A. Pengertian
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha
yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai
dengan
kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :
1. Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara
alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan.
Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan
penjahitan.
2. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina
yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi. Tindakan ini dilakukan jika perineum
diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum
dengan
anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi garis tengah
mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan
daerah ini lebih mudah diperbaiki
B. Tujuan Perawatan Luka Perineum
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi
yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka
atau
akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut).
Tujuan lingkup perawatan perineum antara lain :
1. Mencegah kontaminasi dari rektum
2. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma
3. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.
4. Mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
Macam-macam perawatan perineum :
1. Kompres es, untuk mengurangi bengkak dan mengurangi nyeri
2. Obat-obatan seperti betadin, yang baik ndilakukan dalam perawatan
3. Senam kegel, lakukan gerakan seperti menahan BAK/BAB, tahan selama 8-10 detik,
bernafas secara normal, relaks dan istirahat selama 3 detik, ulangi dengan perlahan
sebanyak mungkin sampai maksimum 10 kali.
C. Alat-alat Perawatan Perineum
1. Kapas
2. Air bersih
3. Tisu kamar mandi
4. Botol,
5. Baskom
6. Gayung atau shower air hangat
7. Handuk bersih
8. Pembalut nifas baru
9. Antiseptik
10. Cairan pembersih kemaluan khusus wanita
Perawatan Perineum
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ
reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva
yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung
lochea (pembalut) (Feerer, 2001).
Sedangkan menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan perineum adalah
Mencegah kontaminasi dari rektum
Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma
Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.
Waktu Perawatan
Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah
Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada
pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada
perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus,
untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya
bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara
keseluruhan.
Penatalaksanaan
Persiapan
Ibu Pos Partum
Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu
jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka.
Alat dan bahan
Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower air
hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat,
pembalut nifas baru dan antiseptik (Fereer, 2001).
Penatalaksanaan
Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi
rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan
penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002) adalah
sebagai berikut:
Mencuci tangannya
Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat
Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke
rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.
Berkemih dan BAB ke toilet
Semprotkan ke seluruh perineum dengan air
Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang.
Pasang pembalut dari depan ke belakang.
Cuci kembali tangan
Evaluasi
Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah:
Perineum tidak lembab
Posisi pembalut tepat
Ibu merasa nyaman
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN Memberikan tindakan pada vulva untuk menjaga kebersihannya
TUJUAN
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum
maupun uterus
2. Untuk penyembuhan luka perineum/jahitan pada perineum
3. Untuk kebersihan perineum dan vulva
4. Memberikan rasa nyaman pasien
KEBIJAKAN Dilakukan pada ibu setelah melahirkan
PETUGAS Perawat
PERALATAN
1. Oleum coccus yang hangat (direndam dalam air hangat)
2. Kapas
3. Handuk besar: 2 buah
4. Peniti: 2 buah
5. Air hangat dan dingin dalam baskom
6. Waslap: 2 buah
7. Bengkok
PROSEDUR
PELAKSANAAN
A. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
klien/keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum
kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Memasang sampiran/menjaga privacy
2. Memasang selimut mandi
3. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent
4. Memasang alas dan perlak dibawah pantat
5. Gurita dibuka, celana dan pembalut dilepas bersamaan
dengan pemasangan pispot, sambil memperhatikan lochea.
