Anda di halaman 1dari 19

FIRE FIGHTING FOAM

FOAM SEBAGAI BAHAN PEMADAM UTAMA DI


UNIT ARFF
PEMBUKAAN
Bahaya utama dari kebakaran yang terjadi pada saat kecelakaan pesawat
udara adalah kebakaran yang bersumber/berasal dari bahan bakar
pesawat (Aviation Fuel) seperti Avtur maupun Avgas. Jumlah bahan
pemadam foam konsentrat yang di bawa di kendaraan utama telah
dihitung sedemikian rupa sehingga bisa memenuhi kriteria kategori suatu
bandara. (ref doc. 9137 part 1).
Apabila terjadi kecelakaan pesawat udara dan seluruh bahan pemadam
yang dibawa di kendaraan telah habis digunakan, tentunya untuk
melakukan proses pengisian ulang foam konsentrat ke dalam kendaraan
adalah suatu proses yang akan memakan waktu cukup lama. Oleh karena
itu, kita sebagai personil ARFF harus dapat menggunakan foam secara
tepat. Kemampuan dan keahlian personil ARFF memegang peranan
penting dalam efektifitas penggunaan foam.

TINJAUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Tulisan ini dibuat sebagai panduan penggunaan foam yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan ARFF.

TINJAUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah membaca dan memahami tulisan ini, diharapkan personil ARFF
dapat :
1. Mengetahui karakteristik masing-masing jenis foam;
2. Mengetahui keunggulan dan kekurangan dari bahan pemadam
foam;
3. Menjelaskan metode penggunaan foam;
4. Menjelaskan area penggunaan foam;
5. Mengetahui bahaya (hazard) yang ditimbulkan dari penggunaan
foam bagi personil ARFF;
6. Melaksanakan perawatan foam equipment yang terdapat di
kendaraan.

INFORMASI UMUM
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, foam adalah bahan pemadam utama
yang digunakan oleh ARFF, dan terdiri dari 3 bahan dasar yaitu:
1. Foam konsentrat;
2. Air;
3. Udara
Ketika ketiga bahan ini dicampur dengan jumlah perbandingan yang
tepat, maka akan dihasilkan foam (finished foam) yang memiliki berat
jenis lebih ringan dari semua jenis bahan bakar cair, dan akan mengapung
diatas permukaan bahan bakar tersebut.
Dalam penggunaannya, foam dapat memadamkan api yang bersumber
dari aviation fuel dengan metode-metode sebagai berikut :
Dengan memisahkan udara(O2) dari permukaan bahan bakar;
Dengan memadamkan api diatas permukaan bahan bakar;
Dengan membatasi proses penguapan bahan bakar;
Dengan melindungi/menyelimuti bahan bakar dari nyala api/sumber
panas, dan mendinginkan permukaan bahan bakar sehingga
mengurangi penguapan bahan bakar;
5. Ketika menyentuh benda panas, campuran air didalam foam akan
menguap menjadi uap air yang kemudian akan mengurangi jumlah
O2 di udara.
1.
2.
3.
4.

PENYAMAAN SUDUT PANDANG


Sebelum membahas lebih lanjut mengenai isi tulisan ini, sebaiknya kita
sepakati dulu pengertian-pengertian yang akan digunakan didalam nya,
sehingga anda akan lebih mudah memahami tulisan ini. Pengertianpengertian sebagai berikut :
FOAM
: Campuran Foam konsentrat, air dan udara dalam
jumlah tepat.
FOAM KONSENTRAT
: Suatu bahan yang dibuat oleh pabrik untuk
digunakan sebagai campuran bahan pemadam.
FOAM SOLUTION : Campuran antara foam konsentrat dan air dalam
perbandingan yang tepat.

PROTEIN FOAM

: Foam konsentrat yang berasal dari protein nabati atau


hewani.
SYNTHETIC FOAM : Foam konsentrat yang berasal dari detergent dan
campuran bahan kimia.
PRE-MIX
: Foam solution yang tersimpan di dalam tangki bahan
pemadam dan siap digunakan.
ASPIRATED FOAM : Foam solution yang dipancarkan melewati suatu alat
yang didesain untuk mencampur udara ke foam
solution. Simpel nya adalah foam solution yang
dipancarkan melalui foam nozzle atau alat sejenis.
Non-ASPIRATED FOAM : Foam solution yang dipancarkan melalui alat yang
tidak didesain untuk mencampur udara. Simpelnya
adalah foam solution yang dipancarkan melalui standard
plain nozzle (water nozzle) atau alat sejenis.
INDUCTOR
: Sering juga disebut sebagai foam inductor, yaitu suatu
alat yang digunakan untuk mencampur foam konsentrat
kedalam aliran air.
INDUCTION RATIO: Sering juga disebut proportioner, yaitu perbandingan
antara jumlah foam konsentrat dan air yang digunakan
biasanya diatur di angka 1, 3, 6, 10 %.
EXPANSION RATIO
: Rasio pengembangan foam solution setelah
melewati nozzle atau alat sejenis. Sebagai contoh ketika
1m3 foam solution dipancarkan dan hasilnya adalah
10m3 foam, maka expansion ratio nya adalah 10 : 1.
APPLICATION RATE
: Jumlah liter bahan pemadam yang digunakan
untuk menutupi area seluas 1 meter persegi selama 1
menit. Satuan nya adalah L/min/m2.
PEMBAGIAN FOAM BERDASARKAN EXPANSION RATIO
Berdasarkan daya pengembangan nya Fire Fighting Foam biasanya di bagi
menjadi 3 jenis yaitu :
1. Low expansion. Foam yang memiliki expansion ratio kurang dari
atau sama dengan 20 : 1.
2. Medium Expansion. Foam yang memiliki expansion ratio lebih besar
dari 20 : 1 tetapi kurang dari atau sama dengan 200 : 1.
3. High Expansion. Foam yang memiliki expansion ratio lebih besar
dari 200 : 1.
GAMBAR I. Ilustrasi dari Foam Expansion Ratio

