Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
200110140026
Kelompok
4
Kelas B
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha peternakan sapi perah menjadi komoditi yang sangat berkontribusi
dalam penyediaan pangan. Oleh karena itu, populasi sapi perah pun semakin
meningkat. Namun, peningkatan populasi ini tidak diiringi dengan penambahan
lahan pertanian. Akibatnya, penyediaan pakan untuk sapi perah semakin sulit.
Selain itu, faktor lain yang menyebabkan sulitnya menyediakan pakan bagi sapi
perah ialah tidak menentunya iklim di Indonesia. Terkadang kemarau berlebih
bahkan hujan berlebih. Hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan vegetasi
hijauan terhambat.
Teknologi pengawetan hijauan sangat diperlukan mengingat permasalahan
yang timbul di Indonesia. Salah satu teknologi pengawetan yang dapat dilakukan
adalah dengan cara pembuatan silase. Namun, silase pun tidak selalu dapat
memenuhi kebutuhan pakan sapi perah. Diperlukan silase yang baik dan
berkualitas. Oleh sebab itu, pengetahuan dan pemahaman yang mendalam
mengenai pembuatan silase sangat dibutuhkan.
1.2 Maksud dan Tujuan
1. Mengetahui cara membuat silase.
2. Menilai silase serta dapat mengkategorikan silase yang baik.
II
TINJAUAN PUSTAKA
Silase adalah pakan yang berbahan baku hijauan, hasil samping pertanian atau
bijian berkadar air tertentu yang telah diawetkan dengan cara disimpan dalam tempat
kedap udara selama kurang lebih tiga minggu. Penyimpanan pada kondisi kedap
udara tersebut menyebabkan terjadinya fermentasi pada bahan silase. Tempat
penyimpanannya disebut silo. Silo bisa berbentuk horizontal ataupun vertikal. Silo
yang digunakan pada peternakan skala besar adalah silo yang permanen, bisa
berbahan logam berbentuk silinder ataupun lubang dalam tanah (kolam beton). Silo
juga bisa dibuat dari drum atau bahkan dari plastik. Prinsipnya, silo memungkinkan
untuk memberikan kondisi anaerob pada bahan agar terjadi proses fermentasi. Bahan
untuk pembuatan silase bisa berupa hijauan atau bagian-bagian lain dari tumbuhan
yang disukai ternak ruminansia, seperti rumput, legume, biji bijian, tongkol jagung,
pucuk tebu, batang nanas dan lain-lain. Kadar air bahan yang optimal untuk dibuat
silase adalah 65-75%. Kadar air tinggi menyebabkan pembusukan dan kadar air
terlalu rendah sering menyebabkan terbentuknya jamur. Kadar air yang rendah juga
meningkatkan suhu silo dan meningkatkan resiko kebakaran (Heinritz, 2011).
Teknologi silase adalah suatu proses fermentasi mikroba merubah pakan
menjadi meningkat kandungan nutrisinya (protein dan energi) dan disukai ternak
karena rasanya relatif manis. Silase merupakan proses mempertahankan kesegaran
bahan pakan dengan kandungan bahan kering 3035% dan proses ensilase ini
biasanya dalam silo atau dalam lobang tanah, atau wadah lain yang prinsifnya harus
pada kondisi anaerob (hampa udara), agar mikroba anaerob dapat melakukan reaksi
Silase yang baik beraroma dan berasa asam, tidak berbau busuk. Silase
hijauan yang baik berwarna hijau kekuning-kuningan, dipegang terasa lembut dan
empuk tetapi tidak basah (berlendir). Silase yang baik juga tidak menggumpal dan
tidak berjamur. Kadar keasamanya (pH) apabila dilakukan analisa lebih lanjut adalah
3,2-4,5. Silase yang berjamur, warna kehitaman, berair dan aroma tidak sedap adalah
silase yang mempunyai kualitas rendah (Rukmana, 2005).
