(KKM)
sebagai
dasar
dalam
evaluasi/penilaian
hasil
pembelajaran. Hal ini dilakukan karena hampir 85% lebih guru tidak
paham dengan penentuan KKM. Agar semua guru paham dengan konsep
dan tata cara penentuan KKM, maka kami memprogramkan pelatihan
dalam bentuk IHT (In House Training) yang diharapkan dapat
memberikan pengetahuan kepada seluruh guru tentang Kriteria
Ketuntasan Minimal. IHT ini diselenggarakan di sekolah dengan
melibatkan seluruh guru dan pengawas pembina sebagai pendamping
selama dua hari dengan memanfaatkan waktu setelah pulang sekolah.
Persiapan yang dilakukan adalah membuat Surat undangan, ruangan yang
akan digunakan, perangkat multimedia yang diperlukan, jadwal
pelaksanaan IHT, materi yang akan di sampaikan pada saat pelatihan,
pemateri (Kepala Sekolah/peserta OJL), konsumsi dan lain.lain.
Anggaran yang dibutuhkan seluruhnya ditanggung oleh Kepala Sekolah
dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah.
22
23
b. Pelaksanaan
Tema Rencana tindak kepemimpinan yang dilaksanakan yaitu
Upaya meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun Kriteria
Ketuntasan Minimal melalui In House Training yang diikuti oleh 13
orang guru sebagai peserta.
Pelaksanaan IHT diawali dengan pembukaan, dilanjutkan dengan
penyampaian materi tentang konsep KKM, penentuan kompleksitas, daya
dukung dan intake siswa pada setiap kompetensi dasar. Setelah
penyampaian materi, peserta diminta unttuk menganalisis 3 komponen
KKM pada masing-masing indikator di tiap kompetensi dasar. Hasil
analisis kemudian dipresentasikan di depan kelas.
Pada hari kedua peserta di minta untuk menentukan KKM tiap-tiap
kompetensi dasar pada masing-masing mata pelajaran. Dari tiap
kompetensi dasar, akan di dapat KKM untuk tiap Standar Kompetensi
yang pada akhirnya akan mendapatkan KKM untuk tiap mata pelajaran.
c. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dilaksanakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari
kegiatan penentuan KKM diawali dengan penentuan KKM pada setiap
mata pelajaran. Kegiatan monitoring dan evaluasi melibatkan kepala
sekolah dan pengawas pembina. Instrumen monitoring dan evaluasi
diberikan setelah kegiatan dilaksanakan untuk mengukur kemampuan
calon kepala sekolah dalam merencanakan, melaksanakan sampai pada
hasil yang dicapai pada kegiatan IHT.
24
d. Refleksi
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, guru-guru di SMP
Alhilaal Sanana masih banyak yang bingung dengan penentuan KKM
mata pelajaran. Ada beberapa yang setelah menghitung nilai KKM
menggunakan angka pada indikator di setiap kompetensi dasar, telah
beranggapan bahwa itu sudah merupakan nilai KKM. Padahal mereka
tidak memperhatikan standar kompetensi pada yang ada pada tiap-tiap
mata pelajaran.
e. Hasil yang Diperoleh
Dari hasil monitoring dan evaluasi, pada pelaksanaan kegiatan IHT,
di dapat hasil yang baik dengan presentasi sebesar 80,76%. Sedangkan
hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan calon kepala sekolah
terhadap guru-guru dalam menentukan KKM dengan mengisi instrumen
monev dan menilai KKM yang telah dibuat guru adalah sebagai berikut:
No
Nama Guru
Perolehan Nilai
Ket
67,85
Hartati, S.Ag
80,36
Mahmud Yoisangadji
66,07
62,50
60,71
67,85
Sartini Mahmud, SS
67,85
82,14
60,71
10
67,85
25
11
66,07
12
78,57
13
64,29
ANGKA
HURUF
KETERANGAN
86 100
Sangat Baik
71 85
Baik
56 70
Cukup
< 55
Kurang
26
dilakukan
melalui
observasi
kegiatan
dengan
27
d. Refleksi
Berdasarkan hasil instrumen monitoring yang dilakukan terhadap
10 orang guru yang terbukti dapat meningkatkan kemampuannya dalam
menetapkan KKM mata pelajaran. Hal ini menandakan bahwa dengan
pendampingan yang dilakukan oleh calon kepala sekolah dapat
membantu guru-guru dalam mengatasi kesulitannya dalam menetapkan
KKM mata pelajaran yang diampunya.
e. Hasil yang Diperoleh
Dari kegiatan pendampingan yang dilakukan kepada 10 orang guru,
dapat disajikan hasilnya pada tabel berikut ini :
No
Nama Guru
Perolehan Nilai
Ket
71,43
Mahmud Yoisangadji
82,14
78,57
89,29
73,21
Sartini Mahmud, SS
78,57
80,36
82,14
83,93
10
78,57
f. Kesimpulan
Pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ada kemajuan yang
didapatkan setelah dilakukannya pendampingan. Dari 10 orang yang
tadinya masuk pada kategori C sekarang tinggal 2 orang saja yang masih
28
di kategori yang sama, namun jika dilihat dari nilai yang diperoleh ada
kemajuan dari 67,85 menjadi 71,43 dan dari 67,85 menjadi 73,21.