Seperti yang telah di jelaskan sebelum nya, Non-aspirated foam adalah


foam solution yang dipancarkan melalui alat yang tidak didesain untuk
mencampur udara, seperti penggunaan plain nozzle (water nozzle). Akan
tetapi pada prakteknya, walaupun tidak melalui alat yang didesain
khusus, foam solution yang dipancarkan tersebut tetap berubah bentuk
menjadi foam. Hal ini di karenakan udara masih akan bercampur dengan
foam solution melalui 3 cara. Yaitu :
1. Pada saat foam solution keluar dari ujung nozzle;
2. Pada saat foam solution melayang di udara dan bercampur dengan
udara akibat adanya turbulensi;
3. Ketika pancaran foam solution tersebut membentur suatu objek.
Berdasarkan perhitungan kasar, ketiga proses diatas masih dapat
menghasilkan foam dengan expansion ratio 5 : 1 (very low expansion).
Di unit ARFF, kita hanya menggunakan foam dengan jenis low expansion
dan non-aspirated saja. Hal ini dikarenakan, untuk foam dengan jenis
medium dan high expansion membutuhkan alat yang cukup besar. Dan
dengan hasil foam yang memiliki berat gelembung yang sangat ringan,
menyebabkan foam jenis ini sulit untuk diarahkan ke sasaran kebakaran
dan mudah sekali terbawa oleh hembusan angin.

PEMBAGIAN FOAM BERDASARKAN JENIS BAHAN DASAR


Secara umum banyak sekali jenis Fire Fighting Foam yang beredar di
seluruh dunia. Dan mayoritas jenis foam yang digunakan adalah :

1. Protein foam/Regular Protein Foam. Tidak digunakan untuk ARFF,


sehingga tidak dibahas lebih lanjut.
2. Fluoro Protein (FP);
3. Film Forming Fluoro Protein (FFFP);
4. Aqueous Film Forming Foam (AFFF);
5. Alcohol Resistance Foam.
(penjelasan terperinci mengenai jenis-jenis foam ini akan di bahas
kemudian di tulisan ini)
KEMAMPUAN YANG HARUS DIMILIKI FIRE FIGHTING FOAM
Sebagai bahan pemadam, Fire Fighting Foam harus memiliki kemampuankemampuan khusus di banding jenis bahan pemadam lain. Kemampuankemampuan tersebut adalah :
1. Expansion.
Jumlah pengembangan foam yang dihasilkan dari foam solution
ketika dipancarkan dari suatu alat.
2. Stability.
Kemampuan foam mempertahankan jumlah, ukuran dan bentuk
gelembungnya. Dengan kata lain kemampuan foam untuk tetap
utuh.
3. Fluidity.
Kemampuan kecepatan foam menutupi bahan bakar yang ingin
dipadamkan atau diselimuti.
4. Contamination Resistance (ketahanan terhadap bahan bakar).
Kemampuan foam bertahan terhadap kontaminasi dari bahan bakar
yang diselimutinya. Dikenal juga sebagai FUEL TOLERANCE.
5. Sealing dan resealing
Kemampuan foam melindungi suatu objek bahan bakar dari panas
(sealing). Dan kemampuan foam untuk menutupi kembali bahan
bakar apabila lapisan foam tiba-tiba terpecah (resealing).
6. Fire Knockdown dan extinction.
Kemampuan foam memadamkan api.
7. Burnback resistance.
Kemampuan foam untuk tetap utuh di atas permukaan bahan bakar
sekalipun terkena panas atau api.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA FIRE FIGHTING
FOAM
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi kemampuan Fire Fighting
Foam pada saat diaplikasikan. Yaitu :

