Anda di halaman 1dari 8

PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Etika Politik Bangsa


Dalam pembagian cabang-cabang ilmu pengetahuan etika adalah anak
cabang dari filsafat. Masuk dalam kategori filsafat praktis. Pembahasannya
langsung mengarah pada tindakan dan bagaimana manusia hanio berbuat. Filsafat
praktis ini diupayakan untuk memberi pemahaman pada manusia dalam
mengarahkan tindakannya. Begitulah etika sebagai bagian dari filsafat praktis
bekerja. Kemudian pun etika masih dibagi lagi menjadi etika individual dan etika
sosial. Mengingat manusia memang memiliki kedua dimensi itu. Sebagai individu
dan makhluk sosial. Sebagai individu manusia memiliki kewajiban-kewajiban
terhadap dirinya sendiri, terhadap Tuhan, dan wilayah-wilayah hidup mereka yang
berkenaan dengan sisi individual. Sedangkan sebagai makhluk sosial, manusia
diarahkan untuk mengatur hidup sesuai dengan garis kodrat mereka sebagai
makhluk sosial, berkenaar dengan nilai-nilai moral yang menentukan sikap dan
tindakan antarmanusia.
Sedangkan dimensi politik dalam etika politik di sini adalah dimaksudkan
ada dalam pengertiannya, yang lebih luas. Bukan hanya berkenaan dengan sistem
kenegaraan atau hubungan artarnegara misal, yang mencangkup kehidupan
kenegaraan, pemerintahan, penentuan dan pelaksanaan kebijakan negara tentang
berbagai hal menyangkut kepentingan publik, serta kegiatan-kegiatan lain dari
berbagai lembaga sosial, partai politik dan organisasi keagamaan yang berkaitan
langsung dengan kehidupan kemasyarakatan dan negara yang dibatasi oleh
konsep-konsep negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan
(decission making), pembagian (distribution), dan alokasi (alocation), tetapi di
sini pengertian itu diperluas lagi ke dalam tataran manusia sebagai makhluk yang
berpolitik. Secara kasar dapat disebutkan bahwa segala tindakan manusia atau
bnhkan manusia itu sendiri tidak akan lepas dari orientasi dan noda-noda politik.
Manusia hidup karena berpolitik. Secara kodrati sebagai makhluk
individual atau sosial manusia akan memerlukan aturan-aturan atau norma-norma
untuk dapat menjalani hidupnya. Kata kunci dari dimensi politik ini adalah

kaitannya dengan hak dan kewajiban manusia. Sebagai warga dunia, sebagai
warga negara, sebagai anggota masyarakat, sebagai individu, dan sebagai
makhluk Tuhan.
Dengan melihat dua dimensi ini, etika dan politik, dalam Pancasila sebagai
Etika Politik, maka kita dapat memberi kesimpulan awal bahwa Pancasila adalah
pedoman hidup bersama kita, yang mengatur bagaimana kita bersikap dan
bertindak antar satu dcngan lain, yang disertai hak dan kewajibannya. Dengan
kata lain Pancasila adalah moral-identity kita. Baik sebagai warga dunia, sebagai
warga negara, sebagai anggota masyarakat. Kita dikenali karena kita memiliki
Pancasila dalam diri kita sebagai pedoman hidup ben arna. .
B. Melihat Ulang Kesejarahan Pancasila
Awal bulan ketiga tahun 1945, adalah tonggak baru sejarah bangsa
Indonesia dalam upaya menjadi diri sebagai bangsa yang merdeka. Pada masa
itu, recara resmi diumumkanlah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha
Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritzu Zyundai Tjosakai oleh Panglima
Tentara XVI Letjen Kumaici Harada. Badan ini memiliid tugas untuk
menyelidiki dan merutnuskan dasar dan rancangan undang-undang dasar
Indonesia.
Pancasila lahir dari sidang BPUPiCI yang pertama, yang diselenggarakan
tanggal 29 Mei-1 Juni 1945. Dalam tiga hari inilah, para founding father kita
bersitegang mempersoalkan dasar atau falsafah negara yang akan digunakan. Di
antara beberapa orang yang mengusulkan draft dasar negara adalah Prof.
Mohammad Yamin, Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Tiga orang ini dalam tiga hari
berurutan berargumen di hadapan anggota sidang.
Tanggal 29 Mei, Prof. Moh. Yamin, terlebih dahulu membacakan dan
menyerahkan usulannya. Versi lisan yang diusulkan beliau adalah; peri
kebangsaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahtsraan rakyat. Sedangkan
versi tulisannya; ketuhanan yang Maha Esa, kebangsaan persatuan Indonesia, rasa
kemanusiaan yang adil dan beradab, kerakyatan yang dipimpin oleh hidmat
kebijaksanaan dalam permusyawatan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.
Dalam sidang hari berikutnya, Dr. Soepomo menyampaikan usulannya.
Yang meliputi; negara yang kita bentuk hams berdasarkan aliran pikiran
kenegaraan kesatuan yang bersifat integralistis atau negara nasional yang bersifat
totaliter, setiap warga dianjurkan untuk hidup berketuhanan tetapi urusan agama
terpisah dari urusan negara, dibentuk Badan Musyawarah agar pemimpin negara
bersatu jiwa dengan wakil rakyat, sistem ekonomi diatur berdasarkan azas
kekeluargaan, tolong menolong dan sistem kooperasi, negara Indonesia yang
besar atas semangat kebudayaan Indonesia asli. Kemudian juga mengusulkan
dasar negara yang meliputi; persatuan, kewargaan, kesinambungan lahir batin,
musyawarah dan keadilan sosial.
Hari berikutnya, Ir. Soekarno menyampaikan pidato filsafat dasar
negarariya

