Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit manis (Cinnamomum Sp.) atau lebih dikenal sebagai kayu manis ialah
sejenis pohon penghasil rempah-rempah. Sejak abad ke-16, kayu manis telah digunakan
sebagai bumbu masak. Ia merupakan rempah-rempah dalam bentuk kulit kayu yang
biasa dimanfaatkan masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Selain sebagai
penambah cita rasa masakan, sejak dulu ia dikenal punya berbagai khasiat. Bahkan,
kayu manis saat ini sudah menjadi bagian dari bahan baku dalam industri jamu dan
kecantikan.
Di dunia terdapat 54 jenis kayu manis, 12 jenis di antaranya terdapat di Indonesia.
Jenis tanaman kayu manis yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah
Cinnamomum burmannii BL, lebih dikenal dengan nama Cassia vera. Kayu manis
termasuk dalam famili Lauraceae. Rempah-rempah ini diduga berasal dari Sri Lanka
dan India Selatan, meski tumbuh subur di Jawa, Sumatera, India Barat, Brasil, Vietnam,
Madagaskar, dan Mesir. Di dunia internasional, kayu manis dikenal dengan nama
cinnamon, yang berasal dari bahasa Yunani kinnamon. Kayu manis juga terkenal dengan
nama sweet wood.
Dari sektor perkebunan, komoditi yang memberikan sumbangan pendapatan yang
cukup potensial adalah kayu manis yang memberikan nilai ekspor terbesar kedua
setelah karet. Kayu manis (Cinnamomum burmanii) yang dalam perdagangan lebih
dikenal sebagai casiavera merupakan tanaman asli Indonesia dan sebagian besar
ditanam di daerah Sumatera Barat. Kayu manis Indonesia cukup disukai di luar negeri
karena memiliki aroma yang khas.
Produk utama dari tanaman kayu manis adalah kulit kering kayu manis yang
digunakan sebagai rempah-rempah untuk penyedap makanan. Dari kulit kayu manis
juga dapat dihasilkan beberapa produk lain seperti bubuk kayu manis, minyak atsiri
kayu manis dan oleoresin kayu manis yang banyak digunakan dalam industri makanan
minuman, farmasi dan kosmetika.
Pasaran produk kayu manis terutama adalah Amerika Serikat yang mengimpor
sekitar 80% dari jumlah kulit kayu manis yang tersedia untuk ekspor. Negara pengimpor
lainnya adalah negara-negara di Eropa Barat, Kanada dan Singapura. Hanya sedikit dari
produksi kayu manis yang digunakan untuk pasaran dalam negeri.

