mempunyai
masalah
kesehatan/
keperawatan
karena
C. Konsep Dewasa
Masa Dewasa atau kematangan yaitu kestabilan emosi, mampu
mengendalikan perasaan, kesadaran realitas yang tinggi, bersikap toleran
terhadap orang lain, optimis, memiliki rasa tanggung jawab terhadap
kesejahteraan hidup dirinya sendiri dan orang lain (keluarganya apabila ia
sudah
berumah
tangga),
berperilaku
sesuai
norma
atau
nilai-nilai,
b) Etiologi
post
primer. Pada
tuberkulosis
primer
penularan
e) Cara Penularan
Factor lain adalah kondisi rumah lembab karena cahaya matahari dan
udara tidak bersirkulasi dengan baik sehingga bakteri tuberculosis
f) Pengobatan
Pengobatan Tuberkulosis Paru mempunyai tujuan :
1) Menyembuhkan klien dengan gangguan seminimal mungkin; 2)
Mencegah kematian klien yang sakit sangat berat; 3) Mencegah kerusakan
paru lebih luas dan komplikasi yang terkait; 4) Mencegah kambuhnya
penyakit; 5) Mencegah kuman TBC menjadi resisten; 6) Melindungi
keluarga dan masyarakat terhadap infeksi (Crofton, Norman & Miller,
2002).
Sistem pengobatan klien tuberkulosis paru dahulu, seorang klien
harus disuntik dalam waktu 1-2 tahun. Akibatnya klien menjadi tidak sabar
dan bosan untuk berobat. Sistem pengobatan sekarang, seorang klien
diwajibkan minum obat selama 6 bulan. Jenis obat yang harus diminum
harus disesuaikan dengan kategori pengobatan yang diberikan (Depkes RI,
1997).
Terapi obat yang dilakukan sekarang dengan terapi jangka pendek
selama enam bulan dengan jenis obat INH atau Isoniasid (H), Rifampicin
(R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E), dan Streptomisin (Soeparman, 1990).
Paduan obat anti tuberkulosis tabel 1 adalah paduan yang digunakan dalam
program nasional penanggulangan tuberkulosis dan dikemas dalam bentuk
paket kombipak (Depkes RI, 2002). Paduan pengobatan terbaru dengan
K
ategori
I
Tahap
Untuk
Klien
p Intensif
2HR
Lanjutan
4H3R
Tuberkulosis
TBC Paru
ZE
Ro
(+)
kerusakan
2HR
ZES
atau
5H3R
3E3
1HRZE
TBC paru
BTA (+), gagal
TBC paru
BTA
pengobatan
(+),
ulang
III
2HR
Z
TBC paru
4H3R
3
Keterangan :
H : INH; R : Rifampicin; E : Etambutol; Z : Pirasinamid; S :
Streptomisin (Depkes, RI, 2002)
Angka yang berada di depan menunjukkan lamanya minum obat
dalam bulan, sedangkan angka di belakang huruf menunjukkan berapa kali
dalam seminggu obat tersebut diminum. Sebagai contoh 2HRZ artinya
INH, Rifampicin dan Pirasinamid diminum dalam jangka waktu 2 bulan
dan minumnya setiap hari. 4H3R3 artinya INH, Rifampicin diminum
selama 4 bulan dan diminum 3 kali dalam seminggu (Depkes RI, 2002).
Efek samping yang ditimbulkan dari obat-obat tersebut adalah :
INH : Hepatotoksik. Rifampicin dapat terjadi sindrom flu dan
hepatotoksik. Pada Streptomisin dapat mengakibatkan nefrotoksik,
gangguan nervus VIII cranial. Pirazinamid dapat mengakibatkan
hepatotoksik dan hiperurisemia. Etambutol dapat mengakibatkan neurosis
optika, nefrotoksik, skin rash atau dermatitis. Efek samping dari obat anti
tuberkulosis yang tersering terjadi pada klien adalah pusing, mual,
muntah-muntah, gatal-gatal, mata kabur dan nyeri otot atau tulang (Depkes
RI, 2002). Agar pengobatan berhasil, efek samping dapat terdeteksi secara
dini dan dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan terdekat, maka
2.
3.
4.
Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari
sistem surveilans penyakit ini sehingga pemantauan pasien dapat
berjalan.
5.
Panduan obat anti TB paru jangka pendek yang benar, termasuk dosis,
dan jangka waktu yang tepat sangat penting untuk keberhasilan
pengobatan.
g) Pencegahan
Menjaga stndar hidup yang baik, kasus baru dan pasien yang
berpotensi tertular interprestasi melalui penggunaan dan interprestasi
tes kulit tuberculin yang tepat imunisasi BCG.
menggunakan
instrumen
pengumpulan
data,
contoh:
2. Perencanaan
Setelah data diolah dan diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat secara keseluruhan, dengan mempertimbangkan faktor sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
3. Pelaksanaan ( implementasi )
Setelah perencanaan disusun, maka kegiatan selanjutnya adalah
kegiatan untuk menaggulangi masalah kesehatan dan perawatan yang
ditemukan pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
melalui kegiatan-kegiatan : Home visit/ Home nursing, bimbingan dan
penyuluhan kesehatan, mendidik dalam pelaksanaan perawatan dasar
menemukan kasus secara dini dan melaksanakan rujukan dan tindak lanjut
pembinaan kasus, mengadakan pendidikan dan pelatihan kader kesehatan,
mengorganisasi
dalam
menanggulangi
masalah
kesehatan
dan
pembinaan
dalam
pelaksanaan
perawatan
kesehatan
masyarakat yang telah disusun mencapai sasaran atau tidak, dan penting
juga untuk pengembangan perencanaan selanjutnya, termasuk perluasan
kegiatan dari segi kualitatif (kualitas kegiatan) apabila kegiatan tersebut
mendatangkan manfaat yang besar bagi masyarakat dan perluasan kegiatan
bila dilihat dari segi kuantitatif atau (penambahan jumlah kegiatan) bila
kegiatan tersebut dipandang perlu untuk ditambah, setelah melihat hasilhasil yang telah dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC.
Jakarta.
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.
2006.
Pedoman
Nasional