Celana dan pembalut dimasukkan dalam tas plastic yang
berbeda
6. Pasien disuruh BAK/BAB
7. Perawat memakai sarung tangan kiri
8. Mengguyur vulva dengan air matang
9. Pispot diambil
10. Mendekatkan bengkok ke dekat pasien
11. Memakai sarung tangan kanan, kemudian mengambil
kapas basah. Membuka vulva dengan ibu jari dan jari
telunjuk kiri
12. Membersihkan vulva mulai dari labia mayora kiri, labia
mayora kanan, labia minora kiri, labia minora kanan,
vestibulum, perineum. Arah dari atas ke bawah dengan
kapas basah (1 kapas, 1 kali usap)
13. Perhatikan keadaan perineum. Bila ada jahitan, perhatikan
apakah lepas/longgar, bengkak/iritasi. Membersihkan luka
jahitan dengan kapas basah
14. Menutup luka dengan kassa yang telah diolesi
salep/betadine
15. Memasang celana dalam dan pembalut
16. Mengambil alas, perlak dan bengkok
17. Merapikan pasien, mengambil selimut mandi dan
memakaikan selimut pasien
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
HIPEREMESIS GRAFIDARUM
1. Definisi
Hiperemesis gravidarum merupakan suatu keadaan mual dan muntah yang berat yang terjadi
pada kehamilan dan dapat berlangsung sampai 4 bulan. Keadaan umum pasien menurun
sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.2 Definisi lain menyatakan bahwa hiperemesis
gravidarum merupakan suatu keadaan muntah yang parah sampai menimbulkan penurunan
berat badan, dehidrasi, asidosis akibat berkurangnya sumber energi, alkalosis akibat
hilangnya asam hidroklorida saat muntah dan hipokalemia.
2. Epidemiologi
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% pada multigravida. Insiden
hiperemesis gravidarum bervariasi pada beberapa studi populasi, antara 50-90% tetapi
kebanyakan berkisar antara 70-80%. Pada 20% kasus, hiperemesis gravidarum dapat
menetap selama kehamilan. Suatu penelitian di Klinik Mayo menemukan bahwa insiden
hiperemesis gravidarum terjadi sebanyak 1,6% dari 9500 persalinan. Studi lain menemukan
lebih dari 46.000 wanita dan 0,8% memerlukan perawatan di rumah sakit akibat hiperemesis.
Di Amerika Serikat, hiperemesis gravidarum terjadi antara 0,5-10 kasus per 1000 kehamilan.
Kejadian hiperemesis dapat berulang pada wanita hamil. J. Fitzgerald (1938-1953)
melakukan studi terhadap 159 wanita hamil di Aberdeen, Skotlandia, menemukan bahwa
hiperemesis pada kehamilan pertama merupakan faktor risiko untuk terjadinya hiperemesis
pada kehamilan berikutnya. Berdasarkan penelitian, dari 56 wanita yang kembali hamil, 27
diantarnya mengalami hiperemesis pada kehamilan kedua dan 7 dari 19 wanita mengalami
hiperemesis pada kehamilan ketiga.
3. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti. Namun
demikian ada beberapa faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit ini,
diantaranya :
1. Primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda
Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan
dugaan
bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon
khorionik gonadotropin (hCG) dibentuk secara berlebihan.
2. Faktor Organik
Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta
resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan salah satu
penyebab timbulnya hiperemesis gravidarum.
3. Alergi
Merupakan respon ibu terhadap jaringan janin yang mulai terbentuk, juga disebut sebagai
salah satu faktor organik terjadinya hiperemesis gravidarum.
4. Faktor Psikologi
Faktor ini memegang peranan yang penting pada hiperemesis. Pada rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, akanmenimbulkan konflik mental yang dapat memperberat
keadaan mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil
atau sebagai pelarian dari berbagai masalah hidup.
4. Patofisiologi
Keluhan mual dan muntah terjadi pada trimester pertama kehamilan sehingga
dihubungkaan dengan peningkatan kadar estrogen dalam tubuh wanita hamil. Pengaruh
fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat
berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil,
meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda,
hal ini dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit tubuh bila terjadi terusmenerus. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita,
tetapi faktor psikologis dikatakan merupakan faktor utama di samping faktor hormonal. Pada
wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka
makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak
terpakai habis untuk keperluan produksi energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna,
terjadilah ketosis sebagai akibat tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan
aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan
klorida darah menurun, demikian pula klorida urin. Selain itu dehidrasi juga menyebabkan
hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah
zat makanan dan oksigen yang diedarkan ke jaringan berkurang dan tertimbunnya zat
metabolik toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi
melalui ginjalakan meningkatkan frekuensi muntah, dapat timbul kerusakan pada hati, dan
terjadilah lingkaran setan yang sulit dihentikan. Disamping dehidrasi dan terganggunya
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung
(sindroma Mallory-Weiss), dengan akibat pendarahan gastrointestinal. Pada umumnya
robekan ini ringan dan pendarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai memerlukan
transfusi dan tindakan operatif.
