Anda di halaman 1dari 28

PROMOSI KESEHATAN PERAWATAN PERINEUM

A. Pengertian
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha
yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai
dengan
kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :
1. Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara
alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan.
Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan
penjahitan.
2. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina
yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi. Tindakan ini dilakukan jika perineum
diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum
dengan
anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi garis tengah
mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan
daerah ini lebih mudah diperbaiki
B. Tujuan Perawatan Luka Perineum
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi
yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka
atau
akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut).
Tujuan lingkup perawatan perineum antara lain :
1. Mencegah kontaminasi dari rektum
2. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma
3. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.
4. Mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
Macam-macam perawatan perineum :
1. Kompres es, untuk mengurangi bengkak dan mengurangi nyeri
2. Obat-obatan seperti betadin, yang baik ndilakukan dalam perawatan
3. Senam kegel, lakukan gerakan seperti menahan BAK/BAB, tahan selama 8-10 detik,
bernafas secara normal, relaks dan istirahat selama 3 detik, ulangi dengan perlahan
sebanyak mungkin sampai maksimum 10 kali.
C. Alat-alat Perawatan Perineum
1. Kapas
2. Air bersih
3. Tisu kamar mandi
4. Botol,
5. Baskom
6. Gayung atau shower air hangat
7. Handuk bersih
8. Pembalut nifas baru
9. Antiseptik
10. Cairan pembersih kemaluan khusus wanita

D. Langkah-langkah Perawatan Perineum


Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi rasa
ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan dengan
prosedur:
1. Mencuci tangannya
2. Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat
3. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rectum dan
letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.
4. Berkemih dan BAB ke toilet
5. Semprotkan shower air hangat ke seluruh perineum dengan air
6. Basuh perineum dengan antiseptik cairan pembersih kemaluan wanita.
7. Bersihkan dari bibir vagina terluar kanan dari atas ke bawah lalu bibir vagina terluar kiri
dari atas ke bawah juga.
8. Kemudian bibir vagina kecil kanan lalu kiri, dari arah atas ke bawah dan selanjutnya
bagian tengah sampai ke daerah anus.
9. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang.
10. Pasang pembalut dari depan ke belakang.
11. Cuci kembali tangan
E. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat perawatan perineum.
1. Pelihara kebersihan sehari-hari
2. Hindari pemakaian sabun, karena jika tidak cocok akan terjadi iritasi.
3. Bersihkan sekali usap untuk setiap bagian.
4. Ganti kapas atau ulangi denga kapas baru jika terlihat sangat kotor
F. Waktu Perawatan Luka Perineum
1. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka
ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada
pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada
perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
2. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
3. Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar
anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang
letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara
keseluruhan.
G. Dampak dari perawatan perineum.
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini :
1. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang
perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
2. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun
pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih

maupun infeksi pada jalan lahir.


3. Kematian ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu
post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah.
H. Kesimpulan
Perawatan perineum dan Vulva hygiene adalah kebersihan yang di terapkan pada alat
kelamin perempuan, yaitu perawatan diri pada organ eksterna yang terdiri atas mons veneris,
terletak didepan simpisis pubis, labia mayora yang merupakan dua lipatan besar yang
membentuk vulva, labia minora, dua lipatan kecil di antara atas labia mayora, klitoris, sebuah
jaringan eriktil.
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara
paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta
sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil

Perawatan Perineum
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ
reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva
yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung
lochea (pembalut) (Feerer, 2001).
Sedangkan menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan perineum adalah
Mencegah kontaminasi dari rektum
Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma
Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.
Waktu Perawatan
Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah
Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada
pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada
perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus,
untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya
bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara
keseluruhan.
Penatalaksanaan
Persiapan
Ibu Pos Partum
Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu
jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka.
Alat dan bahan
Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower air

hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat,
pembalut nifas baru dan antiseptik (Fereer, 2001).
Penatalaksanaan
Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi
rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan
penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002) adalah
sebagai berikut:
Mencuci tangannya
Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat
Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke
rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.
Berkemih dan BAB ke toilet
Semprotkan ke seluruh perineum dengan air
Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang.
Pasang pembalut dari depan ke belakang.
Cuci kembali tangan
Evaluasi
Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah:
Perineum tidak lembab
Posisi pembalut tepat
Ibu merasa nyaman
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN Memberikan tindakan pada vulva untuk menjaga kebersihannya
TUJUAN
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum
maupun uterus
2. Untuk penyembuhan luka perineum/jahitan pada perineum
3. Untuk kebersihan perineum dan vulva
4. Memberikan rasa nyaman pasien
KEBIJAKAN Dilakukan pada ibu setelah melahirkan
PETUGAS Perawat
PERALATAN
1. Oleum coccus yang hangat (direndam dalam air hangat)
2. Kapas
3. Handuk besar: 2 buah
4. Peniti: 2 buah
5. Air hangat dan dingin dalam baskom
6. Waslap: 2 buah
7. Bengkok
PROSEDUR
PELAKSANAAN
A. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien

2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
klien/keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum
kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Memasang sampiran/menjaga privacy
2. Memasang selimut mandi
3. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent
4. Memasang alas dan perlak dibawah pantat
5. Gurita dibuka, celana dan pembalut dilepas bersamaan
dengan pemasangan pispot, sambil memperhatikan lochea.
Celana dan pembalut dimasukkan dalam tas plastic yang
berbeda
6. Pasien disuruh BAK/BAB
7. Perawat memakai sarung tangan kiri
8. Mengguyur vulva dengan air matang
9. Pispot diambil
10. Mendekatkan bengkok ke dekat pasien
11. Memakai sarung tangan kanan, kemudian mengambil
kapas basah. Membuka vulva dengan ibu jari dan jari
telunjuk kiri
12. Membersihkan vulva mulai dari labia mayora kiri, labia
mayora kanan, labia minora kiri, labia minora kanan,
vestibulum, perineum. Arah dari atas ke bawah dengan
kapas basah (1 kapas, 1 kali usap)
13. Perhatikan keadaan perineum. Bila ada jahitan, perhatikan
apakah lepas/longgar, bengkak/iritasi. Membersihkan luka
jahitan dengan kapas basah
14. Menutup luka dengan kassa yang telah diolesi
salep/betadine
15. Memasang celana dalam dan pembalut
16. Mengambil alas, perlak dan bengkok
17. Merapikan pasien, mengambil selimut mandi dan
memakaikan selimut pasien
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

HIPEREMESIS GRAFIDARUM
1. Definisi
Hiperemesis gravidarum merupakan suatu keadaan mual dan muntah yang berat yang terjadi
pada kehamilan dan dapat berlangsung sampai 4 bulan. Keadaan umum pasien menurun
sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.2 Definisi lain menyatakan bahwa hiperemesis
gravidarum merupakan suatu keadaan muntah yang parah sampai menimbulkan penurunan
berat badan, dehidrasi, asidosis akibat berkurangnya sumber energi, alkalosis akibat
hilangnya asam hidroklorida saat muntah dan hipokalemia.
2. Epidemiologi
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% pada multigravida. Insiden
hiperemesis gravidarum bervariasi pada beberapa studi populasi, antara 50-90% tetapi
kebanyakan berkisar antara 70-80%. Pada 20% kasus, hiperemesis gravidarum dapat
menetap selama kehamilan. Suatu penelitian di Klinik Mayo menemukan bahwa insiden
hiperemesis gravidarum terjadi sebanyak 1,6% dari 9500 persalinan. Studi lain menemukan
lebih dari 46.000 wanita dan 0,8% memerlukan perawatan di rumah sakit akibat hiperemesis.
Di Amerika Serikat, hiperemesis gravidarum terjadi antara 0,5-10 kasus per 1000 kehamilan.
Kejadian hiperemesis dapat berulang pada wanita hamil. J. Fitzgerald (1938-1953)
melakukan studi terhadap 159 wanita hamil di Aberdeen, Skotlandia, menemukan bahwa
hiperemesis pada kehamilan pertama merupakan faktor risiko untuk terjadinya hiperemesis
pada kehamilan berikutnya. Berdasarkan penelitian, dari 56 wanita yang kembali hamil, 27
diantarnya mengalami hiperemesis pada kehamilan kedua dan 7 dari 19 wanita mengalami
hiperemesis pada kehamilan ketiga.
3. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti. Namun
demikian ada beberapa faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit ini,
diantaranya :
1. Primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda

Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan

dugaan

bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon
khorionik gonadotropin (hCG) dibentuk secara berlebihan.
2. Faktor Organik
Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta
resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan salah satu
penyebab timbulnya hiperemesis gravidarum.
3. Alergi
Merupakan respon ibu terhadap jaringan janin yang mulai terbentuk, juga disebut sebagai
salah satu faktor organik terjadinya hiperemesis gravidarum.
4. Faktor Psikologi
Faktor ini memegang peranan yang penting pada hiperemesis. Pada rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, akanmenimbulkan konflik mental yang dapat memperberat
keadaan mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil
atau sebagai pelarian dari berbagai masalah hidup.
4. Patofisiologi
Keluhan mual dan muntah terjadi pada trimester pertama kehamilan sehingga
dihubungkaan dengan peningkatan kadar estrogen dalam tubuh wanita hamil. Pengaruh
fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat
berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil,
meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda,
hal ini dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit tubuh bila terjadi terusmenerus. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita,
tetapi faktor psikologis dikatakan merupakan faktor utama di samping faktor hormonal. Pada
wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka
makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak
terpakai habis untuk keperluan produksi energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna,
terjadilah ketosis sebagai akibat tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan
aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan
klorida darah menurun, demikian pula klorida urin. Selain itu dehidrasi juga menyebabkan

hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah
zat makanan dan oksigen yang diedarkan ke jaringan berkurang dan tertimbunnya zat
metabolik toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi
melalui ginjalakan meningkatkan frekuensi muntah, dapat timbul kerusakan pada hati, dan
terjadilah lingkaran setan yang sulit dihentikan. Disamping dehidrasi dan terganggunya
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung
(sindroma Mallory-Weiss), dengan akibat pendarahan gastrointestinal. Pada umumnya
robekan ini ringan dan pendarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai memerlukan
transfusi dan tindakan operatif.
5. Gejala dan Tanda
Menurut berat ringannya gejala, hiperemesis gravidarum dapat dibagi dalam 3 tingkatan :
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum pasien. Ibu merasa lemah, tidak
ada nafsu makan, berat badan menurun dan nyeri ulu hati. Nadi meningkat hingga
100x/menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor berkurang, lidah mengering dan mata
cekung.
2. Tingkat II
Penderia tampak lebih lemah dan apatis, turgor lebih menurun, lidah kering dan tampak
kotor. Nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan
menurun, mata cekung, tekanan darah menurun, terjadi hemokonsentrasi, oliguria dan
konstipasi. Aseton dapat tercium dari udara pernafasan dan dapat pula ditemukan dalam urin.
3. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran somnolen sampai koma, nadi kecil
dan cepat, suhu meningkat dan tekanan darah menurun. Dapat terjadi komplikasi yang fatal
pada susunan saraf pusat yang dikenal sebagai Ensephalopati Wernickel, dengan gejala
nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini diakibatkan oleh penurunan zat
makanan, termasuk vitamin B kompleks.
6. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda,
dan muntah terus-menerus. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien lemah, apatis
sampai koma, nadi meningkat sampai 100 kali/menit, suhu meningkat, tekanan darah
menurun, atau ada tanda dehidrasi yang lain.

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan untuk


menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap,
urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas darah, tes
fungsi hati dan ginjal, serta antibodi Helicobacter pylori (pemeriksaan penunjang pelengkap).
Pada kondisi tertentu dapat pula diperiksa amilase, lipase, TSH. Pemeriksaan laboratorium
umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria,
peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit. Kelainan elektrolit dan asam basa
dapat dijumpai seperti hipokloremia, hiponatremia, dan asidosis. Peningkatan
aminotransferase serum dan kadar bilirubin total juga mungkin dapat ditemukan.
7. Diagnosis Banding
Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dengan gejala muntah-muntah yang
hebat harus dipikirkan. Beberapa penyakit tersebut antara lain :
1. Appendisitis Akut
Pada pasien hamil dengan appendisitis akut, keluhan nyeri tekan pada perut sangat menonjol
sedangkan pada pasien hamil yang tanpa appendisitis akut keluhan tersebut sedikit bahkan
tidak ada. Tanda-tanda defance musculare dan rebound tenderness juga bisa dijadikan
petunjuk untuk membedakan wanita hamil dengan apendisitis akut dan tanpa appendisitis
akut.
2. Ketoasidosis Diabetes
Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil mempunyai riwayat
diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi disertai dengan penurunan kesadaran
dan pernafasan Kussmaul. Perlu dilakukan pemeriksaan keton urin untuk mendapatkan badan
keton pada urin, pemeriksaan gula darah, dan pemeriksaan gas darah.
3. Gastritis dan Ulkus Peptikum
Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien mempunyai riwayat
makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan obat-obat analgetik non steroid (NSAID).
Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu dapat membedakan antara wanita hamil yang tanpa
gastritis/ulkus peptikum karena hampir semua pasien dengan hiperemesis gravidarum
mempunyai keluhan nyeri epigastrium yang hebat. Pemeriksaan endoskopi perlu dihindari
karena berisiko dapat menyebabkan persalinan preterm. Pasien dengan gastroenteritis selain
menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti dengan diare.
4. Hepatitis
Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat biasanya sudah
menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan SGOT dan SGPT yang nyata.
5. Pankreatitis Akut
Pasien dengan pankreatitis biasanya mempunyai riwayat konsumsi minuman beralkohol
berat. Gejala klinis yang dijumpai berupa nyeri epigastrium, kadang-kadang agak ke kiri atau

ke kanan. Rasa nyeri dapat menjalar ke punggung, kadang-kadang menyebar di abdomen


hingga ke bagian bawah. Pemeriksaan serum amilase dapat membantu menegakkan
diagnosis.
6. Tumor serebri
Pasien dengan tumor serebri selain menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat juga
disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang terjadi hampir setiap hari, gangguan
keseimbangan, dan bisa pula disertai hemiplegia. Pemeriksaan CT-scan kepala pada wanita
hamil sebaiknya dihindari karena berbahaya bagi janin.
8. Penyulit
Akhir-akhir ini kematian maternal jarang dilaporkan. Namun penyulit yang perlu
diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke. Gejala yang timbul dikenal sebagai trias klasik
yaitu paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur
(ataksia), dan bingung. Penyulit lainnya yang mungkin timbul adalah ruptur esofagus,
robekan Mallory-Weiss pada esofagus, pneumotoraks dan neuropati perifer. Pada janin dapat
ditemukan kematian janin, pertumbuhan janin terhambat, preterm, berat badan lahir rendah,
kelainan kongenital.
9. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak menjadi hiperemesis. Hal ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

Penjelasan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis.


Dengan memberi keyakinan bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal terjadi pada
kehamilan muda yang akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.
Makan dalam jumlah yang sedikit tapi dengan frekuensi yang lebuh sering. Pasien dapat
diberikan makanan seperti biskuit dan roti kering dengan teh hangat.
Menghindari makanan yang berminyak dan berbau.
Melakukan defekasi secara teratur.

10. Pengobatan
Pasien disendirikan di dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan memiliki sirkulasi udara
yang baik.2,4 Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang diperbolehkan untuk keluar
masuk kamar tersebut. Biasanya hanya dengan perlakuan tersebut gejala-gejala akan
berkurang tanpa pengobatan.
Cairan parenteral
Berikan cairan yang cukup mengandung elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa
5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambahkan
kalium dan vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C dan apabila ada kekurangan
protein dapat ditambahkan asam amino secara intravena.

Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Urin perlu diperiksa setiap
hari terhadap kandungan protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu tubuh dan nadi
diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah diukur 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan
hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam pasien
tidak muntah dan keadaan umum membaik dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat
laun makanan dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair.
Daldiyono mengemukakan salah satu cara menghitung kebutuhan cairan untuk rehidrasi
inisial berdasarkan sistiem poin. Adapun poin-poin gejala klinis dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Daldiyono score
Gejala klinis

score

Muntah
Voxs Choleric (Suara Parau)
Apatis
Somnolen, Sopor, Koma
T 90 mmHg
T 60 mmHg
N 120 x/menit
Frekuensi napas > 30x/menit
Turgor Kulit
Facies Cholerica (Mata Cowong)
Extremitas Dingin
Washer Womens Hand
Sianosis

1
2
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
2
-1
-2

Usia 50 60
Usia > 60
Semua poin ditulis lalu dijumlahkan. Jumlah cairan yang akan diberikan dalam 2 jam, dapat
dihitung:
Defisit = jumlah Poin x 10 % BB x 1 Liter
15
Koreksi 2 jam pertama
Dengan penanganan di atas, umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan
bertambah baik.
Terapi Obat-obatan

Apabila dengan cara-cara tersebut di atas keluhan tidak berkurang maka diperlukan
pengobatan namun harus menghindari obat-obatan yang bersifat teratogenik. Sedativ yang
dapat diberikan adalah fenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
Pada keadaan yang lebih berat dapat diberikan antiemetik seperti metokloperamid, disiklomin
hidroklorida, atau klorpromazin. Pada kasus hiperemesis gravidarum yang lebih berat
diperlukan perawatan di rumah sakit.
Terapi Psikologis
Pasien perlu diyakinkan bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar dan fisiologis, tidak
perlu takut dan khawatir. Yakinkan bahwa penyakitnya dapat disembuhkan, atasi masalah
sosial ekonomi, pekerjaan, masalah lingkungan, serta menghilangkan masalah dan konflik
lainnya yang melatarbelakangi penyakit ini.
Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum menurut Protap Ginekologi RS Negara :
Hari 0 :

Pasien dipuasakan.

Rehidrasi dengan cairan Ringer Laktat (RL) 1.500cc s/d 2.000cc (3-4 fles) dilanjutkan
dengan D 5 % : RL = 4 : 1 sebanyak 28 tetes per menit.
Injeksi Metokloperamid (Primperan) atau Ondansetron (Incentron atau Vomceran) 3 x 1
amp/hari.
Vit B1, B6, B12 (Neurobion 5000 ) 3 x 1 amp/hari secara intravena (IV) atau drip.
Bila perlu : Antasida, Ranitidin injeksi.
Monitoring keton urin, berat badan, dan produksi urin dalam 24 jam.
Hari 1 :

Infus D5 % : RL = 4 : 1 sebanyak 28 tetes per menit.

Injeksi Metokloperamid (Primperan) atau Ondansetron (Incentron atau Vomceran) 3 x 1


amp/hari.
Vit B1, B6, B12 (Neurobion 5000 ) 3 x 1 amp/hari secara intravena (IV) atau drip.
Bila perlu : Antasida, Ranitidin injeksi.
Diet hiperemesis I (roti kering/bakar).
Monitoring keton urin, berat badan, dan produksi urin dalam 24 jam.
Hari 2 :

Infus D5 % : RL = 4 : 1 sebanyak 28 tetes per menit.

Injeksi Metokloperamid (Primperan) atau Ondansetron (Incentron atau Vomceran) 3 x 1


amp/hari.
Vit B1, B6, B12 (Neurobion 5000 ) 3 x 1 amp/hari secara intravena (IV) atau drip.
Bila perlu : Antasida, Ranitidin injeksi.
Diet hiperemesis II (bubur).
Monitoring keton urin, berat badan, dan produksi urin dalam 24 jam.
USG.
Hari 3 :

Up infus

Metokloperamid (Primperan) atau Ondansetron (Incentron atau Vomceran) 3 x 1 tab per hari
(peroral).
Vit B1, B6, B12 (Neurobion 5000 ) 3 x 1 amp/hari peroral.
Bila perlu : Antasida, Ranitidine peroral.
Diet hiperemesis III (nasi).
BPL

11. Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Penyakit ini dapat sembuh sendiri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini
dapat membahayakan jiwa ibu dan janin.

Anemia Pada Ibu Hamil


1.

Pengertian
Anemia adalah jumlah sel darah merah menurun, kadar Hb menurun di bawah

normal (normal wanita 12 gr %, pria 14 gr%). Anemia adalah kondisi ibu dengan
kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002).
Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II
(Saifuddin, 2002).
2.

Ciri-ciri ibu hamil dengan anemia


Biasanya ibu hamil dengan anemia mengeluhkan sebagian atau keseluruhan ciri-

ciri dibawah ini, dan untuk memastikannya harus dengan tes kadar Hb dalam darah.
Ciri-ciri tersebut antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Konsentrasi hilang
Lemah, letih, lesu, dan lunglai
Mual dan muntah
Nafas terengah-engah dan nyeri dada
Nafsu makan turun
Pucat pada bibir, konjungtiva, lidah, gusi, kulit.
Pusing/ Sakit kepala
Pandangan mata berkunang- kunang
3.
Macam-macam anemia pada ibu hamil
a. Anemia defisiensi besi/ karena kekurangan zat besi
Penyebab tersering anemia selama kehamilan dan masa nifas adalah defisiensi
besi dan kehilangan darah akut. Tidak jarang keduanya saling berkaitan erat, karena
pengeluaran darah yang berlebihan disertai hilangnya besi hemoglobin dan

terkurasnya simpanan besi pada suatu kehamilan dapat menjadi penyebab penting
anemia defisiensi besi pada kehamilan berikutnya.
Status gizi yang kurang sering berkaitan dengan anemia defisiensi besi (Scholl,
1998). Pada gestasi biasa dengan satu janin, kebutuhan ibu akan besi yang dipicu oleh
kehamilannya rata-rata mendekati 800 mg; sekitar 500 mg, bila tersedia, untuk
ekspansi massa hemoglobin ibu sekitar 200 mg atau lebih keluar melalui usus, urin dan
kulit. Jumlah total ini 1000 mg jelas melebihi cadangan besi pada sebagian besar
wanita. Kecuali apabila perbedaan antara jumlah cadangan besi ibu dan kebutuhan
besi selama kehamilan normal yang disebutkan diatas dikompensasi oleh penyerapan
besi dari saluran cerna, akan terjadi anemia defisiensi besi.
Dengan meningkatnya volume darah yang relatif pesat selama trimester kedua,
maka kekurangan besi sering bermanifestasi sebagai penurunan tajam konsentrasi
hemoglobin. Walaupun pada trimester ketiga laju peningkatan volume darah tidak
terlalu besar, kebutuhan akan besi tetap meningkat karena peningkatan massa
hemoglobin ibu berlanjut dan banyak besi yang sekarang disalurkan kepada janin.
Karena jumlah besi tidak jauh berbeda dari jumlah yang secara normal dialihkan,
neonatus dari ibu dengan anemia berat tidak menderita anemia defisiensi besi
( Arisman, 2007 ).
b. Anemia karena perdarahan
Sering terjadi pada masa nifas. Solusio plasenta dan plasenta previa dapat
menjadi sumber perdarahan serius dan anemia sebelum atau setelah pelahiran. Pada
awal kehamilan, anemia akibat perdarahan sering terjadi pada kasus-kasus abortus,
kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa. Perdarahan masih membutuhkan terapi
segera untuk memulihkan dan mempertahankan perfusi di organ-organ vital walaupun
jumlah darah yang diganti umumnya tidak mengatasi difisit hemoglobin akibat

perdarahan secara tuntas, secara umum apabila hipovolemia yang berbahaya telah
teratasi dan hemostasis tercapai, anemia yang tersisa seyogyanya diterapi dengan besi.
Untuk wanita dengan anemia sedang yang hemoglobinnya lebih dari 7 g/dl, kondisinya
stabil, tidak lagi menghadapi kemungkinan perdarahan serius, dapat berobat jalan
tanpa memperlihatkan keluhan, dan tidak demam, terapi besi selama setidaknya 3
bulan merupakan terapi terbaik dibandingkan dengan transfusi darah (Sarwono,
2005 ).
c. Anemia karena radang/ keganasan
Gejala-gejala tubuh lemah, penurunan berat badan, dan pucat sudah sejak jaman
dulu dikenal sebagai ciri penyakit kronik. Berbagai penyakit terutama infeksi kronik
dan neoplasma menyebabkan anemia derajat sedang dan kadang-kadang berat,
biasanya dengan eritrosit yan sedikit hipokromik dan mikrositik. Dahulu, infeksi
khususnya tuberculosis, endokarditis, atau esteomielitis sering menjadi penyebab,
tetapi terapi antimikroba telah secara bermakna menurunkan insiden penyakitpenyakit tersebut. Saat ini, gagal ginjal kronik, kanker dan kemoterapi, infeksi virus
imunodefisiensi manusia (HIV), dan peradangan kronik merupakan penyebab tersering
anemia bentuk ini.
Selama kehamilan, sejumlah penyakit kronik dapat menyebabkan anemia.
Beberapa diantaranya adalah penyakit ginjal kronik, supurasi, penyakit peradangan
usus

(inflammatory

bowel

disease),

lupus

eritematosus

sistemetik,

infeksi

granulomatosa, keganasan, dan arthritis remotoid. Anemia biasanya semakin berat


seiring dengan meningkatnya volume plasma melebihi ekspansi massa sel darah merah.
Wanita dengan pielonefritis akut berat sering mengalami anemia nyata. Hal ini
tampaknya

terjadi

akibat

meningkatnya

eritropoietin normal (Cavenee dkk,2001).

destruksi

eritosit

dengan

produksi

d. Anemia aplastik karena kerusakan sumsum tulang


Walaupun jarang dijumpai pada kehamilan, anemia aplastik adalah suatu
penyulit yang parah. Diagnosis ditegakkan apabila dijumpai anemia, biasanya disertai
trombositopenia, leucopenia, dan sumsum tulang yang sangat hiposeluler (Marsh dkk,
1999). Sekitar sepertiga kasus, anemia dipicu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi,
radiasi, leukemia, dan gangguan imunologis.
Kelainan fungsional mendasar tampaknya adalah penurunan mencolok sel induk
yang terikat di sumsum tulang. Banyak bukti yang menyatakan bahwa penyakit ini
diperantarai oleh proses imunologis (Young dan Maciejewski, 1999). Pada penyakit
yang parah, yang didefinisikan sebagai hiposelularitas sumsum tulang yang kurang
dari 25%, angka kelangsungan hidup 1 tahun hanya 20 %.(Suhemi, 2007).
e. Anemia hemolitik karena usia sel darah merah yang pendek
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh :
1) Faktor intra korpuskuler dijumpai pada anemia hemolitik heriditer, talasemia, anemia
sel sickle (sabit), hemoglobin, C, D, G, H, I dan paraksismal nokturnal hemoglobinuria
2) Faktor ekstrakorpuskuler, disebabkan malaria, sepsis, keracun zat logam, dan dapat
beserta obat-obatan, leukemia, penyakit hodgkin dan lain-lain.
Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan kelelahan, kelemahan, serta
gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatan bergantung
pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka
infeksinya di berantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun, pada
beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberikan hasil. Maka transfusi darah yang
berulang dapat membantu penderita ini.
f. Anemia megaloblastik karena gangguan pencernaan
Anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 selama
kehamilan sangat jarang terjadi, ditandai oleh kegagalan tubuh menyerap vitamin B12
karena tidak adanya faktor intrinsik. Ini adalah suatu penyakit autoimun yang sangat

jarang pada wanita dengan kelainan ini. Defisiensi vitamin B12 pada wanita hamil lebih
mungkin dijumpai pada mereka yang menjalani reseksi lambung parsial atau total.
Kausa lain adalah penyakit Crohn, reseksi ileum, dan pertumbuhan bakteri berlebihan
di usus halus.
Kadar vitamin B12 serum diukur dengan radio immunoassay. Selama kehamilan,
kadar non hamil karena berkurangnya konsentrasi protein pengangkut B12
transkobalamin. Wanita yang telah menjalani gastrektomi total harus diberi 1000 mg
sianokobalamin (vitamin B12) intramuscular setiap bulan. Mereka yang menjalani
gastrektomi parsial biasanya tidak memerlukan terapi ini, tetapi selama kehamilan
kadar vitamin B12 perlu dipantau. Tidak ada alasan untuk menunda pemberian asam
folat selama kehamilan hanya karena kekhawatiran bahwa akan terjadi gangguan
integritas saraf pada wanita yang mungkin hamil dan secara bersamaan mengidap
anemia pernisiosa Addisonian yang tidak terdeteksi (sehingga tidak diobati).
g. Anemia karena penyakit keturunan misalnya anemia sel sabit
Penyakit sel sabit (sickle cell disease) adalah suatu penyakit keturunan yang
ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit dan anemia hemolitik kronik.
Pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut
oksigen) yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel
dan menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit. Sel yang berbentuk sabit
menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa, ginjal, otak, tulang
dan organ lainnya; dan menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke organ
tersebut. Sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat melewati pembuluh darah,
menyebabkan anemia berat, penyumbatan aliran darah, kerusakan organ dan mungkin
kematian.

Anemia sel sabit adalah kondisi serius di mana sel-sel darah merah menjadi
berbentuk bulan sabit, seperti huruf C. Sel darah merah normal berbentuk donat tanpa
lubang (lingkaran, pipih di bagian tengahnya), sehingga memungkinkan mereka
melewati pembuluh darah dengan mudah dan memasok oksigen bagi seluruh bagian
tubuh. Sulit bagi sel darah merah berbentuk bulan sabit untuk melewati pembuluh
darah terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit, karena sel darah merah
ini akan tersangkut dan akan menimbulkan rasa sakit, infeksi serius, dan kerusakan
organ tubuh.
4.

Akibat Anemia Pada Ibu Hamil

Akibat anemia pada ibu hamil antara lain :


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Abortus/ keguguran
Bayi lahir prematur
Bayi lahir cacat
Infeksi pada saat dan sesudah persalinan
Kekurangan cadangan besi
Kematian ibu dan janin
Payah jantung
Perdarahan setelah persalinan
Persalinan preterm/sebelum waktunya
Proses persalinan lama
Syok

5.

Penatalaksanaan dan pencegahan anemia pada ibu hamil


Penatalaksanaan dan pencegahan yang umum dilakukan adalah dengan

pemberian suplemen zat besi sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut selama
masa kehamilan. Pemeriksaan kadar Hb semua ibu hamil dilakukan pada kunjungan
ANC pertama dan pada minggu ke-28. Apabila ditemukan ibu hamil dengan anemia
berikan tablet Fe 2-3 kali 1 tablet perhari dan disarankan untuk tetap minum tablet zat
besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan. Pada ibu hamil trimester 3 dengan anemia

