Anda di halaman 1dari 4

KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika

Vol. 1. no.1 (2015) hal. 32-35

PENGARUH PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP AKTIVITAS,


MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN ARUS DAN
TEGANGAN LISTRIK BOLAK BALIK DI SMA NEGERI 3 YOGYAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
1)

Mifran

1)

Jurusan Tadris Fisika, IAIN Mataram, Mataram, Indonesia, mifranbima@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh proses pembelajaran fisika yang kurang menekankan pada proses.
Pembelajaran fisika sebaiknya dilakukan melalui sebuah proses eksperimen sehingga mampu
meningatkan aktivitas, motivasi dan hasil belajar siswa. Eksperimen dilakukan dengan menggunakan
osiloskop. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode eksperimen
terhadap aktivitas, motivasi dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan arus dan tegangan listrik
bolak-balik di SMA Negeri 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini adalah penelitian
eksperimen semu atau quasi eksperimen. Data penelitian dikumpulkan melalui instrumen penelitian
berupa lembar aktivitas belajar siswa, angket motivasi belajar siswa, dan soal tes untuk mengetahui
pengaruh penggunaan metode eksperimen terhadap aktivitas, motivasi dan hasil belajar siswa.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis of Variant (ANOVA). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan metode
eksperimen terhadap aktivitas belajar siswa. (2) Ada pengaruh yang signifikan penggunaan metode
eksperimen terhadap motivasi belajar siswa. (3) Ada pengaruh yang signifikan penggunaan metode
eksperimen terhadap hasil belajar siswa.
Kata kunci: Metode eksperimen, Aktivitas, Motivasi, Hasil belajar, Arus AC, Osiloskop

A. Pendahuluan
Penggunaan metode pembelajaran yang
baik oleh guru dan ketersediaan siswa dalam
mengikuti serta menerima materi dalam
pembelajaran merupakan bagian dari proses
pembelajaran yang baik. Akan tetapi, untuk
menggunakan sebuah metode pembelajaran yang
baik membutuhkan kesiapan baik yang bersifat
fisik maupun non fisik, seperti kesiapan materi
(bahan ajar), alat atau media pendukung dalam
penyampaian informasi pembelajaran, bahkan
kesiapan berupa mental dan waktu guru untuk
menggunakan metode pembelajaran. Salah satu
metode pembelajaran yang baik tersebut adalah
metode eksperimen kaerna didalamnya siswa
dilibatkan secara langsung dalam proses
pembelajaran
sebagaimana
dijelaskan
oleh
Djamarah, dkk. (2010) tentang metode eksperimen,
yaitu cara penyajian pelajaran, dimana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami sendiri

sesuatu yang dipelajari. Dengan demikian, siswa


dituntut untuk mengalami sendiri, mencari
kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum
atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses
yang dialaminya sendiri.
Kurangnya fasilitas pembelajaran atau
tenaga guru yang mampu menggunakan metode
pembelajaran yang baik menjadi hambatan dalam
proses pembelajaran, terlebih lagi jika melihat
kondisi atau keadaan kemampuan dasar siswa yang
sangat kurang dalam memahami pelajaran.
Berdasarkan observasi awal, SMA Negeri
3 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah
unggulan dikota Yogyakarta dengan fasilitas
sekolah yang cukup memadai, sehingga mampu
menunjang kelancaran proses belajar mengajar
disekolah. Salah satunya adalah memiliki
laboratorium beserta alat laboratorium yang cukup
memadai. Akan tetapi menurut salah satu guru
fisika disekolah tersebut,alat-alat yang ada

dilaboratorium jarang digunakan oleh guru sebagai


media pembelajaran karena tiga alasan; (1) guru
beranggapan pembelajaran yang menggunakan alat
atau media pembelajaran justru memperlambat
jalannya proses pembelajaran. Karena banyaknya
materi yang harus disampaikan, menjadikan
pembelajaran konvensional atau dengan metode
ceramah menjadi pilihan utama bagi para guru
dalam proses pembelajaran; (2) guru tidak
memiliki banyak waktu untuk mempelajari
penggunaan alat atau media tersebut karena alasan
guru harus menyiapkan perangkat pembelajaran
lain yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Selain itu, guru juga harus membuat petunjuk
penggunaan alat atau media pembelajaran agar para
siswa mudah memahami penggunaan alat tersebut;
(3) guru beranggapan bahwa efektivitas metode
pembelajaran konvensional masih lebih baik jika
dibandingkan dengan metode pembelajaran lain.
Pernyataan guru fisika tersebut diatas,
memberi penguatan kepada peneliti bahwa
penggunaan media pembelajaran berupa alat
eksperimen jarang dilakukan disekolah tersebut.
Hal ini sangat terlihat jelas saat peneliti melakukan
observasi alat-alat eksperimen dilaboratorium
sekolah tersebut. Banyaknya alat laboraturium
yang tidak berfungsi bukan dikarenakan oleh
kesalahan dalam penggunaan, melainkan tidak
berfungsi karena tidak pernah digunakan dalam
proses pembelajaran.
Pada
saat
pelaksanaan
proses
pembelajaran, peneliti juga melakukan observasi
awal tentang aktivitas belajar siswa dan ativitas
mengajar guru. Berdasarkan hasil observasi, proses
pembelajaran masih di dominasi oleh aktivitas
mengajar guru seperti penyampaian materi, dengan
alasan materi harus dituntaskan sebelum
pelaksanaan ujian semester. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya aktivitas guru diluar
sekolah sehingga materi harus disampaikan dengan
muatan materi yang cukup banyak dalam satu
pertemuan. Hal ini tentu saja menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan rendahnya aktivitas
belajar siswa, sehingga berpengaruh pada motivasi
dan hasil belajar siswa.
Rendahnya motivasi dan hasil belajar
siswa ditunjukkan oleh adanya kegiatan yang
sering di adakan oleh guru berupa pelaksanaan
remidi dan penugasan akhir karena alasan tidak
tercapainya ketuntasan belajar siswa yang kriteria
KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol. 1
no.1 (2015)