5. Gejala dan Tanda
Menurut berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dapat dibagi dalam 3 tingkatan :
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum pasien. Ibu merasa lemah, tidak
ada nafsu makan, berat badan menurun dan nyeri ulu hati. Nadi meningkat hingga
100x/menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor berkurang, lidah mengering dan mata
cekung.
2. Tingkat II
Penderia tampak lebih lemah dan apatis, turgor lebih menurun, lidah kering dan tampak
kotor. Nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan
menurun, mata cekung, tekanan darah menurun, terjadi hemokonsentrasi, oliguria dan
konstipasi. Aseton dapat tercium dari udara pernafasan dan dapat pula ditemukan dalam urin.
3. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran somnolen sampai koma, nadi kecil
dan cepat, suhu meningkat dan tekanan darah menurun. Dapat terjadi komplikasi yang fatal
pada susunan saraf pusat yang dikenal sebagai Ensephalopati Wernickel, dengan gejala
nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini diakibatkan oleh penurunan zat
makanan, termasuk vitamin B kompleks.
6. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda,
dan muntah terus-menerus. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien lemah, apatis
sampai koma, nadi meningkat sampai 100 kali/menit, suhu meningkat, tekanan darah
menurun, atau ada tanda dehidrasi yang lain.
10. Pengobatan
Pasien disendirikan di dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan memiliki sirkulasi udara
yang baik.2,4 Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang diperbolehkan untuk keluar
masuk kamar tersebut. Biasanya hanya dengan perlakuan tersebut gejala-gejala akan
berkurang tanpa pengobatan.
Cairan parenteral
Berikan cairan yang cukup mengandung elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa
5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambahkan
kalium dan vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C dan apabila ada kekurangan
protein dapat ditambahkan asam amino secara intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Urin perlu diperiksa setiap
hari terhadap kandungan protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu tubuh dan nadi
diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah diukur 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan
hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam pasien
tidak muntah dan keadaan umum membaik dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat
laun makanan dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair.
Daldiyono mengemukakan salah satu cara menghitung kebutuhan cairan untuk rehidrasi
inisial berdasarkan sistiem poin. Adapun poin-poin gejala klinis dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Daldiyono score
Gejala klinis
score
Muntah
Voxs Choleric (Suara Parau)
Apatis
Somnolen, Sopor, Koma
T 90 mmHg
T 60 mmHg
N 120 x/menit
Frekuensi napas > 30x/menit
Turgor Kulit
Facies Cholerica (Mata Cowong)
Extremitas Dingin
Washer Womens Hand
Sianosis
1
2
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
2
-1
-2
Usia 50 60
Usia > 60
Semua poin ditulis lalu dijumlahkan. Jumlah cairan yang akan diberikan dalam 2 jam, dapat
dihitung:
Defisit = jumlah Poin x 10 % BB x 1 Liter
15
Koreksi 2 jam pertama
Dengan penanganan di atas, umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan
bertambah baik.
Terapi Obat-obatan
Apabila dengan cara-cara tersebut di atas keluhan tidak berkurang maka diperlukan
pengobatan namun harus menghindari obat-obatan yang bersifat teratogenik. Sedativ yang
dapat diberikan adalah fenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
Pada keadaan yang lebih berat dapat diberikan antiemetik seperti metokloperamid, disiklomin
hidroklorida, atau klorpromazin. Pada kasus hiperemesis gravidarum yang lebih berat
diperlukan perawatan di rumah sakit.
Terapi Psikologis
Pasien perlu diyakinkan bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar dan fisiologis, tidak
perlu takut dan khawatir. Yakinkan bahwa penyakitnya dapat disembuhkan, atasi masalah
sosial ekonomi, pekerjaan, masalah lingkungan, serta menghilangkan masalah dan konflik
lainnya yang melatarbelakangi penyakit ini.
Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum menurut Protap Ginekologi RS Negara :
Hari 0 :
Pasien dipuasakan.
Rehidrasi dengan cairan Ringer Laktat (RL) 1.500cc s/d 2.000cc (3-4 fles) dilanjutkan
dengan D 5 % : RL = 4 : 1 sebanyak 28 tetes per menit.
Injeksi Metokloperamid (Primperan) atau Ondansetron (Incentron atau Vomceran) 3 x 1
amp/hari.
Vit B1, B6, B12 (Neurobion 5000 ) 3 x 1 amp/hari secara intravena (IV) atau drip.
Bila perlu : Antasida, Ranitidin injeksi.
Monitoring keton urin, berat badan, dan produksi urin dalam 24 jam.
Hari 1 :
Up infus
Metokloperamid (Primperan) atau Ondansetron (Incentron atau Vomceran) 3 x 1 tab per hari
(peroral).
Vit B1, B6, B12 (Neurobion 5000 ) 3 x 1 amp/hari peroral.
Bila perlu : Antasida, Ranitidine peroral.
Diet hiperemesis III (nasi).
BPL
11. Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Penyakit ini dapat sembuh sendiri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini
dapat membahayakan jiwa ibu dan janin.
Pengertian
Anemia adalah jumlah sel darah merah menurun, kadar Hb menurun di bawah
normal (normal wanita 12 gr %, pria 14 gr%). Anemia adalah kondisi ibu dengan
kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002).
Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II
(Saifuddin, 2002).
2.
ciri dibawah ini, dan untuk memastikannya harus dengan tes kadar Hb dalam darah.
Ciri-ciri tersebut antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Konsentrasi hilang
Lemah, letih, lesu, dan lunglai
Mual dan muntah
Nafas terengah-engah dan nyeri dada
Nafsu makan turun
Pucat pada bibir, konjungtiva, lidah, gusi, kulit.
Pusing/ Sakit kepala
Pandangan mata berkunang- kunang
3.
Macam-macam anemia pada ibu hamil
a. Anemia defisiensi besi/ karena kekurangan zat besi
Penyebab tersering anemia selama kehamilan dan masa nifas adalah defisiensi
besi dan kehilangan darah akut. Tidak jarang keduanya saling berkaitan erat, karena
pengeluaran darah yang berlebihan disertai hilangnya besi hemoglobin dan
terkurasnya simpanan besi pada suatu kehamilan dapat menjadi penyebab penting
anemia defisiensi besi pada kehamilan berikutnya.
Status gizi yang kurang sering berkaitan dengan anemia defisiensi besi (Scholl,
1998). Pada gestasi biasa dengan satu janin, kebutuhan ibu akan besi yang dipicu oleh
kehamilannya rata-rata mendekati 800 mg; sekitar 500 mg, bila tersedia, untuk
ekspansi massa hemoglobin ibu sekitar 200 mg atau lebih keluar melalui usus, urin dan
kulit. Jumlah total ini 1000 mg jelas melebihi cadangan besi pada sebagian besar
wanita. Kecuali apabila perbedaan antara jumlah cadangan besi ibu dan kebutuhan
besi selama kehamilan normal yang disebutkan diatas dikompensasi oleh penyerapan
besi dari saluran cerna, akan terjadi anemia defisiensi besi.
Dengan meningkatnya volume darah yang relatif pesat selama trimester kedua,
maka kekurangan besi sering bermanifestasi sebagai penurunan tajam konsentrasi
hemoglobin. Walaupun pada trimester ketiga laju peningkatan volume darah tidak
terlalu besar, kebutuhan akan besi tetap meningkat karena peningkatan massa
hemoglobin ibu berlanjut dan banyak besi yang sekarang disalurkan kepada janin.
Karena jumlah besi tidak jauh berbeda dari jumlah yang secara normal dialihkan,
neonatus dari ibu dengan anemia berat tidak menderita anemia defisiensi besi
( Arisman, 2007 ).
b. Anemia karena perdarahan
Sering terjadi pada masa nifas. Solusio plasenta dan plasenta previa dapat
menjadi sumber perdarahan serius dan anemia sebelum atau setelah pelahiran. Pada
awal kehamilan, anemia akibat perdarahan sering terjadi pada kasus-kasus abortus,
kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa. Perdarahan masih membutuhkan terapi
segera untuk memulihkan dan mempertahankan perfusi di organ-organ vital walaupun
jumlah darah yang diganti umumnya tidak mengatasi difisit hemoglobin akibat
perdarahan secara tuntas, secara umum apabila hipovolemia yang berbahaya telah
teratasi dan hemostasis tercapai, anemia yang tersisa seyogyanya diterapi dengan besi.
Untuk wanita dengan anemia sedang yang hemoglobinnya lebih dari 7 g/dl, kondisinya
stabil, tidak lagi menghadapi kemungkinan perdarahan serius, dapat berobat jalan
tanpa memperlihatkan keluhan, dan tidak demam, terapi besi selama setidaknya 3
bulan merupakan terapi terbaik dibandingkan dengan transfusi darah (Sarwono,
2005 ).
c. Anemia karena radang/ keganasan
Gejala-gejala tubuh lemah, penurunan berat badan, dan pucat sudah sejak jaman
dulu dikenal sebagai ciri penyakit kronik. Berbagai penyakit terutama infeksi kronik
dan neoplasma menyebabkan anemia derajat sedang dan kadang-kadang berat,
biasanya dengan eritrosit yan sedikit hipokromik dan mikrositik. Dahulu, infeksi
khususnya tuberculosis, endokarditis, atau esteomielitis sering menjadi penyebab,
tetapi terapi antimikroba telah secara bermakna menurunkan insiden penyakitpenyakit tersebut. Saat ini, gagal ginjal kronik, kanker dan kemoterapi, infeksi virus
imunodefisiensi manusia (HIV), dan peradangan kronik merupakan penyebab tersering
anemia bentuk ini.
Selama kehamilan, sejumlah penyakit kronik dapat menyebabkan anemia.
Beberapa diantaranya adalah penyakit ginjal kronik, supurasi, penyakit peradangan
usus
(inflammatory
bowel
disease),
lupus
eritematosus
sistemetik,
infeksi
terjadi
akibat
meningkatnya
destruksi
eritosit
dengan
produksi
jarang pada wanita dengan kelainan ini. Defisiensi vitamin B12 pada wanita hamil lebih
mungkin dijumpai pada mereka yang menjalani reseksi lambung parsial atau total.
Kausa lain adalah penyakit Crohn, reseksi ileum, dan pertumbuhan bakteri berlebihan
di usus halus.
Kadar vitamin B12 serum diukur dengan radio immunoassay. Selama kehamilan,
kadar non hamil karena berkurangnya konsentrasi protein pengangkut B12
transkobalamin. Wanita yang telah menjalani gastrektomi total harus diberi 1000 mg
sianokobalamin (vitamin B12) intramuscular setiap bulan. Mereka yang menjalani
gastrektomi parsial biasanya tidak memerlukan terapi ini, tetapi selama kehamilan
kadar vitamin B12 perlu dipantau. Tidak ada alasan untuk menunda pemberian asam
folat selama kehamilan hanya karena kekhawatiran bahwa akan terjadi gangguan
integritas saraf pada wanita yang mungkin hamil dan secara bersamaan mengidap
anemia pernisiosa Addisonian yang tidak terdeteksi (sehingga tidak diobati).
g. Anemia karena penyakit keturunan misalnya anemia sel sabit
Penyakit sel sabit (sickle cell disease) adalah suatu penyakit keturunan yang
ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit dan anemia hemolitik kronik.
Pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut
oksigen) yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel
dan menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit. Sel yang berbentuk sabit
menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa, ginjal, otak, tulang
dan organ lainnya; dan menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke organ
tersebut. Sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat melewati pembuluh darah,
menyebabkan anemia berat, penyumbatan aliran darah, kerusakan organ dan mungkin
kematian.
Anemia sel sabit adalah kondisi serius di mana sel-sel darah merah menjadi
berbentuk bulan sabit, seperti huruf C. Sel darah merah normal berbentuk donat tanpa
lubang (lingkaran, pipih di bagian tengahnya), sehingga memungkinkan mereka
melewati pembuluh darah dengan mudah dan memasok oksigen bagi seluruh bagian
tubuh. Sulit bagi sel darah merah berbentuk bulan sabit untuk melewati pembuluh
darah terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit, karena sel darah merah
ini akan tersangkut dan akan menimbulkan rasa sakit, infeksi serius, dan kerusakan
organ tubuh.
4.
Abortus/ keguguran
Bayi lahir prematur
Bayi lahir cacat
Infeksi pada saat dan sesudah persalinan
Kekurangan cadangan besi
Kematian ibu dan janin
Payah jantung
Perdarahan setelah persalinan
Persalinan preterm/sebelum waktunya
Proses persalinan lama
Syok
5.
pemberian suplemen zat besi sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut selama
masa kehamilan. Pemeriksaan kadar Hb semua ibu hamil dilakukan pada kunjungan
ANC pertama dan pada minggu ke-28. Apabila ditemukan ibu hamil dengan anemia
berikan tablet Fe 2-3 kali 1 tablet perhari dan disarankan untuk tetap minum tablet zat
besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan. Pada ibu hamil trimester 3 dengan anemia
perlu diberi zat besi dan asam folat secara IM dan disarankan untuk bersalin di rumah
sakit.
Pencegahan juga bisa dilakukan secara mandiri dengan mengkonsumsi makanan
yang mengandung gizi seimbang (4 sehat 5 sempurna) dan memperbanyak konsumsi
makanan-makanan yang kaya akan zat besi seperti hati ayam (disarankan hati ayam
kampung) ataupun sapi, sayur bayam dan juga buah-buahan (disarankan hati hewan,
sayur dan buah organik). Dengan mengkonsumsi semua makanan tersebut, zat besi
yang sangat diperlukan oleh sel-sel darah merah dapat terpenuhi secara maksimal dan
dapat terhindar dari. Periksakan sedini mungkin apabila terdapat tanda-tanda anemia,
agar langkah-langkah antisipasi bisa segera dilakukan.
6.
Cara meminum Tablet zat besi
a. Sehari minum 1 tablet Fe setelah makan malam untuk mengurangi rasa mual
b. Minum tablet Fe bersamaan dengan vitamin C dan vitamin B12, misalnya dengan jus
jeruk atau air lemon untuk membantu proses penyerapan.
c. Jangan minum tablet Fe bersamaan dengan kopi, teh, alkohol dan susu karena dapat
menghambat proses penyerapan.
Rancangan Media
Topik
Judul
Sasaran
: 20 Menit
Pokok Materi
o
1.
Akibat
a. Abortus
Kemunginan Visual
Desain
janin
yang
belum
sempurna
sempurna
Persalinan Ibu bersalin dengan muka cemas Ibu bersalin dengan muka cemas
b.
preterm/sebelu
m waktunya
yang di dampingi suami dan bidan yang di dampingi suami dan bidan
dengan caption < 36 mgu
dengan caption < 36 mgu
<36 mgu
kontraksi
Proses
c.
bersalin
dengan
ekspresi
persalinan
lama
bidan
dan bidan
Ibu bersalin sedang diperiksa
oleh bidan
d.
Perdarahan
setelah
persalinan
Ibu dengan wajah yang pucat Ibu berbaring diatas tempat tidur
mengeluarkan darah yang banyak dengan bayi di sampingnya dengan
Ibu dipangku suami kaget wajah yang pucat mengeluarkan
melihat kainnya bersimbah darah darah yang banyak.
Ibu berbaring diatas tempat tidur
dengan bayi disampingnya dan
dengan deras
Ibu yang mengalami perdarahan
dengan caption > 500 cc
darah
e. Syok
saat dan
sesudah
persalinan
darah
tangannya
infus di tangannya.
Ibu dengan muka pucat sedang
oleh
bidan
dengan
ditemani suaminya
Ibu tiduran dengan
mulutnya
Ibu memakai sweater dan shall
g. Payah jantung
yang
banyak dengan wajah yang pucat banyak dengan wajah yang pucat
Ibu yang berbaring diatas tempat sedang diperiksa oleh bidan dengan
tidur dengan terpasang infus di ditemani suaminya dan terpasang
diperiksa
f. Infeksi pada
mengeluarkan
Ibu yang tampak kesakitan Ibu hamil yang nafasnya terengahsambil memegang dada sebelah engah
kirinya
Ibu hamil
dan
kecapean
yang
terengah- engah
Jantung yang kecapean
nafasnya
tampak
Jantungnya
h. Bayi lahir
prematur
inkubator
Bayi yang dipasang selang
oksigen.
oksigen
Bayi yang kulitnya keriput
i.
Bayi
cacat Bayi yang memiliki kelainan fisik Bayi yang memiliki kelainan fisik.
bawaan
j.
bayinya
Suami istri menangis diatas kuburan
Kuburan
Ibu yang meninggal diatas anaknya.
janin dan ibu
pangkuan suaminya
Suami isteri menangisi bayinya
Kematian
yang meninggal
k.
Kekurangan
cadangan besi
makanan
yang
panah
kebawah
disampingnya
Ibu yang sedang membayangkan
makanan yang bergizi
2.
Pengertian
Kadar Hb < 11 Bumil dengan wajah yang pucat Bumil melihat tabung sahli yang di
Icon darah dengan caption < 11g tunjukkan oleh bidan dengan takaran
gr %
%
Hb < 11 g%
Icon darah sedang turun tangga
Bumil melihat tabung sahli yang
di tunjukkan oleh bidan
Tabung Hb Sahli dengan takaran
< 11 g%
3. Ciri- ciri
a. Pucat pada
bibir,
konjungtiva,
lidah, gusi,
kulit.
b. Lemah, letih,
lesu, lunglai
Ibu hamil terkulai lemas di atas Ibu hamil yang terkulai lemas diatas
pucat
Ibu hamil yang capek sambil
memegang pinggangnya
Ibu yang sedang duduk dengan
muka yang lelah
c. Nafas
Ibu hamil menarik nafas dalam Ibu hamil tampak kesakitan sambil
terengahengah, nyeri
dada
d.
e.
Mual
muntah
dan Ibu hamil yang tampak mual saat Ibu hamil sedang menutup mulutnya
menahan mual
melihat makanan
Ibu hamil yang sedang muntah- perutnya.
muntah
Ibu hamil sambil memegang
sambil memegang
f.
Nafsu makan
Ibu hamil yang tampak malas Ibu hamil yang menolak suapan
turun
melihat makanan
makanan dari suaminya sambil
Ibu hamil menutup mulut saat menutup mulut dengan tangannya.
melihat makanan
Ibu hamil yang menolak suapan
makanan dari suaminya
4.
Penatalaksan
aan dan
a.
pencegahan
Minum
suplemen
besi
Ibu
hamil
sedang
ditangannya
suami memberikan suplemen zat
besi dan segelas air putih pada
istrinya
b. Periksa kadar
Hb
Jari ibu hamil yang sedang Jari ibu hamil yang sedang disedot
disedot darahnya oleh pipet Hb darahnya dengan pipet Hb Sahli oleh
bidan.
Sahli
Ibu hamil sedang melihat hasil
pemeriksaan kadar darahnya yang
di tunjukkan oleh bidan
Bidan sedang menusukkan lanset
ke jari ibu hamil
c.
Konsumsi
makanan
seimbang dan
bergizi
makanan
bergizi
di
depannya
5.
Cara minum
zat besi
a. Setelah makan
malam
Ibu hamil sedang memasukkan Ibu hamil sedang makan dan sudah
tablet
fe
kedalam
tangannya
bulan
dan
dari
jendela
rumahya.
Ibu hamil sedang makan dan
sudah
tersedia
tablet
fe
di
Ibu
hamil
sedang
minum
c.
Bukan kopi,
Segelas
kopi,
teh,susu
teh,