Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ARTIKEL TEKNOLOGI MINYAK BUMI

Komposisi Minyak Bumi

Oleh :
KELOMPOK IV
ANNISA TIARA SAFITRA
21030113140170
DANUGRA MARTANTYO
21030111130136
FAISHAL MIFTAHUL HUDA
21030113130184
FARIDA DIYAH HAPSARI
21030113120054
GIKA PUTRI ARIANI
21030113140144
JOE EPRIDOENA SINULINGGA
21030113130188
MUCHAMMAD RAVI
21030113120090
NOER INDAHARDIANI
21030113140121
RUTH FEBRINA S. A.
21030113120009
SATRIA MAHARDIKA S. P.
21030113130133

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

1. PENGANTAR
Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus), dijuluki juga
sebagai emas hitam adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar,
yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi dan gas alam
berasal dari jasad renik lautan, tumbuhan dan hewan yang mati sekitar 150 juta tahun lalu.
Sisa-sisa organisme tersebut mengendap di dasar lautan, kemudian ditutupi oleh lumpur.
Lapisan lumpur tersebut lambat laun berubah menjadi batuan karena pengaruh tekanan
lapisan di atasnya. Sementara itu, dengan meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anaerob
mengeluarkan sisa-sisa jasad renik tersebut dan mengubahnya menjadi minyak dan gas.
Minyak bumi dan gas alam adalah campuran kompleks hidrokarbon dan senyawasenyawa organik lain. Komponen hidrokarbon adalah komponen yang paling banyak
terkandung di dalam minyak bumi dan gas alam. Gas alam terdiri dari alkana suku rendah,
yaitu metana, etana, propana, dan butana. Selain alkana juga terdapat gas lain seperti
karbondiokasida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S). Selain itu, beberapa sumur gas juga
mengandung helium. (Lestari, 2011)
Sedangkan hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi terutama adalah alkana
dan sikloalkana. Senyawa lain yang terkandung di dalam minyak bumi di antaranya adalah
Sulfur, Oksigen, Nitrogen, dan senyawa-senyawa yang mengandung konstituen logam
terutama nikel, besi, dan tembaga. Komposisi minyak bumi sangat bervariasi dari satu sumur
ke sumur lainnya dan dari daerah ke daerah lainnya.
Berdasarkan hasil analisa elemen, diperoleh data sebagai berikut :

Karbon
Hidrogen
Nitrogen
Oksigen
Sulfur

: 83,0 87,0 %
: 10,0 14,0 %
: 0,1 2,0 %
: 0,05 1,5 %
: 0,05 6,0 %

Setiap perbedaan komposisi yang terkandung di dalam minyak bumi akan


menghasilkan sifat dan kualitas minyak bumi tersebut ketika dilakukan proses pembakaran
ataupun atomisasi. Oleh karena itu, analisis mengenai komposisi minyak bumi menjadi
begitu penting untuk menjaga stabilitas kinerja mesin dan keawetannya ketika menggunakan
produk minyak bumi tersebut.

2. KOMPOSISI MINYAK BUMI


Minyak bumi adalah campuran yang kompleks hidrokarbon plus senyawaan organik
dari sulfur, oksigen, nitrogen dan senyawa-senyawa yang mengandung konstituen logam
terutama nikel, besi, dan tembaga. Minyak bumi sendiri bukan merupakan bahan yang
uniform, melainkan berkomposisi yang sangat bervariasi, tergantung pada lokasi, sumur
minyak, dan juga kedalaman sumur. Dalam minyak bumi parafin ringan mengandung
hidrokarbon tidak kurang dari 97 % sedangkan dalam jenis asphaltik berat paling rendah 50
%.
Minyak bumi mengandung 50-98 % komponen hidrokarbon dan non hidrokarbon.
Kandungannya bervariasi tergantung pada sumber minyak. Minyak bumi mengandung
senyawa karbon 83,9 86,8 %, Hidrogen 11,4 14 %, belerang 0,06 8,0 %, nitrogen 0,11
1,7 % dan oksigen 0,5 % dan logam (Fe, Cu, Ni), 0,03 %. Terdapat empat seri hidrokarbon
minimal yang terkandung di dalam minyak bumi, yaitu seri n-paraffin (n-alkana) yang terdiri
atas metana (CH4), aspal yang memiliki atom karbon (C) lebih dari 25 pada rantainya, seri
iso-paraffin (isoalkana) yang terdapat hanya sedikit dalam minyak bumi, seri neptena
(sikloalkana) yang merupakan komponen keduan terbanyak setelah n-alkana, dan seri
aromatik. Komposisi senyawa hidrokarbon pada minyak bumi berbeda bergantung pada
sumber penghasil minyak bumi tersebut (Pertamina, 2009).
Komponen hidrokarbon dalam minyak bumi diklasifikasikan atas tiga golongan, yaitu :
Golongan parafinik
Golongan naphthenik
Golongan aromatik
Sedangkan golongan olefinik
Crude Oil mengundang sejumlah senyawaan non hidrokarbon, terutama senyawaan
sulfur, senyawaan nitrogen, senyawaan oksigen, senyawaan organometal (dalam jumlah
kecil/ trace sebagai larutan) dan garam-garam organik (sebagai suspensi koloidal).
a) Senyawa sulfur
Crude Oil yang kerapatannya lebih tinggi mempunyai kandungan sulfur yang lebih
tinggi pula. Keberadaan sulfur dalam minyak bumi sering banyak menimbulkan masalah,
misalnya dalam gasoline dapat menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan dingintau
berair), karena terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksidasi sulfur (sebagai hasil
pembakaran gasolin) dan air.
b) Senyawa Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2 % dan mengalami
kenaikan dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen dapat menaik apabila produk
itu lama berhubungan dengan udara. Oksigen dalam minyak bumi berada dalam bentuk

ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter, anhidrida, senyawa monosiklo dan disiklo
dan phenol. Sebagai asam karboksilat berupa asam Naftent (asam alisiklik) dan asam alifatik.
c) Senyawa Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu 0,1-0,9 %.
Kandungan tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap
katalis dan dapat membentuk gum/ getah pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak
terdapat pada fraksi didih tinggi. Nitrogen kelas dasar yang mempunyai berat molekul yang
relatif rendah dapat diekstrak denga asam mineral encer, sedangkan yang mempunyai berat
molekul yang tinggi tidak dapat diekstrak dengan asam mineral encer.
d) Konstituen Metalik
Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada proses
catalitic cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat menurunkan produk gasoline,
menghasilkan banyak gas dan pembentukan coke. Pada power generator temperatur tinggi,
misalnya oil-fired gas turbin, adanya konstituen logam terutama vanadium dapat membentuk
kerak pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan dari pembakaran fuel yang mengandung
natrium dan terutama vanadium dapat bereaksi dengan refractory furnace (bata tahan api),
menyebabkan turunnya titik lebur campuran sehingga merusakkan refractory itu.
Agar dapat diolah menjadi produk-produknya, minyak bumi dari sumur diangkut ke
kilang menggunakan kapal, pipa, mobil tangki dan kereta api. Di dalam kilang, minyak bumi
diolah menjadi produk yang kita kenal secara fisika berdasarkan trayek titik didihnya
(distilasi), dimana gas berada pada puncak kolom fraksinasi dan residu (aspal) berada pada
dasar kolom fraksinasi. Setiap trayek titik didih tersebut Fraksi, misalnya :
S0-50oC : Gas yaitu metana, etana, propana
50-85oC : Nafta yaitu senyawa alkana rantai lurus, sikloalkana, aromatic, alkena
85-105oC: Kerosin yaitu senyawa alkana rantai lurus, sikloalkana, alkena
105-135oC : Solar
135 oC : Residu (Umpan proses lebih lanjut)
Sehingga, minyak bumi atau sering juga disebut sebagai crude oil (minyak mentah) adalah
merupakan campuran dari ratusan jenis hidrokarbon dari rentang yang paling kecil, seperti
metan, yang memiliki satu atom karbon sampai dengan jenis hidrokarbon yang paling besar
yang mengandung 200 atom karbon bahkan lebih.
3. PENGELOMPOKAN BERDASARKAN KOMPOSISI MINYAK BUMI
Secara garis besar minyak bumi dikelompokkan berdasarkan komposisi kimianya
menjadi empat jenis, yaitu :
Parafin
Olefin

Naften
Aromatik
Tetapi di alam bisa dikatakan tidak pernah ditemukan minyak bumi dalam bentuk olefin,
maka minyak bumi kemudian dikelompokkan menjadi 3 jenis saja, yaitu Parafin, Naften, dan
Aromat.
Kandungan utama dari campuran hidrokarbon ini adalah parafin atau senyawa
isomernya. Isomer sendiri adalah bentuk lain dari suatu senyawa hidrokarbon yang memiliki
rumus kimia yang sama. Misal pada normal-butana pada gambar berikut memiliki isomer 2metil propana, atau kadang disebut juga iso-butana. Keduanya memiliki rumus kimia yang
sama, yaitu C4H10 tetapi memiliki rumus yang berbeda seperti tampak pada gambar.

