1.
2.
3.
4.
5.
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 A
Rosa Omega Bella Kurniana
( 19133706
Putri Faradila Aprilyani
( 19133708
Fransiska Natalia Diah F
( 19133722
Riaya Shally Retmana
( 19133728
Bagas Adi Wicaksana
( 19133730
6. Hilda Khairunnisa Sholiqin
( 20144157 A )
A
A
A
A
A
)
)
)
)
)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2016/2017
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
mahasiswa dapat melakukan identifikasi bahan kimia obat klorfeniramin
maleat (CTM) yang ada di dalam suatu sediaan obat tradisional
II.
DASAR TEORI
Obat
tradisional
Indonesia
telah
berabad-abad
lamanya
yang
turun
temurun
semakin
memperluas
kesempatan
cara
tertentu
dipisahkan
dari
tanamannya
dan
belum
untuk
pengobatan
berdasarkan
berkhasiat,
yang
berubah
maupun
tidak
berubah,
yang
kesehatan
bidang farmasi
dan
(reaksi
warna,
pengendapan,
pendesakan,
Kimia
Obat
Keras
tanpa
pengawasan
dokter,
telah
dilaporkan.
Kegiatan memproduksi dan atau mengedarkan obat tradisional
yang mengandung Bahan Kimia Obat, melanggar Undang-Undang
nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan dengan pidana penjara
paling
lama
5(lima)
tahun
dan
denda
paling
banyak
Rp.
kualitatif
CTM
secara
kromatografi
lapis
8. Corong pisah
9. pH meter
tipis
dan
IV.
3. Batang pengaduk
4. Cawan penguap
5. Penangas air
6. Kapas
7. pipa kapiler
Bahan
1. Sampel jamu
2. Clorfeniramin maleat (CTM)
3. kloroform
4.NaOH 0,1 N
5. Aquadest
5. Etil asetat.
6. Benzen
7. Dioksan
8. Amonium pekat.
9. metanol
CARA KERJA
Preparasi sampel
Sampel jamu, dibagi
menjadi 2 bagian sama
banyak.
Sampel A ditambah
dengan CTM dan
masukan dalam erlemeyer
dan tambah aquades 50 ml
V.
HASIL PRAKTIKUM
-
Fase diam
= silika GF 254 nm
Penjenuh
= ketas saring
Vol penotolan
= larutan A,B, dan C masing masing 15 l.
Penampak bercak
=
Cahaya UV 254 nm
Uap iodium : bercak berwarna abu-abu.
1. KELOMPOK 1
Fase gerak = etil asetat : metanol : air ( 80:17:3 )
Sampel A ( sampel jamu )
4,2 cm
- Rf1 = 4,5 cm = 0,933 cm
Sampel B (sampel jamu + CTM)
1 cm
- Rf1 = 4,5 cm = 0,222 cm,
-
Rf2 =
4,2 cm
4,5 cm
= 0,933 cm
Rf2 =
1,6 cm
4,5 cm
= 0,35 cm
Rf3 =
3,4 cm
4,5 cm
= 0,75 cm,
Rf2 =
1,1 cm
4,5 cm
= 0,24 cm,
Rf2 =
4,6 cm
5 cm
= 0,23 cm
Rf3 =
4,7 cm
5 cm
= 0,115 cm
Rf2 =
4,2 cm
5 cm
= 0,21 cm
Rf3 =
4,3 cm
5 cm
= 0,215 cm
Rf2 =
4,1 cm
5,5 cm
= 0,74 cm
Rf1 =
2,8 cm
5 cm
Rf2 =
4,15 cm
5,5 cm
= 0,51 cm,
= 0,75 cm
Rf2=
3,375 cm
5,5 cm
Rf3=
4,5 cm
5,5 cm
= 0,68 cm
= 0,81 cm
Rf2 =
4 cm
4,5 cm
= 0,89 cm
Rf2 =
3,3 cm
4,5 cm
= 0,0,73 cm.
Rf2 =
3,2 cm
4,5 cm
= 0,71 cm,
Rf3 =
4 cm
4,5 cm
= 0,89 cm
PEMBAHASAN
Penambahan bahan kimia obat ke dalam jamu merupakan salah satu cara yang
dilakukan beberapa industri untuk meningkatkan khasiat tertentu dari obat tradisional.
Oleh karena itu dilakukan identifikasi secara KLT dengan dua fase gerak yang berbeda.
Secara visual, jamu yang mengandung bahan kimia obat sulit dibedakan dengan jamu
yang tidak mengandung bahan kimia obat. Bahan kimia obat yang dicampurkan pada
jamu dosisnya tidak terukur dan karena pencampuran yang tidak homogen maka dosis
bahan kimia obat pada setiap kemasan bias berbeda. Hal ini bisa berbahaya karena
memungkinkan konsumen mengkonsusmsi bahan kimia obat secara berlebihan.
Praktikum kali ini melakukan identifikasi clorfeniramin maleat (CTM)
dalam obat tradisional secara kualitatif. Sampel yang diuji adalah 5
jamu serbuk kemasan dengan meggunakan Kromatografi lapis tipis
(KLT).
Metode
ini
mempunyai
kelebihan
dibandingkan
dengan
diekstrkasi dengan
hasil
KLT
sangat
mempengaruhi
kesimpulan
Analisis
yang
dilakukan
pada
pengujian
ini
adalah
peak yang
VII.
KESIMPULAN
pada
fase
gerak
non
polar.
Sehingga
lebih
baik