Pencemaran
dapat
membahayakan
kesehatan
karena
zat-zat
yang
tercemar`merupakan zat yang berpengaruh besar terhadap tubuh manusia. Seperti air
minum dan udara yang dihirup sehari-hari.
Pencemaran udara dapat disebabkan oleh dua hal yaitu faktor alam dan
perilaku manusia. Faktor alam yang dapat menyebabkan pencemaran udara antara
lain gunung meletus yang dapat menyemburkan debu dan gas sejauh berkilo-kilo
meter serta kebakaran hutan akibat dari kemarau yang berkepanjangan. Faktor yang
kedua adalah perbuatan manusia seperti penggunaan kendaraan bermotor yang
melepas karbondioksida ke udara, berkembang pesatnya pabrik-pabrik yang
menghasilkan limbah yang berbahaya, pembakaran bahan bakar fosil seperti batu
bara serta pengilangan minyak. Pencemaran udara akan terus meningkat karena
bertambahnya populasi manusia dan meningkatnya permintaan bahan bakar.
Dalam artikel ini akan dibahas mengenai pengukuran tingkat penecemaran
udara khususnya yang terjadi pada jalan utama transportasi kota jember serta
mengukur potensi daya serap dari pohon lindung yang ada pada setiap ruas jalan.
Langkah awal yang dilakukan yaitu mengamati jenis dan jumlah dari pohon
lindung pada setiap jalur utama yang meliputi Jl. Hayam Wuruk, Jl. Trunojoyo, Jl.
Slamet Riyadi, dan Jl. Gadjah Mada. Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa
jenis pohon lindung yang ada di setiap ruas jalan utama yaitu jenis pohon angsana,
Tanjung dan Glodokan Tiang. Ketiga pohon tersebut paling mendominasi diantara
jenis-jenis pohon lindung yang lain. Pada jalan Trunojoyo jumlah total pohon lindung
yaitu sekitar 106 pohon, pada jalan Gadjah Mada yaitu sekitar 1195 pohon, jalan
Hayam Wuruk 113 pohon dan jalan Slamet Riyadi sekitar 529 pohon. Jumlah pohon
yang ada di setiap ruas jalan tersebut akan mempengaruhi potensinya dalam
mengabsorbsi kadar CO2 yang dihasilkan oleh emisi kendaraan yang melintasi jalur
utama. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi daya serap CO2 oleh tanaman
lindung antara lain Suhu, Intensitas cahaya, luas helaian daun, jumlah helai daun
dalam satu pohon, dan luas kanopi. Luas Kanopi sangat erat hubunganya dengan luas
helaian daun dan jumlah helaian daun per pohon, dimana semakin luas helaian daun
dan semakin banyak helaian daun dalam satu pohon maka luas kanopi akan semakin
lebar. Dengan demikian semakin besar luas kanopi maka semakin tinggi pula CO2
yang dapat diabsorbsi oleh suatu pohon lindung.
Menurut data yang diperoleh sebelumya maka dapat diasumsikan jumlah total
helaian daun dalam satu pohon. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menghitung
jumlah cabang dalam satu pohon dan dikelompokkan berdasarkan ukurannya. Satu
cabang dari setiap kelompok dihitung jumlah daunnya kemudian jumlah daun dari
satu cabang pada setiap kelompok dikalikan jumlah cabang yang terdapat pada tiap
kelompoknya. Langkah terakhir yaitu menggabungkan jumlah daun pada tiap
kelompok sehingga diperoleh jumlah daun per pohon. Tujuan dari perhitungan
jumlah total daun dalam satu pohon ini yaitu untuk mengetahui kemampuan dari
setiap jenis pohon dalam mengabsorbsi karbondioksida. Namun sebelumnya harus
diketahui kadar CO2 yang mampu diserap oleh satu helai daun.
