pengolahan grey water (air yang telah digunakan), serta penjagaan kualitas green water (air
yang tersimpan di dalam tanah).
Tahun 2007 pasal 3 yaitu bahwa penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
berlandaskan Wawasan Nusantara dengan terwujudnya:
keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan
memperhatikan sumber daya manusia; dan
perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadal lingkungan akibat
pemanfaatan
ruang.
Pada pasal 17 memuat bahwa proporsi kawasan hutan paling sedikit 30% dari luas daerah
aliran sungai (DAS)yang dimaksudkan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pasal 28
sampai dengan pasal 30 memuat bahwaproporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota
minimal 30% di mana proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota minimal
10%. Sedangkan pasal 48 memuat bahwa penataan ruang kawasan perdesaan diarahkan
antara lain, untuk:
(1)
(2)
(3)
Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 secara eksplisit diuraikan tentang penegasan hal,
kewajiban serta peran masyarakat, yaitu:
Pasal 60 : Setiap orang berhak untuk :
1. mengetahui Rencana Tata Ruang;
2. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
3. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan
kegiatan pembangunan yang sesuai dengan perencanaan Tata Ruang;
4. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tak
sesuai dengan Rencana Tata Ruang di wilayahnya.
Pasal 61: Dalam pemanfaatannya setiap orang wajib :
1. menaati Rencana Tata Ruang yang telah ditetapkan;
2. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;
3. memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang, dan
4. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundangundangan dinyatakan sebagai milik umum.
Pasal 65 : Peran masyarakat melalui :
1. pelibatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang
2. peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan, antara lain, melalui:
(a) partisipasi dalam penyusunan RTR;
(b) partisipasi
dalam
pemanfaatan
(c) partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
ruang;
dan
2 Negara-negara Eropa mempunyai persepsi hijau sebagai Kota yang Sehat dan hampir
bebas
dari emisi polusi CO2, CO, N2O, dan lain-lain serta orientasinya pada
penggunaan sarana
angkutan dengan energi non-fosil.
Meskipun demikian sekitar dua dekade lalu beberapa walikota di beberapa negara sedang
berkembang, seperti di benua Amerika Selatan dan di Asia telah berhasil mengembangkan
lingkungan kota layak huni (habitable) atau apa yang disebut sebagai: Kota Berwawasan
Lingkungan, sebagai contoh kota Curitiba (Brasilia)
Pada hakekatnya penyebab utama perencanaan dan perancangan permukiman kota adalah
ketidakpedulian akan pentingnya sanitasi lingkungan yang higienis, yang kemudian secara
sadar maupun tidak, menjadi perilaku (kebiasaan) warga yang tak terpuji. Lingkungan
menjadi semakin buruk akibat tidak ditegakkannya peraturan perundang-undangan yang ada.
Hal ini mengakibatkan beberapa permasalahan sebagai berikut:
(1) kondisi sanitasi dasar lingkungan permukiman, menimbulkan masalah kesehatan yang
serius;
(2) persediaan air bersih yang minim (tak cukup bahkan tak ada);
(3) sampah padat dan limbah cair tidak terkelola dengan baik (tak ada sewerage system;
(4) makanan tidak higienis (keracunan, pemakaian zat kimia/pengawet, pewarna, penyedap),
(5) vektor penyakit (nyamuk, tikus, kecoak, dan lain-lain) tak terkendali;
(6) sistem transportasi/ lalu lintas yang buruk dengan adanya kemacetan lalu lintas dan
polusi udara;
(7) buruknya lingkungan kerja/ kantor (hal ini ditandai dengan berkembangnya
bakteri legionellosi, yang
mengakibatkan sick building syndrome).
Hampir semua permasalahan di atas saling terkait dan merupakan akibat dari
penyelenggaraan penataan ruang yang buruk. Oleh karena itu, dalam rangka menuju
pembangunan Kota Sehat, maka diperlukan persyaratan ketat pembangunan sarana dan
prasarana sanitasi kota.
RUANG TERBUKA HIJAU
(RTH)
1. Pendahuluan
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Penyediaan dan pemanfaatan RTH dalam RTRW Kota/RDTR Kota/RTR Kawasan Strategis
Kota/RTR Kawasan Perkotaan, dimaksudkan untuk menjamin tersedianya ruang yang cukup
bagi:
penyediaan RTH yang bersifat privat, melalui pembatasan kepadatan serta kriteria
pemanfaatannya;
Kawasan, adalah kesatuan geografis yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
fungsional serta mempunyai fungsi utama tertentu.
Kawasan perkotaan, adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), adalah angka persentase perbandingan antara luas
seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan
yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.
Koefisien Daerah Hijau (KDH), adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh
ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan
dan luas tanah perpetakan/daerah perencanan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan
rencana tata bangunan dan lingkungan.
Lansekap jalan, adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan
jalan, baik yang terbentuk dari elemen lansekap alamiah seperti bentuk topografi lahan yang
mempunyai panorama yang indah, maupun yang terbentuk dari elemen lansekap buatan
manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya. Lansekap jalan ini mempunyai ciri-ciri
khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan
terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkungan
jalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan.