perlu diberi zat besi dan asam folat secara IM dan disarankan untuk bersalin di rumah
sakit.
Pencegahan juga bisa dilakukan secara mandiri dengan mengkonsumsi makanan
yang mengandung gizi seimbang (4 sehat 5 sempurna) dan memperbanyak konsumsi
makanan-makanan yang kaya akan zat besi seperti hati ayam (disarankan hati ayam
kampung) ataupun sapi, sayur bayam dan juga buah-buahan (disarankan hati hewan,
sayur dan buah organik). Dengan mengkonsumsi semua makanan tersebut, zat besi
yang sangat diperlukan oleh sel-sel darah merah dapat terpenuhi secara maksimal dan
dapat terhindar dari. Periksakan sedini mungkin apabila terdapat tanda-tanda anemia,
agar langkah-langkah antisipasi bisa segera dilakukan.
6.
Cara meminum Tablet zat besi
a. Sehari minum 1 tablet Fe setelah makan malam untuk mengurangi rasa mual
b. Minum tablet Fe bersamaan dengan vitamin C dan vitamin B12, misalnya dengan jus
jeruk atau air lemon untuk membantu proses penyerapan.
c. Jangan minum tablet Fe bersamaan dengan kopi, teh, alkohol dan susu karena dapat
menghambat proses penyerapan.

Rancangan Media
Topik

: Penyuluhan Anemia Pada Ibu Hamil

Judul

: Anemia Pada Ibu Hamil

Sasaran

: Ibu hamil di Babakan Jonggol RT 01, 02 dan 03 RW 02 Ds. Cibodas


Waktu
N

: 20 Menit

Pokok Materi

o
1.
Akibat
a. Abortus

Kemunginan Visual

Keluarnya janin yang belum Keluarnya

Desain

janin

yang

belum

sempurna
sempurna

Ibu hamil kaget mengalami


perdarahan banyak

Persalinan Ibu bersalin dengan muka cemas Ibu bersalin dengan muka cemas

b.

preterm/sebelu
m waktunya

yang di dampingi suami dan bidan yang di dampingi suami dan bidan
dengan caption < 36 mgu
dengan caption < 36 mgu

Ibu hamil yang merasakan

<36 mgu

kontraksi
Proses

c.

Ibu bersalin dengan ekspresi Ibu

bersalin

dengan

ekspresi

persalinan

kelelahan didampingi oleh suami kelelahan didampingi oleh suami dan

lama

bidan
dan bidan
Ibu bersalin sedang diperiksa

oleh bidan

d.

Perdarahan

setelah
persalinan

Ibu dengan wajah yang pucat Ibu berbaring diatas tempat tidur
mengeluarkan darah yang banyak dengan bayi di sampingnya dengan
Ibu dipangku suami kaget wajah yang pucat mengeluarkan
melihat kainnya bersimbah darah darah yang banyak.
Ibu berbaring diatas tempat tidur
dengan bayi disampingnya dan

kain penuh darah


Keran mengeluarkan

dengan deras
Ibu yang mengalami perdarahan
dengan caption > 500 cc

darah

e. Syok

Ibu mengeluarkan darah yang Ibu

saat dan
sesudah
persalinan

darah

tangannya
infus di tangannya.
Ibu dengan muka pucat sedang
oleh

bidan

dengan

ditemani suaminya
Ibu tiduran dengan

dahi Ibu tiduran dengan dahi di kompres

dan termometer di mulutnya.


dikompres
Ibu tiduran dengan termometer di

mulutnya
Ibu memakai sweater dan shall

dengan muka yang pucat


Termometer dengan suhu tinggi

g. Payah jantung

yang

banyak dengan wajah yang pucat banyak dengan wajah yang pucat
Ibu yang berbaring diatas tempat sedang diperiksa oleh bidan dengan
tidur dengan terpasang infus di ditemani suaminya dan terpasang

diperiksa
f. Infeksi pada

mengeluarkan

Ibu yang tampak kesakitan Ibu hamil yang nafasnya terengahsambil memegang dada sebelah engah

kirinya

Ibu hamil

dan

kecapean
yang

terengah- engah
Jantung yang kecapean

nafasnya

tampak

Jantungnya

h. Bayi lahir
prematur

Bayi lahir dengan berat badan

Bayi bengan berat badan yang sangat

yang sangat rendah


Bayi yang berada di dalam

rendah, berkulit keriput berada di

inkubator
Bayi yang dipasang selang

oksigen.

dalam inkubator dan dipasang selang

oksigen
Bayi yang kulitnya keriput

i.

Bayi

cacat Bayi yang memiliki kelainan fisik Bayi yang memiliki kelainan fisik.

bawaan

, misalnya bibir sumbing, tidak


mempunyai anus, hernia
umbilikalis,kelainan jantung,
anenchepal, hidrochepalus
Bayi dengan kelainan down
syndrom
Ibu yang sedih melihat keadaan

j.

bayinya
Suami istri menangis diatas kuburan
Kuburan
Ibu yang meninggal diatas anaknya.
janin dan ibu
pangkuan suaminya
Suami isteri menangisi bayinya
Kematian

yang meninggal
k.

Kekurangan
cadangan besi

Ibu dengan badan yang letih sedang


membayangkan
bergizi.

makanan

yang

Ibu dengan badan yang letih


Darah setengah tabung dengan
arah

panah

kebawah

disampingnya
Ibu yang sedang membayangkan
makanan yang bergizi

2.

Pengertian
Kadar Hb < 11 Bumil dengan wajah yang pucat Bumil melihat tabung sahli yang di
Icon darah dengan caption < 11g tunjukkan oleh bidan dengan takaran
gr %
%
Hb < 11 g%
Icon darah sedang turun tangga
Bumil melihat tabung sahli yang
di tunjukkan oleh bidan
Tabung Hb Sahli dengan takaran
< 11 g%

3. Ciri- ciri
a. Pucat pada

bibir,
konjungtiva,

lidah, gusi,

kulit.

b. Lemah, letih,
lesu, lunglai

Ibu hamil dengan bibir yang Ibu hamil dengan konjungtiva,bibir


pucat
Konjungtiva yang pucat
Lidah yang pucat
Gusi yang pucat
Kulit yang pucat

dan lidah yang pucat.

Ibu hamil terkulai lemas di atas Ibu hamil yang terkulai lemas diatas

sofa dengan muka yang tampak lelah


sofa
Ibu hamil yang sedang mengusap sambil memegang kepala
keringat

Ibu hamil yang sedang


memegang kepala
Ibu hamil dengan muka yang

pucat
Ibu hamil yang capek sambil
memegang pinggangnya
Ibu yang sedang duduk dengan
muka yang lelah

c. Nafas

Ibu hamil menarik nafas dalam Ibu hamil tampak kesakitan sambil

terengahengah, nyeri
dada

sambil memegang dada


memegang dada
Ibu hamil tampak kesakitan

sambil memegang dada


Dada ibu hamil diikat oleh
tambang

d.

Pusing/sakit Ibu hamil memegang kepala


Ibu hamil yang teriak kesakitan
Ibu hamil yang sedang duduk sambil kedua tangannya diatas
kepala
dengan muka pucat sambil kepala dan seolah- olah banyak paku
memegang kepala
yang menusuk kepalanya.

Ibu hamil tampak kesakitan


sambil memegang kepala dengan
banyak paku yang seolah- olah
menusuk kepalanya
Ibu hamil yang teriak kesakitan
sambil kedua tangannya diatas
kepala

e.

Mual
muntah

dan Ibu hamil yang tampak mual saat Ibu hamil sedang menutup mulutnya
menahan mual
melihat makanan
Ibu hamil yang sedang muntah- perutnya.
muntah
Ibu hamil sambil memegang

sambil memegang

perutnya sedang muntah


Ibu hamil sedang menutup
mulutnya menahan mual

f.

Nafsu makan

Ibu hamil yang tampak malas Ibu hamil yang menolak suapan

turun

melihat makanan
makanan dari suaminya sambil
Ibu hamil menutup mulut saat menutup mulut dengan tangannya.
melihat makanan
Ibu hamil yang menolak suapan
makanan dari suaminya

4.

Penatalaksan
aan dan

a.

pencegahan
Minum

suplemen
besi

Ibu

hamil

sedang

minum Ibu hamil sedang minum suplemen

zat suplemen zat besi


zat besi dan memegang segalas air

ibu hamil memegang suplemen putih di tangannya.


zat besi dan segelas air putih

ditangannya
suami memberikan suplemen zat
besi dan segelas air putih pada
istrinya

b. Periksa kadar
Hb

Jari ibu hamil yang sedang Jari ibu hamil yang sedang disedot
disedot darahnya oleh pipet Hb darahnya dengan pipet Hb Sahli oleh

bidan.
Sahli
Ibu hamil sedang melihat hasil
pemeriksaan kadar darahnya yang
di tunjukkan oleh bidan
Bidan sedang menusukkan lanset
ke jari ibu hamil

c.

Konsumsi

makanan

seimbang dan
bergizi

kaya zat besi

Nasi, lauk-pauk, sayuran, buah- Ibu hamil sedang makan dengan


menu makanan bergizi di depannya.
buahan, air putih dan air susu
Ikan laut, sayuran hijau, hati
Ibu hamil sedang makan dengan
menu

makanan

bergizi

di

depannya

5.

Cara minum

zat besi
a. Setelah makan

malam

Ibu hamil sedang memasukkan Ibu hamil sedang makan dan sudah
tablet

fe

kedalam

mulutnya tersedia tablet fe di samping piring

sambil memegang gelas di salah makannya dan tampak cahaya bulan


satu
cahaya

tangannya
bulan

dan

tampak di jendela rumahnya.

dari

jendela

rumahya.
Ibu hamil sedang makan dan
sudah

tersedia

tablet

fe

di

samping piring makannya.


b. Jus jeruk atau Segelas jus jeruk
Ibu hamil sedang minum suplemen
Segelas air lemon
air lemon
zat besi dengan air jeruk/air lemon.

Ibu hamil sedang minum


suplemen zat besi dengan air
jeruk

Ibu

hamil

sedang

minum

suplemen zat besi dengan air


lemon

c.

Bukan kopi,

Segelas

kopi,

teh,susu

dan Ibu hamil yang sedang minum

teh,

alkohol alkohol yang diberi tanda silang


suplemen zat besi dengan air kopi/
Ibu hamil yang sedang minum teh/susu/ alkohol dengan diberi tanda
dan susu
suplemen zat besi dengan air silang
kopi/ teh/susu/ alkohol dengan
diberi tanda silang
Segelas air putih , jus jeruk dan
air lemon yang diberi tanda
cheklist

Anda mungkin juga menyukai