Anda di halaman 1dari 31

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Konsep koping

2.1.1 Pengertian koping


Menurut Keliat (1999), koping adalah cara yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap
situasi yang mengancam.
Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan
perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau
eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.
Berdasarkan kedua definisi maka yang dimaksud mekanisme koping adalah
cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan
yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku
(http://mustikanurse.blogspot.com, diakses pada tanggal 17 November 2008).
2.1.2

Penggolongan koping
Koping berdasarkan penggolongan dibagi menjadi dua yaitu :

2.1.2.1 Koping adaptif


Koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi,
pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya : mau berbicara dengan
orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang
dan aktivitas konstruktif.

2.1.2.2 Koping maladaptif


Koping maladaptif adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi
integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan (http://mustikanurse.blogspot.com, diakses pada tanggal 17 November
2008). Kategorinya: makan yang berlebihan atau tidak mau makan, bekerja
berlebihan, menghindar.
Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, salah satunya adalah aspek
psikososial, yaitu:
a)

Reaksi orientasi tugas


Berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stress

secara realistis dapat berupa konstruktif atau destruktif. Misalnya : perilaku


menyerang (agresif) biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk
memuaskan kebutuhan, perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan
sumber- sumber ancaman baik secara fisik atau psikologis, perilaku kompromi
digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan atau memuaskan aspek
kebutuhan pribadi seseorang.
b)

Mekanisme pertahanan ego


Disebut juga sebagai mekanisme pertahanan mental, yang termasuk

mekanisme pertahanan ego adalah sebagai berikut:


1)

Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara

tegas menonjolkan keistimewaan atau kelebihan yang dimilikinya.

2)

Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas

tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.


3)

Pemindahan (displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang atau benda lain yang

biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.


4)

Disosiasi
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau

identitasnya.
5)

Identifikasi (identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya

dengan mengambil atau menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang


tersebut.
6)

Intelektualisasi (intelektualization)
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari

pengalaman yang mengganggu perasaannya.


7)

Introjeksi (introjection)
Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan melebur

nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok kedalam struktur egonya
sendiri, merupakan hati nurani.
8)

Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat

bersifat sementara atau berjangka lama.

9)

Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain

terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi.
10)

Rasionalisasi
Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat

untuk menghalalkan atau membenarkan impuls, perasaan, dan motif yang tidak dapat
diterima.
11)

Reaksi formasi
Pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari, yang bertentangan

dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau ingin lakukan.


12)

Regresi
Kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari

suatu taraf perkembangan yang lebih dini.


13)

Represi
Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang

menyakitkan atau bertentangan dari kesadaran seseorang ; merupakan pertahanan ego


yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain.
14)

Pemisahan (splitting)
Sikap mengelompokkan orang atau keadaan hanya sebagai semuanya baik

atau semuanya buruk ; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif
didalam diri sendiri.

15)

Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat

untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16)

Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi

sebetulnya merupakan analog represi yang disadari ; pengesampingan yang disengaja


tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang, kadang-kadang dapat mengarah pada
represi berikutnya.
17)

Undoing
Tindakan atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari perilaku atau

komunitas

sebelumnya,

merupakan

mekanisme

pertahanan

primitif

(http://mustikanurse,blogspot.com, diakses pada tanggal 17 November 2008).


2.1.3

Faktor-faktor yang mempengaruhi koping

1)

Usia
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilakukan sampai saat ulang tahun

terakhir. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan ketakutan seseorang lebih
percaya diri orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya (Nursalam, 2001 : 134).
2)

Tingkat pendidikan
Menurut Suwarno tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh

seseorang terhadap perkembangan orang lain, menuju ke arah cita-cita, makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang makin tinggi dan makin mudah menerima informasi
(Nursalam, 2001 : 132).

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima


informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Koentjoroningrat, 1997, dikutip oleh Nursalam
dan Pariani, 2001).
3)

Intelegensi
Tingkat kecerdasan mempengaruhi kemampuan untuk menangkap dan

mempengaruhi yaitu aspek kognitif dari konsep namun tidak mempengaruhi aspek
afektif (Elisabet, 2000).
4)

Status sosial ekonomi


Tingkat sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang

individu yang berasal dari keluarga yang status ekonominya baik dimungkinkan lebih
memiliki sikap positif memandang diri dan masa depan dari pada yang kurang
(Nursalam, 2000).

2.2

Konsep proses penuaan (Aging procces)

2.2.1

Definisi penuaan
Proses penuaan (Aging procces) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan


mempertahankan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000: 13). Proses menua merupakan
proses yang terus menerus (berlanjut) secara ilmiah. Dimulai sejak lahir dan
umumnya pada semua makhluk hidup (Wahyudi Nugroho, 2000 : 13).