BAB II
ISI
2.1 Teori Umum
Kayu manis (Cinnamomum sp.) merupakan tumbuhan asli Asia Selatan, Asia
Tenggara dan daratan Cina, termasuk Indonesia (Smith, 1986). Tanaman kayu manis
yang dikembangkan di Indonesia sebagian besar adalah jenis Cinnamomum burmanii
Blume. Jenis kayu manis ini merupakan tanaman asli Indonesia. Selain C. burmanii,
Indonesia pun masih memiliki beberapa jenis tanaman dari keluarga Cinnamomum,
yaitu C. Cassia dan C. cullilawan. Namun kualitas kulitnya masih lebih rendah
dibanding C. Burmanii (Rismunandar dan Paimin, 2009).
Tanaman kayu manis (Cinnamomum sp) termasuk ke dalam famili Lauraceae
yang terdiri dari 47 marga dan lebih dari 1900 species yang berbentuk pohon-pohonan
dan semak. Dalam perdagangan yang terkenal antara lain Cinnamomum zeylanicum yang
berasal dari pulau Ceylon (Srilangka), Cinnamomum cassia yang berasal dari Birma dan
banyak ditanam di Cina dan Cinnamomum burmanii yang berasal dari Indonesia, dalam
perdagangan lebih dikenal sebagai casiavera eks Padang (Rismunandar, 1993).
Penanaman kayu manis yang terbesar di Indonesia adalah di daeah Sumatera
Barat. Di daeah ini, tanaman ditemukan umumnya di ketinggian 600 1200 m dari
permukaan laut. Meskipun begitu, di daerah dataran rendah masih ditemukan tanaman
kayu manis. Pada umumnya tanaman yang ditanam di daerah dataran rendah
pertumbuhannya lebih cepat daripada tanaman yang ditanam didaerah dataran tinggi,
tetapi tebal kulit dan aromanya tidak sebaik tanaman yang ditanam di daerah dataran
tinggi (Muhammad, 1973). Tanaman ini tumbuh baik di daerah lembab, dengan curah
hujan antara 2000-2500 mm per tahun, dan keadaan tanah yang banyak mengandung
humus, tanah gembur dan berpasir, serta tidak ada genangan air (Rismunandar, 1993).
Kayu manis termasuk famili Lauraceae yang memiliki nilai ekonomi dan
merupakan tanaman tahunan yang memerlukan waktu lama untuk diambil hasilnya.
Hasil utama kayu manis adalah kulit batang dan dahan, sedang hasil ikutannya adalah
ranting dan daun. Komoditas ini selain digunakan sebagai rempah, hasil olahannya
seperti minyak atsiri dan oleoresin banyak dimanfaatkan dalam industri-industri farmasi,
kosmetik, makanan, minuman, rokok, dan sebagainya (Heyne, 1987).
Tanaman kayu manis dengan batang yang sedang akan menghasilkan kulit
batang sebanyak lebih kurang 3 kg dan kg kulit cabang. Pada tanaman yang
berumur 10 tahun dapat menghasilkan lebih kurang 3 5 kg atau dengan jarak tanam
4x4 m akan menghasilkan lebih kurang 2000 kg kulit kayu manis kering per hektar.
Bobot kering kulit kayu manis adalah 50% dari bobot basar (Muhammad, 1973).

2.2 Data Produksi Komoditas, Ekspor Impor, Luas, Dan Sebaran Area Produksi
(2010 - 2015)
a. Data Produksi
Tabel 1. Data produksi kayu manis
Tahun

Kayu manis

2010

88,1
90,3
89,6
92,0
92,1

2011
2012
2013
2014

Ca
tat
an
:
r) Angka diperbaiki
*) Angka sementara
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan

Produksi

kayu

manis

tidak

berubah pada angka 102 ribu ton pada

kurun waktu 2008-2012.


b. Ekspor Impor
Peningkatan juga terjadi pada komoditas kayu manis nasional. Nilai ekspor

kayu manis pada 2013 mencapai US$72,95 juta meningkat 46,81% pada 2014
menjadi 107,11 juta. Namun, kinerja ekspor pada 2015 cenderung stagnan. Periode
Januari September 2015 hanya mengalami peningkatan sebesar 3,67% dibanding
periode yang sama pada 2014. Permintaan impor kayu manis dunia dalam lima
tahun terakhir mencapai 14,27%. Dengan nilai impor 2010 sebesar US$241,38 juta
menjadi US$439,96 juta pada 2014. Amerika Serikat juga merupakan importir
terbesar komoditas ini, diikuti Meksiko, India, Belanda, dan Unii Emirat Arab.
Bisnis.com, JAKARTA Perbaikan kualitas produk rempah-rempah diperlukan untuk menggenjor kinerja ekspor komoditas tersebut, kendati
telah mengalami tren pertumbuhan positif sepanjang 2015

c. Luas
Kulit manis jelas merupakan komoditas unggulan Kabupaten Kerinci. Luas
areal tanam tahun 2012 mencapai 40.962 ha dengan jumlah petani yang
mengusahakan kulit manis sebanyak 12.843 orang kepala keluarga (KK).
Pada tahun 2012, luas areal perkebunan kayu manis Kab. Hulu Sungai Selatan
mengalami peningkatan menjadi 2.552,38 ha dengan total produksi sebanyak
1.4336,53 ton. Rata-rata produksi kayu manis per ha sebesar 1.100 kg. Areal kayu
manis kategori tanaman menghasilkan (TM) seluas 1.305,94 ha; tanaman belum
menghasilkan (TM) seluas 1.205,44 ha; dan tanaman tua/rusak (TR) seluas 41 ha
(BPS Kab. Hulu Sungai Selatan, 2012).
d. Sebaran Area Produksi