Jika atom karbon (C) dinotasikan sebagai bola berwarna hitam dan atom Hidrogen
(H) dinotasikan sebagai bola berwarna merah maka gambar dari normal-butana dan iso-butan
akan tampak seperti gambar berikut :

Senyawa hidrokarbon normal sering juga disebut sebagai senyawa hidrokarbon


rantai lurus, sedangkan senyawa isomernya atau iso sering juga disebut sebagai senyawa
hidrokarbon bercabang. Keduanya merupakan jenis minyak bumi jenis paraffin, sedangkan
sisa kandungan hidrokarbon lainnya dalam minyak bumi adalah senyawa siklo-parafin yang

disebut juga naften dan/atau senyawa aromatik. Berikut adalah contoh dari siklo-parafin dan
aromat.
Keluarga hidrokarbon tersebut diatas disebut homologis,
karena sebagian besar kandungan yang ada dalam minyak
bumi tersebut dapat dipisahkan ke dalam beberapa jenis
kemurnian untuk keperluan komersial. Secara umum, di
dalam kilang minyak bumi, pemisahan perbandingan
kemurnian dilakukan terhadap hidrokarbon yang memiliki
kandungan karbon yang lebih kecil dari C7. Pada
umumnya, kandungan tersebut dapat dipisahkan dan
diidentifikasi, tetapi hanya untuk keperluan laboratorium.
Campuran siklo parafin dan aromatik dalam rantai
hidrokarbon panjang dalam minyak bumi membuat minyak bumi tersebut digolongkan
menjadi minyak bumi jenis aspaltin.
Minyak bumi di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk parafin murni, tetapi selalu
dalam bentuk campuran antara paraffin dan aspaltin.
Pengelompokan minya bumi menjadi minyak bumi jenis paraffin dan minyak bumi
jensi aspaltin berdasarkan banyak atau dominasi minyak parafin atau aspaltin dalam minyak
bumi. Artinya, minyak bumi dikatakan jenis parafinnya lebih dominan dibandingkan
aromatik dan/atau siklo parafinnya. Begitu juga sebaliknya. Dalam skala industri, produk dari
minyak bumi dikelompokkan berdasarkan rentang titik didihnya, atau berdasarkan trayek titik
didihnya. Pengelompokan produk berdasarkan titik didih ini lebih sering dilakukan
dibandingkan pengelompokan berdasarkan komposisinya. (Busrah, 2011)
Minyak bumi tidak seluruhnya terdiri dari hidrokarbon murni. Dalam minyak bumi
terdapat juga zat pengotor (impurities) berupa sulfur (belerang), nitrogen dan logam. Pada
umumnya, zat pengotor yang banyak terdapat dalam minyak bumi adalah senyawa sulfur
organik yang disebut merkaptan. Merkaptan ini mirip dengan hidrokarbon pada umumnya,
tetapi ada penambahan satu atau lebih atom sulfur dalam molekulnya, seperti gambar
berikut :

Senyawa sulfur yang lebih kompleks dalam minyak bumi terdapat dalam bentuk
tiofen dan disulfida. Tiofen dan disulfida ini banyak terdapat dalam rantai hidrokarbon
panjang atau pada produk distilat pertengahan (middle distillate). Selain itu, zat pengotor
lainnya yang terdapat dalam minyak bumi adalah berupa senyawa halogen organik, terutama
klorida, dan logam organik, yaitu Natrium (Na), Vanadium (V), dan nikel (Ni).
Titik didih minyak bumi parafin dan aspaltin tidak dapat ditentukan secara pasti,
karena sangat bervariasi, tergantung bagaimana komposisi jumlah dari rantai hidrokarbonnya.
Jika minyak bumi tersebut banyak mengandung hidrokarbon rantai pendek dengan jumlah
atom karbon lebih sedikit maka titik didihnya lebih rendah, sedangkan jika memiliki
hidrokarbon rantai panjang dengan jumlah atom karbon lebih banyak maka titik didihnya
lebih tinggi. (Busrah, 2011)

Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan tabel senyawa hidrokarbon yang biasa diperoleh
sebagai komponen penyusun minyak bumi.
Tabel Komponen Senyawa Hidrokarbon dalam Minyak Bumi (Rustamaji, 2012)
Golongan
Paraffin

Sifat
Jenis
Stabil pada suhu biasa, tidak C1 C4 : berupa gas pada suhu kamar
bereaksi dengan asam sulfat

dan tekanan 1 atm, metana dan

pekat, dan sulfat berasap, larutan

etana (LNG), propana dan butana

alkali pekat, asam nitrat, maupun


oksidator

kuat

seperti

(LPG)