Penutup tanah, adalah semua jenis tumbuhan yang difungsikan sebagai penutup tanah.
Peran masyarakat, adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas kehendak dan
keinginan sendiri di tengah masyarakat sesuai dengan hak dan kewajiban dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
Perdu, adalah tumbuhan berkayu dengan percabangan mulai dari pangkal batang dan
memiliki lebih dari satu batang utama.
Pohon, adalah semua tumbuhan berbatang pokok tunggal berkayu keras.
Pohon kecil, adalah pohon yang memiliki ketinggian sampai dengan 7 meter.
Pohon sedang, adalah pohon yang memiliki ketinggian dewasa 7-12 meter.
Pohon besar, adalah pohon yang memiliki ketinggian dewasa lebih dari 12 meter.
Ruang terbuka, adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam
bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam
penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka
terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.
Ruang Terbuka Hijau (RTH), adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Ruang terbuka non hijau, adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk
dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan air.
Ruang terbuka hijau privat, adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan
yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman
rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.
Ruang terbuka hijau publik, adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah
daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum.
Sabuk hijau (greenbelt), adalah RTH yang memiliki tujuan utama untuk membatasi
perkembangan suatu penggunaan lahan atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas
lainnya agar tidak saling mengganggu.
Semak, adalah tumbuhan berbatang hijau serta tidak berkayu disebut sebagai herbaseus.
Tajuk, adalah bentuk alami dari struktur percabangan dan diameter tajuk.
Taman kota, adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan
rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota.
Taman lingkungan, adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana
kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat lingkungan.
Tanaman penutup tanah, adalah jenis tanaman penutup permukaan tanah yang bersifat
selain mencegah erosi tanah juga dapat menyuburkan tanah yang kekurangan unsur hara.
Biasanya merupakan tanaman antara bagi tanah yang kurang subur sebelum penanaman
tanaman yang tetap (permanen).
Tanggul, adalah bangunan pengendali sungai yang dibangun dengan persyaratan teknis
tertentu untuk melindungi daerah sekitar sungai terhadap limpasan air sungai.
Vegetasi/tumbuhan, adalah keseluruhan tetumbuhan dari suatu kawasan baik yang berasal
dari kawasan itu atau didatangkan dari luar, meliputi pohon, perdu, semak, dan rumput.
Wilayah, adalah kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya, yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan kondisi geografis.
Fungsi dan Manfaat
RTH memiliki fungsi sebagai berikut:
Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis:
memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paruparu kota);
pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat
berlangsung lancar;
sebagai peneduh;
produsen oksigen;
penahan angin.
Manfaat RTH
1. Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas:
1. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifattangible), yaitu membentuk
keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk
dijual (kayu, daun, bunga, buah);
2. Manfaat tidak langsung(berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersih
udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah,
pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi
hayati atau keanekaragaman hayati).
3. Tipologi RTH
Tipologi Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah sebagai berikut:
Fisik : RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar alami, kawasan
lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binaan seperti taman,
lapangan olahraga, pemakaman atau jalur-jaur hijau jalan.
Fungsi :RTH dapat berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi.
1. Penyediaan RTH
Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan dapat didasarkan pada:
Luas wilayah
Jumlah penduduk
ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat;
proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari
20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat;
apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki
total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi
tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
000 jiwa : Taman Kota di Pusat Kota, Hutan Kota (di dalam/kawasan pinggiran), dan
Pemakaman (tersebar)
penyediaan RTH harus disesuaikan dengan peruntukan yang telah ditentukan dalam
rencana tata ruang (RTRW Kota/RTR Kawasan Perkotaan/RDTR Kota/RTR Kawasan
Strategis Kota/Rencana Induk RTH) yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
setempat;
perencanaan;
pengadaan lahan;
perancangan teknik;
tidak mengganggu fungsi utama RTH yaitu fungsi sosial, ekologis dan estetis.
Nomor 5 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan tahun 2005
2015 menjadi Perda Kota Balikpapan Nomor 12 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Balikpapan Tahun 2012 2032 yang telah ditetapkan tanggal 2 November
2012. Dalam Perda terdapat beberapa komitmen yang menjadi kebijakan untuk tetap
dilanjutkan, antara lain :
1. Pola ruang 52% Kawasan Lindung dan 48% Kawasan Budidaya
2. Tidak menyediakan ruang untuk wilayah pertambangan
3. Pengembangan kawasan budidaya dengan konsep foresting the city dan green
corridor, untuk pengembangan Kawasan Industri Kariangau diarahkan pada green
industry yang didukung zero waste dan zero sediment.