B. Supervisi Guru Junior
Salah satu tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik.
Setiap kepala sekolah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik
yang meliputi : pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensidimensi substansi supervisi akademik. Sasaran supervisi akademik adalah
kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Kegiatan
tentang
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran,
29
kerja.
Hasil
pekerjaan
masing-masing
kelompok
di
30
31
Dari pengamatan siklus 1 dan siklus 2, untuk guru junior a.n Hartati, S.Ag
pada observasi kelas ada peningkatan yang signifikan yaitu dari 65,2%
menjadi 76,3% dari klasifikasi C (Cukup) menjadi klasifikasi B (Baik)
Dari hasil wawancara dengan keduanya terlihat ada kepuasan, walaupun
belum sempurna, bahkan setelah kegiatan ini guru junior lebih antusias agar
program supervisi ini berkesinambungan, dengan supervisi akademik guru
junior merasakan adanya manfaat yang mereka rasakan, a) dalam
penyusunan RPP, b) pelaksanaan proses pembelajaran. Sehingga dapat
menigkatan kompetensi mereka.
C. Penyusunan Perangkat Pembelajaran
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Penyusunan perangkat pembelajaran merupakan hal penting yang harus
dilakukan oleh guru sebelum pelaksanaan proses pembelajaran. Perangkat
pembelajaran meliputi : 1). Analisa keterkaitan Standar Kompotensi dengan
Kompetensi Dasar, serta Indikator Pencapaian Kompetensi, 2) Silabus, 3)
program tahunan, dan 5) RPP.
Calon kepala sekolah juga adalah seorang guru karenanya dalam
menjalankan kewajibannya sebagai seorang guru, calon kepala sekolah juga
dituntut untuk menyusun RPP sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.
Bahkan karena calon kepala sekolah adalah calon pemimpin yang sedang
dilatih, ia harus lebih memahami dan memberikan contoh kepada rekan guru
lainnya dalam menyusun perangkat pembelajaran.
32
sekolah juga menyusun RPP sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.
Sebagai langkah awal dalam menyusun RPP adalah penulisan data sekolah,
mata pelajaran, dan kelas/semester, alokasi waktu. Dan sesuai dengan
program semester yang telah dibuat sebelumnya, bertepatan dengan materi
ajar Dasar-dasar penggunaan Internet/Intranet aloksi waktu 2 x 40 menit ( 2
jam pelajaran )
Penentuan SK dan KD diambil dari silabus untuk penentuan indikator
disesuaikan dengan SK, KD dan cakupan materi yang akan disampiakan. Alat
dan sumber belajar juga disesuaikan dengan kondisi dilapangan, dimana di
sekolah kami berapa guru telah memanfaatkan TIK dalam penyampaian
proses pembelajaran. Untuk langkah-langkah pembelajaran diawali dengan
pendahuluan
(memberi
salam,
mengecek
kehadiran
peserta
didik,
33
Peserta
didik
dibagi
dalam
beberapa
kelompok,
kemudian
34
bahan ajar. Seperti yang diuraikan di atas tentang pengertian bahan ajar dan
dasar pengembangan bahan ajar, diantaranya adalah ketersediaan bahan
sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan ajar yang dikembangkan harus
sesuai dengan kurikulum, karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang
dikembangkan dapat disesuiakan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran.
Maka pengembangan bahan ajar yang dilakukan guru akan sangat
bermanfaat.
3. Instrumen Penilaian
Penilaian memang peranan yang penting dalam pembelajaran. Penilaian
berfungsi untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran.
Kurikulum KTSP memberlakukan sistem autentik dalam penilaiannya, artinya
penilaian pembelajaran yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Dalam RPP instrumen penilaian ada dibagian paling akhir, untuk
keperluan On the Job Learning (OJL) calon kepala sekolah juga melakukan
penyusunan instrumen penilaian.
D. Pengkajian Aspek Manajerial
Dalam mengkaji 9 aspek manajerial, sebagai langkah persiapan calon
kepala sekolah menyiapkan beberapa dokumen, 1) Bahan ajar yang didapat
berupa modul pada kegiatan In-Service 1. 2) Untuk mencari kondisi ideal
digunakan atau berpedoman pada Permendiknas/Permendikbud sesuai dengan
aspek kajian manajerial. 3) Instrumen kajian 9 aspek manajerial yang akan
dijadikan panduan mencari informasi dari pemegang jabatan di sekolah, dan 4)
35
36
mengandalkan dari dana BOS dan Dana Rutin, sementara dana BOS dan
dana rutin peruntukannya sudah ditentukan pengalokasiannya, tidak bisa
digunakan seperti mendistribusikan dana yang bersumber dari masyarakat
sehingga solusi menghadapi peraturan daerah tersebut adalah Sekolah
melakukan pengolahan keuangan secara efektif dan efisien, dimana
pembiayaan lebih difokuskan kepada kegiatan sekolah yang dianggap sangat
penting dan diprioritaskan. Namun karena minimnya jumlah dana yang
diterima, banyak hal yang tidak dapat disediakan untuk memenuhi 8 standar
nasional pendidikan.
3. Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pada sekolah magang 1 (SMP Alhilaal Sanana), perencanaan
pemenuhan kebutuhan tenaga guru dan administrasi belum dibuat. Sekolah
belum memiliki perencanaan dalam memenuhi standar untuk guru dan
tenaga kependidikan. Rata-rata guru telah berijazah S-1 dan mengajar sesuai
dengan latar belakang pendidikannya. Namun ada 4 orang guru yang latar
belakang pendidikannya berbeda dengan mata pelajaran yang diampunya.
Yang belum terpenuhi di sekolah magang 1 yaitu ketersediaan guru konselor
yang sesuai standar.
Pada sekolah magang 2, keadaannya hampir sama dengan sekolah
magang 1. Ada 4 orang guru yang belum berijazah S-1, tetapi dua
diantaranya sedang menyelesaikan pendidikan S1-nya. Kepala sekolah telah
bersertifikat pendidik, dengan kualifikasi akademik S-1. Jumlah guru
dengan rombel masih kekurangan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris,
37
38
39
6. Pengelolaan Kurikulum
SMP Alhilaal Sanana merupakan sekolah imbas Kurikulum KTSP
2013. Namun kurikulum yang berlaku dan digunakan sekarang adalah
KTSP. Dokumen 1 dan dokumen 2 disusun masih mengikuti standar dari
contoh kurikulum yang ada, belum berdasarkan kebutuhan dan hasil
analisis. Sedangkan pada SMP Negeri 1 Sanana, kurikulum yang berlaku
adalah Kurikulum 2013 untuk kelas VII, sedangkan kelas VIII dan IX
menggunakan KTSP 2006. Dokumen kurikulum yang baru dibuat dan
disusun adalah KTSP 2006, sementara kurikulum 2013 masih dalam
penyempurnaan.
7. Pengelolaan Peserta Didik
Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan peserta didik
kemudian mengkaji pengelolaan peserta didik sekolah tempat magang,
penulis memiliki pemahaman tentang perencanaan dan penerimaan peserta
didik baru. Kegiatan pembinaan peserta didik sebagaimana diatur dalam
permendiknas nomor 39 tahun 2008 tentang pembinaan dimaksud adalah :
1. Pembinaan budi pekerti luhur atau akhlak mulia;
2. Melaksanakan tata tertib sekolah;
3. Melaksanakan gotong royong dan kerja bakti (bakti sosial);
4. Melaksanakan norma-norma yang berlaku dan tatakrama pergaulan;
5. Menumbuhkembangkan kesadaran untuk rela berkorban terhadap
sesama;
40
6. Melaksanakan
kegiatan
7K
(Keamanan,
kebersihan,
ketertiban,
41
42
sehingga Kepala Sekolah memberikan ruang dan waktu yang sebaikbaiknya kepada penulis.
Penulis juga meminta kesiapan beberapa orang guru dan pegawai untuk
diwawancara serta menentukan pelaksanaan wawancara tersebut.
B. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan penulis berusaha mempelajari kompetensi sosial yang
dimiliki oleh kepala sekolah dengan cara melakukan wawancara kepada
kepala sekolah dan beberapa orang guru.
C. Hasil
Hasil dari wawancara kepada kepala sekolah dan beberapa guru, maka dapat
di simpukan bahwa kompetensi sosial yang dimiliki Kepala SMP Negeri 1
Sanana cukup tinggi dan bisa dijadikan sebagai pembelajaran yang berarti
bagi penulis sebagai calon kepala sekolah.
Dari hasil wawancara kami berkesimpulan bahwa komunikasi yang
intens dapat membangun hubungan yang baik dengan semua warga sekolah
maupun stakeholder yang ada pada satu sekolah. Tentunya sifat mengayomi,
melindungi, perhatian yang membuat hubungan kedekatan emosional kepala
sekolah dengan seluruh warga sekolah dapat terjaga dengan baik.
Pada akhirnya, setelah melakukan On the Job Learning (OJL) pada
SMP Negeri 1 Sanana, penulis mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat
bagaimana memupuk jiwa sosial sebagai seorang pimpinan terhadap
bawahannya maupun dilingkungan tempat kita bekerja. Salah satu hal yang
bisa penulis terapkan dalam peningkatan kompetensi sosial dimasa yang
akan datang adalah membangun komunikasi yang baik dengan seluruh warga
sekolah maupun stakeholder yang ada sehingga suasana kekeluargaan dapat
terjalin dengan baik di lingkungan sekolah.