C
5 C16 : berupa cairan pada suhu
asam

kromat, kecuali mempunya atom

kamar dan tekanan 1 atm, nafta,

karbon tersier.

kerosin,

bensin,

solar,

minyak

Bereaksi lambat dengan klor

diesel, dan minyak bakar

>
C
16 : berupa padatan, malam parafin
dengan bantuan sinar matahari,
bereaksi dengan klor dan brom
jika terdapat katalis
Memiliki sifat seperti senyawa Terdapat dalam minyak bumi ialah
HC parafin dan mempunyai siklopentan dan sikloheksan, yang
struktur molekul siklis, disebut terdapat dalam fraksi minyak bumi
Naftenik

sikloparafin

dengan titik didih lebih tinggi.


Selain itu juga terdapat senyawa
naften polisiklis, seperti dekalin atau

dehidrobaftalen
Sangat reaktif. Mudah dioksidasi Beberapa
jenis
Aromat

golongan

ini

menjadi asam. Dapat mengalami diantaranya ialah benzen, naftalen, dan


reaksi adisi dan reaksi substitusi antrasen
tergantung pada kondisi reaksi
Merupakan
senyawa Monolefin

tidak

terdapat

dalam

hidrokarbon yang tidak jenuh minyak mentah, tetapi terbentuk dalam


dengan sebuah ikatan rangkap

distilasi minyak mentah dan terbentuk


dalam proses rengkahan, sehingga

Monoolefin

bensin rengkahan banyak mengandung


senyawa monoolefin. Senyawa HC
akan mengalami perengkahan pada
Merupakan

suhu sekitar 680 oF


senyawa Beberapa jenis diolefin

hidrokarbon tidak jenuh dengan ditemukan


Diolefin

dua buah ikatan rangkap.

dan

ini

terbentuk

juga
dalam

jumlah yang sedikit dalam proses

Bersifat reaktif, tidak stabil, dan rengkahan


cenderung berpolimerisasi serta
membentuk damar.

4. FRAKSI-FRAKSI MINYAK BUMI


Minyak bumi dipisahkan menjadi fraksi-fraksi dengan cara destilasi yang dipisahkan
berdasarkan titik didih. Fraksi dengan titik didih lebih rendah akan naik lebih cepat dan lebih
tinggi. Sedangkan fraksi dengan titik didih lebih tinggi akan naik lebih lama dan lebih rendah

(Hart, 1991). Fraksi-fraksi umum minyak bumi yang dipisahkan berdasarkan titik didih
diterangkan diterangkan pada tabel di bawah :
Tabel 4.1 Fraksi Fraksi Minyak Bumi
Selang Atom
Selang titik didih oC

Nama

Karbon per

Penggunaan

Molekul
Pemanasan, masak,
Di bawah 20

Gas, nafta

C1 C4

dan

bahan

kimia
Bahan

baku
bakar,

fraksi-fraksi ringan
20 200

Bensin

C4 C12

seperti eter, pelarut


di

200 300
300 400

Minyak tanah

laboratorium
Bahan bakar
Pemanasan

C12 C15

Minyak bakar

dalam

C15 C18

di

perumahan minyak
diesel
Minyak, pelumas,

Di atas 400

Di atas C18

oli, lilin, parafin


dan aspal

4.1 KOMPOSISI KIMIA GAS


Komponen

utama

dalam

merupakan molekul hidrokarbon rantai


mengandung

molekul-molekul

gas

alam

terpendek

adalah
dan

hidrokarbon

metana

teringan.
yang

(CH4),

Gas

alam

lebih

yang
juga
berat

seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang
mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan sumber utama untuk sumber
gas helium.
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika
terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi
yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon,
memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang
terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal dari
makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan pertanian

(diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun secara berturutturut).
Komponen

Metana (CH4)

80-95

Etana (C2H6)

5-15

Propana (C3H8) and Butana (C4H10)

<5

Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat
juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil.
Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.
Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor)
utama dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang
signifikan dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)".
Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau.
Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas
tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi
kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya,
akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya pernapasan karena ia
dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan.
(Wikipedia, 2015)
4.2 KOMPOSISI KIMIA BENSIN
Bensin adalah

salah

satu

jenis bahan

bakar

minyak yang

dimaksudkan

untuk kendaraan bermotor roda dua, tiga, dan empat. Secara sederhana, bensin tersusun
dari hidrokarbon rantai lurus, mulai dari C7 (heptana) sampai dengan C11. Dengan kata
lain, bensin terbuat dari molekul yang hanya terdiri dari hidrogen dan karbon yang terikat
antara satu dengan yang lainnya sehingga membentuk rantai.
Jika bensin dibakar pada kondisi ideal dengan oksigen berlimpah, maka akan
dihasilkan CO2, H2O, dan energi panas. Setiap kg bensin mengandung 42.4 MJ.
Bensin dibuat dari minyak mentah, cairan berwarna hitam yang dipompa dari
perut bumi dan biasa disebut dengan petroleum. Cairan ini mengandung hidrokarbon;

atom-atom karbon dalam minyak mentah ini berhubungan satu dengan yang lainnya
dengan cara membentuk rantai yang panjangnya yang berbeda-beda. Molekul
hidrokarbon dengan panjang yang berbeda akan memiliki sifat yang berbeda pula.
CH4 (metana) merupakan molekul paling ringan; bertambahnya atom C dalam rantai
tersebut akan membuatnya semakin berat. (Wikipedia, 2015)
4.3 KOMPOSISI KIMIA MINYAK SOLAR
Minyak solar merupakan salah satu fraksi dari minyak bumi yang diperoleh
dengan cara destilasi, berwarna kuning kecoklatan yang jernih, berupa cairan dalam suhu
rendah, biasa disebut Gas Oil, Automotive Diesel Oil atau High Speed Diesel
(Pertamina, 2009). Minyak solar mengandung 38 % n-alkana, 38 % alkana rantai cabang
dan sikloalkana, 3 % isoprenoid, 20 % senyawa aromatik, dan 1 % senyawa polar
(Gaylarde et al., 1999). Jumlah atom per molekulnya 15 18 dan selang titik didihnya
300 400 oC. Kegunaan minyak solar pada umumnya adalah sebagai bahan bakar bagi
mesin diesel dengan rotasi medium atau rendah (300 1000 rpm) dan juga digunakan
untuk pembakaran secara langsung pada dapur kecil (Pertamina, 2009). (Lestari, 2011)
4.4 KOMPOSISI KIMIA MINYAK TANAH (KEROSIN)
Minyak
tanah (minyak
gas; bahasa
Inggris
: kerosene atau paraffin)
adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Dia diperoleh dengan
cara distilasi

fraksional dari petroleum pada

150 C

dan

275 C

(rantai

karbon

dari C12 sampai C15). Pada suatu waktu dia banyak digunakan dalam lampu minyak
tanah tetapi sekarang utamanya digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (lebih
teknikal Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau JP-8). Sebuah bentuk dari minyak tanah dikenal
sebagai RP-1 dibakar denganoksigen cair sebagai bahan bakar roket. (Wikipedia, 2015)
4.5 KOMPOSISI KIMIA MINYAK BERAT (RESIDU)
Fraksi ini diolah lagi di unit destilasi vacuum untuk menurunkan titik didihnya
sehingga menghasilkan fraksi light vacuum gasoil (LVG), medium vacuum gasoil
(MVG), heavy vacuum gasoil (HVG) dan fraksi short residu. Fraksi MVG dan HVG
akan diolah lagi di unit Polypropilin sehingga menghasilkan biji plastik. Sedangkan LVG
akan dicampur dengan solar untuk menaikkan angka cetane. Untuk fraksi short residu
sendiri nantinya akan diolah menjadi aspal. (Sher, 2012)

DAFTAR PUSTAKA
Busrah, M. 2011. Minyak Bumi.
www.lpmpsulsel.net/.../115_minyakbumi_panduan_kls_X_sma_Busrah.
... (diakses pada 4 April 2015)

Lestari, W. 2011. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi.


repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22970/4/Chapter%20II.pdf
(diakses pada 5 April 2015)
Pertamina. 2009. Komposisi Minyak Bumi. http://www.pertamina.com/ourbusiness/hilir/pengolahan/unit-pengolahan/ (diakses pada 6 April
2015)

Rustamaji, Heri. 2012. Komposisi Minyak Bumi.


https://herirustamaji.files.wordpress.com/.../lec3_kompisisi-kimiamb.pdf (diakses pada 4 April 2015)
Sher. 2012. Minyak Bumi. https://sherchemistry.wordpress.com/kimia-x2/minyak-bumi/ (diakses pada 5 April 2015)
Wikipedia. 2015. Bensin. id.wikipedia.org/wiki/Bensin (diakses pada 6 April
2015)
Wikipedia. 2015. Gas Alam. id.wikipedia.org/wiki/Gas Alam(diakses pada 6
April 2015)
Wikipedia. 2015. Minyak Tanah. id.wikipedia.org/wiki/Minyak Tanah
(diakses pada 6 April 2015)

Anda mungkin juga menyukai