Perkembangan kota Balikpapan dalam beberapa tahun terakhir ini sangat pesat. Topografi
Balikpapan berbukitbukit dengan kelerengan yang bervariasi, serta jenis tanah pada beberapa
kawasan didominasi oleh jenis yang mudah mengalami pergeseran dan erosi. Kondisi ini
memerlukan penanganan yang benar dalam pengelolaannya. Kebutuhan akan lahan untuk
mencapai visi Balikpapan dapat diwujudkan melalui program-program pembangunan yang
berwawasan lingkungan dengan mengikutsertakan seluruh komponen yang ada di kota ini
dalam aspek-aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya. Berdasarkan hasil
pengumpulan data luas hutan kota di Balikpapan yang secara definitive sudah ditetapkan, saat
ini baru mencapai 200 ha yang tersebar di 28 lokasi atau mencapai 0,4 persen dari luas
wilayah Kota Balikpapan (503 kilometer persegi).
Dasar dan aspek legal
Kebijakan Pemerintah kota Balikpapan untuk menetapkan beberapa kawasan hutan kota
sebagai kawasan yang dilindungi karena sifatnya yang khusus, di antaranya sebagai bagian
dari Ruang Terbuka Hijau Kota sejak tahun 1996 sudah ada meskipun dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan dan pengawasannya masih terus dibenahi. Penetapan
dua puluh satu kawasan sebagai hutan kota juga berperan sebagai ruang terbuka hijau dari
tahun 1996 hingga tahun 2004 oleh Pemerintah Balikpapan melalui beberapa buah Surat
Keputusan Walikota.
RTH kota Balikpapan terdiri dari; kawasan Hutan Lindung Sungai Wain, Kebun Raya
Balikpapan, Hutan Kota Pertamina dan taman-taman kota serta taman median jalan. Jika
ditinjau dari rasio luas lahan yang dibangun dengan RTH, maka Balikpapan memilki
persentase di atas nilai standar BLH yang menentukan luas lahan.
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap kawasan Nonbudidaya/Lindung dan Ruang Terbuka
Hijau yang ada di Kota Balikpapan yaitu 18.821,742 Ha atau 37,396 % dari luas kota
Balikpapan (50.330,57 Ha). Untuk memenuhi prosentasi 52% maka arahan pengembangan
kawasan non budidaya (RTH ) sebagai berikut menurut Bappeda 2009
Penghargaan yang pernah diraih Kota Balikpapan yang berkaitan dengan lingkungan hidup
yaitu penghargaan ASEAN Environment Sustainable City (ESC) dalam acara invitation to the
for 3rd ASEAN Environmentally Suistainable Cities Award and The 2nd ASEAN Certificates
of Recognition with the following details, yang berlangsung di Loa Plaza Hotel,Laos.
Penghargaan ini diterima langsung Wali Kota HM Rizal Effendi,SE di Laos tadi
malam. Balikpapan meraih penghargaan ini karena berhasil melakukan penataan lingkungan
kota secara berkelanjutan. Terutama terkait dengan clean land, clean water dan clean air.
Termasuk inovasi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sampah.
Selain itu, yang terakhir baru saja diperoleh Penerapan Inovasi Manajemen Perkotaan (IMP)
oleh Pemerintah Kota Balikpapan dalam bidang pengelolaan tata ruang dengan sub bidang
penataan ruang terbuka hijau (RTH) meraih prestasi gemilang. Balikpapan menduduki
peringkat pertama sebagai kabupaten/kota terbaik se Indonesia dalam bidang tersebut.
Dan yang terakhir pernah meraih juara tiga lomba menanam pohon nasional untuk kategori
kotamadya di Indonesia.
KESIMPULAN
Indahnya kota Balikpapan tak lepas dari jumlah Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang melebihi
standar Badan Lingkungan Hidup (BLH) yakni 42% dari luas kota ini. Sebagai peneduh,
RTH memberikan manfaat yang begitu terasa bagi masyarakat kota Balikpapan.
Karena secara umum RTH publik maupun RTH privat, memiliki fungsi utama (intrinsik)
yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitek-tural, sosial, dan
fungsi ekonomi. Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi utama ini dapat
dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota.
RTH berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus
merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu
wilayah kota, seperti RTH untuk per-lindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia
dan untuk membangun jejaring habitat hidupan liar. RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial,
ekonomi, arsitektural) merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan
dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan
dan kepentingannya, seperti untuk ke-indahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota.
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung (dalam pengertian cepat
dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga),
kenyamanan fisik (teduh, segar), keingin-an dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang
dan bersifat intangible) seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau
keanekaragaman hayati.
Permasalahan ditekankan pada beberapa aspek penerapan kawasan penataan ruang dengan
pola konsep 52 persen terbangun dan 48 persen untuk ruang terbuka hijau (RTH). Konsep
ideal ini dilihat dari sudut pandang penataan ruang, perlu disadari bahwa salah satu tujuan
pembangunan di Kota Balikpapan, yang hendak dicapai adalah mewujudkan ruang kehidupan
yang nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
Pembangunan dan pengelolaan RTH wilayah perkotaan harus menjadi substansi yang
terakomodasi secara hierarkial dalam perundangan dan peraturan serta pedoman di tingkat
nasional dan daerah/kota. Untuk tingkat daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota,
permasalahan RTH menjadi bagian organik dalam Ren-cana Tata Ruang Wilayah dan
subwilayah yang diperkuat oleh peraturan daerah.