No
.
1
2
3
4
5

Negara

Produksi 2011
(metnk ton)
92.900 mt
67.123 mt
20.258 mt
15.940 mt
2.300 mt

Indonesia
China
Vietnam
Srilanka
Madagasca
r

Persen total di dunia


46,7%
33,7%
10,1%
8,0%
1,1%

Tabel 2. Penghasil Kulit Manis Dunia


Daerah unggulan penghasil kayu manis, sebagian besar berada di Sumatera Barat
(Rantau Kermas, Renah Alai, dan Pulau Tengah) dengan potensi produksi sekitar 1,5
ton/bulan (Wangsa dan Nuryati, 2006). Selain itu, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi
juga merupakan salah satu wilayah kabupaten terluas dalam melakukan
pengembangan kayu manis di Indonesia, dengan areal penanaman seluas 40.962 ha
dan nilai produksinya mencapai 52.980 ton (64,92%) dari total produksi nasional.
Angka ini menempatkan Kabupaten Kerinci sebagai penyumbang utama dari total
produksi kayu manis nasional bersama Sumatera Barat. Kayu manis yang berasal dari
Kerinci ini dikenal memiliki kualitas terbaik di Indonesia (Ditjenbun, 2014).
2.3 Sifat Fisik Kimia Komoditas
Sifat Fisis Kayu
Sifat fisis kayu merupakan faktor dalam dari struktur kayu yang sangat
menentukan, di samping peran lingkungan dimana kayu tersebut tumbuh.
Beberapa sifat fisis kayu yang dianggap penting antara lain : kadar air, kerapatan,
kembang susut, berat jenis kayu.
Sifat Kimia
Sifat kimia batang kayu manis ini dilihat kandungan zat ekstraktif yang
terkandung dalam batang kayu manis. Kandungan zat ektraktif kayu
mempengaruhi keawetan kayu, warna kayu, dan lain-lain sehingga perlu untuk
diketahui.

2.4 Standar Mutu


Tabel 3. Kualitas Kayu Manis dalam Perdagangan Internasional
Tipe Kualitas Kulit
Umur Pohon yang
Deskripsi
Dipanen
Kayu Manis
Kualitas terbaik, kulit kayu harus
15 20 tahun
(kualitas
sangat
sepanjang
Grade A
bagus)
1 m dan diambil dari batang
utama, lapisan
8 10 tahun
epidermis dihilangkan dan
(kualitas
bagus)
berwarna cokelat
muda
Grade B

Kualitas menengah, diambil dari


percabangan, lapisan epidermis
tidak dihilangkan, warna cokelat
kehitam-hitaman

Di atas 7 tahun

Grade C

Kualitas terendah, diambil dari


pecahan kulit kayu manis,
dihasilkan dari kayu manis tipe
grade B

Di atas 7 tahun

Harga
Jual
Tinggi

Lebih
murah
dari
grade A
Murah

Sumber : FAO dalam Wangsa dan Nuryati, 2006.