III
ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA
3.1 Pembuatan Silase
3.1.1 Alat
1. Tong dan tutupnya
2. Karung
3. Timbangan
4. Gelas ukur plastik
5. Mesin Chopper
6. Plastik dengan ukuran 50 cm x 30 cm (plastik polybag)
3.1.2 Bahan
1. Tebon jagung
2. Molases
3.1.3 Cara Kerja
1. Menghidupkan mesin chopper hingga stabil.
2. Memasukkan tebon jagung ke dalam mesin chopper hingga ukuran
tebon menjadi lebih kecil.
3. Memasukkan tebon jagung yang sudah terpotong-potong ke dalam
karung, kemudian menimbangnya.
4. Mengukur molasses sebanyak ... menggunakan gelas ukur plastik.
5. Memasukkan tebon jagung ke dalam tong secara perlahan hingga
mencapai 1/3 bagian kemudian menuangkan molasses secara merata.
IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Pembuatan Silase
a. Berat Tebon yang digunakan
: 34 kg (40 detik)
: 1 menit 47 detik
: 1 menit 18 detik
d. Penimbangan Molases
: 23 menit 37 detik
Kriteria (berlaku
hanya untuk
kelompok 4)
Bau dan
Rasa
Rasa
Sentuhan
(Sensasi)
Warna
10
10
10
15
Hijau Kekuningan
terang
10
10
10
Bau dan
Cita Rasa
Dicicipi asam
rasanya, tetapi
wangi
20
20
20
10
20
25
Rasa
Asam
20
20
20
20
43
55
65
40
65
71
Jumlah
10
10
20
20
20
25
15
15
20
20
20
10
20
20
25
25
25
10
Sentuhan
10
10
10
Total
53
53
75
75
75
50
Wangi
Bau
Warna
4.2 Pembahasan
Silase merupakan salah satu teknik pengawetan hijauan pakan ternak untuk
mengatasi kekurangan pakan di musim kering dengan prinsip pemeraman dalam
kondisi anaerob. Terdapat 2 tahapan pada pembentukkan silase yaitu tahapan
yang bersifat aerob dan yang bersifat anaerob. Pada tahapan aerob terjadi dua
proses yaitu respirasi sel tumbuhan dan proteolysis yang disebabkan oleh adanya
aktivitas enzim yang terapat pada tumbuhan. Pada kondisi ideal, oksigen akan
habis pada 4-5 jam setelah tong ditutup rapat. Kemudian akan terjadi peningkatan
suhu selama 15 hari pertama. Selanjutnya pada tahapan anaerob terjadi proses
fermentasi. Pada proses fermentasi bakteri asam laktat aktif memfermentasi gula
menjadi asam laktat disertai produksi asam asetat, etanol, karbondioksida, dan
dan
heterofermentatif.
Bakteri
penghasil
asam
laktat
V
KESIMPULAN
1. Proses pembuatan silase oleh kelompok 4 menggunakan molases sedangkan
kelompok lain tidak.
2. Total nilai hasil penilaian kualitas silase berjumlah 53 yang berarti silase tersebut
cukup baik namun tidak dianjurkan untuk diberikan pada ternak dalam jumlah
banyak.
3. Indikator silase yang baik dapat dilihat dari warna, tekstur, sentuhan, bau, pH,
aroma, dan rasa.
DAFTAR PUSTAKA
Gonzalez J, Fara-Marmol J, Rodrguez CA, Martnez A. 2007. Effects of ensiling
on ruminal degradability and intestinal digestibility of Italian rye-grass.
Anim Feed Sci Technol. 136:38-50.
Heinritz, S. 2011. Ensiling Suitability of High Protein Tropical Forages and Their
Nutritional Value for Feeding Pigs. Diploma Thesis. University of
Hohenheim. Stutgart.
Khan, M.A., M. Sarwar and M.M.S. Khan. 2004. Feeding value of urea treated
corncobs ensiled with or without Enzose (corn Dextrose) for lactating
crossbred cows. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 8: 1093 1097.
Rukmana, R. 2005. Silase dan Permen Ternak Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta
Schroeder, J.W. 2004. Silage Fermentation and Preservation. http://www.ext.
nodak.edu/expubs/ansci/dairy/as1254w.btm.pdf.
Sapienza, D.A. and K.K. Bolsen. 1993. Teknologi Silase (Penanaman, Pembuatan
dan
LAMPIRAN