dengan

rumusan;

kebangsaan

Indonesia-nasionaiisme,

peri

kemanusiaan-Internasumalisme, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial,


dan ketuhanan yang berkebudayaan.
Kita tidak hendak melihat pergumulan ide antara ketiga orang ini atau
alotnya sidang perumusan dasar negara ini. Konsep siapa yang digunakan dan
siapa yang rnenang. Karena kita langsung dapat menganalisanya sendiri dengan
membandingkan tiga usulan di atas dengan Pancasila yang ada sampai sekarang
ini.
Dan kemudian pada tanggal 22 Juni usukn-usulan ini disintesiskan oleh
Panitia 9 yang dibentuk oleh BPUPKI, dan menghasilkan sebuah dokumen
dengan nama Piagam Jakarta. Yang isinya adalah rumusan Pancasila berikut ini;
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatari

yang

dipimpin

oleh

permusywaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia

hikmat

kebijaksanaan

dalam

Setelah Indonesia diprokamirkan merdeka pada tenggal 17 Agustus 1945,


timbul polemik: yang sangat tajam antara para elit tokoh Indonesia terkait dengan
tujuh kata pada sila pertama. Penduduk Indonesia yang mayoritas umat Islam
tentu merasa senang hati dengar. adanya tujuh kata ini. Namun, karena kesadaran
bahwa Indonesia merdeka dan terbentuk bukan hanya karena umat Islam, dan
demi menangkal perpecahan pada negeri yang baru lahir, atas usul Bung Hatta,
tujuh kata itu dihapus, menjadi Ketuhanan yang Maha Esa.
C. Mencermati Lima Sila
Abdul Hadi W.M. dalam makalahnya menyatakan bahwa Pancasila adalah
landasan ideologis berdirinya NKRI merupakan sekumpulan sistem nilai. Sebagai
sistem nilai yang dijadikan pedoman hidup sebuah bangsa Pancasila adalah jiwa
yang menghidupi kehidupan bangsa ini. Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa
ada pada puncak pedoman hidup bangsa Indonesia. Dan seperti apa yang
dikatakar Abdul Hadi W.M. sila ini menjadi pengayom bagi sila yang lain dalam
prakteknya. Semangat kemanusiaan, semangat persatuan, semangat kerakyatan,
dan dan semangat keadilan berjalan dengan berlandaskan pada Ketuhanan.
Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Secara sempit atau ke
dalam, sila ini dapat diartikan bahwa setiap warga negara Indonesia memperoleh
perlakuan yang adil dan beradab. Dan secara luas, bangsa Indonesia menjunjung
tinggi nilai-nilai kernanusian. Bahwa setiap orang memiliki hak dan kewajiban
yang sama tanpa harus dibeda-bedakan.
Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Sila ini paling tidak menggambarkar,
bahwa bangsa ini adalah satu keluarga besa. yang di dalamnya didasari adanya
kesadaran perbedaan satu sama lain. Dari perbedaan inilah sebenarnya bangsa ini
ada. Bangsa ini adalah mozaik yang terdiri dari fragmen-fragmen yang
membentuknya.
Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/Perwakilan. Satu nilai yang menjadi ciri bangsa ini
adalah kebersamaan dan suka bermusyawaah dalam menentukan satu kebijakan
demi kepentingan bersama. Di dasari oleh tiga sila sebelumnya.

Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Keadilan di


sini seperti yang dikatakan Abdul Hadi vV.M, adalah Keadilan yang mencakup
tiga bentuk keadilan: (1) Keadilar distributif, menyangkut hubungan negara
terhadap warganegara, berarti bahwa aegaralah yang wajib memenuhi keadilar
dalam membagi kemakmuran, kesejahteraaan penghasilan negara, yang terakhir
ini dalam bentuk bantuan, subsidi dan kesempatan untuk hidup bersama yang
didasarkan atas hak dan kewajiban yang setara dan seimbang; (2) Keadilan legal,
yaitu keadilar dalam kaitannya dengan hak dan kewajiban warganegara terhadap
negara, tercermin dalam bentuk ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku dalam negara; (3) Keadilan komutatif, yaitu suatu hubungan
keadilan antara warga dengan warga lainnya secara timbal balik.
D. Titik Awal Menghidupkan Kembali Pancasila Sebag?i Etika Politik
Bangsa
Dari pencermatan pada lima sila ini, kembali pada pertanyaan di atas
bahwa apakah Pancasila hadir sebagai jiwa dahulu ataukah badannya terlebih
dahulu? Jika Pancasila hadir dalam did bangsa ini sebelum badan Pancasila itu
dirumuskan, berarti banpsa Indonesia secara khas memang memiliki nilai-nilai
atau pedoman yang terkesuaian dengan Pancasila setelah dirumuskan. Tetapi jika
badannya terlebih dahulu yang hadir, kemudian bangsa ini menghayati nilainilainya, berarti ada kesepakat berikutnya tentang nilai-nilai ban: yang terbentuk
yang harus dipatuhi dan jadikan pedoman besama. Pertanyaan ini muncul karena
terkait dengan fenomena sekarang ini, fenomena akan ketidakpercayaan bangsa
Indonesia pada Pancasila. Atau pe-marginal-an Pancasila dari kehidupan bangsa
ini.
Sebenarnya tidaklah begitu penting apakah Pancasila hadir menjiwai
terlebih dahulu sebelum badannya dirumuskan, atau sebaliknya. Hanya saja ada
implikasi yang dapat digunakan untuk menganalisa masalah deiegitimasi
Pancasila akhir-akhir ini dengan melihat itu mana yang hadir terlebih dahulu.
Ketika melihat F ancasila sebagai jiwa yang hadir terlebih dahulu, dengan melihat
kondisi saat ini, berarti bukan Pancasilanya yang bermasalah. Bahwa Pancasila

tidak lagi relevan adalah omong kosong belaka. Pancasila adalah tetap Pancasila
yang tetap terbuka bagi semua golongan dan nilai-nilainya akan terus
termutakhirkan sesuai dengan perkembangan zaman, seperti yang dikatakan oleh
Prof. Dr. Nurcholish Madjid, Pancasila adalah sebuah ideologi, maka itu berarti
terbuka lebar adanya kesempatan untuk semua kelomvok sosial guna mengambil
bagian secara positif dalam pengisian dan pelaksanaannya. Maka para peiuuka
Islam pun harus tanggap kepada masalah ini. Jadi manusia-manusianya yang
kupribadiannya tergerus.
Dan jika kernudian, yang hadir terlebih dahulu adalah badannya, maka kita
memang perlu melihat kembali sila-sila Pancasila. Sudahkan hal itu sesuai dengan
watak dan pribadi bangsa ini. Atau paling tidak sudah cukup dapat menampung
watak dan kepribadian itu.
Terakhir, yang bermasalah apakah Pancasila ataukah manusia-manusianya,
masih menjadi pekerjaan rumah. Namun, juga dalam tataran praktisnya. Atau
bahkan kita melepaskan itu semua, didasari ketakberdayaan kita dalam
menghadapi gerusan arus globalisasi, dengan nilai-nilai positif dan negatifnya.

KESIMPULAN
Pancasila adalah ideologi yang sangat baik untuk diterapkan di negara
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam Politik. Schingga rnunculah
pemikiran mengeriai ideologi Pancasila yang berlatar belakang Etika Politik
Bangsa, maka akan terjadi kenyamanan bagi rakyat untuk membedakan antara
perbedaan politik yang satu dengan yang lain.
Dengan mempertahankan ideologi Pancasila sebagai dasar negara, jika
melaksanakannya dengan baik, maka perwujudan untuk menuju negara yang
aman dan sejahtera pasti akan terwujud.

Daftar Pustaka
Alkasah Yuhro, Mursidi, Saminu. 2009. Pancasila untuk SMA/MA kelas XII.
Jawa Tengah :ViVA Pakarindo.
Amir, Yusuf. 1995. Reorientasi Pancasila. Jakarta: GEMA INSANI PRESS.
Tasmara, Toto. 1995. Etos Kerja Pancasila. Yogyakarta: PT. Dana Bakti.
Fachudin, Mohammad. 1979. Etika Pancasila. Jawa Barat: C. V. Diponegoro.
Rachman, Maman. dkk. 2006. Filsafat Ilmu. Semarang: UPT Umies.

Anda mungkin juga menyukai