1. Jenis peralatan penghasil foam dan bagaimana peralatan tersebut


dirawat dan dioperasikan;
2. Jenis foam konsentrat yang digunakan;
3. Jenis kebakaran, dan jenis bahan bakar yang terbakar;
4. Taktik yang digunakan pada saat pengaplikasian foam tersebut;
5. Discharge rate pada saat foam dipancarkan;
6. Kualitas air yang digunakan sebagai campuran;
7. Lama terjadinya kebakaran sebelum dilakukan usaha pemadaman.
Hal ini berkaitan dengan suhu bahan bakar dan lokasi kebakaran.
Cara yang paling efektif dan efisien dalam menggunakan Fire Fighting
Foam baru bisa didapat setelah semua faktor diatas dapat dipenuhi
dengan seksama.
JENIS FOAM YANG DIGUNAKAN
FLUORO PROTEIN (FP)
Foam konsentrat FP pada dasarnya adalah Regular Protein Foam
konsentrat dengan tambahan zat FLUOROSURFACTANTS (Fluorinated
Surface Active Agents). Tambahan zat tersebut kedalam foam konsentrat
ini dapat meningkatkan fluidity foam diatas permukaan bahan bakar.
Sehingga meningkatkan kemampuan foam lebih cepat dalam
memadamkan api bila dibandingkan dengan Regular Protein Foam.
Foam konsentrat FP biasanya tersedia untuk Induction Ratio 3% dan 6%.
Dan bisa digunakan dengan air tawar maupun air laut.
FILM FORMING FLUORO PROTEIN (FFFP)
Foam konsentrat FFFP merupakan peningkatan dari foam konsentrat FP.
Dengan tambahan zat kimia (FILM-FORMING FLUOROSURFACTANTS) yang
membuat foam jenis ini memiliki kemampuan membentuk lapisan film
diatas permukaan bakar. Yang selanjut nya akan mencegah
terjadinyapenguapan lebih lanjut pada jenis aviation fuel tertentu.
Foam konsentrat FFFP biasanya tersedia untuk Induction Ratio 3% dan
6%. Merupakan kategori low expansion foam dan bisa digunakan secara
Non-Aspirated. Hanya bisa digunakan dengan air tawar.
AQUEOUS FILM FORMING FOAM (AFFF)
Foam konsentrat AFFF berbahan dasar dan campuran bahan kimia sintetis
berupa hydrocarbon-based surfactant seperti sodium alkyl sulfate dan
fluorosurfactants seperti fluorotelomers, perfluoro octanoic acid (PFOA)
dan atau perfluoro octane sulfonic acid (PFOS).
(Catatan : Untuk Perhatian. PFOA dan PFOS merupakan bahan kimia
dengan sifat non-biodegradable. Tidak dapat terurai dengan sendirinya.
Membuang campuran foam dnegan bahan ini kedalam saluran air yang
terhubung dengan saluran umum dapat mencemari lingkungan).

Foam konsentrat AFFF biasanya tersedia untuk Induction Ratio 1%, 3%


dan 6%. Bisa digunakan dengan air tawar maupun air laut. Merupakan
kategori low expansion foam dan bisa digunakan secara Non-Aspirated.
ALCOHOL RESISTANT FOAM (AR-AFFF dan AR-FFFP)
Foam konsentrat dengan tambahan kemampuan tahan alkohol diciptakan
untuk memadamkan kebakaran yang bersumber dari bahan bakar dengan
campuran alkohol dan kebakaran pesawat udara dengan sistem ANTIICING/DE-ICING. Tersedia dengan pilihan yang berasal dari AFFF dan FFFP.
Foam konsentrat Alcohol Resistant masih dapat digunakan pada
kebakaran yang tidak mengandung alkohol (non-alcohol) sama baiknya
seperti tipe dasarnya. Sehingga sering juga disebut sebagai Multi Purpose
Foam.
Foam konsentrat FP, FFFP dan AFFF standar tidak cocok untuk digunakan
memadamkan api yang mengandung bahan bakar alkohol. Hal ini bisa
terjadi karena air yang menjadi campuran foam tersebut akan diurai oleh
alkohol sehingga menyebabkan foam blanket hancur dan tidak dapat
menutupi permukaan bahan bakar.

KARAKTERISTIK JENIS FOAM SECARA UMUM (KEUNGGULAN DAN


KEKURANGAN)
Pada bahasan kali ini kita akan fokus kepada keunggulan dan kekurangan
masing-masing jenis foam. Perbandingan ini dibuat berdasarkan
kemampuan foam memadamkan api yang bersumber dari bahan bakar
minyak.
Satu hal yang harus benar-benar dipahami dalam membaca perbandingan
dibawah ini, bahwa semua point nya bergantung pada faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja Fire Fighting Foam (sudah dibahas sebelumnya).
Dan perlu diperhatikan juga bahwa banyak pabrikan yang membuat Fire
Fighting Foam dan dari jenis bahan dasar yang beragam pula. Kualitas
foam konsentrat dari masing-masing pabrikan (walaupun dari jenis yang
sama) akan berbeda-beda pula tergantung Quality Control dan standar
masing-masing pabrikan.
Tabel dibawah ini dibuat hanya sebagai perbandingan cepat dalam
mengenali karakteristik masing-masing jenis foam. Untuk detail terperinci
konsultasikan dengan supplier/pabrikan Fire Fighting Foam yang
digunakan di tempat anda.
KARAKTERISTIK

JENIS FOAM

Membutuhkan Agitasi
Fluidity
Membentuk Lapisan Film
(Film-Forming)
Fuel Tolerance
Kemampuan pemadaman
(Fire Knockdown)
Sealing
Pemadaman total
(Fire Extinction)
Drainage Time
(Stability)
Ketahanan terhadap nyala
kembali
(Flashback/Burnback)
Mencegah penguapan BBM

