BAB III Besi Dan Baja
BAB III Besi Dan Baja
Besi dan Baja paling banyak dipakai sebagai bahan industri, dimana
sebagian penggunaannya ditentukan oleh nilai ekonominya, tetapi yang paling
penting karena sifatsifatnya yang bervariasi. Mulai dari sifat yang paling lunak
dan mudah dibuat sampai yang paling keras dan tajam seperti pisau. Dari unsur
besi berbagai struktur logam dapat dibuat sehingga besi dan baja disebut bahan
yang kaya akan sifat-sifatnya.
3.1.
III - 1
III - 2
III - 3
Pengerasan (hardening)
Pada proses ini , baja dipanaskan dari 30 s/d 50 oC diatas suhu kritis atas (untuk
baja-baja hypo-eutectoid) dan pada suhu yang sama diatas suhu kritis bawah
(untuk baja-baja hyper-eutectoid). Baja dipanaskan pada temperatur ini untuk
beberapa saat kemudian dicelupkan dalam media seperti air, minyak, atau brine.
Semakin lama pencelupan, maka makin keras struktur baja yang dihasilkan.
Untuk pengerasan, baja dan paduannya biasanya dipanaskan sampai 1100 oC s/d
1300oC, yang diikuti pendinginan dengan udara yang mengalir.
III - 4
2.
Tempering
Baja yang dikeraskan dengan pencelupan secara cepat memiliki sifat brittle, keras,
dan mengandung tegangan internal yang terdistribusi tidak merata. Tempering
adalah proses pemanasan ulang terhadap baja yqang dikeraskan pda suhu dibawah
suhu kritis (700oC). Baja dipanaskan pada suhu tersebut untuk beberapa saat
kemudian dicelupkan dalam air , minyak, atau brine. Tujuan dari proses ini adalah
untuk
menghilangkan
tegangan-tegangan
internal
yang
dihasilkan
pada
Annealing
Membuat lunak
Proses annealing meliputi pemanasan baja pada suhu 30-50oC diatas suhu kritis
atas untuk baja hypo-eutectoid. Baja dipanaskan pada suhu tersebut untuk
beberapa lama dan kemudian didinginkan secara lambat di dalam furnace. Untuk
menghindari terjadinya dekarburisasi terhadap baja selama proses annealing,
maka baja diletakkan didalam suatu kotak dari bahan besi cor berisi campuran
dari arang kayu, kapur atau pasir.
4.
Normalising
III - 5
3.2
baja. Baja jenis ini dibuat dalam bentuk pelat tipis sebagai bahan peralatan rumah
tangga dan pelat tebal dipakai untuk jembatan dan konstruksi.
3.2.1. Struktur dan mampu bentuk baja pelat tipis
Penggunaan utama baja pelat tipis yang dirol panas, dilunakkan, dirol
dingin dan dilunakkan adalah untuk benda yang dibentuk dengan pres.
Pembentukan dengan pres terdiri dari pengguntingan dan pembentukan, dimana
pengepresan merupakan proses utama. Sifat-sifat penting yaitu : regangan pada
titik mulur, titik tarik, regangan uniform dan regangan setempat yang didapat
dengan pengujian tarik biasa.
Eksponen pengerasan regangan (n) dan perbandingan regangan plastis (r). Makin
besar n makin baik mampu bentuknya. Baja pelat dirol dingin umumnya n=0,180,25. contoh; bejana berbentuk selinder dari bahan bulat tipis(blank).
3.2.2. Pemilihan baja pelat tipis dengan mampu bentuk baik
Ukuran butiran memberikan pengaruh yang jelas pada harga r . Makin
kecil nomor ukuran butir makin besar butir kristal maka makin tinggi harga r
kalau butiran makin besar. Makin besar ukuran butir makin kecil kekuatan mulur,
jadi bukan hanya harga r saj tetapi juga harga n cenderung menjadi lebih baik,
tetapi bila ukuran butir menjadi sangat besar, maka pembentukan permukaan
menjadi kasar, disebut kulit jeruk.
III - 6
pelunakan, yang disebut pengerolan temper (temper rolling). (lihat gambar 3.3)
Lembaran baja tipis yang dapat dibentuk secara baik, maksimum mengandung
0,18% karbon, tetapi karena kadar karbon membuat harga r menurun, maka
sebaiknya kadar karbon diturunkan sampai kira-kira 0,03% .
III - 7
3.3
dan keuletan yang memadai. Satu dari sekian sifat-sifat baja yang penting ialah
kekuatan, tetapi pada umumnya apabila kekuatan ditingkatkan, keuletan menurun
sehingga kekuatan yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan pada saat
benturan.
3.3.1. Kekerasan baja setelah dicelup dingin dan mampu keras
Kekerasan baja setelah dicelup dingin terutama tergantung pada kadar
karbonnya. Kekerasan baja setelah dicelup dingin meningkat hampir berbanding
lurus dengan kadar karbon sampai 0,6% selanjutnya peningkatan gradien lebih
kecil kalau kadar karbon meningkat.
Gambar 3.4
III - 8
bahwa baja dikeraskan dalam keadaan tertentu, dan pada beberapa dari permukaan
yang didinginkan strukturnya menjadi martensit. Pengaruh kadar karbon pada laju
pendinginan kritis adalah jika kadar karbon meningkat, maka mampu keras
menjadi lebih baik dan mencapai tertinggi pada 0,8-0,9% C. Baja komersial
mempunyai mampu keras yang lebih baik karena mengandung Si, Mn, dan unsurunsur lain.
Unsur Co : menurunkan laju pendinginan kritis dan memperbaiki mampu keras
dengan penambahan sekurang-kurangnya sampai jumlah tertentu.
Unsur Mn, Cr, Mo, Ni, Si, dsb: memperbaiki mampu keras yang lebih baik
dengan kadar yang lebih.
Unsur Ti, V, Zr, W, U, dsb: penambahan yang berlebihan menurunkan mampu
keras.
Unsur Be: penambahan yang sedikit sangat memperbaiki mampu keras, tetapi
tidak pernah dipakai karena mahal dan beracun.
3.3.2. Baja paduan untuk konstruksi mekanik
Unsur paduan untuk baja paduan yang dipergunakan bagi konstruksi
mekanik adalah Ni-Cr, Ni-Cr-Mo, Cr, Cr-Mo, Mn, dan Mn-Cr.
Baja paduan mempunyai kelebihan sebagai berikut:
1). Mempunyai mampu keras yang baik meskipun berukuran besar dapat
dikeraskan sampai kedalam. Disamping kekuatan yang lebih tinggi dan
keuletan yang lebih baik yang dihasilkan.
2). Karena mempunyai mampu keras yang lebih baik tidak perlu pendinginan
yang cepat pada pengerasannya, hal ini disebabkan rendahnya tegangan sisa.
Pada gambar 3.5 menunjukkan contoh perubahan pada sifat mekanik
untuk baja yang ditemper dan dikeraskan. Kekuatan tarik, kekerasan dan kekuatan
mulur menurun kalau temperature tempering meningkat dan harga impak
meningkat kecuali diantara daerah 200-300oC. Baja Ni-Cr-Mo sangat baik
kekuatan dan keuletan, tetapi Ni mahal; hal ini merupakan suatau pembatas, usaha
dilakukan dalam teknik produksi ini untuk mencoba menggantikannya dengan
baja Cr-Mo atau baja Cr.
III - 9
Gambar 3.5 Pengaruh penemperan pada sifat-sifat mekanik dari baja martensit
yang ditemper.
3.3.3. Pengerasan kulit
Beberapa komponen mesin mempunyai permasalahan bukan hanya dalam
soal keuletan tetapi juga dalam kelelehan yang disebabkan keausan permukaan
tegangan yang bolak balik seperti pada roda gigi. . Untuk mengatasi masalh
tersebut maka perlu kekekrasan yang lebih tinggi pada permukaan. Caranya
dengan jalan pengerasan pada permukaan atau kulit yaitu;
1. Pengarbonan
Reaksi pengarbonan dapat dijelaskan sebagai berikut :
CO2 + C(arang) 2CO
2CO + CO2 + C (larut ke dalam baja)
Pengarbonan dipakai arang yang dicampur 10% NaCO3 dan BaCO3, ke
dalam campuran baja yang akan dikeraskan, lalu dipanaskan pada 900950oC. Sehingga diperoleh permukaan baja berkadar karbon tinggi. Tetapi
permukaan baja menjadi kasar karena pemanasan yang lama, oleh karena
III - 10
itu perlu dihaluskan dengan jalan pengerasan kedua dan ditemper pada
150-200oC sebelum dipergunakan.
Selain arang sebagai bahan pengarbon dipakai juga pengarbon cair
yaitu garam cair mengandung NaCN sebagai komponen utama, dan juga
pengarbon gas seperti; butane, propana, dll. Dicampur dengan udara
dengan katalis Ni. Pada pengarbonan dengan gas dapat dikontrol kadar
karbon pada permukaan benda kerja dan dapat langsung dicelup dingin
setelah pengarbonan.
2. Penitridan
Proses ini dimaksudkan untuk membuat kulit nitride pada permukaan baja
dengan jalan menempatkan baja di dalam tungku yang dialiri gas amoniak
dan dipanaskan kira-kira 500oC. Karena baja telah dikeraskan dan
ditemper pada temperature proses yang lebih rendah daripada temperature
penemperan, maka struktur didalam tidak berubah . Baja untuk keperluan
ini mngandung Al, Cr, Te, V, Mn, dan Si, yang mempunyai afinitas kuat
dengan N.
Sekarang ini digunakan penitridan ion yaitu; tungku divakumkan diisi
dengan gas N2 atau N2+H2 pada tekanan 1-10 Torr. Penitridan adalah suatu
proses yang sangat baik dimana sukar terjadi transformasi atau perubahan
struktur dari logam induk, yang menghasilkan kulit nitride yang keras dan
sangat tahan aus
3. Pengerasan frekuensi tinggi dan pengerasan nyala api.
Baja ditempatkan dalam lilitan, dan lilitan diliri arus frekuensi tinggi
dengan demikian permukaan baja terpanaskan, kemudian baja dicelup
dingin.
Pengerasan dengan nyala api yaitu; mempergunakan api yang ditimbulkan
oleh gas oksigen asetilen untuk memanaskan permukaan baja.
3.4
cegah dengan menngunakan pelapisan atau pengecatan. Ada beberapa baja yang
III - 11
digolongkan secara metalurgi sebagai baja tahan karat austenit, baja tahan karat
ferit, baja tahan karat martensit dan baja tahan karat presipitasi.
Pengaruh unsur-unsur paduan pada ketahanan karat dari besi.
1. Cr : dipadukan dengan besi diatas 12-13%, karat yang berwarna merah
tidak terbentuk, karena adanya oksigen di udara terjadi permukaan yang
stabil sehingga disebut baja tahan karat..
2.
Kalau baja mengandung lebih dari 17% Cr akan terbentuk suatu lapisan
yang stabil . Karat pada bagian yang dilas dari baja ini disebabkan oleh
presipitasi karbida Cr dan oksidasi Cr.
III - 12
Korosi lubang
a) Korosi antar butir disebabkan presipitasi karbida Cr pada batas butir , yang
menyebabkan daerah kekurangan Cr disekitarnya, sehingga mulai terjadi
korosi. Karbida Cr berpresipitasi pada daerah temperature 500-900oC dan
paling tinggi pada 600-800oC.
b) Korosi lubang dan krevis.
Korosi lubang disebabkan oleh retakan lapisan yang pasip. Bagian yang
pecah dari lapisan menjadi rusak karena konsentrasi, yang membentuk
lubang. Kerusakan pasif disebabkan oleh adanya ion klor . Korosi yang
terjadi pada permukaan logam tanpa pertumbuhan spesifik disebut korosi
lubang, dan korosi yang menyebabkan pecahnya lapisan pasip setempat
karena kekurangan pH pada permukaan kontak dengan benda lain, disebut
korosi krevis.
Baja tahan karat austenit mengandung 2-4% Mo banyak dipakai sebagai
baja tahan korosi lubang.
c) Retakan korosi regangan
III - 13
Retakan korosi regangan ialah retakan oleh korosi local dari lapisan pasip
yang pecah karena tegangan tarik. Pada baja tahan karat austenit terjadinya
retakan korosi regangan bersamaan dengan korosi lubang. Peningkatan
dapat dilakukan dengan Ni, C dan Si yang memberikan pengaruh efektif.
Tetapi bila ada P dan N atau sedikit Mo membawa pengaruh yang jelek
4. Baja tahan karat berfasa ganda
Saat ini banyak dipakai baja berfasa ganda terdiri dari fasa austenit dan
ferit. Komposisi umumnya 25% Cr-5% Ni -1,5% Mo-0,03%C. Pada baja
berfasa ganda, termasuk baja krom tinggi yang memiliki kekurangan
kegetasan mampu las dan yang lainnya dapat diatasi dengan penambahan Ni,
N dsb. Baja tahan karat berfasa ganda mempunyai sifat bahwa fasa austenit
dan ferit masing-masing memberikan pengaruh saling menutupi, misalnya;
fasa austenit memiliki tegangan mulur yang rendah dan dapat ditingkatkan
dengan adanya fasa ferit, begitu pula keulatan yang kurang pada fasa ferit
diperbaiki oleh fasa austenit. Baja ini memiliki kekurangan pada sifat
pengerjaan panas tetapi ketahanan terhadap korosi lubang yang sangat baik
sehingga banyak digunakan untuk alat penukar panas yang memproses air
laut.
5. Pengerasan presipitasi baja tahan karat
Dengan mempergunakan ketahanan korosi yang baik dari baja tahan karat,
kekuatannya telah diperbaiki dengan pengerasan presipitasi. Menurut struktur
matriksnya baja tahan karat ini digolongkan dalam jenis martensit, austenit,
dan semi austenit. Baja ini sangat baik ketahanan korosinya dibandingkan baja
krom 18% sehingga dipergunakan untuk roda gigi, poros, pompa-pompa untuk
mengalirkan asam, katup, kulit luar dari pesawat terbang komponen mesin jet,
pegas, dsb.
3.5
Penutup
Faktor-faktor yang dapat menentukan sifat-sifat mekanik dari baja adalah ;
jenis fasa, kadar unsur paduan dalam fasa, jumlah fasa, struktur kimia yang sesuai
III - 14
dan perlakuan panas yang tepat. Baja dapat digolongkan menurut struktur kristal
dan fasa yaitu; Ferit (), Austenit (), Martensit (), dan Bainit ().
Baja dengan karbon rendah adalah produk utama dari besi dan baja. Bahan
ini dibuat dalam bentuk pelat tipis dan tebal. Pelat tipis umumnya diproduksi
untuk peralatan rumah tangga dan pelat tebal dipakai pada jembatan dan
kostruksi. Dalam memilih struktur dan mampu bentuk dari baja pelat tipis perlu
diperhatikan
a. Eksponen pengerasan regangan (n) dan perbandingan regangan plastis (r).
b. Perlakuan pengerolan temper dengan maksud meniadakan perpanjangan pada
titik mulur tetapi juga untuk meluruskan bentuk dari lembaran setelah
dilunakkan dan menghaluskan permukaan produk.
Baja yang akan digunakan untuk bahan kontruksi, harus memiliki
kekuatan dan keuletan yang memadai. Untuk mendapatkan sifat-sifat tersebut
pada baja maka perlu dilakukan yaitu;
Penambahan unsur paduan untuk baja paduan seperti; Ni-Cr, NiCr-Mo dll.
Baja tahan karat.adalah semua baja yang tidak dapat berkarat dan secara
metalurgi dapat digolongkan menjadi baja tahan karat austenit, baja tahan karat
ferit, baja tahan karat martensit, dan baja tahan karat tipe pengerasan presipitasi.
III - 15