DI SUSUN OLEH :
MOCHAMMAD AKHIYANTO RISMAWAN
NIM. 16143149011030
DEPARTEMEN ANAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2016
Pembimbing Institusi
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
Limfa adalah organ lunak yang berada pada sisi kiri abdomen, dibawah perlindungan
iga-iga tepat dibawah diafragma. Beratnya kira-kira 200 g dan panjangnya kira-kira 125
mm. limfa tidak selalu dapat dirasakan pada dinding abdomen, tetapi dapat sangat
membesar pada penyakit tertentu. Limfa terdiri dari massa daging merah dengan jutaan
kelenjar berbentuk kepala paku dari daging putih yang menyebar menyelimutinya
sehingga memberika penampilan granular. Limfa kaya akan suplai darai melalui arteri
splenik. Darah mengalir ke vena porta melalui vena splenik. (Pearce Evelyn, 2010).
Limfa merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu kepalan tangan.
Limpa terletak pada pojok atas kiri abdomen di bawah kostae. Limfa memiliki permukaan
luar konveks yang berhadapan dengan diafragma dan permukaan medial yang konkaf serta
berhadapan dengan lambung, fleksura linealis kolon dan ginjal kiri. (Handayani, 2011).
Limfa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan limfa),
dan pulpa merah (jaringan ikat, sel eritrosit, sel leukosit). Suplai darah arteri linealis yang
keluar dari arteri coeliaca. (Handayani, 2011)
Fungsi limfa adalah sebagai berikut (Handayani, 2011) :
1. Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin)
2. Destruksi sel eritrosit tua
3. Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihancurkan
4. Pembentukan limfosit dalam folikel limfa
5. Pembentukan immunoglobulin
6. Pembuangan partikel asing darah
B. Pengertian
Limfoma Non Hodgkin adalah keganasan primer berupa gangguan proliferatif tidak
terkendali dari jaringan limfoid (limfosit B dan sistem sel limfosit T). (Schwartz M
William, 2010)
Limfoma non Hodgkin (LMNH) adalah neoplasma yang ganas pada sistem limfatik
dan jaringan limfoid. Seperti halnya kebanyakan neoplasma anak, penyebab LMNH juga
tidak diketahui. Sejumlah faktor, seperti infeksi virus, imunodefisiensi, aberasi kromosom,
imunostimulasi kronis, dan pemajanan terhadap lingkungan memicu terjadinya limfoma
maligna. (Betz, 2010)
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari
sistem kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa dari
limfoma ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang lainnya
menyebar dengan cepat (dalam beberapa bulan). Penyakit ini lebih sering terjadi
dibandingkan dengan penyakit Hodgkin.
Limfoma malignum non-Hodgkin atau Limfoma non-Hodgkin adalah suatu
keganasan kelenjar limfoid yang bersifat padat. Limfoma nonhodgkin hanya dikenal
sebagai suatu limfadenopati lokal atau generalisata yang tidak nyeri. Namun sekitar
sepertiga dari kasus yang berasal dari tempat lain yang mengandung jaringan limfoid
( misalnya daerah orofaring, usus, sumsum tulang, dan kulit. Meskipun bervariasi semua
bentuk limfoma mempunyai potensi untuk menyebar dari asalnya sebagai penyebaran dari
satu kelenjar kekelenjar lain yang akhirnya menyebar ke limfa, hati, dan sumsum tulang.
Menurut Handayani, 2011 ada 2 klasifikasi besar penyakit ini yaitu:
1. Limfoma non Hodgkin agresif.
Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non
Hodgkin tumbuh cepat atau level tinggi. Karena sesuai dengan namanya, limfoma non
Hodgkin agresif ini tumbuh dengan cepat. Meskipun nama agresif kedengarannya
sangat menakutkan, limfoma ini sering memberikan respon sangat baik terhadap
pengobatan.Meskipun pasien yang penyakitnya tidak berespon baik terhadap standar
pengobatan lini pertama,sering berhasil baik dengan kemoterapi dan transplantasi sel
induk.