FP

FFFP

Ya
vvv

Tidak
vvvv

ARFFFP
Tidak
vvvv

Tidak
vvvv

ARAFFF
Tidak
vvvv

Tidak

Ya

Ya

Ya

Ya

vvvv

vvv

vvvv

vvv

vvvv

vvv

vvvv

vvvvv

vvvvv

vvvvv

vvvv

vv

vvvv

vv

vvvv

vvv

vvvvv

vvvv

vvvvv

vvvv

vvvv

vv

vvvv

vv

vvvv

vvvvv

vv

vvvv

vv

vvvv

vvvvv

vv

vvvv

vv

vvvv

AFFF

Keterangan :
Agitasi = membutuhkan percampuran dan adukan yang tepat agar foam
dapat mengembang dengan baik.
vv = jelek vvv = dapat diterima

vvvv = baikvvvvv = sangat baik

KARAKTERISTIK JENIS FOAM SECARA KHUSUS (KEUNGGULAN DAN


KEKURANGAN)
FLUORO PROTEIN (FP)
Keunggulan :
1. Menyebar dan menutupi permukaan bahan bakar lebih cepat dari
regular protein foam. Sehingga kemampuan pemadaman api (Fire
knockdown dan extinction) lebih baik dari regular protein foam.
2. Memiliki ketahanan kontaminasi bahan bakar (Fuel Tolerance) yang
baik, sehingga bisa diaplikasikan secara pas-pasan jika terpaksa
dibutuhkan.
3. Kemampuan pemadaman api dapat diterima, walapun memiliki
kecepatan menutupi bahan bakar lebih lambat dari film-forming
foam (FFFP dan AFFF).
4. Memiliki kemampuan sealing yang baik terhadap permukaan logam
yang panas.
5. Drainage time yang lama dan menghasilkan foam blanket yang
stabil.
6. Ketahanan terhadap flashback/burnback yang sangat baik.

7. Kemampuan mengurangi penguapan bahan bakar yang sangat baik.


Kekurangan :
1. Tidak memiliki kecepatan menutupi bahan bakar seperti dan sebaik
film-forming foam (FFFP dan AFFF).
2. Memerlukan AGITASI. Yang berarti hanya bisa di pancarkan secara
Aspirated menggunakan foam nozzle atau alat sejenis.
3. Tidak cocok untuk kebakaran dari bahan bakar yang mengandung
alkohol.

FILM FORMING FLUORO PROTEIN (FFFP)


FFFP dibuat untuk menjembatani dan menghasilkan foam dengan
kemampuan kombinasi antara FP dan AFFF. Cita-cita awalnya untuk
menghasilkan foam konsentrat dengan kemampuan pemadaman api (Fire
knockdown dan extinction) sebagus AFFF dan di kombinasikan dengan
kemampuan ketahanan terhadap Flashback/Burnback serta kemampuan
mengurangi penguapan bahan bakar seperti FP. Tapi apa daya, hasil test
menunjukkan FFFP hanya bisa menyamai kemampuan pemadaman api
seperti AFFF tetapi keamampuan ketahanan Flashback/Burnback serta
mengurangi penguapan bahan bakar jauh dibawah FP.
Keunggulan :
1. Foam dapat dihasilkan tanpa AGITASI. Bisa digunakan secara NonAspirated.
2. Kemampuan menutupi permukaan bahan bakar lebih cepat dari FP.
3. Kemampuan ketahanan terhadap kontaminasi bahan bakar (Fuel
Tolerance) dalam level sedang/dapat diterima.
Kekurangan :
1. Kemampuan sealing terhadap permukaan logam panas yang jelek.
2. Drainage time yang sangat cepat dan foam blanket yang dihasilkan
tidak memiliki stabilitas yang baik.
3. Ketahanan terhadap Flashback/Burnback jelek.
4. Kemampuan mengurangi penguapan bahan bakar jelek.
5. Tidak cocok untuk kebakaran dari bahan bakar yang mengandung
alkohol.
AQUEOUS FILM FORMING FOAM (AFFF)
Secara garis besar, kemampuan yang dimiliki oleh AFFF hampir mirip
dengan kemampuan yang dimiliki oleh FFFP.
Keunggulan :

1. Foam dapat dihasilkan tanpa AGITASI. Bisa digunakan secara NonAspirated.


2. Kemampuan menutupi permukaan bahan bakar lebih cepat dari FP.
3. Kemampuan ketahanan terhadap kontaminasi bahan bakar (Fuel
Tolerance) dalam level sedang/dapat diterima.
4. Kemampuan pemadaman api (Fire knockdown dan extinction)
sedikit lebih baik dari FFFP.
Kekurangan :
1. Kemampuan sealing terhadap permukaan logam panas yang jelek.
2. Drainage time yang sangat cepat dan foam blanket yang dihasilkan
tidak memiliki stabilitas yang baik.
3. Ketahanan terhadap Flashback/Burnback jelek.
4. Kemampuan mengurangi penguapan bahan bakar jelek.
5. Tidak cocok untuk kebakaran dari bahan bakar yang mengandung
alkohol.
ALCOHOL RESISTANT FOAM (AR-FFFP dan AR-AFFF)
Keunggulan :
1. Dapat digunakan dalam kebakaran dengan bahan bakar yang
mengandung alkohol, dan kebakaran yang berasal dari cairan ANTIICING/DE-ICING pesawat udara.
2. Bisa digunakan untuk kebakaran non-alcohol sama baiknya seperti
verso standar FFFR dan AFFF.
3. Tidak memerlukan AGITASI, bisa dipancarkan secara Non-Aspirated
untuk kebakaran non-alcohol. Untuk kebakaran dengan bahan bakar
yang mengandung alkohol harus dipancarkan secara Aspirated
untuk hasil foam sesuai spesifikasi.
4. Kemampuan menutupi bahan bakar lebih cepat dari FP karena
memiliki kemampuan Film-forming. Akan tetapi pada saat
diaplikasikan ke kebakaran dengan bahan bakar yang mengandung
alkohol, kemampuan film-forming ini akan hilang.
5. Ketika digunakan untuk kebakaran dengan bahan bakar non-alcohol,
memiliki kemampuan pemadaman api (Fire Knockdown dan
extinction) sama baik nya seperti FFFP dan AFFF versi standar.
Untuk
mendapatkan
kemampuan
ketahanan
terhadap
Flashback/Burnback yang lebih baik, disarankan untuk dipancarkan
secara Aspirated menggunakan foam nozzle (atau alat sejenis) dari
pada secara Non-Aspirated.
6. Memiliki kemampuan sealing yang baik terhadap permukaan logam
yang panas.
7. Drainage time yang lama dan menghasilkan foam blanket yang
stabil.
8. Ketahanan terhadap flashback/burnback yang baik.

9. Kemampuan mengurangi penguapan bahan bakar yang baik.


Kekurangan :
1. Perbedaan Induction Ratio Pengaplikasian foam. 3% untuk
kebakaran non-alcohol. 6% untuk kebakaran dengan bahan bakar
yang mengandung alkohol.
2. Harga yang lebih mahal 3-4x lipat dari FFFP dan AFFF versi standar.
(catatan : Untuk perhatian. Sistem ANTI-ICING dan DE-ICING biasanya
terpasang di pesawat udara yang dioperasikan di daerah/bagian dunia
dengan 4 musim dan biasanya dipasang hanya pada saat musim dingin
saja. Untuk di daerah/bagian dunia dengan 2 musim atau tropis. Sistem ini
biasanya tidak terpasang karena mahal dan menambah beban perawatan.
Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan ada pesawat udara dengan
sistem ANTI-ICING/DE-ICING terpasang yang terbang langsung dari Eropa
langsung ke Asia Tenggara. Contoh, penerbangan direct dari Amsterdam Jakarta, London - Jakarta, dll)

BAGAIMANA FOAM DIHASILKAN


Foam dihasilkan dari percampuran tiga bahan dasar, yaitu : Foam
Konsentrat. Air dan udara. Secara umum terbagi menjadi dua tahap.
Tahap pertama adalah mencampur foam konsentrat ke dalam aliran air
dalam perbandingan (Induction Ratio) yang tepat sesuai spesifikasi dan
kebutuhan untuk menghasilkan kemampuan pemadaman api dan
Expansion Ratio yang optimal. Percampuran dua bahan ini akan
menghasilkan Foam Solution. Dengan kata lain foam konsentrat dan air
telah tercampur dengan baik sebelum sampai di peralatan penghasil foam
(Foam Making Equipment). Hampir sama dengan proses ini, Pre-Mix
solution juga telah tercampur dengan baik sebelum sampai di peralatan
penghasil foam. Perbedaannya adalah percampuran foam konsentrat dan
air dilakukan langsung di dalam tangki penyimpanan bahan pemadam di
kendaraan, dan Induction Ratio yang dilakukan tidak bisa dirubah-rubah
(Single Induction Ratio).
Tahap kedua adalah mencampur udara kedalam foam solution untuk
menghasilkan gelembung-gelembung udara (bubbles). Jumlah udara yang
dapat dicampur tergantung dari jenis dan ukuran alat yang digunakan.
Makin kecil alat, makin kecil pula Expansion Ratio yang dihasilkan. Contoh,
foam nozzle yang dipegang oleh tangan hanya bisa menghasilkan low
expansion foam.

GAMBAR II. Ilustrasi Cara Foam Dihasilkan

(Catatan : Untuk Perhatian. Ilustrasi, proses dan nama peralatan yang


digunakan diatas hanya ilustrasi secara umum tentang bagaimana foam
dihasilkan. Untuk jenis kendaraan dan peralatan yang anda operasikan,
sebaik nya anda merujuk kepada Buku Manual dan Petunjuk
Pengoperasian yang dikeluarkan oleh pabrikan)

METODE PENGAPLIKASIAN FOAM


Pada bagian kali ini akan dibahas penggunaan foam yang disesuaikan
dengan kebutuhan ARFF yaitu untuk memadamkan api KELAS B dari
bahan bakar cair. Ketika anda memancarkan foam, ada beberapa faktor
yang perlu anda ikuti untuk memastikan keberhasilan pengaplikasian
foam. Antara lain :
1. Arah Angin.
Secara nyata, pengaplikasian foam baru bisa dikatakan berhasil
apabila foam dapat mencapai target kebakaran yang dituju. Oleh
karena itu, foam sebisa mungkin harus dipancarkan searah dengan
arah angin. Ini berarti pada saat terjadi kebakaran personil ARFF
dapat berada lebih jauh dari api, dan radiasi panas serta asap yang
dihasilkan dari kebakaran tidak mengarah langsung ke personil
ARFF di lokasi. Dampak yang dihasilkan adalah secara nyata dapat
lebih aman dalam melaksanakan operasi pemadaman.

2. Pengoperasian alat yang baik dan benar.


Peralatan penghasil foam (Foam Making Equipment) yang
digunakan harus dalam kondisi yang baik. Kemampuan tekanan dan
jumlah pancaran (flow) yang dihasilkan harus tepat. Pemilihan
Induction Ratio harus disesuaikan dengan spesifikasi dan kebutuhan
foam untuk menghasilkan pengembangan (Expansion ratio) sesuai
dengan yang diharapkan.
Perhatian khusus diperlukan pada saat memancarkan foam, yaitu
jaga agar bagian dari saluran masuk udara tidak tertutup/terhalang.
Apabila terjadi, hal ini menyebabkan kualitas foam yang dihasilkan
menjadi buruk.
3. Pengaplikasian foam secara lembut (gentle).
Pemancaran foam harus dilakukan secara selembut mungkin.
Pemancaran dengan tekanan yang berlebihan langsung ke
permukaan bahan bakar justru akan menyebabkan foam yang
dipancarkan bercampur dengan bahan bakar (Fuel Contamination).
Tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan foam blanket yang
telah terbentuk menjadi hancur dan juga dapat meningkatkan
intensitas api dan radiasi panas dari kebakaran akibat bahan bakar
yang berhamburan.
Efek keseluruhan yang terjadi adalah menurun nya efektifitas
penggunaan
foam.
Efek
lainnya
adalah
dapat
terjadi
Flashback/Burnback dalam jumlah yang nyata di lokasi kebakaran.
4. Pengaplikasian foam secara berkelanjutan tanpa terputus.
Sekali foam dipancarkan, harus terus dilanjutkan sampai dengan
tujuan pemancara foam tersebut di dapat. Bila pemancaran
berhenti di tengah jalan justru hanya akan menghabiskan dan
menyia-nyiakan bahan pemadam foam yang tersedia.
5. Api Tepi (Edge Fires).
Kadangkala walaupun kita telah berhasil memadamkan api dengan
sebaran yang luas, masih sering terdapat api-api kecil di bagian tepi
foam blanket. Terutama di bagian yang bersentuhan langsung
dengan permukaan logam yang panas. Api tepi ini justru
membutuhkan waktu yang lebih lama dan jumlah foam yang lebih
banyak untuk dipadamkan.
Jika
ketersediaan
foam
terputus
pada
tahapan
ini,
Flashback/Burnback dapat terjadi. Oleh karena otu pengaplikasian
foam harus dilakukan secara terus menerus dan selembut mungkin.
Disarankan untuk melapisi/menebalkan foam blanket di bagianbagian yang terdapat api tepi ini seperti ini. Penggunaan air untuk
mendinginkan metal panas di sekitar area kebakaran dapat
membantu mengurangi penguapan bahan bakar. Tetapi hati-hati
terhadap bertambah nya melebarnya sebaran bahan bakar cair
yang terjadi (lakukan dengan hati-hati dan penuh pertimbangan).

Intinya adalah, makin dingin permukaan suatu logam, maka akan


makin mudah foam blanket dalam menutupinya (sealing)
6. Menjaga daya tutup Foam Blanket.
Ketika api telah dapat dipadamkan dan bahan bakar telah ditutupi
oleh foam blanket, pengaplikasian foam sebaiknya dilanjutkan
sampai foam blanket yang tebal telah dihasilkan.
Akan tetapi seiring Drainage Time, foam blanket dapat hancur
akibat hilang nya komponen air yang terkandung di dalamnya. Oleh
sebab itu, penting untuk melapisi kembali foam blanket untuk
menjamin perlindungan terhadap penyalaan kembali atau
penguapan bahan bakar.
Jika tidak dibutuhkan, penggunaan pancaran air baik straight/solid
ataupun spray di sekitar foam blanket harus dihindari untuk
mencegah pecah nya lapisan foam blanket.
7. Menjaga kemampuan menghasilkan foam.
Walaupun api telah dipadamkan secara total, dan foam blanket
tebal telah terbentuk ternyata masih tersimpan bahaya dibawah
lapisan foam blanket tersebut. Oleh karena itu pengisian ulang foam
konsentrat dan air di tangki bahan pemadam harus segera
dilakukan, sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kita
siap untuk segera menanggulanginya.

APPLICATION RATE
Sebagai tambahan, keberhasilan pemadaman api (Fire knockdown dan
Extinction) juga bergantung kepada perihal seberapa banyak foam yang
diaplikasikan terhadap kebakaran yangterjadi (Application Rate). Ada 4
jenis Application Rate, yaitu :
1. Critical Application Rate
Adalah suatu kondisi Application Rate, dimana jika foam
dipancarkan didalam rate ini, foam blanket akan susah untuk
terbentuk. Dikarenakan foam blanket tersebut susah untuk
mencapai stabilitas akibat suhu kebakaran dan efek kontaminasi
bahan bakar (Fuel Contamination).
2. Optimum Application Rate
Adalah suatu kondisi Application Rate, dimana api dapat
dipadamkan dengan penggunaan jumlah foam yang paling sedikit.
Biasa dikenal juga sebagai Application Rate yang paling ekonomis.
Seringkali personil ARFF menggunakan Application Rate lebih tinggi
dari pada nilai optimum/ekonomis ini. Hal ini diperbolehkan untuk
dilakukan selama ketersediaan foam konsentra dan bahan
campuran air mencukupi. Tetapi tetap objektifnya adalah kita
memancarkan foam dalam kondisi se ekonomis mungkin.

(Catatan : Untuk Perhatian. Optimum Application Rate untuk Foam


Mutu A <Regular Protein, FP> adalah 8,2 L/min/m 2. Sedangkan
untuk Foam Mutu B <FFFP, AFFF> adalah 5,5 L/min/m 2. Referensi ke
ICAO doc. 9137 AN-898 Part 1)
3. Overkill Application Rate
Adalah suatu kondisi Application Rate dimana jumlah foam yang
dipancarkan melebihi kebutuhan maksimum untuk memadamkan
api. Overkill Application Rate tidak memberikan peningkatan
signifikan terhadap proses pemadaman api, malah hanya akan
menghabiskan ketersediaan bahan pemadam foam yang kita bawa.
(Catatan : Untuk Perhatian. Overkill Application Rate boleh dilakukan
apabila api/kebakaran masih dalam tahap awal penyalaan dan
belum tersebar luas. Hal ini dilakukan untuk memastikan proses
evakuasi penumpang dapat berjalan dengan baik tanpa bahaya
tambahan
dari
kebakaran.
LAKUKAN
DENGAN
PENUH
PERTIMBANGAN)
4. Non-Aspirated
Bila foam dipancarkan secara Non-Aspirated, kemampuan
pengurangan penguapan bahan bakar yang dihasilkan adalah
minimum. Oleh karena itu sangat penting untuk di backup/dilapisi
dengan pancaran foam secara Aspirated segera setelah api bisa
dipadamkan.
AREA PENGGUNAAN FOAM
Telah disebutkan sebelumnya bahwa bahaya utama kebakaran yang
terjadi ketika kecelakaan atau insiden pesawat udara adalah bahaya yang
ditimbulkan oleh Aviation Fuel. Jenis, jumlah dan bagai mana bahan bakar
tersebut terbakar adalah faktor yang akan menetukan intensitas
kebakaran dan bagaimana foam diaplikasikan.
Berikut ini akan dibahas jenis-jenis peristiwa kebakaran yang mungkin
akan terjadi pada kecelakaan atau insiden pesawat udara. Antara lain :
1. Spillage (Tumpahan bahan bakar tidak terbakar)
Tumpahan bahan bakar yang ada harus segera ditutupi oleh foam
blanket secara ASPIRATED untuk mengunci penguapan dan
mencegah penyalaan.
2. Spill Fires (Tumpahan bahan bakar yang terbakar)
Ketika tumpahan bahan bakar terbakar, biasanya akan terjadi
secara luas. Pemancaran foam secara ASPIRATED dalam hal ini akan
memberikan hasil terbaik.
3. Pool Fires (Tumpahan bahan bakar dalam cekungan)
Sewaktu terjadi kecelakaan pesawat udara di luar Runway, biasanya
benturan/impact yang terjadi antara bagian pesawat udara dan

permukaan tanah akan meninggalkan lubang atau cekungan yang


cukup dalam. Dan apabila terdapat tumpahan bahan bakar yang
terbakar didalam nya hal ini yang disebut dengan Pool Fires. Karena
memiliki unsur kedalaman, maka akan menampung bahan bakar
dalam jumlah yang lebih banyak dari Spill Fires sehingga dapat
terbakar lebih lama. Pemancaran foam secara ASPIRATED dalam hal
ini akan memberikan hasil terbaik.
4. Spreading Fires (Kebakaran yang menyebar dan meluas)
Kebakaran tipe ini hampir mirip seperti Spill Fires dan Pool Fires,
hanya saja luas tumpahan dan atau kedalamannya akan terus
bertambah dikarenakan mendapat suplai dari kebocoran saluran
dan atau tangki bahan bakar.
Pemancaran foam secara ASPIRATED dalam hal ini akan
memberikan hasil terbaik. Setelah api dapat dipadamkan harus
segera dilakukan penutupan kebocoran bahan bakar.
5. Running Fires (Kebakaran yang menjalar)
Running Fires adalah kebakaran kebakaran yang terjadi pada aliran
bahan bakar yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Pemancaran foam secara Non-ASPIRATED dalam hal ini akan
memberikan hasil terbaik karena memiliki kecepatan dan jarak
jangkau lebih baik. Setelah api dipadamkan lapisi aliran bahan bakar
tadi dengan Foam Blanket secara ASPIRATED
6. Engines and Undercarriages (Mesin pesawat dan perangkat roda
pendarat)
Pancaran foam secara Non-ASPIRATED dapat digunakan untuk
memadamkan kebakaran mesin pesawat dan bagian perangkat roda
pendarat. Bentuk pancaran yang digunakan adalah SPRAY.
Keuntungan yang didapat adalah api dapat dikuasai dengan cepat,
terjadi proses pendinginan di sekitar lokasi kebakaran, dan foam
yang terbentuk ketika pancaran menabrak objek dapat digunakan
untuk menutupi tumpahan bahan bakar.
(Catatan : Untuk Perhatian. Pastikan pada saat memadamkan
kebakaran mesin pesawat, anda telah mendapat lampu hijau dari
Pilot In Command. Atau pada saat alat pemadam otomatis pada
mesin pesawat dinilai gagal bekerja memadamkan api. Pancaran
SPRAY pada saat terjadi kebakaran di bagian roda pendarat harus
digunakan dengan metode 10-30 atau 5-10. Hal ini penting untuk
mencegah penyusutan mendadak pada bagian roda)

PERAWATAN PERALATAN
Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan untuk memastikan semua
peralatan tetap berada dalam kondisi baik dan dapat dioperasikan.

