Penulisan Kata
Penulisan Kata
Dengan pelafalan fonem yang tepat baik vokal maupun konsonan serta bentuk
alofon dan variasinya, kesalahpahaman terhadap makna kata tidak terjadi dan
komunikasi dapat berjalan dengan efektif.
http://aswindheemcom.wordpress.com/2013/02/03/penulisan-kata-serapan/
Terdapat lima partikel dalam bahasa Indonesia, yaitu lah, kah, tah, per, dan pun.
Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: Apakah kucing ini milik Anda?; Tengoklah ke kiri dan ke kana jika hendak
menyeberang jalan!
Partikel per yang berarti tiap-tiap, demi, dan mulai ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului dan mengikutinya. Namun, partikel per pada bilangan
pecahan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh: Harga kain itu adalah sepuluh ribu rupiah per meter; dua pertiga.
Partikel pun yang sudah dianggap padu benar ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Sedangkan partikel pun yang ditulis setelah kata benda, kata sifat,
kata kerja, dan kata bilangan, dituliskan terpisah.
Contoh: walaupun; meskipun; biarpun; adapun; bagaimanapun; kendatipun; maupun;
sekalipun; sungguhpun;
Contoh yang ditulis terpisah: Jika tak ada yang kuning, merah pun tidak masalah, asal
bunganya bisa dipajang.
http://eyddalamlayar.wordpress.com/2009/10/07/penulisan-partikel-dalambahasa-indonesia/
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya :
Adiknya pergi ke luar negeri.
Bermalam sajalah di sini.
Ke mana saja ia selama ini?
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Kain itu terletak di dalam lemari.
Contoh penggunaan yang ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti:
(di dan ke ditulis serangkai dalam fungsi sebagai imbuhan)
Ia keluar sebentar.
Si Ahmad lebih jujur daripada si Polan.
Kuenya sudah dimakan adik.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Paman kehujanan sehingga sakit.
http://tunas63.wordpress.com/2008/10/26/penulisan-kata-depan-di-ke-dan-dari/
1. "ku" sebagai kata ganti "aku" ditulis serangkai/disatukan di awal kata atau di akhir kata.
*ditulis serangkai di akhir kata jika itu adalah kata benda/sifat, contoh: bukuku, penaku,
komputerku, istriku, cintaku, rinduku, dll.
*ditulis serangkai di awal kata adalah kata kerja, contoh: kubaca, kutulis, kudengar,
kulihat, dll.
2. "mu" sebagai kata ganti "kamu" dan "kau" sebagai kata ganti "engkau"
*"mu" ditulis serangkai di akhir kata, yang biasanya adalah kata benda/sifat, contoh:
bukumu, cintamu, bacaanmu, tulisanmu, novelmu, cintamu, kasihmu, rindumu, dll.
*"kau" ditulis serangkai di awal kata, biasanya untuk kata kerja, contoh: kautulis, kaubaca,
kaurindukan, kaukasihi, kaucintai, dll
3. "nya" sebagai kata ganti orang ketiga
*ditulis serangkai di akhir kata untuk kata benda/sifat: tulisannya,bukunya, novelnya,
cintanya, rindunya, dll.
1 jam 20 menit
pukul 15.00
tahun 1928
17 Agustus 1945
Rp5.000,00
US$3.50*
$5.10*
100
2.000 rupiah
50 dolar Amerika
10 paun Inggris
100 yen
10 persen
27 orang
* tanda titik di sini merupakan tanda desimal.
3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar pada alamat.
Misalnya:
Paku Buwono X
pada awal abad XX
dalam kehidupan pada abad ke-20 ini
lihat Bab II, Pasal 5
dalam bab ke-2 buku itu
*
*
*
*
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunya dua puluh orang pegawai.
DI lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan
puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan
puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
http://bahasaindonesiaonii.blogspot.com/2012/12/penulisan-angkalambangbilangan.html
1. Unsur maha dan peri ditulis serangkai dengan unsur yang berikutnya,
yang berupa kata dasar. Namun dipisah penulisannya jika dirangkai
dengan kata berimbuhan.
http://eyddalamlayar.wordpress.com/2009/10/05/penulisan-gabungan-katadalam-bahasa-indonesia/