Pada
kenyataannya,
limfoma
nonHodgkin
agresif
lebih
mungkin
menunjukkan sesuatu yang abnormal, kemudian diperiksa lebih lanjut dan ditemukan
terjadi akibat limfoma non Hodgkin. Gejala yang paling sering adalah
pembesaran kelenjar getah bening, yang kelihatan sebagai benjolan, biasanya di leher,
ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga mungkin mempunyai gejala lain
dari limfoma non Hodgkin. Karena limfoma non Hodgkin indolen tumbuh lambat dan
sering tanpa menyebabkan stadium banyak diantaranya sudah dalam stadium lanjut
saat pertama terdiagnosis.
C. Etiologi
Penyebab LNH belum jelas diketahui. Para pakar cenderung berpendapat bahwa
terjadinya LNH disebabkan oleh pengaruh rangsangan imunologis persisten yang
menimbulkan proliferasi jaringan limfoid tidak terkendali. Diduga ada hubungan dengan
virus Epstein Barr LNH kemungkinan ada kaitannya dengan factor keturunan karena
ditemukan fakta bila salah satu anggota keluarga menderita LNH maka risiko anggota
keluarga lainnya terjangkit tumor ini lebih besar disbanding dengan orang lain yang tidak
termasuk keluarga itu. Pada penderita AIDS : semakin lama hidup semakin besar risikonya
menderita limfoma.
Terdapat beberapa fakkor resiko terjadinya LNH, antara lain :
1. Imunodefisiensi : 25% kelainan heredier langka yang berhubungan dengan terjadinya
LNH
antara
lain
adalah
:severe
combined
immunodeficiency,
4.
5.
6.
7.
8.
9.
E. Patofisiologi
Telah diketahui bahwa perjalan penyakit LNH terjadi secara limfogen dengan
melibatkan rantai kelenjar getah bening yang saling berhubungan dan merambat dari satu
tempat ketempat yang berdekatan. Meskipun demikian, hubungan antara kelenjar getah
bening pada leher kiri dan daerah aorta pada LNH jenis folikular tidak sejelas seperti apa
yang terlihat pada LNH jenis difus.
Walaupun pada LNH timbul gejala-gejala konstitusional (demam, penurunan berat
badan, berkeringat pada malam hari) : namun insidennya lebih rendah dari pada penyakit
Hodgkin. Ditemukan adanya limfadenopati difus tanpa rasa nyeri, Dapat menyerang satu
atau seluruh kelenjar limfe perifer.
Biasanya adenopati hilus tidak ditemukan, tetapi sering ditemukan adanya efusi
pleura. Kira-kira 20% atau lebih penderita menunjukkan gejala-gejala yang berkaitan
dengan pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal atau mesentrium dan timbul bersama
nyeri abdomen atau defekasi yang tidak teratur. Sering didapatkan dapat menyerang
lambung dan usus halus yang ditandai dengan gejala yang mirip dengan gejala tukak
lambung, anoreksia, penurunan berat badan, nausea, hematemesis, dan melena. Penyakitpenyakit susunan saraf pusat walaupun jarang terjadi tetap dapat timbul pada limfoma
histisitik difus (imunoblastik sel besar).
Criteria diagnosis medic LNH adalah sebagai berikut:
1. Riwayat pembesaran kelenjar getah bening atau timbulnya massa tumor ditempat lain.
2. Riwayat demam yang tidak jelas.
3. Penurunan berat badan 10% dalam waktu enam bulan
4. Keringat malam yang banyak tanpa sebab yang sesuai
5. Pemeriksaan histopatologis tumor sesuai dengan LNH
F. Komplikasi
1. Akibat langsung penyakitnya
a. Penekanan terhadap organ khususnya jalan nafas, usus dan saraf
b. Mudah terjadi infeksi, bisa fatal
2. Akibat efek samping pengobatan
a. Aplasia sumsum tulang
b. Gagal jantung oleh obat golongan antrasiklin
c. Gagal ginjal oleh obat sisplatinum
d. Neuritis oleh obat vinkristin6
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium lengkap, meliputi hal berikut.
a. Darah tepi lengkap termasuk retikulosit dan LED
b. Gula darah
c. Fungsi hati termasuk y-GT, albumin, dan LDH
d. Fungsi ginjal
e. Immunoglobulin.