2.5 Komposisi Kimia Bahan
Kulit kayu manis kering pada umumnya mengandung minyak atsiri, pati, protein
dan lain-lain. Aroma kulit kayu manis berasal dari minyak atsiri. Minyak atsiri kayu
manis berada di seluruh bagian tanaman, mulai dari akar, batang, hingga daun dan
bunga. Pada kulit kayu manis masih banyak terdapat komponen kimia seperti damar,
pelekat, tanin (zat penyamak), gula, kalsium, oksalat dan cumarin (Rismunandar, 1993).
Tabel 4. Komposisi kimia kulit kayu manis
Komponen

Kandungan

Kadar air

7,9%

Minyak atsiri

3,4%

Alkohol ekstrak

8,2%

Abu

4,5%

Abu larut dalam air

2,23%

Abu tidak dapat larut

0,013%

Serat kasar

29,1%

Karbohidrat

23,3%

Sumber : D.E. Gilliver (1971) dalam Rismunandar (1993)

Minyak atsiri diperoleh dari penyulingan kulit maupun daun kayu manis.
Komponen-komponen utama minyak kulit kayu manis adalah sinamaldehid, eugenol,
aceteugenol dan beberapa aldehid lain dalam jumlah yang kecil. Di samping itu juga
mengandung

methyl-n-amyl

ketone

yang

juga

sangat menentukan dalam

flavour khusus dari minyak kayu manis (Rusli dan Abdullah, 1988).
Komponen terbesar minyak atsiri dari kulit kayu manis adalah sinamal aldehid
dan eugenol yang menentukan kualitas minyaknya. Kadar komponen kimia kulit
kayu manis sangat tergantung pada daerah asalnya atau tempat penanamannya
(Rismunandar, 1993). Komponen kimia sinamaldehid dalam minyak casia adalah
sinamal aldehid, sinamil acetate, salisil aldehide, asam sinamat, asam salisilat, ometoksin, benzaldehide (metil salisitaldehide), methyi o -coumaraldehyde ( omethexysinamaldehyde) dan phenilpropilasetat (Guenther, 1987).
Minyak casia mempunyai komponen sinamat aldehid yang lebih besar
daripada minyak cinnamon. Kulit kayu manis mempunyai berat jenis yang mendekati
berat jenis air yaitu 1.020 1.070 pada suhu 15C, sehingga campuran antara bagian
minyak dan bagian air sulit dipisahkan. Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan cara
penambahan garam (salting out) atau dengan cara penyulingan bertingkat atau dengan
ekstraksi dengan pelarut yang tidak larut dalam air, tapi dapat larut dalam minyak
(Hernani,1988).
2.6 Pohon Industri

Gambar 1. Pohon industri pengembangan produk kulit kayu manis


2.7 Analisis
2.7.1 Kajian Pengembangan Produk
Produk utama tanaman kayu manis adalah kulit kering kayu manis. Kulit
kering kayu manis dapat diolah lagi menjadi beberapa produk lanjutan yaitu
bubuk kayu manis dan minyak atsiri kayu manis. Tujuan pengolahan lebih lanjut
adalah untuk melakukan pengembangan produk dan memberikan variasi produk yang
akan memberikan nilai tambah terhadap produk kulit kering kayu manis.
Untuk mengembangkan produk kayu manis menjadi beberapa produk lanjutan
perlu mempertimbangkan beberapa faktor yaitu adanya ketersediaan bahan baku
kayu manis yang cukup untuk menjamin kelangsungan produksi, peluang pasar serta
dukungan teknologi yang dapat digunakan untuk mengolah kayu manis menjadi
produk lanjutannya.
Prospek kayu manis dunia diperkirakan akan meningkat dengan semakin
diketahuinya kegunaan bahan kimia yang terkandung dalam kulit dan minyak
kayumanis tersebut. Minyak kayumanis dari C. cassia banyak diperdagangkan di
dunia, paling banyak diproduksi oleh China. Indonesia telah memproduksi minyak
kayumanis dari jenis C. burmanii dan C. cassia walaupun dalam jumlah yang
sedikit.

Konsumen

utama

Cassia

oil adalah Amerika Serikat yang

menggunakannya sebagai bahan campuran pada industri minuman yang populer.