Dari literatur yang bersangkutan diperoleh data mengenai kadar CO2 yang
mampu diserap oleh satu helai daun /jam berdasarkan jenis tanamannya. Dari data itu
maka dapat ditentukan jumlah total kadar CO2 yang mampu diserap oleh satu pohon.
Caranya yaitu mengalikan jumlah CO2 yang diserap oleh satu helai daun /jam dengan
jumlah total helaian daun dalam satu pohon.
Tabel Daya Serap gas CO2 Per Helai Daun
No
Jenis Tanaman
Ilmiah
Daerah
Luas per
Daya serap
helai
per cm2
helai daun
daun
per jam
(x10-4 g)
0,07
4 g)
2,53
Pterocarpus indicus
Angsana
(cm2)
38,69
Ficus benjamina
Beringin
17,16
0,41
7,08
Lagerstroemia speciosa
Bungur
88,88
0,23
20,05
Antidesma bunius
Buni
93,43
1,44
134,75
Bauhimia purpurea
Daun kupu-kupu
261,05
0,67
175,58
Caesalpinia pulcherima
Kembang merak
0,85
0,37
0,31
Fillicium decipiens
Krey paying
15,66
0,12
1,85
Delonix regia
Flamboyan
0,72
0,46
0,33
Flacourtia inermis
Lobi-lobi
269,36
0,03
9,19
10
Eugenia malaccensis
Jambu bol
107,76
0,09
9,19
11
Swietenia macrophylla
Mahoni
48,02
0,60
28,93
12
Alstonya scholaris
Pulai
64,14
0,24
15,47
13
Mimosops elengi
Tanjung
50.14
0,44
21,82
14
Dimocarpus cinfinis
Kecapi
65,33
0.05
3.34
15
Sandorium nervosum
Binuang
199.51
0.83
165,58
16
Adenanthera pavonina
Sumber : Gratimah, 2009
2.45
0,65
1,58
Langkah selanjutnya yaitu menetukan kadar CO2 yang mampu diserap dari
semua pohon berdasarkan jenisnya dalam waktu satu hari. Cara menghitungnya yaitu
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
CO2 yang diserap oleh semua pohon /hari = CO 2 yang diserap satu
pohon /hari x jumlah pohon yang ada berdasarkan jenis
Untuk menghitung jumlah kadar CO2 yang mampu diserap oleh semua pohon
lindung pada masing-masing ruas jalan maka cara yang dapat dilakukan yaitu
menambahkan semua
jenisnya .
kadar CO2
Mengenai jumlah kepadatan lalu lintas kendaraan yang melewati masingmasing jalur utama. Data yang diperoleh yaitu penghitungan jumlah kendaraan yang
melintas pada jalur utama dalam waktu 10 menit. Perhitungan ini dilakukan pada
pagi, siang dan malam hari. Selain itu juga dilakukan pengamatan
mengenai
kepadatan kendaraan yang melintas di jalur utama pada hari sibuk dan libur, hal ini
dimaksudkan untuk mencari perbandingan kepadatan jumlah kendaraan pada masingmasing jalur utama pada hari yang berbeda.