ketuntasan minimum (KKM) IPA fisika sekolah


tersebut adalah 78. Tingginya KKM sekolah
tersebut dikarenakan tuntutan nilai atau prestasi
sekolah yang sudah berstandar internasional harus
menghasilkan output atau keluaran yang standar
kualitasnya sama atau tidak jauh berbeda dengan
kualitas lulusan luar negeri. Akan tetapi, dengan
banyaknya siswa yang mengikuti ulangan
perbaikan atau remedial menjadikan sebuah bukti
bahwa proses pembelajaran yang dilakukan masih
jauh dari harapan. Sehingga guru perlu
mengadakan perbaikan yaitu dengan menggunakan
metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
aktivitas, motivasi dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti
menganggap penting untuk mengadakan sebuah
penelitian guna memperbaiki proses pembelajaran
khususnya pembelajaran fisika pada pokok bahasan
arus dan tegangan listrik bolak-balik, sehingga
berdampak positif terhadap hasil belajar siswa pada
pokok bahasan tersebut.Dengan menggunakan alat
atau media dalam pembelajaran fisika diharapkan
dapat menjadi solusi dari permasalahan dalam
pembelajaran fisika. Terlebih lagi membuktikan
bahwa anggapan guru dengan tidak menggunakan
alat ataumedia pembelajaran bukan merupakan
sesuatu yang benar semata, melainkan sebuah
anggapan yang tidak dapat pertanggung jawabkan
kebenarannya. Misalkan penggunaan osiloskop
pada pembelajaran fisika pokok bahasan arus dan
tegangan listrik bolak-balik, alat tersebut akan
sangat membantu siswa dalam menyerap informasi
pembelajaran karena osiloskop dapat menampilkan
bentuk dari gerak osilasi arus bolak-balikyang tidak
dapat dilihat dengan kasat mata. Selain
menggunakan osiloskop, dalam pembelajaran dapat
digunakan alat lain seperti multimeter untuk
mengukur besar arus, tegangan dan hambatan pada
rangkaian arus dan tegangan bolak-balik. Alat-alat
tersebut
akan
digunakan
dalam
proses
pembelajaran dengan menggunakan metode
eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini
diharapkan mampu meningkatkan aktivitas,
motivasi dan hasil belajar fisika siswa sebagaimana
dimuat dalam tujuan penelitian ini.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian quasi
eksperimen. Penelitian yang sengaja dilakukan
untuk mengetahui adanya pengeruh penggunaan

suatu metode terhadap yang ingin diteliti dalam


sebuah kelas.
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu
data yang dinyatakan dalam bentuk angka seperti
usia seseorang, tinggi penjualan dalam sebulan dan
lain sebagainya. Pendekatan kuantitatif digunakan
untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar
siswa setelah proses belajar berlangsung.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XII
IPA 1 sebagai kelas kontrol dan XII IPA 3 sebagai
kelas eksperimen di SMAN 3 Yogyakarta Tahun
Pelajaran 2014/2015. Waktu pelaksanaannya dari
bulan Novenber tahun 2014 sampai dengan Maret
tahun 2015.
Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
dokumentasi, Pree-test dan Post-test. Instrumen
penelitian adalah lembar Observasi.
C. Hasil dan Pembahasan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti
terlebih dahulu melakukan uji instrument. Uji
instrument di lakukan dikelas yang berbeda yaitu
Kelas XII IPA 2 atau bukan kelas yang akan
dijadikan sebagai kelas perlakuan. Instrumen yang
di uji adalah soal-soal yang akan digunakan dalam
post-test dan pre-test.
Berdasarkan hasil uji instrumen terdapat 22
soal yang valid dan 8 soal yang tidak valid. Hasil
validitas ini diperoleh dari hasil pengolahan data
menggunakan SPSS 17.
Hasil penelitian mencakup data aktivitas
guru dan siswa, data motivasi belajar siswa dan
hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi
aktivitas mengajar guru pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen berkategori aktif. Sedangkan data
aktivitas belajar siswa memiliki perbedaan yang
cukup
signifikan.
Kelas
perlakuan
yang
menggunakan metode eksperimen lebih aktif jika
dibandingkan kelas kontrol. Data motivasi belajar
siswa memiliki perbedaan, kelas eksperimen lebih
termotivasi jika dibandingkan dengan kelas
kontrol. Demikian juga dengan data hasil belajar
siswa memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Hasil belajar siswa yang menggunakan metode
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol sebagaimana dapat dilihat pada grafik
berikut.

