Anda di halaman 1dari 25

PERANAN AUDIT SYARIAH TERHADAP

GOOD CORPORATE GOVERNANCE


PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Makalah Seminar Akuntansi

Disusun Oleh:
NURUL QAMAR
A31113018
AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016

KATA PENGANTAR

FEB UNIVERSITAS HASANUDDIN

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas hidayah-Nya, yang telah
melimpahkan rahma, nikmat, dan inyah-Nya kepada penulis. Shalawat dan salam
semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Karya tulis yang
berjudul Peranan Audit Syariah Terhadap Good Corporate Governance Pada
Lembaga Keuangan Syariah diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Seminar Akuntansi
Adapun karya tulis yang berjudul Peranan Audit Syariah Terhadap
Good Corporate Governance Pada Lembaga Keuangan Syariah ini telah
penulis usahakan dapat disusun sebaik mungkin dengan mendapat bantuan dari
berbagai pihak, sehingga penyusunan karya tulis ini dapat diselesaikan secara
tepat waktu. Untuk itu penulis tidak lupa untuk menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan karya
tulis ini.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun karya tulis ini dengan sebaikbaiknya, penulis menyadari bahwa tentunya selalua ada kekurangan, baik dari segi
penggunaan kosa kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca
yang bermaksud untuk meberikan kritik dan saran kepada penulis demi perbaikan
karya tulis selanjutnya.
Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan pelajaranpelajaran yang tertuang dalam karya tulis ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya oleh para pembaca.
Makassar, November 2016
Nurul Qamar

FEB UNIVERSITAS HASANUDDIN

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1

Latar belakang...............................................................................1

1.2

Rumusan Masalah...........................................................................3

1.3

Tujuan Penulisan............................................................................3

BAB II..................................................................................................... 4
PEMBAHASAN......................................................................................... 4
2.1

Kerangka Audit Syariah....................................................................4

2.1.1

Pengertian Audit Syariah............................................................4

2.1.2

Landasan Syari.......................................................................4

2.1.2.1

Al-Quran............................................................................... 4

2.1.2.2

Al-Hadits...............................................................................5

2.1.3

Ruang Lingkup Audit Syariah......................................................6

2.2

Good Corporate Governance (GCG)....................................................7

2.2.1

Pengertian Good Corporate Governance.........................................7

2.2.2

Prinsip Good Corporate Governance.............................................8

2.2.3

Good Corporate Governance Dalam Pandangan Syariah.....................9

2.2.4

Pelaksanaan Good Corporate Governance Pada Perbankan Syariah. . . .11

2.3

Lembaga Keuangan Syariah............................................................15

2.3.1

Pengertian Lembaga Keuangan Syariah.......................................15

2.3.2

Prinsip Lembaga Keuangan Syariah.............................................15

2.3.3

Ciri-Ciri Lembaga Keuangan Syariah...........................................16

2.4

Peranan Audit Syariah terhadap Good Corporate Governance Pada LKS.....17

BAB III.................................................................................................. 20
PENUTUP............................................................................................... 20
3.1

Simpulan.................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam satu dekade terakhir lembaga keuangan konvensional sudah
tersaingi oleh kehadiran

lembaga keuangan syariah. Hal tersebut

disebabkan karena lembaga keuangan konvensional dianggap tidak sesuai


dengan ajaran islam, melakukan praktek riba demi untuk mendapatkan
keuntungan

yang

sebesar-besarnya

tanpa

memperhatikan

unsur

kemashlahatan ummat. Hal tersebut berbanding terbalik dengan lembaga


keuangan syariah yang operasinya berlandaskan dengan kaidah-kaidah
islam yang bersumber dari AL-Quran dan hadits. Didalam menjalankan
fungsinya lembaga keuangan syariah berfokus untuk menghilangkan
konsep riba pada praktek perekonomian dan menerapkan sistem bagi hasil
atau dengan kata lain prinsip didalam LKS menjunjung tinggi keadilan
dan kemaslahatan ummat.
Dalam penelitian tentang perilaku nasabah Islamic Bank di
Bahrain ditemukan bahwa keputusan nasabah memilih bank syariah lebih
didorong oleh faktor keagamaan terkait ketaatan perbankan terhadap
prinsip-prinsip islam. Selain itu, menurut Chapra (2002) dalam (Junusi
2012), kegagalan dalam penerapan prinsip syariah akan membuat nasabah
pindah ke bank lain sebesar 85%. Junsu (2012) menjelaskan, hasil
penelitian Bank Indonesia menunjukkan bahwa salah satu alasan utama
masyarakat memilih bank syariah adalah kehalalan produk dan jasa serta
system bank syariah yang sesuai dengan prinsip - prinsip syariah. Hasil
penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa salah satu alasan utama
nasabah bank syariah berhenti menjadi nasabah karena keraguan akan
konsistensi bank syariah dalam menerapakan prinsip-prinsip syariah

Berdasarkan hal tersebut, aspek kesesuain dengan syariah


merupakan aspek utama dan mendasar yang membedakan antara bank
syariah dan bank konvensional.. Untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip
bank syariah telah terpenuhi dalam operasi bank syariah, maka bank
syariah harus memiliki institusi internal independen yang khusus dalam
pengawasan kepatuhan syariah yaitu Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Ada tiga alasan mengapa Dewan Pengawas Syariah (DPS) mempunyai
peran penting dalam bank syariah:
1. Menetukan tingkat kredibilitas bank syariah
2. Menjadi unsur utama dalam menciptakan jaminan kepatuhan
syariah (sharia compliance assurance)
3. Menjadi salah satu pilar utama dalam pelasanaan Good
Corporate Governance (GCG) bank syariah.
Selain peranan DPS pada Lembaga Keuangan Syariah, kebutuhan
atas kepastian pemenuhan syariah ini mendorong munculnya fungsi audit
baru, yaitu audit syariah. Audit syariah memiliki peran krusial untuk
memastikan akuntabilitas laporan keuangan dan pemenuhan apek syariah.
Sehingga stakeholder merasa aman berinvestasi dan dana yang dimiliki
oleh LKS dapat dipastikan telah dikelola dengan baik dan benar sesuai
syarat islam.
Adapun standar audit yang berlaku pada Lembaga Keuangan
Syariah termasuk bank Syariah adalah standar audit yang dikeluarkan dan
disahkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions) yang berada di Manama, Bahrain. Lembaga
Keuangan Syariah khususnya bank syariah bergerak di sektor keuangan
(finance) yang umumnya memiliki risiko yang tinggi dalam pengelolaan
bisnisnya. Oleh karena itu, disamping adanya pengawasan dan audit
syariah, diperlukan elemen lain yang mendukung kesuksesan perbankan
syariah yaitu good corporate governance (tata kelola perusahaan yang
baik).

Tujuan corporate governance secara umum adalah untuk


mewujudkan keadilan bagi seluruh pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan (stakeholder). Untuk mewujudkan good corporate governance
seluruh pihak baik dewan direksi, manajemen bank, auditor, stakeholder
dan pihak lainnya harus saling memberikan informasi yang benar guna
mendukung pertanggungjawaban masing-masing pihak kepada otoritas
yang sesuai dan kepada masyarakat yang bermitra dengan Bank Syariah.
Seluruh upaya tersebut memerlukan dukungan dari pemerintah yang
diwakili oleh BI yang telah diberikan kepercayaan dalam membuat
kebijakan berupa regulasi-regulasi yang terarah, efisien dan efektif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah
dalam makalh ini adalah:
1. Bagaimana Konsep Kerangka Audit Syariah?
2. Bagaimana penerapan Good Corprate Governance pada Perbankan
Syariah?
3. Bagaimana peranan Audit Syariah terhadap Good Corporate
Governance pada LKS ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana Konsep Kerangka Audit Syariah
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Good Corprate Governance
pada Perbankan Syariah
3. Untuk mengetahui bagaimana peranan Audit Syariah terhadap Good
Corporate Governance pada LKS.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Kerangka Audit Syariah
2.1.1