Perhitungan kadar CO2 total yang dihasilkan oleh semua jenis kendaraan di
setiap ruas jalan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kadar CO2 total = jumlah kendaraan yang melintas/ hari
x(volume bahan bakar yang di pakai / hari) x jumlah CO2 yang di
hasilkan ( kg/L)
jenisnya yaitu sepeda motor, mobil, dan kendaraan besar misalnya Truk, bus, mobil
Box, dan lain sebagainya. Dari data didapat jumlah kepadatan kendaraan hanya dalam
waktu 10 menit. Maka untuk mencari jumlah kendaraan yang melintas dalam waktu 1
hari dapat di gunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah kendaraan yang melintas dalam waktu 1 hari = Jumlah
total kendaraan yang melintas dalam waktu 1hari
Volume bahan bakarberdasarkan
yang dibutuhkan
oleh
kendaraan dalam waktu satu hari
(pagi,siang,malam)
jenis
x 6x8
Emisi CO2
Satuan
Bensin
2,33
kg/Liter
Solar
2,64
kg/Liter
Batu Bara
2,96
kg/Liter
Gas (LPG)
2,06
kg/m3
Jl. Trunojoyo
2520,4159266
13746488,76109981
659,6221663224
8113,3743359,472
Jl. Trunojoyo
Jl. Gadjah
Mada
Jl. Hayam
Wuruk
Jl. Slamet
Riyadi
10993878,2
1245289,57
Hari libur
2314314,8
1602640,8
1183608
2048515,2
1233554,4
1326193,8
Dari kedua tabel diatas maka dapat diketahui tingkat pencemaran di masingmasing ruas jalan yaitu dengan membandingkan total kadar CO2 yang diserap oleh
semua jenis pohon lindung dengan jumlah total CO2 yang dihasilkan oleh semua jenis
kendaraan.Suatu area jalan dikatakan tercemar apabila kadar CO2 yang mampu di
serap oleh semua pohon lindung yang terdapat pada ruas jalan lebih rendah dari kadar
CO2 yang dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor yang melintas pada ruas jalan
tersebut. Jadi, dengan kata lain terdapat CO2 berlebih di udara yang nantinya akan
menimbulkan pencemaran. Dari tabel tersebut dapat di ketahui pada ketiga jalan
yaitu Jl. Trunojoyo,Jl .Hayam wuruk dan Slamet Riyadi terjadi pencemaran yang
cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena ketidakseimbangan dari kadar CO2 yang
diserap dengan kadar CO2 yang dihasilkan. Sedikitnya jumlah tanaman lindung
membuat kemampuan untuk menyerap CO2 sangat minim sedangkan jumlah
kendaraan yang melintas cukup padat dan ini berarti kadar total CO2 yang dihasilkan
oleh semua kendaraan yang melalui jalur tersebut cukup besar. Sedangkan pada
Jl.Gajah Mada dapat dikatakan relative tidak terjadi pencemaran . Hal ini disebabkan
karena kadar CO2 yang mampu diserap oleh semua pohon lindung dapat
mengimbangi bahkan melebihi kadar CO2 yang di hasilkan oleh semua jenis
kendaraan yang melintas pada jalur tersebut. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada
CO2 berlebih pada udara bebas yang nantinya menimbulkan polusi.
KESIMPULAN
Jenis pohon lindung yang hampir ada di setiap ruas jalan utama yaitu jenis
pohon angsana, Tanjung dan Glodokan Tiang. Ketiga pohon tersebut paling
mendominasi diantara jenis-jenis pohon yang lain. Jumlah kendaraan yang melintas
pada setiap jalur utama sangat padat sedangkan rata-rata jumlah pohon lindung yang
terdapat pada
mengimbangi. Hal ini merupakan faktor utama terjadinya pencemaran Dari penelitian
yang dilakukan dapat diketahui bahwa area pada jalan Trunojoyo, Hayam Wuruk, dan
Slamet Riyadi mengalami pencemaran udara. Hal ini disebabkan karena kadar CO 2
yang diserap oleh pohon lindung pada area tersebut lebih rendah dari kadar CO2 yang
di hasilkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor. Jadi terdapatgas CO2 berlebih
yang terkandung pada udara bebas. Jl. Gadjah Mada merupakan satu-satunya jalan
yang relatif tidak mengalami pencemaran udara. Hal ini disebabkan karena kadar
CO2 yang mampu di serap oleh pohon lindung melebihi kadar CO2 yang di hasilkan
oleh emisi gas buang kendaraan bermotor sehingga tidak ada kadar CO2 berlebih di
udara bebas yang dapat merugikan. Peningkatan emisi kendaraan ini disebabkan oleh
kurangnya kesadaran masyarakat tentang dampak penggunaan bahan bakar yang
mengandung timbel sehingga mereka tidak dapat meminimalisir penggunaannya
secara efektif.