Apapun bahan dasar pembuatan nya, jenis nya, Foam Konsentrat tetap
akan meninggalkan bekas endapan dan sisa foam dimanapun tempat
yang mengalami kontak langsung baik dalam bentuk Foam Konsentrat,
Foam Solution, dan Foam.
Bagian-bagian dibawah ini disaran kan untuk diperiksa secara berkala :
-

Mur, baut, O-ring pengencang dalam kondisi baik dan tak berkarat.
Valve atau klep dapat bergerak dengan mulus dan tanpa kebocoran.
Petunjuk ukuran, Metering Devices, Gauges beroperasi dengan baik
dan akurat.
Flexible joint, connecting, mounting dalam kondisi yang baik.
Bila terpasang. Pompa penghisap Foam Konsentrat dapat beroperasi
dengan baik dan tanpa kebocoran.
Tangki foam dan salurannya bebas dari kebocoran dan tidak
berkarat.
Jangan sampai ada benda asing yang masuk ke dalam tangki dan
saluran foam karena dapat menyebabkan kerusakan dan penurunan
performa.
Lakukan pengoperasian peralatan dan kendaraan sesuai dengan
Petunjuk Pengoperasian yang di keluarkan oleh pabrikan.
Hindari penggunaan jenis foam di luar yang disarankan oleh
pabrikan peralatan atau kendaraan.

(Catatan: Untuk Perhatian. Diatas ini hanya disebutkan garis besar


perawatan secara umum. Untuk hasil terbaik lakukan sesuai pedoman
perawatan yang dikeluarkan oleh pabrikan)

BAHAYA YANG TIMBUL DARI PENGGUNAAN FOAM


Jika digunakan dengan benar, foam hanya menghasilkan bahaya yang
kecil. Untuk itu personil ARFF harus waspada terhadap :
1. Bahaya Terpeleset (Slip Hazards)
Ketika foam diaplikasikan terutama di bagian luar kulit pesawat,
dapat menimbulkan bahaya terpeleset yang cukup besar. Tidak
hanya kepada personil ARFF, tapi juga kepada penumpang yang
mencoba menyelamatkan diri melalui jendela darurat diatas sayap
(Overwing Emergency Exits).
2. Bahaya reaksi dengan api Kelas D (Combustible Metal)
Karena mengandung air, hati-hati saat mengaplikasikan foam di
kebakaran yang terdapat api Kelas D di dalamnya. Karena dapat
menyebabkan reaksi berlebihan seperti pecahan metal dan
bertambah besarnya kebakaran.
3. Bahaya Kontaminasi terhadap personil

Jika ada bagian dari tubuh terkena kontak langsung dengan cairan
foam, bersihkan segera. Pada beberapa foam dengan bahan dasar
protein dapat menyebabkan mual dan muntah-muntah bila cairan
foam tertelan, walau kecil kemungkinan hal tersebut terjadi. Ketika
melakukan pekerjaan dengan foam seperti pengisian ulang di tangki
bahan pemadam kendaraan, sarung tangan dan kacamata
sebaiknya dikenakan dengan baik.
4. Corrosive
Apabila dibiarkan foam dapat menyebabkan karat bila kontak
dengan jenis metal tertentu. Segera lakukan pembilasan dari sistem
dan pipa setelah selesai melakukan pemancaran foam. Untuk
menjaga performa dan keawetan dari sistem.
5. Bahaya terhadap lingkungan hidup
Bila cairan foam masuk ke dalam saluran umum, dapat
menyebabkan matinya hewan dan tumbuhan di perairan tersebut.
Hal ini disebabkan karena foam akan mengekstrak oksigen yang
terdapat di dalam air.
6. Manual Handling
Foam dikirimkan ke ARFF station biasanya dalam bentuk jeriken 25
liter dan atau drum 200 liter. Lakukan dengan hati-hati pada saat
menaik turunkan jeriken dan drum tersebut. Terdapat resiko terkilir
dan tertimpa yang cukup besar. Gunakan APD dengan cukup pada
saat melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut.

KESIMPULAN DAN PENUTUP


Bahaya paling besar dari kecelakaan pesawat udara adalah bahaya
kebakaran yang dihasilkan oleh Aviation Fuel. Oleh karena itu bahan
pemadam foam dipilih sebagai bahan pemadam utama unit ARFF di
seluruh dunia. Pengetahuan dan kemampuan personil ARFF dalam
mengenali karakteristik pemadaman foam, serta kecocokan nya dengan
bahan pemadam jenis lain, cara bagaimana memadamkan api, serta
perawatan terhadap alat penghasil foam adalah faktor-faktor yang sangat
penting untuk dimiliki untuk mendapatkan kompetensi secara keseluruhan
sebagai personil ARFF.
Selamat membaca dan belajar kembali, semoga tulisan yang telah dibuat
ini dapat berguna bagi personil ARFF di seluruh Indonesia.

TENTANG PENULIS

Idham Rahadian. Komandan Regu ARFF. Bertugas di Bandara Internasional


S.M. Badaruddin II Palembang. Certified ARFF Instructor Balai Diklat
Penerbangan Palembang.

Anda mungkin juga menyukai