Minyak dari daun kayumanis juga banyak dikonsumsi di Amerika sebagai
bahan penyedap makanan dan industri parfum. Oleoresin yang dihasilkan dari kulit
kayumanis jenis C. burmanii asal Indonesia dan sebagian besar

diproduksi

di

Amerika, banyak dikonsumsi dunia (90%). Oleoresin ini digunakan dalam industri
backery (roti dan kue) terutama untuk pembuatan pastry (bahan pie).
Minyak kayumanis banyak digunakan dalam industri makanan, minuman,
farmasi, rokok dan kosmetika. Disamping itu, minyak ini bersifat anti
sehingga

dapat

cendawan

digunakan sebagai bahan pengawet. Kayumanis berkhasiat untuk

obat asam urat, tekanan darah tinggi, maag, nafsu makan, sakit kepala (vertigo),
masuk angin, diare, perut kembung, muntah- muntah, hernia, susah buang air besar,
asma, sariawan, dan sakit kencing. Kayumanis memiliki efek

farmakologis yang

dibutuhkan dalam obat-obatan. Kulit batang, daun, dan akarnya dapat dimanfaatkan
sebagai obat antirematik, peluruh keringat (diaphoretic), peluruh kentut (carminative),
dan menghilangkan rasa sakit (Sedarnawati dan Hanny,

2008;

Febriana

dan

Muhtadi, 2008).
Saat ini masyarakat dunia mempunyai kecenderungan untuk menggunakan
produk- produk alami yang terlihat dari meningkatnya pengembangan produk special
organic dan meningkatnya pasar rempah termasuk kayu manis di Uni Eropa sebesar
rata-rata 9 % per tahunnya.
Peningkatan konsumsi kayu manis ini antara lain dikarenakan meningkatnya
tuntutan konsumen Uni Eropa terhadap healthy lifestyle dan adanya anggapan
bahwa rempah adalah bahan alami yang menyehatkan (Dirjenbun, 2008). Dalam lima
tahun terakhir, negara-negara produsen seperti Srilanka, India, Vietnam, dan China
mengalami pertumbuhan produksi kayumanis yang cukup tinggi, sedangkan Indonesia
mengalami perkembangan produksi sebesar 29,33%

dan perkembangan ekspor

dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Sementara itu tingkat konsumsi kayumanis
dalam negeri selama 5 tahun terakhir tumbuh sekitar rata-rata 81,08% per tahun.
Peningkatan konsumsi tersebut disebabkan oleh makin

beragamnya

manfaat

kayumanis, terutama untuk kesehatan.


Cinnamomum burmannii (Kayu Manis) merupakan salah satu jenis dari
famili Lauraceae yang dipilih untuk penelitian ini. Tumbuhan ini banyak terdapat di
daerah sub tropis dan tropis. Penelitian terhadap minyak atsiri dari Cinnamomum
burmannii yang berasal dari Guangzhou, China yang dilakukan oleh Wang dkk
(2009) melaporkan bahwa komponen mayor minyak atsiri yang terkandung adalah
trans- sinamaldehid (60,72%), eugenol (17,62%) dan kumarin (13,39%). Minyak
atsiri adalah senyawa organik yan diperoleh dari hasil metabolit sekunder tanaman
yang komposisi kimia minyak atsiri tergantung pada jenis tumbuhan, daerah tempat
tumbuh, iklim, dan bagian yang diambil minyaknya (Guanther, 2006).
Potensi untuk mengembangkan usaha agribisnis kayumanis di Indonesia cukup
besar mencakup hampir semua subsistem, baik pada subsistem agribisnis hulu (on form)
maupun subsistem hilir. Potensi sumberdaya yang dimiliki
sumberdaya