Grafik 1. Perbandingan Hasil Belajar Siswa


D. Simpulan dan Saran
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan
penelitian maka, dilaksanakan penelitian sesuai
dengan prosedur penelitian. Sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
penggunaan
metode
eksperimen pada kelas XII IPA 3 di SMAN 3
Yogyakarta tahun pelajaran 2014/2015 sebagai
berikut:
Penggunaan metode eksperimen tidak
mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat dari kategori aktivitas belajar siswa
yang menggunakan metode eksperimen dan
kategori aktivitas belajar siswa yang menggunakan
metode ceramah yang memiliki kategori aktivitas
belajar yang sama.
Penggunaan metode eksperimen dapat
mempengaruhi motivasi belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat dari persentase motivasi belajar siswa
yang menggunakan metode eksperimen lebih tinggi
daripada motivasi belajar siswa yang menggunakan
metode ceramah.
Penggunaan metode eksperimen dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini dapat
dilihat dari persentase nilai rata-rata dan ketuntasan
klasikal yang diperoleh siswa yang menggunakan
metode eksperimen lebih tinggi daripada motivasi
belajar siswa yang menggunakan metode ceramah
Mengacu pada hasil atau simpulan yang
diperoleh dalam penelitian ini serta dengan
mempertimbangkan
berbagai
keterbatasan
pelaksanaan penelitian, maka peneliti menyarankan
beberapa hal sebagai berikut:
Guru sebaiknya lebih memilih untuk
menggunakan
metode
eksperimen
dalam
pembelajaran khususnya untuk materi arus dan
tegangan listrik bolak-balik dibandingkan dengan

pembelajaran yang menggunakan metode ceramah,


mengingat berbagai keunggulan yang dimiliki oleh
metode tersebut.
Penerapan metode eksperimen dalam
pembelajaran fisika khususnya pada pokok bahasan
arus dan tegangan listrik bolak-balik perlu
persiapan yang matang dan alokasi waktu yang
cukup agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan maksimal, sehingga guru dapat melakukan
berbagai persiapan seperti perangkat pembelajaran
dan perangkat pelaksanaan eksperimen berupa alat
dan bahan eksperimen dan LKS.
Bagi siswa agar membudayakan proses
belajar dengan metode eksperimen serta
mengkomunikasikannya dengan guru agar konsep
fisika lebih mudah difahami.
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut
khususnya terkait penerapan metode eksperimen
namun dengan beberapa kondisi yang berbeda dan
merupakan pengembangan dari hasil penelitian ini,
seperti; (1) melaksanakan penelitian untuk pokok
bahasan yang lain, (2) melaksanakan penelitian
untuk penggunaan media yang berbeda, misalnya
menggunakan media simulasi dengan program
Scope, (3) melaksanakan penelitian untuk variabel
yang berbeda, misalnya kemampuan berpikir kritis,
karakter, dan lainnya, serta (4) perlu dikembangkan
penelitian yang dengan miskonsepsi siswa
mengingat hal tersebut juga merupakan
faktor
penentu hasil belajaran.
E. Daftar Pustaka
Arif, D.K. (2011). Implementasi metode
eksperimen dan diskusi untuk meningkatkan
pemahaman konsep mahasiswa pada mata
kuliah struktur hewan. Jurnal Pendidikan, 3.
Diakses
di
http://www.ikippgrimadiun.ac.id/ejournal
/sites/default/files/vol%203%20no%201_1.pdf.
Aqib, Z. (2010). Profesionalisme guru dalam
pembelajaran. Surabaya: Insan Cendikia.
Djamarah, Bahri, S., dkk. (2010). Strategi belajar
mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hani, A.R. (2010). Pembelajaran fisika berbasis
eksperimen: kasus perbedaan pemahaman
konsep pokok bahasan gaya, gerak dan energi

pada siswa kelas X SMK Pembangunan 3


Ponjong Gunung Kidul Yogyakarta (Tesis,
Universitas Ahmad Dahlan). Universitas
Ahmad Dahlan: Yogyakarta.
Nasar, A. (2010). Keefektifan metode eksperimen
laboratorium
dalam
meningkatkan
pemahamandan penerapan konsep sains serta
kinerja ilmiah peserta didik (Tesis. UNY).
Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.
Sadiman, A. (2005). Media pendidikan. Jakarta:
CV Rajawali.
Sadiman. (2006). Interaksi dan motivasi belajar
mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Setyaningsih. (2013). Pengembangan model
pembelajaran eksperimen fisika berbasis
karakter pada pokok bahasan suhu dan kalor
untuk meningkatkan hasil belajar kelas X SMA
(Tesis. UAD). Universitas Ahmad Dahlan:
Yogyakarta.
Uno, B.H. (2006). Teori motivasi dan
pengukurannya (analisis dibidang pendidikan).
Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, U. (2002). Menjadi guru profesional.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai