PENDAHULUAN
Latar Belakang
Reaksi hidrolisa pati merupakan reaksi pemecahan pati menjadi struktur gula yang
lebih sederhana. Reaksi hidrolisa berlangsung lambat sehingga untuk mempercepat reaksi
perlu menggunakan katalisator. Pada hidrolisa pati, katalisator yang biasa dipakai adalah
katalis asam dan katalis enzim (Sherman, 1962). Kelemahan hidrolisa pati dalam suasana
asam yaitu dapat menghasilkan produk dengan rasa dan warna yang buruk karena asam
memiliki sifat sangat reaktif dan proses pemurnian produk yang sulit. Sedangkan pada
hidrolisa pati dengan menggunakan enzim memberi keuntungan antara lain produk lebih
murni, biaya pemurnian yang lebih murah dan tanpa produk samping yang berbahaya.
Karbohidrat dapat mengalami hidrolisis dengan bantuan enzim. Enzim bekerja sebagai katalis
pada reaksi hidrolisis, yaitu ada yang dapat memecah ikatan ester, memecah glikosid, dan
memecah ikatan peptida. Beberapa enzim sebagai contoh ialah eterase, lipase, fosfotase,
amilase, amino peptidase, karboksi peptidase, pepsin, tripsin, kimotripsin. Enzim amilase
dapat memecah ikatan-ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa.
Teori Dasar
Polisakarida adalah senyawa yang terdiri dari unit terkecil monosakarida yang
dihubungkan oleh ikatan glikosidik. Polisakarida akan
dihidrolisis secara lengkap. Pati merupakan polimer dari 1,4--D-glukosa yang terdiri dari
amilosa dan amilopektin. Amilosa akan berubah menjadi warna biru bila diwarnai dengan
reagen iodin. Karbohidrat adalah senyawa makro molekul yang mengandung C, H dan O
dengan rumus (CH2O)n, yaitu senyawa yang n atom karbonnya terhidrasi oleh n air.
Senyawa karbohidrat memiliki sifat pereduksi karena mengandung gugus karbonil aldehid
atau keton dan gugus hidroksil yang sangat banyak.
Polisakarida merupakan polimer yang disusun oleh monosakarida yang bertautan
dengan ikatan glikosidik. Fungsi utama senyawa ini sebagai komponen struktural atau bentuk
penyimpanan energi. Beberapa contoh polisakarida adalah pati,glikogen dan selulosa.
Monosakarida adalah senyawa karbohidrat sederhana yang mengandung gugus fungsi
karbonil. Secara umum senyawa ini dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu aldosa jika
mengandung gugus aldehid dan ketosa jika mengandung gugus keton. Monosakarida juga
sering dinamai sesuai jumlah atom karbon penyusunnya seperti triosa, pentosa, heksosa dll.
D-glukosa
-D-glukosa
-D-glukosa
b) Fruktosa
Fruktosa merupakan suatu karbon heksosa yang mempunyai sifat memutar
cahaya terpolarisasi ke kiri (Riawan, 1998). Fruktosa ini didapatkan bersama-
sama dengan glukosa dalam berbagai bentuk buah-buahan dan madu (Winarno,
1995).
(a). Strukturterbuka.
(b). Struktursiklis
c) Galaktosa
Galaktosa jarang terdapat di alam bebas. Pada umumnya berikatan dengan
glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu (Fessenden,
1995). Gula ini secara kimiawi mirip glukosa. Didalam makanan senyawa ini
tidak terdapat seperti apa adanya tetapi dapat menghasilkan laktosa jika sebuah
sakarida dipecah dalam pencernaan (Winarno, 1995).
D-galaktosa
-D-galaktosa
-D-galaktosa
b. Disakarida
Gula disakarida mempunyai rumus umum C12H22O11. Senyawa-senyawa ini
terbentuk jika dua molekul monosakarida bergabung dengan melepas satu molekul
air.
a) Sukrosa
Senyawa ini adalah senyawa yang dikenal sehari-hari dalam rumah tangga
sebagai gula dan dihasilkan dalam tanaman dengan jalan mengkondensasikan
glukosa dan fruktosa. Sukrosa didapatkan dalam tumbuhan, sayuran dan buahbuahan, seperti tebu yang mengandung sukrosa dalam jumlah yang relatif besar.
b) Laktosa
Gula ini dibentuk dengan proses kondensasi glukosa dan galaktosa. Senyawa
ini didapatkan hanya pada susu.
c) Maltosa
Molekul maltosa dibentuk dari hasil kondensasi dua molekul glukosa. Semua
gula berasa manis tetapi tingkatan rasa manisnya tidak sama. Rasa manis berbagai
macam gula dapat dibandingkan dengan menggunakan skala nilai dimana rasa
manis sukrosa dianggap seratus.
c. Polisakarida
Polisakarida adalah polimer hasil kondensasi monosakarida dan tersusun dari
banyak molekul monosakarida yang berikatan satu sama lain, dengan melepaskan
sebuah molekul air untuk setiap ikatan yang terbentuk. Senyawa ini mempunyai
rumus umum (C6H10O5)n, dimana n adalah bilangan yang besar. Polisakarida
terpenting sebagai sumber karbohidrat yang tersebar luas di alam dan banyak terdapat
pada tanaman adalah pati. Pati penting dalam industri-industri pangan, tekstil, lem,
kertas, permen, dan lain-lain. Pati tersusun oleh dua macam polimer, yaitu : polimer
rantai lurus (amilosa) dan polimer bercabang (amilopektin).
Reaksi hidrolisa berlangsung lambat. Untuk mempercepat dapat digunakan
katalisator. Katalisator adalah zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi dia tidak ikut
bereaksi pada prosesnya secara keseluruhan. Pada hidrolisa pati, katalisator yang dapat
dipakai adalah HCl, H2SO4 dan enzim. Enzim adalah zat organik yang dihasilkan oleh sel
hidup baik tanaman, hewan maupun mikroorganisme. Karakteristik penting dari reaksi
dengan katalisator adalah jumlah katalis yang dipakai tidak mempunyai hubungan
stoikiometri dengan bahan yang direaksikan. Effisiensi katalis dapat diukur dari banyaknya
mol substrat yang diubah per mol katalis per satuan waktu. Effisiensi enzim sangat besar, satu
bagian enzim amilase dapat menghidrolisis 20.000 bagian pati dan membentuk 10.000 bagian
maltosa (Sherman, 1962). Enzim yang dipakai sebagai katalisator umumnya berasal dari
mikrooganisme, yaitu alpha amilase dan glukoamilase (amiloglukosidase). Enzim adalah
protein yang memiliki aktivitas katalitik. Enzim berfungsi sebagai katalisator pada reaksireaksi biokimia, meskipun enzim sudah lama dikenal baik cara isolasi, pemurnian maupun
penggunaanya, pemanfaatan enzim untuk skala industri baru dimulai tahun 1960-an
(Winarno, 1995). Enzim digunakan untuk mengkatalisis reaksi kimia yang spesifik. Enzim
memiliki struktur sekunder, tersier dan kuartener, pada bangun ini terdapat sederetan asam
amino tertentu yang berperan sebagai pusat aktif dari enzim tersebut. Modifikasi tertentu dari
struktur sekunder, tersier dan kuartener enzim dapat mengakibatkan penurunan atau rusaknya
aktivitas. Berbagai perlakuan fisika ataupun kimia dapat mengakibatkan perubahan atau
modifikasi dari struktur atau bangun enzim.
Pati terbentuk lebih dari 500 molekul monosakarida. Merupakan polimer dari glukosa.
Pati terdapat dalam umbi-umbian sebagai cadangan makanan pada tumbuhan. Jika dilarutkan
dalam air panas, pati dapat dipisahkan menjadi dua fraksi utama, yaitu amilosa dan
amilopektin. Perbedaan terletak pada bentuk rantai dan jumlah monomernya.
Amilosa adalah polimer linier dari -D-glukosa yang dihubungkan dengan ikatan 1,4. Dalam satu molekul amilosa terdapat 250 satuan glukosa atau lebih. Amilosa membentuk
senyawa kompleks berwarna biru dengan iodium. Warna ini merupakan uji untuk
mengidentifikasi adanya pati.
Struktur amilosa
Molekul amilopektin lebih besar dari amilosa. Strukturnya bercabang. Rantai utama
mengandung -D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4'-. Tiap molekul glukosa pada
titik percabangan dihubungkan oleh ikatan 1,6'-.
Hidrolisis
lengkap pati
akan
Struktur amilopektin
menghasilkan D-glukosa. Hidrolisis dengan enzim tertentu akan menghasilkan dextrin dan
maltosa. Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud
bubuk putih, tawar dan tidak berbau.Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh
tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka
panjang.Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting.
Dekstrin merupakan salah satu produk hasil hidrolisa pati berwarna putih hingga
kuning. Pati akan mengalami proses pemutusan rantai oleh enzim atau asam selama
pemanasan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Ada beberapa tingkatan dalam reaksi
hidrolisis tersebut, yaitu molekul pati mula-mula pecah menjadi unit rantai glukosa yang
lebih pendek (6-10 molekul) yang disebut dekstrin. Dekstrin kemudian pecah menjadi
maltosa yang selanjutnya dipecah lagi menjadi unit terkecil glukosa (Somaatmadja, 1970)
dalam ebookpangan. Dekstrin adalah karbohidrat yang dibentuk selama hidrolisis pati
menjadi gula oleh panas, asam atau enzim. Dekstrin mempunyai rumus kimia (C 6H10O5)n dan
memiliki struktur serta karakteristik intermediate antara pati dan dextrosa. Dekstrin
merupakan hasil hidrolisis pati yang tidak sempurna. Proses ini juga melibatkan alkali dan
oksidator. Pengurangan panjang rantai tersebut akan menyebabkan perubahan sifat dimana
pati yang tidak mudah larut dalam air diubah menjadi dekstrin yang mudah larut. Dekstrin
bersifat sangat larut dalam air panas atau dingin, dengan viskositas yang relatif rendah. Sifat
tersebut mempermudah penggunaan dekstrin apabila digunakan dalam konsentrasi yang
cukup tinggi (Lineback dan Inlett,1982).
Amilase merupakan enzim yang memecah pati atau glikogen dimana senyawa ini
banyak terdapat dalam hasil tanaman dan hewan. Amilase dapat dibedakan menjadi 3
golongan enzim :
- Amilase yaitu enzim yang memecah pati secara acak dari tengah atau
Dalam paktikum ini, digunakan enzim -amilase. Enzim -amilase adalah salah satu
enzim pemecah pati, Enzim -amilase menghidrolisis ikatan alpha 1,4 glikosida baik pada
amilosa maupun amilopektin secara acak. Karena pengaruh aktifitasnya, pati terputus-putus
menjadi dekstrin dengan rantai sepanjang 6-10 unit glukosa. Jika waktu reaksi diperpanjang,
dekstrin tersebut dapat dipotong-potong lagi menjadi campuran antara glukosa, maltosa, dan
ikatan lain yang lebih panjang. Hidrolisis amilosa oleh -amilase terjadi melalui dua tahap.
Tahap pertama adalah degradasi amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara
acak, sangat cepat dan diikuti dengan penurunan viskositas. Tahap kedua merupakan proses
degradasi yang relatif lebih lambat yaitu pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil
akhir, dimulai dari ujung pereduksi secara teratur (Winarno ,1983).
Laboratorium Fisiologi Hewan Air (FHA), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran pukul 10.00 WIB.
Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah gelas ukur untuk mengukur
volume akuades, gelas kimia berfungsi untuk wadah akuades, spatula untuk mengambil
sampel, water bath atau penangas air untuk memanaskan sampel, tabung reaksi sebagai
tempat sampel direaksikan, pipet tetes untu menambahkan cairan pada sampel setetes demi
setetes, inkubator untuk menginkubasi sampel, dan spektrofotometer untuk menghitung
absorbansi sampel. Bahan-bahan yang diperlukan pada praktikum kali ini adalah pati dari
tepung beras, tepung maizena, tepung aci, dan tepung terigu sebagai sampel, glukosa sebagai
kontrol, aquades sebagai pelarut, enzim amilase sebagai penghidrolisis sampel, dan reagen
iodine untuk mengetes keberadaan amilum.
Prosedur Praktikum
a. Penyiapan larutan pati 0,2%
Ditimbang pati terlarut 0,2 g.
Vol
(ml)
aquades
Kel
Pemanasan (5')
Iodin (1 tetes)
Amilase
3 tetes
biru tua,
terdapat
endapan (2 fasa)
endapan (2 fasa)
5 tetes
biru tua lebih
pekat
ada endapan
kental
Endapan
endapan
endapan
biru tua,
terdapat
endapan bening
Biru tua,
terdapat
endapan bening
Kuning bening,
keruh, kental,
terdapat sedikit
endapan
9
Tepung
2
Aci
Menjadi bening,
tercampur, ada
endapan
Menjadi bening
keruh, terdapat
endapan
Warna berubah
menjadi biru
tua,
terdapat
endapan
bening di bawah
Biru tua,
terdapat
endapan bening
endapan lebih
banyak
Putih keruh,
sedikit mengental
4
Tepung
Maizen
a
Berwarna biru
tua,
terdapat sedikit
sedikit endapan
Endapan
11
2 lapisan, bawah
terdapat
endapan
dan terdapat
Terdapat
endapan
dan berwarna
biru
menggumpal, atas
Endapan
Terdapat
endapan
putih bagian
atas
berupa biru
bening tidak
keabuan
bening
4
Terdapat 2 lapisan
bawah putih keruh
Berwarna biru
kehitaman,
endapan
putih
menggumpal
12
2 lapisan bening
Berwarna biru
tua
Endapan putih
di
bagian atas dan
berwarna biru
Berwarna biru
kehitaman dan
ada
endapan putih
keabuan
5
Sampel warna
putih susu
Berwarna ungu
tua
ada endapan
gelap
Berwarna abuabu
gelap
Tidak ada
Tidak ada
perubahan
perubahan
Warna ungu
pekat
Homogen,
warna
Warna hitam
Homogen
abu terang
keabuan pekat,
Berwarna ungu
4
13
Kental, ada
Tepung
endapan tepung di
Terigu
bawah
6
5
14
Biru tua
keunguan
homogen
3 tetes: biru tua
Pekat
5 tetes: biru tua
Cair
Berwarna putih
susu,
terdapat 2 lapisan
Tepung
Beras
4
15
Berwarna putih
susu,
Warna biru
pekat,
terdapat
endapan
yang
menggumpal
Warna biru
pekat,
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Berwarna biru
Berwarna biru
terdapat
endapan
yang
menggumpal
Terdapat 2
lapisan
atas biru tua,
bawah putih
susu
Homogen, warna
Warna menjadi
Terdapat 2 lapisan
16
biru keunguan,
ada
endapan putih
putih keruh
keruh lebih
terang
Berwarna ungu
di
bawahnya ada
endapan putih
Warna jadi
putih
kecoklatan
kecoklatan tetapi
lebih keruh
Vol
(ml)
Inkubasi (15')
Pemanasan (5')
3 tetes
5 tetes
3 tetes
5 tetes
3
tete
s
5
tete
s
kuning
bening,
ada
kuning
bening
ada
kuning
bening,
ada
kuning
bening,
lebih
0,13
7
0,27
7
endapan
putih dan
endapan
putih
endapan
putih
pekat
ada
endapan
0,12
3
0,39
3
0,15
3
0,14
8
Kel
aquades
(0,1 gr)
1
biru
Tepung
Aci
Absorbansi
putih
Kuning
bening,
ada
Kuning
bening,
ada
Kuning
bening,
Kuning
bening,
biru
endapan
biru lebih
endapan
biru
endapan
biru
lebih
sedikit
banyak
sedikit
lebih
banyak
Larutan
menjadi
Larutan
lebih
kuning
Larutan
kuning,
Larutan
kuning
kuning
keruh
keruh dan
terdapat
endapan
biru
pekat,
sedikit
terdapat
endapa
n
sedikit
endapan
lebih
banyak
endapan
bening
Terdapat
3
lapisan,
Larutan
lapisan
atas
Terdapa 3
lapisan,
Lapisan
atas
bening
lapisan
atas
bening,
bening,
lapisan
lapisan
atas
bening,
lapisan
bawah
lapisan
tengah
biru
bawah
terdapat
lapisan
bawah
endapan
bening
tua,
lapisan
bawah
endapan
merah
bata
merah
bata
Larutan
menjadi
Larutan
menjadi
Larutan
kuning
Larutan
kuning
kuning
keruh,
kuning
keruh,
sedikit
bening,
endapan
bening,
endapan
sedikit
endapa
n
ada
endapan
kuning
pekat
kuning
pekat
Warna
kuning
Warna
kuning
Tidak
terjadi
Tidak
terjadi
bening,
terdapat
kecoklata
n,
terdapat
perubaha
n
perubaha
n
endapa
n
endapan
sedikit
10
0,57
0,11
6
0,45
1
0,30
5
1.24
8
0,65
5
0,09
0,17
merah
bata
3
kuning
pekat
Tepung
Maizen
a
11
Terdapa
Terdapat
Atas
Atas
t
endapa
n
endapan
bening
kuning
bening
kuning
putih
berupa
larutan
putih,
larutan
warna
bawah
mengend
ap
bawah
mengend
ap
berwarn
a
kuning
bening
cerah
0,03
2
0,12
2
1.12
6
0,49
2
0,75
3
1.30
2
bening
12
Lapisan
atas
biru
Lapisan
atas
kuning
Larutan
kuning
Larutan
kuning
tua,
bawah
endapa
n
bening,
bawah
bening,
endapan
bening,
endapan
kuning
endapan
putih
putih
terurai
putih dan
ungu
terurai
Bening
agak
keruh,
Bening
kekuninga
n,
Keruh,
endapan
Agak
keruh,
warna
endapa
n putih
ada
endapan
kuning
putih
kekuning
an
kekuninga
n, ada
endapan
kuning
13
Tepung
Terigu
Endapa
n
sedikit
Endapan
lebih
Endapan
warna
Endapan
warna
terdapa
t2
lapisan,
banyak
putih
pucat,
cairan
kuning
pucat,
cairan
warna
bening
warna
kuning
bening
lapisan
atas
warna
kuning
bening
Kuning
keruh,
Endapan
lebih
Kuning
keruh
lebih
Homogen
, lebih
sedikit
endapan
banyak
terang,
ada
keruh
0,62
2
0,96
5
0,16
6
0,99
9
0,06
1
0,10
5
0,11
6
0,30
5
0,06
0,07
7
0,30
1
0,25
3
endapan
5
14
Kuning
bening
Kuning
keruh,
Kuning
bening,
Terbentuk
2 lapisan,
terbentuk
2 lapisan,
homogen
, endapan
terbentu
k2
lapisan
endapan
sebagian
bawah
endapan
lebih
banyak
endapan
seluruhn
ya
tersuspen
si,
larutan
kuning
keruh
Tepung
Lebih
bening,
ada
Bening,
ada
Tidak
terjadi
Tidak
terjadi
endapan
endapan
perubah
an
perubaha
n
Lebih
bening,
ada
Bening,
ada
Tidak
terjadi
Tidak
terjadi
endapan
endapan
perubah
an
perubaha
n
Bening
agak
keruh,
Bening
agak
keruh,
Tidak
terjadi
Tidak
terjadi
terdapat
endapan
Terdapat
endapan
perubah
an
perubaha
n
putih
keruh
putih
keruh
Larutan
menjadi
Larutan
menjadi
Tidak
terjadi
Tidak
terjadi
bening
kekuning
an,
Bening
kekuning
an,
perubah
an
perubaha
n
4
15
Beras
16
terdapat
endapan
Terdapat
endapan
putih
lebih
bening
putih
Y
(Absorbansi)
0,042
0,027
0,016
0.085
X.Y
X2
0.0168
0,0081
0.0032
0.0281
0.16
0.09
0.04
0.29
n x
2
( x ) y x xy
a=
(0.29)(0.085)( 0.9)(0.0281)
3(0.29)(0.9)
0.2465 0.02529
0.00064
=
0.87 0.81
0.0 6
b=
2
x
n 2
x
n xy x y
=
Sehingga,
3 (0.0281) (0.9)(0.085)
=
3( 0.29) (0.9)
y = -0,0107 + 0,013x
0.0843 0.0765
=
0.87 0.81
0.0078
0.06
= 0.13
= -0,0107
0.03
Absorbansi 0.02
0.01
0
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
Konsentrasi
Dari persamaan diatas maka dapat dihitung konsentersi glukosa seperti dibawah ini :
y = -0,00107 + 0,013x
X=
(a+ y )
b
Maka didapat
Tabel 3. Hasil Perhitungan Konsentrasi Glukosa Kelas B
Kelompo
k
Sampel
Konsentrasi Glukosa
3 tetes enzim amilase
1.135385
2.21231
1.027692
3.10462
1.258462
1.22
10
4.466154
0.973846
3.550769
2.42769
1
9
2
Tepung
Aci
11
Tepung
9.681538
5.12
Maizena
0.82
1.44308
0.3276923
1.02
12
5
Tepung
8.743077
3.86615
13
Terigu
5.873846
10.0969
4.866154
7.50462
14
1.358462
7.76615
0.5507692
0.889231
0.9738462
2.42769
0.5430769
0.673846
2.396923
2.02769
15
8
Tepung
Beras
16
Pembahasan
Hidrolisis
pati
enzimatis
adalah
proses
pemecahan
polisakarida
menjadi
monosakarida bila terhidrolisis secara lengkap dengan bantuan enzim sebagai katalisator.
Enzim yang dilakukan dalam pengujian ini adalah enzim - amilase. Praktikum hidrolisis pati
enzimatis ini menggunakan beberapa sampel pati berupa tepung aci, maizena, terigu, dan
juga tepung beras. Pengujian ini dilakukan dengan cara mengukur absorbansi pada setiap
sampel.
Tepung aci, maizena, terigu, dan tepung beras merupakan salah satu contoh dari
amilum atau yang sering dikenal dengan istilah pati. Hasil praktikum rata-rata dari tabel dapat
terlihat bahwa tepung pati larut dalam air dan pada saat ditambahkan reagen iodin larutan
berubah warna menjadi biru. Hal ini sesuai dengan literatur yaitu amilosa merupakan bagian
dari pati yang larut dalam air dan bila ditambah dengan iodium akan memberikan warna biru.
Setelah diberi penamabahan iodin larutan ditambahkan amilase 3 dan 5 tetes kemudian
dipanaskan selama 5 menit. Rata-rata hasil praktikum tidak menunjukkan perubahan yang
signifikan. Penginkubasian dilakukan selama 15 menit dan menghasilkan rata-rata larutan
menjadi bening. Setelah penginkubasian sampel dihitung nilai absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer. Hasil dari setiap kelompok praktikum berbeda-beda.
Perbedaan ini wajar terjadi karena beberapa faktor, misalkan faktor-faktor pada saat prosedur
percobaan berlangsung, begitu pula dengan kelompok lainnya yang memilik nilai aborbansi
yang berbeda beda pula. Dimana perbedaan data tersebut telah dituliskan pada table data
aborbansi dan konsenterasi glukosa diatas.
Pengujian hidrolisis pati enzimatis ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
dapat menyebabkan keberhasilan dalam pengujian. Data yang menyebabkan nilai absorbansi
diatas satu adalah warna larutan yang akan diabsorbansi terlalu pekat dikarenakan
konsenterasi larutan yang terlalu pekat, hal tersebut dapat disebabkan dari pemberian iodine
yang terlalu banyak pada larutan sehingga nilai absorbansinya terlalu tinggi yaitu lebih dari
satu. Selain itu juga hal yang dapat menyebabkan nilai absorbansinya terlalu tinggi yaitu pada
saat pemanasan pada lrutan, tidak dilakukan pengadukan, atau pengudukan kuarng maksimal,
sehingga sampel dalam larutan cepat bergumpal. Faktor lainnya juga yaitu pada saat
pemanasan suhu penangas air yang kurang panas, ataupun pemanasan larutan yang kurang
lama, atau juga bias disebakan karena larutan tidak homogen.
Hal-hal tersebut dapat menyebabkan larutan yang telah dihomogenkan tetap berwarna
biru pekat sehingga tidak dapat terbaca oleh spektofotometer, atau nilai yang tertera di
spektofotometer lebih dari satu atau terlalu besar, jika nilai yang didapatkan dari
spektofotometer lebih dari satu maka dapat dikatakan bahwa sampel kurang baik, karena data
yang baik untuk larutan ialah jika nilai absorbansi pada larutan tersebut kurang dari satu,
namun jika terlalu mendekati nol pun tidak terlalu baik, karena nilai yang terlalu mendekati
nol disebabkan karena larutan terlalu encer, jika nilai absorbansinya semakin baik maka
konsenterasi glukosa dapat dihitung mendekati keakuratan.
KESIMPULAN
Semua sampel pati dapat dipecah oleh enzim amilase menjadi 1,4--D-glukosa hal ini
membuktikan bahwa pati terdiri dari monomer-monomer glukosa yang dihubungkan oleh
ikatan glikosida. Konsenterasi larutan dapat diketahui dengan mengukur absorbansi larutan
oleh spektofotometer. Jika nilai aborbansi dibawah satu maka data semakin akurat, namun
jika data diatas satu maka data kurang baik. Data yang menyebabkan nilai absorbansi diatas
satu adalah warna larutan yang akan diabsorbansi terlalu pekat dikarenakan konsenterasi
larutan yang terlalu pekat, hal tersebut dapat disebabkan dari pemberian iodine yang terlalu
banyak pada larutan sehingga nilai absorbansinya terlalu tinggi yaitu lebih dari satu. Selain
itu juga hal yang dapat menyebabkan nilai absorbansinya terlalu tinggi yaitu pada saat
pemanasan pada larutan, tidak dilakukan pengadukan, atau pengudukan kuarng maksimal,
sehingga sampel dalam larutan cepat menggumpal. Faktor lainnya juga yaitu pada saat
pemanasan suhu penangas air yang kurang panas, ataupun pemanasan larutan yang kurang
lama, atau dapat juga disebakan karena larutan tidak homogen.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Kimball, J. .1983. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Lineback, D.F and G.E. Inlett. 1982. Food Carbohydrates. The AVI Publishing Co. West
Port.
Riawan, S. 1990. Kimia Organik. Jakarta: Binarupa Aksara.
Rochima, Emma et al. 2013. MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PERAIRAN. Jatinangor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
Rochima, Emma dan Kurniawati, Nia. 2016. MODUL BIOKIMIA PERAIRAN. Jatinangor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
Sherman, H. .C. 1962. Chemistry of Food and Nutrition. 8 th Ed. The Macmillan
company. New York
Somaatmadja, D., 1970. Sirup Pati Ubi Kayu. Bogor : Balai Penelitian Kimia Bogor.
Winarno, 1983. Enzim Pangan. Jakarta: PT. Gramedia.
__________. 1995. Enzim Pangan. Jakarta: PT. Gramedia.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat yang digunakan dalam praktikum
Gambar 7. Spektrofotometer
Gambar 8. Inkubator
Gambar 9. Spatula