sicca/dandruff) merupakan salah satu manifestasi paling ringan dari dermatitis seboroik.
Pityriasis sicca ditandai dengan skuama berwarna keputihan atau berminyak yang difuse
dengan intensitas yang bervariasi dari ringan hingga sedang yang biasanya muncul pada
kulit kepala atau area sebasea lain tanpa disertai dengan adanya eritema atau tanda
iritasi lain yang signifikan. Kondisi ini sering disertai dengan rasa gatal. Manifestasi

yang lebih berat dari dermatitis seboroik dapat berupa plak eritema yang disertai dengan
skuama, eksudasi, dan krusta tebal yang berminyak diatasnya. Kondisi ini disebut
pityriasis steatoides. Vertex dan regio parietalis merupakan area yang paling sering
terkena dengan distribusi lesi yang lebih difuse dibandingkan dengan plak psoriasis
diskrete. Pada kepala bagian depan eritema dan skuama biasanya berbatas tegas dari
kulit normal di daerah sekitarnya. Pruritus yang muncul biasanya sedang namun juga
dapat hebat.7,8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila diagnosisnya belum jelas dapat dilakukan biopsi. Adanya parakeratosis
fokal epidermis, spongiosis, dan sumbatan pada folikel rambut dapat mengkonfirmasi
diagnosis dermatitis seboroik.7
DIAGNOSIS
Dermatitis seboroik didiagnosis secara klinis bedasarkan ujud kelainan kulit
(UKK) yang muncul serta lokasi munculnya UKK tersebut. Pada bayi UKK yang
muncul biasanya berupa skuama tebal berwarna kuning dan berminyak pada kulit
kepala yang sering muncul dan menghilang dengan sendirinya. Sedangkan pada dewasa,
dermatitis seboroik biasanya muncul sebagai patch eritematous dengan skuama
berminyak dan berlapis lapis diatasnya. Sering ditemui pada area area seboroik. 7
DIAGNOSIS BANDING
Ada berbagai macam diagnosis banding Dermatitis seboroik yang biasanya
dibuat berdasarkan UKK yang muncul, antara Psoriasis vulgaris ringan ( biasanya
berskuama kasar,berlapis lapis, dan mengkilat serta pada pemeriksaan tanda auspitz
dan fenomena tetesan lilin positif), impetigo (pada pemeriksaan gram ditemukan adanya
bakteri), dermatofitosis (tinea kapitis, tinea barbae, dan tinea korporis), pityriasis
versikolor, dan kandidiasis intertriginosa (pada pemeriksaan KOH positif hifa atau
pseudohifa) 3.
TERAPI
Karena pada dermatitis seboroik ditemukan banyaknya jumlah
genus

Malassezia

dan

adanya

hiperproliferasi

epidermis

yang

disebabkan oleh respon inflamasi lokal maka prinsip pengobatannya

adalah dengan pemberian topikal anti fungal, agen anti inflamasi, dan
immunomodulator. Adanya deskuamasi dan hiperproliferasi epidermis
juga menyebabkan agen keratolitik berefek baik untuk pengobatan
dermatitis seboroik. Pada beberapa pasien pengobatan menggunakan
antibiotik seperti metronidazole, fototerapi, dan tar juga efektif. 9 Pada
area kepala, sering dianjurkan pemakaian shampoo yang mengandung selenium sulfide
1-2.5%, imidazol (misalnya ketokonazole 2%), zinc pyrithione, benzoil peroxide, asam
salisilat, coal, atau tar. Krusta atau skuama bisa dihilangkan dengan pemakaian
glukokortikosteroid atau sediaan asam salisilat yang larut air sepanjang malam, bila
perlu diberikan dengan cara oklusif. Sediaan yang megandung alkohol, tincture, hair
tonic dan produk semacamnya biasanya akan memperberat keadaan inflamasi dan
sebaiknya dihindari.Pada area wajah dan badan, kortikosteroid dengan potensi rendah
(hidrokortison 1%) sangat 1 berguna.Preparat golongan azole topikal yang dikombinasi
dengan desonide (sekali sehari dalam dua 9minggu) bisa digunakan pada area wajah.
Terapi sistemik sangat jarang dan hanya dilakukan pada kasus kasus yang
parah, tersebar luas, atau tidak merespon terhadap pengobatan topikal. Kortikosteroid
digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednisone 20-30 mg sehari. Jika telah ada
perbaiakn, dosis diturunkan perlahan-lahan. Kalau disertai infeksi sekunder diberi
antibiotic.
Isotretinoin dapat digunakan pada kasus yang rekalsitran. Efeknya mengurangi
aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai 90%,
akibatnya terjadi pengurangan produksi sebum. Dosinya 0,1-0,3 mg per kg berat badan
per hari, perbaikan tapmak setelah 4 minggu. Sesudah itu diberikan dosis pemeliharaan
5-10 mg per hari selama beberapa tahun yang ternayta efektif untuk mengontrol
penyakitnya.
Pada Dermatitis Seboroik yang parah juga dapat diobati dengan narrow band
UVB (TL-01) yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x seminggu
selama 8 minggu, sebagian besar penderita mengalami perbaikan.

Bila pada sediaan langsung terdapat P. ovale yang banyak dapat diberikan
ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari.10
PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini baik jika faktor pencetus dapat dihilangkan.
DAFTAR PUSTAKA
1

Hajar S (2015). Manifstasi klinis dermatitis seboroik pada anak. Jurnal


kedokteran syiah kuala 3 : 175-178

Selden ST, Vinson RP, Meffert J, James WD, Travers J.(2016). Dermatitis
seborrheic clinical presentation. American academy of dermatology

Wolf K, Johnson RA (2009). Fitzpatricks synopsis of clinical dermatology. New


York: MacGrawHill, pp: 48-52.