2.2.2

Teori-teori proses menua

2.2.2.1 Teori-teori biologi


a)

Teori genetik dan mutasi (Somatik Mutatie Theori)


Menurut teori ini menua telah terpogram secara genetik untuk spesies-spesies

tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
1)

Pemakaian dan rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan selsel tubuh lelah (terpakai).

2)

Teori Akumulasi dari produk sisa atau pengumpulan dari pigmen atau
lemak dalam tubuh.

3)

Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

4)

Tidak ada perlindungan terhadap : radiasi, penyakit, dan kekurangan


gizi.

5)

Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theori) didalam proses


metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tertentu
yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah
dan sakit.

6)

Teori Immunologi Slow Virus (Immunology Slow Virus Theory)


sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

7)

Teori stress menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa


digunakan oleh tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan

kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel


tubuh telah terpakai.
8)

Teori Radikal Bebas radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas,


tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan
sel-sel tidak dapat regenerasi.

9)

Teori Rantai Silang sel-sel tua atau usang, reaksi kimianya


menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan hilangnya fungsi.

10)

Teori Program kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah


sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.

2.2.2.2 Teori kejiwaan sosial


a) Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)
Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup)
dilanjutkan pada cara hidup dan lanjut usia. Mempertahankan hubungan antara sistem
sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
b) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Pada teori
ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c) Teori pembebasan (Disengagemen Theory)

Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran


individu dengan individu lainnya. Teori ini mengatakan bahwa dengan bertambahnya
usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
sering terjadi kehilangan ganda (Triple loss), yaitu kehilangan peran (Loss of Role),
hambatan kontak social (Restraction of Contacts and Relation Ships), berkurangnya
komitmen (Reduce Commitment of Social Mores and Value) (Wahyudi Nugroho,
2000: 16-18).
2.2.3

Faktor penyebab penuaan

2.2.3.1 Faktor internal yang mempengaruhi proses penuaan antara lain sebagai
berikut:
a)

Genetik: pada orang tertentu yang cenderung berkulit kering akan mengalami
proses penuaan kulit secara lebih cepat daripada mereka yang mempunyai kulit
normal dan berminyak.

b)

Ras: ada 3 ras manusia, yaitu: Kaukasia, Asia, dan Negroid. Ras Kaukasia
mempunyai kulit yang lebih tipis dan cepat menua dibandingkan kedua ras yang
lainnya.

c)

Hormonal: pengaruh hormon lebih jelas terlihat pada wanita yang mendekat
menopause, terjadi penurunan produksi hormon terutama estrogen yang
mempengaruhi kekenyalan kulit.

d)

Penyakit kronis dan penyakit yang menurunkan kekebalan tubuh seperti HIV

2.2.3.2 Faktor eksternal yang mempengaruhi proses penuaan antara lain sebagai
berikut:
a)

Paparan Sinar Ultra Violet (UV), seperti radiasi sinar X, polusi udara yang
berasal dari mobil, pabrik, frion, asap rokok, bahan kimia eksogen dan endogen,
serta makanan tinggi karbohidrat dan kalori. Pengaruh sinar matahari yang
menahun atau kronik menyebabkan kerusakan kulit akibat efek fotobiologik sinar
UV yang menghasilkan radikal bebas akan menimbulkan kerusakan protein dan
asam amino yang merupakan struktur utama kolagen dan elastis pada kulit

b)

Radikal bebas, radikal bebas adalah suatu molekul atau atom yang memiliki
satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan.Elektron tersebut sangat reaktif
dan cepat bereaksi dengan molekul yang lain sehingga terbentuk radikal bebas
baru dalam jumlah besar secara terus-menerus. Radikal bebas dapat
menimbulkan kerusakan diberbagai bagian sel dan menyebabkan berbagai
penyakit seperti tumor, kanker, arterosklerosis, katarak, keriput, penuaan dan
lainnya. antioksidan bekerja menangkap radikal bebas yang ada didalam kulit.
Molekul antioksidan berfungsi sebagai sumber hydrogen labil yang akan
berikatan dengan radikal bebas. Dalam proses tersebut, antioksidan mengikat
energi yang akan digunakan untuk pembentukan radikal bebas baru sehingga
reaksi oksidasi berhenti. Antioksidan mengorbankan diri untuk teroksidasi oleh
radikal bebas sehingga melindungi protein atau asam amino penyusun kolagen
dan lastin

c)

Faktor penyebab terjadinya kekeringan, seperti cara perawatan kulit yang


salah, kosmetik yang tidak sesuai, kelembaban udara yag rendah, ruang ber AC,

kipas angin, suhu dingin, dan panas akan mempercepat pengaruh air dari kulit
sehingga menyebabkan kulit menjadi kering.
d)

Makanan, makanan yang terlalu banyak lemak hewani akan lebih mudah
terjadi proses penuaan dini dibandingkan dengan yang lebih banyak
mengkonsumsi lemak nabati. Hal ini karena menghasilkan radikal bebas lebih
banyak, sedangkan makanan yang berasal dari nabati (tumbuh-tumbuhan)
mengandung banyak sekali antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas.

e)

Stress psikologi, kehidupan modern kesibukan dan sebagainya akan


memudahkan seseorang mengalami stress psikologis, padahal ini menyebabkan
proses penuaan dini.

f)

Gaya hidup, seperti merokok, alkohol, kurang olahraga akan mudah


mempengaruhi strukur dan fisiologi kulit.

2.2.4

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

2.2.4.1 Perubahan-perubahan fisik


a)

Sel
Lebih sedikit jumlahnya, dan lebih besar ukurannya, berkurangnya jumlah

cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler,

jumlah sel otak menurun,

menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, terganggunya mekanisme
perbaikan sel, otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-10 %.
b)

Sistem persyarafan
Berat otak menurun 10-20 % (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam

setiap harinya), lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan
stres. Mengecilnya saraf panca indera sehingga berkurangnya syaraf penglihatan,

hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitif


terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, kurang
sensitif terhadap sentuhan.

c)

Sistem pendengaran
Presbiaskusis (gangguan dalam pendengaran). Hilangnya kemampuan

pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia di atas
65 tahun, otosklerosis akibat atrofi membran tympani, terjadi pengumpulan serumen
dapat mengeras karena meningkatnya keratin, pendengaran bertambah menurun pada
lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres.
d)

Sistem penglihatan

1)

Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

2)

Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

3)

Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.

4)

Hilangnya daya akomodasi.

5)

Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.

6)

Menurunkan daya membedakan warna biru atau hijau.

e)

Sistem kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku,

kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabkan menurunnya


kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, tekanan darah meninggi akibat
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
f)

Sistem pengaturan temperatur tubuh

1)

Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis akibat


metabolisme yang menurun.

2)

Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi


panas akibat aktivitas otot menurun.

g)

Sistem respirasi

1)

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

2)

Menurunnya aktivitas dari silia.

3)

Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat,


kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.

4)

Alveoli ukurannya melebar dari biasanya

dan jumlahnya

berkurang.
5)

Kemampuan untuk batuk berkurang.

h)

Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi, kemampuan indera pengecap menurun, rasa lapar menurun,

asam lambung menurun, waktu mengosongkan asam lambung merunurun, peristaltik


menurun.
i)

Sistem genitourinaria
Penyaringan ginjal menurun, kemampuan otot kandung kemih menurun

mengakibatkan BAK menjadi sering, pembesaran prostat pada laki-laki dan selaput
lendir vagina menurun karena sekresi berkurang.

j)

Sistem endokrin
Produksi dari hampir semua hormon menurun.

k)

Sistem kulit
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, menurunnya

respon terhadap trauma sehingga bila jatuh mudah terjadi kerusakan integritas kulit.

l)

Sistem muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal menyebabkan gangguan daya berjalan dan ini

berhubungan dengan proses menua yang fisiologis, misalnya : tulang kehilangan


density (cairan) dan makin rapuh, discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek
(tingginya berkurang), persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan
mengalami sklerosis, atrofi serabut otot dan mengecil, otot-otot polos tidak begitu
berpengaruh.
Sehingga hal-hal tersebut mengakibatkan : penurunan range of motion (ROM)
sendi, penurunan kekuatan otot, terutama ekstermitas, perpanjangan waktu reaksi,
goyangan badan.
2.2.4.2 Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental, yaitu: pertama
perubahan fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan,
keturunan (hereditas), lingkungan, gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan
ketulian, gangguan gizi akibat kehilangan jabatan, rangkaian dari kehilangan, yaitu
kehilangan hubungan dengan teman-teman dan family, hilangnya kekuatan dan
ketegapan fisik : perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.

2.2.4.3 Perkembangan spiritual


Menurut Maslow (1970) dalam Wirahkusumah (2000: 57) mengemukakan
bahwa agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya, lansia makin
matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak
dalam sehari-hari.

2.2.4.4 Perubahan-perubahan psikososial


1)

Pensiun
Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan
mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain: kehilangan finanasial (income
berkurang), kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan segala fasilitasnya), kehilangan teman atau kenalan atau relasi,
kehilangan pekerjaan atau kegiatan.

2)

Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awarness of


mortality).

3)

Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan


bergerak lebih sempit.

4)

Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic


deprivation).

Meningkatnya

biaya

hidup pada penghasilan yang

sulit,

bertambahnya biaya pengobatan.


5)

Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

6)

Gangguan saraf pancaindera, timbul kebutaan dan ketulian.

7)

Gangguan gizi akibat kehilangan, yaitu kehilangan hubungan


dengan teman-teman dan family.

8)

Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap


gambaran diri, perubahan konsep diri (Wahyudi Nugroho, 2000: 21-29).

2.3

Konsep lansia

2.3.1

Pengertian lansia
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam

mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Kordinasi Keluarga


Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologis,
aspek ekonomi dan aspek sosial ( Darmojo, 1999 ).
Menurut UndangUndang No. 13/Th. 1998, BAB I, pasal 1 ayat 2, tentang
kesejahteraan lanjut usia, berbunyi: Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia
60 (enam puluh) tahun ke atas (Nugroho, 2000: 20).
Lansia (lanjut usia) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999: 8).
2.3.2

Batasan lansia
Beberapa pendapat dikemukakan mengenai batasan umur :

a)

Menurut
Dunia

Organisasi

Kesehatan

Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun; lanjut usia
(elderly), ialah kelompok usia antara 60-74 tahun; lanjut usia tua (old), ialah
kelompok usia antara 75-90 tahun; usia sangat tua (very old), ialah kelompok usia di
atas 90 tahun.
b)

Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati


Ahmad Mohamad
Usia setengah umur (prasenium) adalah 40-65 tahun, lanjut usia (senium)

adalah di atas usia 65 tahun.

c)

Menurut Dra. Ny. Jos Masdani


(Psikolog UI)
Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi

menjadi empat bagian, yaitu fase iuventus, yaitu antara usia 25-40 tahun; fase
verilitas, yaitu antara usia 40-50 tahun; fase presenium, yaitu antara usia 55-65 tahun;
fase senium, yaitu antara usia 65 tahun sampai tutup usia.
d)

Menurut

Prof.

Dr.

Koesemato

Setyonegoro
Usia dewasa muda (elderly adulhood): usia 18 atau 20-25 tahun, usia dewasa
penuh (middle years) atau maturasi: 25-60 atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age):
lebih 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk usia 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun
(old), dan lebih dari 80 tahun (very old).

Dilihat dari pembagian umur dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas
(Wahyudi Nugroho, 2000: 19-20).
2.3.3

Kebutuhan dasar usia lanjut


Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki

kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera seperti manusia lainnya.
Kebutuhan tersebut meliputi:
2.3.3.1 Pemenuhan kebutuhan nutrisi usia lanjut
Mengacu pada 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Pesan-pesan yang perlu
diperhatikan oleh setiap individu sejak usia dewasa khususnya pada usia lanjut dalam
memilih makanan:
1)

Pilihlah makanan yang bervariasi dan beraneka ragam

2)

Membatasi karbohidarat, lemak dan protein terutama dari sumber hewani

3)

Dianjurkan minum susu skim atau rendah lemak untuk mempertahankan


konsumsi lemak

4)

Gunakan garam beryodium dan batasi konsumsi garam tidak lebih dari satu
sendok per hari

5)

Dianjurkan mengkonsumsi sayuran berwarna hijau dan buah-buahan


berwarna merah sebagai sumber zat besi dan vitamin A

6)

Sarapan sangat bermanfaat untuk memelihara ketahanan fisik dan dapat


meningkatkan produktivitas pada waktu bekerja

7)

Minum air putih matang sekurang-kurangnya 8 gelas setiap hari akan


memperlancar proses metabolisme disamping mencegah dehidrasi

8)

Hindari minum-minuman beralkohol

9)

Pilihlah bahan makanan yang segar

10)

Biasakan membaca label sebelum membeli bahan makanan yang dikemas.

Tabel 2.1 contoh menu sehari untuk lansia lanjut (wanita) 1850 kalori
Menu
Bahan Makanan
Ukuran Rumah Tangga
(Urt)
Pagi
Nasi
Beras
gelas
Telur rebus
Telur ayam
1 butir
Urap sayuran
Bayam + Taoge + Kelapa
1 mangkuk
Jam 10.00
Susu
Buah
Siang
Nasi
Bandeng presto
Sayur lodeh

Susu skim, gula


Pepaya

3 sdm, 1 sdm
1 ptg. Sedang

Tahu Bacem
Buah

Beras
1 gelas
Ikan Bandeng
1 ptg sedang
Sayuran (labu siam, kacang 1 mangkuk
panjang, santan cair)
lanjutan
Tahu
1 ptg sedang
Semangka
1 ptg sedangdilanjutkan

Jam 16.00
Pisang bakar

Pisang, margarine

2 buah sedang, sdm

Malam
Nasi
Semur ayam
Soup sayuran
Buah

Beras
Ayam
Wortel + buncis + kol
Pisang

gelas
1 ptg sedang
1 mangkuk
1 buah

Sumber: Depkes RI, 2005

Tebel 2.2 contoh menu sehari untuk lansia lanjut (pria) 2200 kalori
Menu
Bahan Makanan
Ukuran Rumah Tangga
(Urt)
Pagi
Roti bakar
Roti + selai buah
2 iris
Telur rebus
Telur ayam
1 butir
Susu
Susu skim, gula pasir
2 sdm
Buah
pisang
1 buah

Jam 10.00
Pisang rebus
Teh manis

Pisang
Teh, gula pasir

1 buah
1 sdm

Siang
Nasi
Pepes ikan
Sayur asam
Tempe goreng
Buah

Beras
Ikan mas
Sayuran
Tempe
Semangka

1 gelas
1 ptg sedang
1 mangkuk
2 ptg sedang
1 ptg sedang

Jam 16.00
Bubur kacang hijau
Malam
Nasi
Ungkep ayam
Sayur sop

Kacang hijau, gula, santan 1 gelas, 1 sdm


secukupnya
Beras
1 gelas
Ayam
1 ptg sedang
Wortel + buncis + kol + 1 mangkuk
kentang
Pisang
1 ptg sedang

Buah
Sumber: Depkes RI, 2005

2.3.3.2 Pemenuhan kebutuhan eliminasi usia lanjut


1)
a)

Eliminasi alvi ditempuh upaya


Pada penumpukan gas didalam saluran gastrointestinal
Hindarkan aktivitas yang meningkatkan penelanan udara yang berulang-

ulang, pertahankan posisi tegak setelah makan untuk mempermudah gas menuju
lambung, makan atau diet rendah lemak untuk menurunkan produksi karbondioksida,
hindarkan makanan pembentuk gas misalnya sayuran kubis, kol, tewel, ketela rambat,
ambulasi dilakukan untuk meningkatkan peristaltic usus.
b)

Pada konstipasi

Berikan diet yang mengandung makanan tinggi serat (sayur dan buah segar
atau segala macam produk makanan dari padi-padian), berikan cukup cairan kurang
lebih 2 liter per hari, berikan aktivitas semaksimal mungkin, lakukan bowel training.
c)

Pada diare
Usahakan usus istirahat, kontol masukan makanan untuk mengurangi

stimulasi usus dan untuk mencegah iritasi terhadap mukosa yang infeksi, berikan
cairan yang cukup, berikan makanan yang tinggi kalori tinggi protein, berikan atau
pantau personal hygiene setiap kali setelah buang air besar, berikan waktu istirahat
jika ada keletihan.
2)

Eliminasi urine ditempuh upaya

a)

Pada retensi urine


Berikan rangsangan melalui posisi berkemih, berikan rangsangan auditori

dengan menggunakan air mengalir, berikan rangsangan dengan menyiramkan air pada
daerah perineum, lakukan rendam dalam air hangat.
b)

Pada Inkontinensia urine


Buatlah jadwal berkemih sebelum kandung kemih penuh, ajarkan menarik

nafas untuk mengencangkan otot perineum, duduk pada toilet dengan lutut
direntangkan kesamping, alirkan dan hentikan berkemih (Depkes RI, 2005: 47).
2.3.3.3 Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur usia lanjut
Kebutuhan tidur usia lanjut kurang dari 6 jam per hari, 25% tidur REM,
kadang mengalami insomnia dan sering bangun atau terjaga sewaktu tidur. Cara
pemenuhan istirahat tidur usia lanjut yang mengalami insomnia:

1)

Makan-makanan berprotein tinggi sebelum tidur, misalnya susu, tryptopan


sebagai asam amino dari protein yang dicerna dapat membantu agar mudah tidur

2)

Hindarkan minum kopi atau alkohol

3)

Mengusahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama dan
menghindarkan tidur diwaktu siang atau sore hari

4)

Meninggalkan tempat tidur dan kamar tidur kecuali untuk tidur

5)

Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa mengantuk dan tidak pada waktu
kesadaran masih penuh

6)

Menghindarkan kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur

7)

Melakukan latihan gerak tubuh setiap hari tetapi tidak menjelang tidur

8)

Menggunakan teknik relaksasi otot serta meditasi sebelum berusaha untuk


tidur (Depkes RI, 2005: 64).

2.3.3.4 Pemenuhan kebutuhan gerak tubuh atau olahraga ringan usia lanjut
Prinsip gerak tubuh pada usia lanjut:
1)

Komponen kesegaran jasmani yang esential dilatih adalah kardio-pulmonal,


kelenturan, kekuatan otot dan komposisi tubuh

2)

Selalu memperhatikan keselamatan

3)

Latihan teratur dan tdak terlalu berat

4)

Permainan dalam bentuk ringan sangat dianjurkan

5)

Latihan dilakukan dengan dosis berjenjang

6)

Hindarkan kompetisi

7)

Perhatikan kontra indiaksi latihan yaitu adanya infeksi, hipertensi lebih dari
180 mmHg sistolik dan 120 mmHg distolik atau berpenyakit berat.
Macam-macam gerak tubuh yang baik bagi usia lanjut:

1)

Melakukan pekerjaan rumah dan berkebun yang dikerjakan lebih cepat


agar nafas sedikit lebih cepat, denyut jantung lebih cepat, dan otot menjadi lelah,
sehingga dapat dilakukan setiap hari

2)

Berjalan-jalan, baik untuk meregangkan otot kaki dan untuk daya


tahan bila jalannya makin cepat, hal ini dapat dilakukan dua hari sekali

3)

Melakukan jogging atau lari dengan kecepatan di bawah 11 Km per


jam dibawah 5 menit perkilometer. Jogging berguna untuk memperbaiki
kemampuan pengambilan oksigen yang menyangkut fungsi jantung, paru dan
peredaran darah, kaki dan lainnya. Jogging dapat dilakukan 3 sampai 5 kali dalam
seminggu, intensitas melakukan sampai 70% dan denyut nadi maksimum 220 per
menit dengan lama jogging 15 sampai 30 menit.

4)

Yoga baik bagi usia lanjut yang dapat memberikan keuntungan fisik
dan mental, bentuk lain yang menguntungkan yaitu senam tera dan aerobik yang
ideal bagi usia lanjut (Depkes RI, 2005: 52-53).

2.3.3.5 Pemenuhan kebutuhan kebersihan usia lanjut


a)
1)

Kebersihan perorangan
Kebersihan mulut dan gigi
Untuk yang masih mempunyai gigi: bila ada karang gigi, gigi berlubang
sebaiknya segera ke puskesmas, menyikat gigi secara teratur sekurang-kurangnya

2 kali dalam sehari, pagi dan malam sebelum tidur termasuk bagian gusi dan
lidah; bagi yang menggunakan gigi palsu maka gigi tersebut dibersihkan dengan
sikat gigi perlahan-lahan dibawah air yang mengalir. Bila perlu dapat
menggunakan pasta gigi. Pada waktu tidur gigi palsu dilepas dan direndam dalam
air bersih; pada kelompok yang tidak mempunyai gigi sama sekali, setiap habis
makan seharusnya langsung berkumur-kumur dan juga harus menyikat bagian
gusi dan lidahnya secara teratur untuk membersihkan sisa makanan yang melekat.
2)

Kebersihan kepala, rambut dan kuku


Cucilah rambut secara teratur paling sedikit 2 kali seminggu untuk
menghilangkan debu-debu dan kotoran yang melekat di rambut dan kulit kepala,
potonglah kuku secara teratur 1 kali seminggu.

3)

Kebersihan badan dan pakaian


Mandi atau membersihkan badan dan mengganti pakaian sehari 2 kali untuk
memberikan kesegaran dan kenyamanan. Mandi dapat menggunakan air hangat.

4)

Kebersihan mata
Dibersihkan apabila ada kotoran menggunakan kapas basah dan bersih. Lensa
mata pada usia lanjut elastisitasnya kurang, akibatnya tulisan-tulisan kecil jadi
kabur pada jarak baca normal, tapi jadi terang bila jarak dijauhkan.

5)

Kebersihan telinga
Apabila bagian dalam telinga gatal sebaiknya tidak mengorek dengan benda tajam
yang dapat menimbulkan terjadinya luka, tapi gunakan lidi kapas untuk
membersihkannya.

6)

Kebersihan hidung
Cara yang terbaik adalah dengan menghembuskan udara ke luar lubang hidung
pelan-pelan waktu mendenguskan hidung; kedua lubang hidung harus terbuka.
Jangan masukkan air dan benda-benda kecil ke dalam lubang hidung.

7)

Kebersihan alat kelamin


Siram daerah sekitar kemaluan dan alat kelamin dengan larutan air sabun
kemudian bials dengan air biasa. Bila kurang bersih, gosok dengan tekanan yang
cukup. Untuk wanita dilakukan mulai dari daerah kemaluan ke daerah pantat,
sedangkan untuk pria dari ujung kemaluan terus kebawah.

b)

Kebersihan lingkungan

Keadaan dan suasana lingkungan tempat tinggal usia lanjut diupayakan bersih dan
menyenangkan.
1)

Kebersihan tempat tidur


Tempat tidur dibersihkan dan dirapikan. Kasur dibalik setiap hari serta dijemur 1
laki seminggu. Untuk menjemur kasur mungkin perlu dibantu oleh anggota
keluarga atau petugas. Tempat tidur tidak lebih dari 70 cm tingginya, untuk
menghindari kecelakaan.

2)

Kebersihan lanta
Hendaknya lantai kamar tidur, ruangan tamu, kamar mandi, WC dan halaman
dijaga tetap kering, bersih dan rata. Bila berjalan harus menggunakan alas kaki
datar.

3)

Ventilasi dan penerangan


Ruangan tidur harus cukup ventilasi dan tidak gelap () Depkes RI, 2005: 61-63).

2.3.3.6 Pemenuhan kebutuhan seksual pada usia lanjut


Dapat dipenuhi melalui upaya:
a)
1)

Anjurkan para istri untuk:


Usahakan agar fungsi sebagai ibu runah tangga dan sebagai istri atau
partner suami berjalan sebaik-baiknya

2)

Usahakan untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan keindahan


tubuh agar tetap menarik. Ingatlah selalu bahwa suami tidak akan bernafsu birahi
pada seorang istri yang menampilkan fisiknya tidak menarik. Perhatikan pula
kecantikan watak atau kepribadian.

b) Ajarkan untuk para suami:


1)

Tingkatkan

kesediaan

atau

kerelaan

untuk

berdialog dengan isrti atau sedikan waktu untuk itu. Berikan bimbingan, dorongan
dan arahkan yang dapat membantunya mengatasi gejala menopause dan purna
menopause.
2)

Jauhkan egoisme dan kembalikan atau tingkatkan


kemesraan seperlunya, berikan perhatian secukupnya.

2.3.3.7 Pemenuhan kebutuhan rasa aman dan keselamatan pada usia lanjut
Pemenuhan kebutuhan rasa aman dan keselamatan dapat diberikan sesuai
penyebabnya, yaitu misalnya faktor yang mempengaruhi timbulnya jatuh atau
kecelakaan yaitu keterbatasan mobilitas, penglihatan berkurang, status mental yang
kacau, status kesehatan yang terganggu, hipotensi orthostatik, hilang kemampuan
mempertahankan keseimbangan, kurang baik penerangan, lingkungan kurang dikenal,
sandal longgar, lantai yang licin, berserakan alat dan mebeler.

Upaya yang dapat dilakukan:


1)

Mengatur perabot yang rapi dan tidak sering dirubah

2)

Melakukan orientasi tempat pada lingkungan yang kurang


dikenal untuk kegiatan hidup sehari-hari

3)

Memberikan alat penompang atau alat bantu mobilisasi atau


sesuai kebutuhan

4)

Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala

5)

Menggunakan kaca mata jika berjalan atau melakukan


sesuatu

6)

Latih usia lanjut untuk pindah dari tempat itidur ke kursi

7)

Usahakan ada yang menemani jika bepergian.


Pemenuhan kebutuhan perasaan aman dari masa-masa menjelang kematian

usia lanjut ditempuh upaya persiapan yaitu:


1)

Menberikan otonomi pada usia lanjut untuk melakukan persiapan


dirinya misalnya dengan banyak mendekatkan diri pada Tuhan

2)

Menjalin keterbukaan dengan usia lanjut dalam melakukan perawatan


atau pemeliharaan

3)

Memberikan

bantuan

kasih

sayang

pada

usia

lanjut

untuk

menemtramkan hatinya (Depkes RI, 2005: 63-64).


2.3.3.8 Pemenuhan kebutuhan dicintai dan dimiliki pada usia lanjut
Hal ini dipengaruhi oleh faktor kehilangan yaitu kehilangan orang yang
dicintai, mundurnya kesehatan, kehilangan pekerjaan dan perasaan sosial, kehilangan
kedudukan, perubahan gaya hidup.

Upaya yang dapat dilakukan adalah:


1)

Berikan kasih sayang pada usia lanjut dengan memberikan otonomi pada
segala kegiatan hidup sehari-hari

2)

Berikan kesempatan untuk berinteraksi yang saling memuaskan dengan


lingkungan sosialnya

3)

Memberikan perhatian yang penuh kesabaran pada usia lanjut yang nampak
lambat dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

2.3.3.9 Pemenuhan kebutuhan penghargaan dan harga diri pada usia lanjut
Dapat dipenuhi melalui upaya:
1)

Panggil nama akrab yang disukai

2)

Hadapkan muka pada usia lanjut untuk mencegah bila bicara dan lafatnya
dengan baik untuk mencegah tercengang akibat tidak mendengar, hindarkan
berteriak

3)

Berikan penjelasan yang jelas dan perlahan-lahan untuk mencegah salah


tanggap

4)

Sajikan perintah dalam bentuk tulisan untuk kegiatan yang harus diikuti oleh
usia lanjut secara tidak bergantung pada orang lain (bila mungkin)

5)

Mengamati dengan cermat dan sering mengenai prosedur dan kegiatan rutin,
bila berlebihan

6)

Ikut sertakan usia lanjut dalam mengambil keputusan dalam keluarga


walaupun ada kemunduran kognitif

7)

Berikan otonomi pada usia lanjut dalam mengatur dirinya sendiri.

2.3.3.10 Pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri pada usia lanjut

Dapat dipenuhi melalui upaya:


1)

Berikan

kesempatan

kepada

usia

lanjut

untuk

merefleksikan

dan

memfokuskan hidupnya kepada penyelesaian dan melihat kedepan akhir hayat


sambil mempertahankan otonomi dan kebanggaan
2)

Meneguhkan sikap pribadi terhadap ketuaan, ketergantungan dan maut,


memberikan bantuan pada saat krisis dengan kesabaran serta kenyamanan

3)

Memberikan kesempatan pada usia lanjut untuk menghayati arti hidup melalui
pendekatan pada Tuhan dengan memperbanyak ibadah.

2.3.3.11 Pemenuhan kebutuhan spiritual


Salah satu upaya yang dianggap dapat dijadikan tahapan dalam meniti dan
meningkatkan taraf kehidupan spiritual yang baik antara lain dapat dilakukan
kegiatan berikut:
1)

Mendalami kitab suci agar dapat lebih mengerti kandungan warta yang
diberikan sesuai dengan agama masing-masing

2)

Melakukan meditasi dengan memilih salah satu topik yang menyapa hati atau
melalui latihan meditasi tertentu

3)

Berdoa untuk menjalin hubungan yang lebih mendalam dengan Yang Maha
Esa

4)

Pelibatan diri dalam kondisi dan situasi sesuai dengan warta dan diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari (Setiabudhi, Hardiwinoto. 1999: 122).

2.3.4

Permasalahan yang terjadi pada lansia


Didalam Setiabudhi (1999: 40) disebutkan berbagai permasalahan yang

berkaitan dengan lansia antara lain:

a)

Permasalahan umum

1)

Makin besarnya jumlah lansia yang berada pada garis kemiskinan

2)

Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang


berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati

3)

Masih rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional pelayanan


lansia

4)

Belum membudayakan dan melembaganya kegiatan pembinaan lansia.

b)

Permasalahan khusus

1)

Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,


mental maupun sosial

2)

Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia

3)

Rendahnya produktivitas kerja lansia

4)

Banyaknya lansia yang miskin terlantar dan cacat

5)

Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat


individualistis

6)

Adanya dampak negatif dan proses pembangunan yang dapat mengganggu


kesehatan fisik lansia.

2.4

Kerangka konsep

Lansia

Faktor yang mempengaruhi


proses penuaan:
1.
Faktor Internal
a) Genetik
b) Ras
c) Hormonal
d) Status kesehatan
2
Faktor Ekternal
a) Paparan sinar UV
b) Radikal bebas
c) Faktor penyebab
terjadinya kekeringan
d) Nutrisi
e) Stres
f) Gaya hidup

Proses penuaan

Perubahan Proses Penuaan


a)
Perubahan fisik
b)
Perubahan
psikologi
c)
Perubahan sosial
d)
Perkembangan

Kebutuhan Dasar

Mekanisme Koping
dalam penyesuaian
perubahan dan
pemenuhan kebutuhan:
a)
Adaptif
b)
Maladaptif
Keterangan:
: diteliti
: tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka kosep
Gambaran koping lansia terhadap perubahan proses penuaan

Anda mungkin juga menyukai