2. Pemeriksaan biopsy kelenjar atau massa tumor untuk mengetahui subtype LNH, bila
perlu sitologi jarum halus (FN HB) ditempat lain yang dicurigai.
3. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang
4. Ct-Scan atau USG abdomen, untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar getah
bening pada aorta abdominal atau KGB lainnya, massa tumor abdomen, dan metastase
5.
kebagian intraabdominal.
Pencitraan toraks (PA dan lateral) untuk mengetahui pembesaran kelenjar media
Interpretasi hasil
d) Morfologi SDM
e) Kerapuhan eritrosit osmotik
Laju endap darah (LED)
Trombosit
Test comb
hipersplenisme)
Reaksi positif (anemia hemolitik), reaksi negative pada
Alkalin fosfatase
Kalsium serum
BUN
Globulkin
tahap lanjut.
Mungkin meningkat bila tulang terkena
Meningkat pada eksaserbasi
Mungkin meningkat bila ginjal terlibat
Hipogammaglobulinemia umum dapat
Foto
pada
penyakit lanjut
vertebra, Dilakukan untuk area yang terkena dan membantu
toraks,
ekstremitas
terjadi
proksimal
USG abdominal
keterlibatan tulang.
Mengevaluasi
luasnya
limferetroperitoneal
Menentukan keterlibatan sumsum tulang, invasi sumsum
keterlibatan
nodus
INTERPRETASI
Terserang satu kelenjar limfe pada daerah tertentu atau ekstra limfatik
Stadium II
Stadium III
Stadium IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pernapasan
Gejala : dipnea pada saat aktivitas, nyeri dada
Tanda :
a. Dipnea, takipnea
b. Batuk non produktif
c. Tanda-tanda distress pernapasan (frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat,
penggunaan otot bantu pernapasan, stridor, sianosis)
d. Parau (paralisis paringeal akibat tekanan pembesaran kelenjar limfe terhadap saraf
laringeal)
2. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada
Tanda :
a. Takikardia, disritmia
b. Sianosis wajah akibat obstruksi drainase vena karena pembesaran kelenjar limfe
(jarang terjadi)
c. Ikterus sclera/umum akibat kerusakan hati dan obstruksi duktus empedu (tanda
lanjut)
d. Pucat (anemia), diaphoresis, dan keringat malam
3. Neurosensori
Gejala :
a. Nyeri saraf (neuralgia) yang menunjukkan terjadinya kompresi akar saraf oleh
pembesaran kelenjar limfe pada brakial, lumbal dan pleksus sacral
b. Kelemahan otot, parastesi
Tanda :
a. Status mental letargi, menarik diri, kurang minat/perhatian terhadap keadaan
sekitar
b. Paraplegia (kompresi batang spinal, keterlibatan diskus intervertebralis, kompresi
suplai darah terhadap batang spinal).
4. Nyeri dan kenyamanan
Gejala :
a. Nyeri tekan pada nodus yang terkena, misalnya: pada sekitar mediastinum, nyeri
dada, nyeri punggung (kompresi vertebral), nyeri tulang (keterlibatan tulang
limfomatus)
b. Tanda : focus pada diri sendiri, perilaku hati-hati
5. Integritas ego
Gejala : Gejala-gejala stress yang berhubungan dengan ancaman kehilangan pekerjaan,
perubahan peran dalam keluarga, prosedur diagnostic dan terapi, serta masalah
financial (biaya pemeriksaan dan pengobatan, kehilangan pekerjaan)
Tanda : perilaku menarik diri, marah dan pasif agresif
6. Keamanan
Gejala :
a. Riwayat infeksi (sering terjadi) karena abnormalitas system imun seperti infeksi
herpes sistemik, TB, toksoplasmosis, atau infeksi bacterial.
b. Riwayat ulkus/perforasi/perdarahan gaster
c. Demam pel ebstein (peningkatan suhu malam hari sampai beberapa minggu),
diikuti demam menetap dan keringat malam tanpa menggigil
d. Integritas kulit: kemerahan, pruritus umum, vitiligo (hipopigmentasi)
Tanda :
a. Demam (suhu tubuh > 3800C) menetap dengan etiologi yang tidak dapat
dijelaskan, tanpa gejala infeksi
limfe
retroperitoneal)
Tanda :
a. Nyeri tekan kuadran kanan atas, hepatomegali
b. Nyeri tekan kuadran kiri atas, splenomegali
c. Penurunan keluaran urin, warna lebih gelap/pekat, anuria (obstruksi uretral, gagal
ginjal)
d. Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi spinal cord pada gejala lanjut)
8. Makanan dan cairan
Gejala :
a. Anoreksia
b. Disfagia (tekanan pada esophagus)
c. Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan 10% dalam 6 bulan tanpa
upaya diet pembatasan
Tanda :
a. Pembengkakan pada wajah, leher, rahang, atau ekstremitas atas (kompresi vena
cava superior)
b. Edema ekstremitas bawah, asites(kompresi vena cava inferior oleh pembesaran
kelenjar limfe intradominal)
9. Aktivitas/istirahat
Gejala :
a. Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum
b. Kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi aktivitas
c. Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda :
a. Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban, dan tanda-tanda lain yang
menunjukkan kelelahan.
10. Seksualitas
Gejala : masalah fertilitas, kehamilan, dan penurunan libido akibat efek terapi
11. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala :
a. Pengetahuan tentang factor risiko dalam keluarga
b. Pengetahuan tentang factor risiko lingkungan (pemajanan agen karsinogenik
kimiawi)
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D.
Diagnosa
E.
Keperawatan
G. Bersihan
Jalan
Nafas
J. keperawatan
pasien
menunjukkan
keefektifan jalan
nafas
dibuktikan
dengan kriteria hasil :
-
tidak
gan dengan:
Infeksi,
disfungsi
neuromuskular,
hyperplasia
bronkus,
-
jalan
jalan
sekresi
nafas,
lips)
Menunjukkan
jalan
nafas
yang
nafas
adanya
jalan
eksudat
di
sputum,
mukus,
adanya
H.
mengeluarkan
tertahan, -
banyaknya
dinding
alergi
F.
efektif berhubun
-
K.
Intervensi Nic
Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
Berikan O2
Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
Monitor status hemodinamik
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Pertahankan hidrasi yang adekuat
untuk
mengencerkan sekret
Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi
L. Nyeri
N. NOC :
akut berhubunga
Q. NIC :
n dengan: Agen
keperawatan
injuri
mengalami
(biologi,
kimia,
psikologis),
fisik,
Pasien
nyeri,
tidak
-
ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
tehnik -
menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
kerusakan
penyebab
jaringan
menggunakan
M.
nyeri,
dengan
kriteria hasil:
-
mampu
dari
nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala,
P.
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/
dingin
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
R. Implementasi
S.
Yaitu perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi
keperawatan di implementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.
T.
Komponen tahap Implementasi:
1. Tindakan keperawatan mandiri
2. Tindakan keperawatan kolaboratif
3. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan keperawatan.
U.
V. Evaluasi Keperawatan
W.
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan,
dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
X.
Y.
Z.
AA.
AB.
AC.
AD.
AE.
AF.
AG.
AH.
AI.
AJ.
AK.
AL.
AM.
AN.
AO.
AP.
AQ.
AR.
AS.
AT.DAFTAR PUSTAKA
AU.
AV.Betz Cecily Lynn, 2010. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
AW. Handayani Wiwik, 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
AX. North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnosis : Definition
and Classification 2011-2012, http://www.wordpress.com. diunduh tanggal 11 Oktober
2016, jam 16.00 WIB.
AY.Pearce Evelyn C, 2010. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
AZ. Schwartz M William, 2010. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC
BA. Otto, Shirley E, 2010. Buku Saku Keperawatan Onkologi. http://www.wordpress.com.
diunduh tanggal 11 Oktober 2016, jam 16.00 WIB.
BB.
BC.
BD.