Schwartz JR, De Angelis YM, Dawson TL (2011). Dandruff and seborrheic


dermatitis: A Head Scratcher. Journal of Clinical Aesthetic Dermatology 5(20)
34-45

Rosso JQ (2011). Adult seborrheic dermatitis : A status report of practical topical


management. Journal of Clinical Aesthetic Dermatology 4 (5) 32-38

James WD, Berger T, Eisten D (2011). Andrews disease of the skin: clinical
dermatology. Philadelphia: Elsevier, pp : 85-86.

Clark GW, Pope SM, Jabori KA. (2015).Diagnosis and treatment of seborrheic
dermatitis. American Academy of Family Physician 91 (3) : 185-190.

Bolognia JL, Jolizzo JL, Schaeffer JV (2012). Dermatology third edition.


Philadelphia: Elsevier, pp : 219-222.

Mokos ZB, Kralj M, Juzbasic AB,Jukic S (2012). Dermatitis seboroik : An


update. Acta Dermatoveneral Croat 20(2): 98-104

10 JuandaA, Hamzah , Aisah S (2010). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta :
FKUI, pp :201-202.

LAPORAN KASUS
DERMATITIS SEBOROIK

A ANAMNESIS
1

IDENTITAS
Nama

: Ny. S

Umur

: 44 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Agama

: Islam

Alamat

: Madiun, JawaTimur

Tanggal Periksa

: 19 September 2016

No. RM

: 01 33 44 26

KELUHAN UTAMA
Kepala bagian belakang yang terasa gatal dan tertutup sisik berwarna putih.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien merupakan konsulan dari bagian neurologi dengan keluhan kepala
bagian belakang yang terasa gatal dan tertutup semacam sisik berwarna putih.
Awalnya 2 minggu yang lalu pasien merasa gatal di kepala bagian belakang lalu
digaruk dan muncul cairan berwarna kekuningan. Cairan ini kemudian
mengering dan diikuti munculnya semacam sisik berwarna putih. Pasien
kemudian berobat ke Puskesmas dan diberikan salep Bethametason yang
digunakan kurang lebih selama dua minggu ini. Karena belum ada perbaikan dan

lokasi keluhan yang semakin bertambah luas pasien kemudian disarankan untuk
berobat ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr Moewardi.
4

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Riwayat keluhan serupa

:Pada

bulan

November

2015

pasien

mengeluhkan keluhan yang sama. Keluhan saat


itu sembuh setelah pasien dirawat oleh dokter
Spesialis Kulit dan Kelamin akan tetapi pasien
tidak tahu diagnosis penyakitnya dan obat yang
diberikan oleh dokter.

Riwayat atopik

: disangkal

Riwayat alergi obat

: disangkal

Riwayat alergi makanan

: disangkal

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat Hipertensi

: positif

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat penyakit serupa

: disangkal

Riwayat atopik

: disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan

: disangkal

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat Hipertensi

: positif

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dan berobat dengan pembiayaan BPJS.

RIWAYAT GIZI DAN KEBIASAAN


Pasien mengaku mandi 2 kali sehari. Pasien sehari hari menggunakan jilbab.
Kebisaan merokok dan minum alkohol disangkal.

B PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS
Keadaan umum

: baik, kompos mentis, gizi kesan berlebih

Vital Sign

:T
N

Antropometri

: 130/90 mmHg

RR : 18 x/menit

: 80 x/menit

: Berat badan

: 36.4o C

: 69 kg

Tinggi badan

: 152 cm

IMT

: 29,86 (obesitas)

Kepala

: lihat status dermatologis

Wajah

: dalam batas normal

Leher

: dalam batas normal

Mata

: dalam batas normal

Telinga

: dalam batas normal

Axilla

: dalam batas normal

Truncus anterior

: dalam batas normal

Abdomen

: dalam batas normal

Truncus posterior

: dalam batas normal

Inguinal

: dalam batas normal

Ekstremitas Atas

: dalam batas normal

Ekstremitas Bawah

: dalam batas normal

Genital

: dalam batas normal

STATUS DERMATOLOGIS
Pada regio capitis tampak plak hipopigmentasi dengan skuama tebal berwarna
putih diatasnya.

Gambar 1. Foto Pasien


C DIAGNOSIS BANDING

Dermatitis Seboroik

Psoriasis

Gray patch ringworm

D PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan KOH 10% : negatif
Pemeriksaan Tanda Auspitz : negatif
Pemeriksaan Fenomena Tetesan Lilin : negatif

E DIAGNOSIS
Dermatitis seboroik
F TERAPI
1

NON MEDIKAMENTOSA
a. Penjelasan mengenai penyakit, rencana terapi dan prognosis
b. Hindari stress emosional
c. Jaga agar bagian kepala tetap bersih dan tidak lembab
d. Edukasi untuk tidak menggaruk atau menggosok lesi dan memotong kuku
untuk menghindari garukan
e. Edukasi cara pemakaian shampoo ketokonazol

MEDIKAMENTOSA
a
b

Cetirizine tab 10 mg 1 x sehari peroral (bila gatal)


Ketokonazol shampoo 2% 2 hari sekali ditunggu 5-15 menit kemudian
dibilas

G PROGNOSIS
Ad vitam

: bonam

Ad sanam

: bonam

Ad fungsionam

: bonam

Ad cosmeticum

: dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai