Anda di halaman 1dari 15

BAB III

BESI DAN BAJA


Pendahuluan

Besi dan Baja paling banyak dipakai sebagai bahan industri, dimana
sebagian penggunaannya ditentukan oleh nilai ekonominya, tetapi yang paling
penting karena sifatsifatnya yang bervariasi. Mulai dari sifat yang paling lunak
dan mudah dibuat sampai yang paling keras dan tajam seperti pisau. Dari unsur
besi berbagai struktur logam dapat dibuat sehingga besi dan baja disebut bahan
yang kaya akan sifat-sifatnya.
3.1.

Struktur mikro besi dan baja


(1) Diagram fasa besi-karbon
Selain karbon pada besi, untuk baja terkandung kira-kira 0,25% Si, 0,31,5% Mn dan unsure pengotor lain seperti P, S, dsb. Karena unsure-unsur
ini tidak memberikan pengaruh pada utama pada diagram fasa, maka
diagram fasa tersebut dipergunakan tanpa menghiraukan adanya unsureunsur tersebut.
Pada paduan besi karbon terdapat fasa karbida yang disebut sementit dan
juga grafit lebih stabil daripada sementit. Berikut ini titik-titik penting
pada diagram fasa :
A: Titik cair besi
B: Titik pada cairan yang ada hubungannya dengan reaksi peritektik.
H: Larutan padat yang ada hubungan dengan peritektik. Kelarutan
karbon maksimum adalah 0,1%
J: Titik peritektik. Selama pendinginan austenit pada komposisi J, fasa
terbentuk dari larutan padat pada komposisi H dan cairan pada
komposisi B.
N: Titik transformasi dari besi besi , titik transformasi A4 dari besi
murni.

III - 1

C: Titik eutektik. Selama pendinginan fasa dengan komposisi E dan


sementit dengan pada komposisi F(6,67% C) terbentuk dari cairan pada
komposisi C. Fasa eutektik ini disebut ledeburit.
E: Titik yang menyatakan , ada hubungan dengan reaksi eutektik.
Kelarutan maksimum dari karbon 2,14%. Paduan besi karbon sampai
pada komposisi ini disebut baja.
G: Titik transformasi besi besi . Titik transformasi A3 untuk besi.
P: Titik yang menyatakan ferit, fasa , ada hubungan dengan reaksi
eutectoid. Kelarutan maksimum dari karbon kira-kira 0,02%.
S: Titik eutektoid. Selama pendinginan,ferit pada komposisi P dan
sementit pada komposisi K (sama dengan F) terbentuk simultan dari
austenit pada komposisi S. Reaksi eutektoid ini dinamakan transformasi
A1, dan fasa eutektoid ini dinamakan perlit.
GS: Garis yang menyatakan hubungan antara temperatur dan komposisi,
dimana mulai terbentuk ferit dari austenit. Garis ini disebut garis A3.
ES: Garis yang menyatakan hubungan antara temperatur dan komposisi;
dimana mulai terbentuk sementit dari austenit, dinamakan garis Acm.
A2: Titik transformasi magnetic untuk besi dan ferit .
A0 : Titik transformasi magnetic untuk sementit.

III - 2

Gambar 3.1 Diagram keseimbangan besi-karbon sebagai dasar dari bahan


yang berupa besi baja.
Baja yang berkadar karbon sama dengan komposisi eutectoid
dinamakan baja eutectoid, yang berkadar karbon kurang dari komposisi eutectoid
disebut baja hipoeutektoid, dan berkadar karbon lebih dari komposisi eutectoid
disebut baja hipereutektoid .

III - 3

(2) Perubahan struktur pada perlakuan panas


Baja dan besi diharapkan mempunyai kekuatan statik dan dinamik, ulet,
mudah diolah, tahan korosi dan mempunyai sifat elektromagnetik agar dapat
dipakai sebagai bahan untuk konstruksi mesin-mesin.
Baja dapat digolongkan menurut jenis kristal dan perlakuan panas yaitu:
1). Ferit () pada temperature kamar dalam keseimbangan dapat diproses menjadi
berbagai struktur dengan jalan perlakuan panas. Ferit mempunyai sel satuan
kubus pusat badan atau body centered cubic (bcc), dan menjadi getas pada
temperature rendah.(dingin).
2). Austenit () mempunyai sel satuan kubus muka atau face centered cubic(fcc)
dan tidak getas pada temperature yang rendah.(dingin).Akan tetapi pada
temperature rendah pengerjaannya akan membentuk fasa .
3). Martensit () adalah fasa larutan padat lewat jenuh dari karbon dalam sel
satuan tetragonal atau body centered tetragonal (bct). Makin tinggi derajat
kelewatan jenuhan karbon, makin keras dan makin getas martensit tersebut.
4). Bainit () mempunyai sifat-sifat antara martensit dan ferit.
Berdasarkan jenis fasa, kadar unsur paduan dalam fasa, jumlah fasa,
struktur kimia yang sesuai dan perlakuan panas yang tepat merupakan faktorfaktor yang diperlukan untuk mendapatkan sifat-sifat mekanik yang diinginkan
pada baja.
Berikut ini beberapa metode perlakuan panas yang lazim dilakukan:
1.

Pengerasan (hardening)

Pada proses ini , baja dipanaskan dari 30 s/d 50 oC diatas suhu kritis atas (untuk
baja-baja hypo-eutectoid) dan pada suhu yang sama diatas suhu kritis bawah
(untuk baja-baja hyper-eutectoid). Baja dipanaskan pada temperatur ini untuk
beberapa saat kemudian dicelupkan dalam media seperti air, minyak, atau brine.
Semakin lama pencelupan, maka makin keras struktur baja yang dihasilkan.
Untuk pengerasan, baja dan paduannya biasanya dipanaskan sampai 1100 oC s/d
1300oC, yang diikuti pendinginan dengan udara yang mengalir.

III - 4

2.

Tempering

Baja yang dikeraskan dengan pencelupan secara cepat memiliki sifat brittle, keras,
dan mengandung tegangan internal yang terdistribusi tidak merata. Tempering
adalah proses pemanasan ulang terhadap baja yqang dikeraskan pda suhu dibawah
suhu kritis (700oC). Baja dipanaskan pada suhu tersebut untuk beberapa saat
kemudian dicelupkan dalam air , minyak, atau brine. Tujuan dari proses ini adalah
untuk

menghilangkan

tegangan-tegangan

internal

yang

dihasilkan

pada

pengerasan sehingga baja menjadi sedikit brittle, dan lebih lunak.


3.

Annealing

Tujuan dari annealing adalah :

Menghilangkan tegangan internal

Membuat lunak

dan menambah keliatan (ductility), ketangguhan (toughness) dan sifat-sifat


mekanik lainnya.

Proses annealing meliputi pemanasan baja pada suhu 30-50oC diatas suhu kritis
atas untuk baja hypo-eutectoid. Baja dipanaskan pada suhu tersebut untuk
beberapa lama dan kemudian didinginkan secara lambat di dalam furnace. Untuk
menghindari terjadinya dekarburisasi terhadap baja selama proses annealing,
maka baja diletakkan didalam suatu kotak dari bahan besi cor berisi campuran
dari arang kayu, kapur atau pasir.
4.

Normalising

Normalising bertujuan untuk :


1) memperbaiki struktur ukuran partikel baja
2) menghilangkan tegangan-tegangan yang disebabkan karena proses
pengerjaan dingin seperti : pemukulan (hammering), pembengkokan atau
pengerolan (bending atau rolling) dsb.
Proses normalising meliputi baja pada suhu 30-50C di atas suhu kritis selama
kira-kira 15 menit dan kemudian pendinginan dengan udara tenang.

III - 5

3.2

Baja karbon rendah bentuk pelat.


Baja karbon rendah merupakan produk utama dalam produksi besi dan

baja. Baja jenis ini dibuat dalam bentuk pelat tipis sebagai bahan peralatan rumah
tangga dan pelat tebal dipakai untuk jembatan dan konstruksi.
3.2.1. Struktur dan mampu bentuk baja pelat tipis
Penggunaan utama baja pelat tipis yang dirol panas, dilunakkan, dirol
dingin dan dilunakkan adalah untuk benda yang dibentuk dengan pres.
Pembentukan dengan pres terdiri dari pengguntingan dan pembentukan, dimana
pengepresan merupakan proses utama. Sifat-sifat penting yaitu : regangan pada
titik mulur, titik tarik, regangan uniform dan regangan setempat yang didapat
dengan pengujian tarik biasa.
Eksponen pengerasan regangan (n) dan perbandingan regangan plastis (r). Makin
besar n makin baik mampu bentuknya. Baja pelat dirol dingin umumnya n=0,180,25. contoh; bejana berbentuk selinder dari bahan bulat tipis(blank).
3.2.2. Pemilihan baja pelat tipis dengan mampu bentuk baik
Ukuran butiran memberikan pengaruh yang jelas pada harga r . Makin
kecil nomor ukuran butir makin besar butir kristal maka makin tinggi harga r
kalau butiran makin besar. Makin besar ukuran butir makin kecil kekuatan mulur,
jadi bukan hanya harga r saj tetapi juga harga n cenderung menjadi lebih baik,
tetapi bila ukuran butir menjadi sangat besar, maka pembentukan permukaan
menjadi kasar, disebut kulit jeruk.

III - 6

Gambar 3.2 Hubungan antara harga r dengan ukuran butiran


Penarikan dalam pelat baja tipis, menghasilkan titik mulur berbentuk pola
tertentu yang disebut regangan pembentang (stretcher strain) , jadi pelat baja tipis
bagi proses penarikan diolah lebih dulu

dengan pengerolan ringan setelah

pelunakan, yang disebut pengerolan temper (temper rolling). (lihat gambar 3.3)
Lembaran baja tipis yang dapat dibentuk secara baik, maksimum mengandung
0,18% karbon, tetapi karena kadar karbon membuat harga r menurun, maka
sebaiknya kadar karbon diturunkan sampai kira-kira 0,03% .

Gambar 3.3 Pengerolan temper

III - 7

3.3

Penggunaan baja untuk kekuatan dan keuletan


Pemilihan baja yang akan dipakai sebagai bahan konstruksi ialah kekuatan

dan keuletan yang memadai. Satu dari sekian sifat-sifat baja yang penting ialah
kekuatan, tetapi pada umumnya apabila kekuatan ditingkatkan, keuletan menurun
sehingga kekuatan yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan pada saat
benturan.
3.3.1. Kekerasan baja setelah dicelup dingin dan mampu keras
Kekerasan baja setelah dicelup dingin terutama tergantung pada kadar
karbonnya. Kekerasan baja setelah dicelup dingin meningkat hampir berbanding
lurus dengan kadar karbon sampai 0,6% selanjutnya peningkatan gradien lebih
kecil kalau kadar karbon meningkat.

Gambar 3.4

Hubungan antara kekerasan baja setelah dicelup dingin dan


dinormalkan dengan kadar karbon.

Untuk memberikan kekuatan dan keuletan pada baja, pertama-tama


dikeraskan dengan dicelup dingin. Mampu keras adalah sifat yang menunjukkan

III - 8

bahwa baja dikeraskan dalam keadaan tertentu, dan pada beberapa dari permukaan
yang didinginkan strukturnya menjadi martensit. Pengaruh kadar karbon pada laju
pendinginan kritis adalah jika kadar karbon meningkat, maka mampu keras
menjadi lebih baik dan mencapai tertinggi pada 0,8-0,9% C. Baja komersial
mempunyai mampu keras yang lebih baik karena mengandung Si, Mn, dan unsurunsur lain.
Unsur Co : menurunkan laju pendinginan kritis dan memperbaiki mampu keras
dengan penambahan sekurang-kurangnya sampai jumlah tertentu.
Unsur Mn, Cr, Mo, Ni, Si, dsb: memperbaiki mampu keras yang lebih baik
dengan kadar yang lebih.
Unsur Ti, V, Zr, W, U, dsb: penambahan yang berlebihan menurunkan mampu
keras.
Unsur Be: penambahan yang sedikit sangat memperbaiki mampu keras, tetapi
tidak pernah dipakai karena mahal dan beracun.
3.3.2. Baja paduan untuk konstruksi mekanik
Unsur paduan untuk baja paduan yang dipergunakan bagi konstruksi
mekanik adalah Ni-Cr, Ni-Cr-Mo, Cr, Cr-Mo, Mn, dan Mn-Cr.
Baja paduan mempunyai kelebihan sebagai berikut:
1). Mempunyai mampu keras yang baik meskipun berukuran besar dapat
dikeraskan sampai kedalam. Disamping kekuatan yang lebih tinggi dan
keuletan yang lebih baik yang dihasilkan.
2). Karena mempunyai mampu keras yang lebih baik tidak perlu pendinginan
yang cepat pada pengerasannya, hal ini disebabkan rendahnya tegangan sisa.
Pada gambar 3.5 menunjukkan contoh perubahan pada sifat mekanik
untuk baja yang ditemper dan dikeraskan. Kekuatan tarik, kekerasan dan kekuatan
mulur menurun kalau temperature tempering meningkat dan harga impak
meningkat kecuali diantara daerah 200-300oC. Baja Ni-Cr-Mo sangat baik
kekuatan dan keuletan, tetapi Ni mahal; hal ini merupakan suatau pembatas, usaha
dilakukan dalam teknik produksi ini untuk mencoba menggantikannya dengan
baja Cr-Mo atau baja Cr.

III - 9

Gambar 3.5 Pengaruh penemperan pada sifat-sifat mekanik dari baja martensit
yang ditemper.
3.3.3. Pengerasan kulit
Beberapa komponen mesin mempunyai permasalahan bukan hanya dalam
soal keuletan tetapi juga dalam kelelehan yang disebabkan keausan permukaan
tegangan yang bolak balik seperti pada roda gigi. . Untuk mengatasi masalh
tersebut maka perlu kekekrasan yang lebih tinggi pada permukaan. Caranya
dengan jalan pengerasan pada permukaan atau kulit yaitu;
1. Pengarbonan
Reaksi pengarbonan dapat dijelaskan sebagai berikut :
CO2 + C(arang) 2CO
2CO + CO2 + C (larut ke dalam baja)
Pengarbonan dipakai arang yang dicampur 10% NaCO3 dan BaCO3, ke
dalam campuran baja yang akan dikeraskan, lalu dipanaskan pada 900950oC. Sehingga diperoleh permukaan baja berkadar karbon tinggi. Tetapi
permukaan baja menjadi kasar karena pemanasan yang lama, oleh karena

III - 10

itu perlu dihaluskan dengan jalan pengerasan kedua dan ditemper pada
150-200oC sebelum dipergunakan.
Selain arang sebagai bahan pengarbon dipakai juga pengarbon cair
yaitu garam cair mengandung NaCN sebagai komponen utama, dan juga
pengarbon gas seperti; butane, propana, dll. Dicampur dengan udara
dengan katalis Ni. Pada pengarbonan dengan gas dapat dikontrol kadar
karbon pada permukaan benda kerja dan dapat langsung dicelup dingin
setelah pengarbonan.
2. Penitridan
Proses ini dimaksudkan untuk membuat kulit nitride pada permukaan baja
dengan jalan menempatkan baja di dalam tungku yang dialiri gas amoniak
dan dipanaskan kira-kira 500oC. Karena baja telah dikeraskan dan
ditemper pada temperature proses yang lebih rendah daripada temperature
penemperan, maka struktur didalam tidak berubah . Baja untuk keperluan
ini mngandung Al, Cr, Te, V, Mn, dan Si, yang mempunyai afinitas kuat
dengan N.
Sekarang ini digunakan penitridan ion yaitu; tungku divakumkan diisi
dengan gas N2 atau N2+H2 pada tekanan 1-10 Torr. Penitridan adalah suatu
proses yang sangat baik dimana sukar terjadi transformasi atau perubahan
struktur dari logam induk, yang menghasilkan kulit nitride yang keras dan
sangat tahan aus
3. Pengerasan frekuensi tinggi dan pengerasan nyala api.
Baja ditempatkan dalam lilitan, dan lilitan diliri arus frekuensi tinggi
dengan demikian permukaan baja terpanaskan, kemudian baja dicelup
dingin.
Pengerasan dengan nyala api yaitu; mempergunakan api yang ditimbulkan
oleh gas oksigen asetilen untuk memanaskan permukaan baja.
3.4

Baja Tahan Karat


Salah satu cacat pada penggunaan baja adalah terjadinya karat, yang dapat

cegah dengan menngunakan pelapisan atau pengecatan. Ada beberapa baja yang

III - 11

digolongkan secara metalurgi sebagai baja tahan karat austenit, baja tahan karat
ferit, baja tahan karat martensit dan baja tahan karat presipitasi.
Pengaruh unsur-unsur paduan pada ketahanan karat dari besi.
1. Cr : dipadukan dengan besi diatas 12-13%, karat yang berwarna merah
tidak terbentuk, karena adanya oksigen di udara terjadi permukaan yang
stabil sehingga disebut baja tahan karat..
2.

Kalau baja mengandung lebih dari 17% Cr akan terbentuk suatu lapisan
yang stabil . Karat pada bagian yang dilas dari baja ini disebabkan oleh
presipitasi karbida Cr dan oksidasi Cr.

3. Ni dipadukan pada besi, kehilangan berat yang disebabkan korosi dalam


asam berkurang sehingga korosi bias diperbaiki.
Baja tahan karat adalah baja paduan yang memanfaatkan keefektifan unsur
paduan tersebut seperti Cr dan Ni dan dapat dibagi menjadi system Fe-Cr dan FeCr-Ni.
Baja tahan karat martensit dan ferit yang pertama diidentifikasi sebagai baja tahan
karat dan terakhir adalah austenit. Penggunaan Cu, Mo dll, pada baja untuk
memenuhi maksud tertentu.
3.4.1. Pemilihan baja tahan karat
1. Baja tahan karat martensit
Komposisi baja tahan martensit adalah 12-13% Cr dan 0,1-0,3 C. Kadar Cr
sebanyak ini merupakan batas terendah untuk ketahanan terhadap asam,
oleh karena itu sukar berkarat di udara dan ketahanan karat pada suatu
larutan juga cukup. Sampai 500 oC, baja ini banyak dipakai karena
ketahannnya terhadap panas dan melalui pengerasan dan penemperan
sehingga baja ini memiliki sifat mekanik yang baik.
2. Baja tahan karat ferit
Baja tahan karat ferit adalah baja yang terutama mengandung Cr sekitar
16-18% atau lebih. Kebanyakan komponen dibuat dari pelat tipis dan bila
berada dalam air netral dapat terjadi korosi lubang. Ketahanan terhadap
korosi lubang meningkat bila ditambahkan Cr dan Mo dan lebih baik lagi
dengan Ni tetapi lebih mahal. Untuk penggunaannya; 18%Cr-1%Mo, 18-

III - 12

19%Cr-2%Mo pada perangkat luar mobil dan komponen pemanas air.


Sedangkan untuk persyaratan yang lebih tinggi dapat dipakai baja 26%Cr
-1%Mo, dsb.
Baja tahan karat ferit 18%Cr bersifat getas dan keuletannya tergantung
kadar C dan N. Perkembangan teknik pembuatan baja sekarang ini, maka
dibuat baja 18-19%Cr dengan kadar C+N<0,02% yang memiliki prospek
permintaan untuk masa akan datang.
3. Baja tahan karat austenit
Baja tahan karat austenit adalah baja 18%Cr-8%Ni , mampu bentuk dan
las, serta ketahanan korosinya yang baik.
Baja tahan karat austenit memiliki ketahanan korosi tetapi harus hati-hati pada
penggunaannya karena kekurangannya yaitu :

Korosi antar butir

Korosi lubang

Retakan korosi tegangan

a) Korosi antar butir disebabkan presipitasi karbida Cr pada batas butir , yang
menyebabkan daerah kekurangan Cr disekitarnya, sehingga mulai terjadi
korosi. Karbida Cr berpresipitasi pada daerah temperature 500-900oC dan
paling tinggi pada 600-800oC.
b) Korosi lubang dan krevis.
Korosi lubang disebabkan oleh retakan lapisan yang pasip. Bagian yang
pecah dari lapisan menjadi rusak karena konsentrasi, yang membentuk
lubang. Kerusakan pasif disebabkan oleh adanya ion klor . Korosi yang
terjadi pada permukaan logam tanpa pertumbuhan spesifik disebut korosi
lubang, dan korosi yang menyebabkan pecahnya lapisan pasip setempat
karena kekurangan pH pada permukaan kontak dengan benda lain, disebut
korosi krevis.
Baja tahan karat austenit mengandung 2-4% Mo banyak dipakai sebagai
baja tahan korosi lubang.
c) Retakan korosi regangan

III - 13

Retakan korosi regangan ialah retakan oleh korosi local dari lapisan pasip
yang pecah karena tegangan tarik. Pada baja tahan karat austenit terjadinya
retakan korosi regangan bersamaan dengan korosi lubang. Peningkatan
dapat dilakukan dengan Ni, C dan Si yang memberikan pengaruh efektif.
Tetapi bila ada P dan N atau sedikit Mo membawa pengaruh yang jelek
4. Baja tahan karat berfasa ganda
Saat ini banyak dipakai baja berfasa ganda terdiri dari fasa austenit dan
ferit. Komposisi umumnya 25% Cr-5% Ni -1,5% Mo-0,03%C. Pada baja
berfasa ganda, termasuk baja krom tinggi yang memiliki kekurangan
kegetasan mampu las dan yang lainnya dapat diatasi dengan penambahan Ni,
N dsb. Baja tahan karat berfasa ganda mempunyai sifat bahwa fasa austenit
dan ferit masing-masing memberikan pengaruh saling menutupi, misalnya;
fasa austenit memiliki tegangan mulur yang rendah dan dapat ditingkatkan
dengan adanya fasa ferit, begitu pula keulatan yang kurang pada fasa ferit
diperbaiki oleh fasa austenit. Baja ini memiliki kekurangan pada sifat
pengerjaan panas tetapi ketahanan terhadap korosi lubang yang sangat baik
sehingga banyak digunakan untuk alat penukar panas yang memproses air
laut.
5. Pengerasan presipitasi baja tahan karat
Dengan mempergunakan ketahanan korosi yang baik dari baja tahan karat,
kekuatannya telah diperbaiki dengan pengerasan presipitasi. Menurut struktur
matriksnya baja tahan karat ini digolongkan dalam jenis martensit, austenit,
dan semi austenit. Baja ini sangat baik ketahanan korosinya dibandingkan baja
krom 18% sehingga dipergunakan untuk roda gigi, poros, pompa-pompa untuk
mengalirkan asam, katup, kulit luar dari pesawat terbang komponen mesin jet,
pegas, dsb.
3.5

Penutup
Faktor-faktor yang dapat menentukan sifat-sifat mekanik dari baja adalah ;

jenis fasa, kadar unsur paduan dalam fasa, jumlah fasa, struktur kimia yang sesuai

III - 14

dan perlakuan panas yang tepat. Baja dapat digolongkan menurut struktur kristal
dan fasa yaitu; Ferit (), Austenit (), Martensit (), dan Bainit ().
Baja dengan karbon rendah adalah produk utama dari besi dan baja. Bahan
ini dibuat dalam bentuk pelat tipis dan tebal. Pelat tipis umumnya diproduksi
untuk peralatan rumah tangga dan pelat tebal dipakai pada jembatan dan
kostruksi. Dalam memilih struktur dan mampu bentuk dari baja pelat tipis perlu
diperhatikan
a. Eksponen pengerasan regangan (n) dan perbandingan regangan plastis (r).
b. Perlakuan pengerolan temper dengan maksud meniadakan perpanjangan pada
titik mulur tetapi juga untuk meluruskan bentuk dari lembaran setelah
dilunakkan dan menghaluskan permukaan produk.
Baja yang akan digunakan untuk bahan kontruksi, harus memiliki
kekuatan dan keuletan yang memadai. Untuk mendapatkan sifat-sifat tersebut
pada baja maka perlu dilakukan yaitu;

Pengerasan dengan dicelup dingin,

Penambahan unsur paduan untuk baja paduan seperti; Ni-Cr, NiCr-Mo dll.

Pengerasan kulit melalui pengarbonan, penitridan, pengerasan


frekuensi tinggi dan pengerasn nyala api.

Baja tahan karat.adalah semua baja yang tidak dapat berkarat dan secara
metalurgi dapat digolongkan menjadi baja tahan karat austenit, baja tahan karat
ferit, baja tahan karat martensit, dan baja tahan karat tipe pengerasan presipitasi.

III - 15

Anda mungkin juga menyukai