Indonesia,

seperti

alam (lahan yang sesuai), teknologi, tenaga ahli, plasma nutfah bahan

tanaman, serta jumlah penduduk sebagai potensi pemasaran dalam negeri, cukup
memadai. Didukung oleh sistem dan manejemen produksi yang efisien dan efektif,
potensi yang dimiliki tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjadikan Indonesia sebagai
produsen kayumanis bermutu nomor satu di dunia dengan daya saing yang cukup
tinggi.
Peningkatan penggunaan produk kayumanis termasuk diversifikasi produknya

yang kian beragam dalam industri jamu, kosmetik, makanan dan minuman, farmasi,
dan kayu membuat peluang pasar komoditi kayumanis Indonesia kian terbuka lebar.
1. Pengambilan minyak atsiri dari daun dan kulit kayumanis
Faktor yang sangat berpengaruh pada metode penyullingan uap langsung
adalah kemampuan uap melewati unggun. Hal ini berkaitan dengan laju uap dan
porositas unggun. ketel suling coil kondensor air masuk saluran buangan cairan
tangki pemisah api air keluar ketel bahan dengan saringan yang berlubang d
istributor uap ketel uap Laju uap dipengaruhi oleh besarnya tekanan yang diberikan
pada ketel uap menuju ketel suling melalui sebuah pipa, sedangkan porositas unggun
ditentukan oleh kehalusan bahan yang akan disuling. Ukuran bahan yang terlalu
halus akan menyebabkan porositas unggun menjadi sangat kecil sehingga tidak dapat
dilewati oleh uap. Akibatnya proses penyulingan tidak terjadi dengan sempurna atau
bahkan tidak terjadi sama sekali. Porositas unggun yang sangat kecil masih dapat
diatasi dengan memberikan laju uap yang bertekanan, namun jika ukuran bahan
terlalu halus, maka akan terbentuk jalur uap, yang menyebabkan tidak semua bahan
dilewati oleh uap. Selain itu tekanan uap yang terlalu tinggi, akan menyebabkan
kerusakan minyak atsiri. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan pada ketinggian
bahan tertentu, uap juga tidak mampu lagi menembus bahan dan banyak
terperangkap dalam bahan, sehingga perolehan minyak atsiri rendah.

Gambar 2. Perolehan minyak atsiri dari kulit batang


pada empat jenis distributor.

2. Pengambilan oleoresin dari kulit batang kayumanis


Faktor yang berpengaruh pada proses ektraksi adalah jenis pelarut,
temperatur dan ukuran bahan, sedangkan pengadukan membantu mendistribusikan
suhu dan memperluas bidang kontak antara pelarut dan bahan. Ukuran bahan
mempengaruhi waktu ekstraksi. Ukuran bahan yang lebih halus akan memberikan
luas bidang kontak yang lebih besar dengan pelarut, karena jarak pelarut
mengambil oleoresin lebih singkat. Jika ukuran bahan lebih besar, maka pelarut
akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengekstrak semua oleoresin.
Hasil penelitian menunjukkan, oleoresin yang diperoleh dari kulit kayumanis yang
dikikis dan kulit kayumanis yang tidak dikikis berbeda warnanya. Kulit kayumanis
yang dikikis memberikan warna coklat kemerahan, sedangkan kulit kayumanis
yang tidak dikikis memberikan warna merah gelap. Perolehan oleoresin dengan
konsentrasi etanol yang lebih tinggi memberikan hasil yang lebih baik daripada
konsentrasi etanol yang lebih rendah (Gambar 3 dan Gambar 4).

Gambar 3. Hubungan antara konsentrasi etanol dan perolehan

Gambar 4. Oleoresin

Bahwa etanol yang telah dipisahkan dari oleoresin masih dapat digunakan
kembali meskipun terlihat perolehannya lebih rendah daripada menggunakan etanol
baru. Namun jika etanol dilakukan pemisahan kembali dengan dua kali distilasi
kemungkinan akan memberikan hasil ekstraksi yang lebih mendekati etanol yang
baru.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengembangan agroindustri diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah hasil
pertanian, meningkatkan pendapatan petani dan menambah lapangan pekerjaan. Propinsi
Sumatera Barat yang dikenal sebagai penghasil tanaman kayu manis berpotensi untuk
mengembangkan industri pengolahan kayu manis dengan mendirikan industri bubuk
kayu manis dan minyak kulit kayu manis.
Ketersediaan dan produktivitas lahan di Sumatera Barat masih cukup tinggi
untuk pengusahaan tanaman kayu manis. Selain itu iklim dan kondisi alam cocok untuk
pengembangan serta tersedianya sarana dan prasarana yang cukup memadai.
Pengembangan industri minyak kayu manis dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai
tambah produk kayu manis sehingga ekspor tidak hanya dalam bentuk bahan baku
berupa kulit kering kayu manis.
Perolehan minyak atsiri dari kulit kayumanis dapat ditingkatkan jika ditemukan
teknologi penyulingan dengan kondisi operasi yang tepat. Minyak atsiri yang diperoleh
dari penelitian ini dengan menggunakan beberapa distributor telah menunjukkan suatu
kemajuan. Perolehan yang masih rendah disebabkan karena alat yang digunakan dalam

penghalusan bahan masih sangat sederhana sehingga kemungkinan terjadi kehilangan


minyak sebelum penyulingan.

Untuk penyulingan daun kayumanis, metode

penyulingan uap langsung kurang sesuai. Penelitian ini masih harus ditingkatkan agar
perolehan minyak dapat mencapai batas maksimal.
Walaupun penelitian pengambilan minyak atsiri dari kayu manis ini terus
ditingkatkan namun jika pemasarannya tidak lancar, maka harapan petani untuk
memperoleh penghasilan yang layak tidak akan tercapai, dan sangat mungkin suatu saat
perdagangan kayu manis di Indonesia akan hilang mengingat hampir 80% ekspor kulit
kayumanis berasal dari Sumatera Barat. Untuk itu perhatian dari semua pihak terkait
sangat diperlukan dalam mengembalikan potensi alam Sumatera Barat ini.
Bagi daerah sentara produksi tanaman kayu manis nasional seperti Sumatera
Barat dan Kabupaten Kerinci, peran tanaman kayumanis cukup penting bagi pendapatan
mereka, yaitu 27,6 % dari pendapatan usahataninya atau 16 % dari total pendapatan
petani, pada kondisi harga kayumanis yang rendah. Ekspor produk tanaman kayumanis
terus mengalami peningkatan.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Si Manis dari Kerinci yang Menjadi Idola Dunia.
http://ditjenbun. pertanian.go.id/tanregar/berita-269-si-manis-dari-kerinci-yang-menjadi-idola-dunia-.html. Diakses 13 01 2015.
Muhammad, M.T. 1973. Pedoman Bercocok Tanam Kayu Manis. Bogor : Lembaga
Penelitian Tanaman Industri.
Guenther, Ernest.1987. Minyak Atsiri. Jilid 1. Jakarta : UI Press.
Hernani, 1988. Penyulingan minyak dahan dan ranting kayumanis, Bulletin Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat Vol. 3 No. 1 Bogor.
Rismunandar. 1993. Kayu Manis. Jakarta : Penebar Swadaya.
Rusli, Mamun dan Triantoro. 1990. Penyulingan Beberapa Kulit Cassiavera.
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor
Wangsa, R. dan S. Nuryati. 2006. Status dan Potensi Pasar Kayu Manis Organik Nasional
dan Internasional. Laporan Penelitian. Aliansi Organis Indonesia. Bogor.

MAKALAH
PENGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI
KAYU MANIS (CINNAMOMUM SP)

Disusun oleh :
Nama

:
1. Arby Surya Laksono ( E1G014058 )

2. Etian Erian Dianto


3. Yeni Gayatri

( E1G014021 )
( E1G014091 )

Kelompok

: VIII ( Delapan )

Kelas

: TIP. B

Dosen Pembimbing

: Tuti Tutuarima, S. Tp, M. Si.

TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANNIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016

Anda mungkin juga menyukai