Pengertian Audit Syariah


Berdasarkan AAOIFI-GSIFI, bahwa audit syariah adalah laporan
internal syariah yang bersifat independen atau bagian dari audit internal
yang melakukan pengujian dan pengevaluasian melalui pendekatan aturan
syariah, fatwa-fatwa, instruksi dan lain sebagainya yang diterbitkan fatwa
IFI dan lembaga supervisi syariah.
Audit syariah adalah laporan internal syariah yang bersifat
independen atau bagian dari audit internal yang melakukan pengujian dan
pengevaluasian melalui pendekatan aturan syariah, fatwa-fatwa, instruksi
dan lain sebagainya yang diterbitkan fatwa IFI dan lembaga supervisi
syariah. Menurut Shafi, auditing dalam Islam adalah proses menghitung,
memeriksa dan memonitoring (proses sistematis) yang sesuai dengan
syariah. Menurut definisi tersebut maka pengertian audit dalam Islam
adalah salah satu unsur

melalui pendekatan administratif. Dimana

administratif ini menggunakan sudut pandang keterwakilan. Oleh karena


itu, ia (auditor)

merupakan wakil dari para pemegang saham yang

menginginkan pekerjaan mereka sesuai dengan hukum-hukum syariat


Islam.
2.1.2

Landasan Syari
Banyak sekali pesan tentang audit dan kontrol dalam ajaran Islam.
Berikut ini adalah beberapa nash dari ayat al-Quran dan Hadis yang
dapat dijadikan renungan oleh para bankir dan praktisi

keuangan

2.1.2.1 Al-Quran
Wahai Orang-Orang yang Beriman! Jika seseorang yang fasik
Datang Kepadamu Membawa Suatu berita, maka telitilah

kebenarannya, Agar Kamu Tidak mecelakakan Suatu Kaum karena


kebodohan (kecerobohan), yang akhirya kamu menyesali
perbuatanmu itu (Al-Hujaraat:6)
Dari ayat diatas menjelaskan, bagaimana kita diminta
memeriksa

untuk

sesuatu dengan teliti, selain itu juga diminta untuk adil,

sebagaimana surat Al-Maidah ayat 8 dibawah ini:


Wahai orang-orang yanng beriman! Jadilah kamu sebagai
penegak keadilan karena allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adilah. Karena adil itu
lebih dekat dengan takwa. Dan bertaqwa kepada Allah, sungguh
Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan. (AL-Maidah:8).
Ayat ini menunjukkan pentingnya pemeriksaan secara teliti atas
sebuah informasi karena bisa menjadi penyebab terjadinya musibah atau
bencana. Dalam konteks audit syariah, pemeriksaan laporan keuangan dan
informasi keuangan lainnya juga menjadi sangat penting, mengingat
keduanya dapat menjadi sumber malapetaka ekonomi berupa krisis dan
sebagainya jika tidak dikelola secara maksimal.

Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada


dalam kerugian, kecualli orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, dan nasehat-menasehati supaya
menaati
kebenaran
dan
nasehat-menasehati
supaya
menetapi ,(Al-Ashr: 1-3).
Didalam surah Al-Ashr juga dijelaskan bahwa hendaklah manusia
saling sehat-menasehati agar tetap berada didalam jalan kebenaran.
2.1.2.2 Al-Hadits
Katakanlah kebenaran itu sekalipun pahit. (HR. Ahmad)
Berdasarkan hadis diatas, kebenaran harus diungkapkan entah itu
berdampak negative maupun positif pada akhirnya karena seorang
auditor hendaklah memiliki sifat amanah yaitu dapat dipercaya.
Kepercayaan bagi seorang auditor adalah modal dalam melakukan
audit, karena apabila seorag auditor sifat amanahnya telah luntur

maka akan berdampak negative bagi dirinya sendiri serta


pekerjaanya.
Dari Abu Said Al Khudri radhiallahuanhu berkata : Saya
menedengar Rosuluallah shallaallahu alaihi wa sallam bersabda :
Siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan
tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika
tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut
adalah selemah-lemahnya iman. (Riwayat Muslim)
2.1.3

Ruang Lingkup Audit Syariah


Hanifah (2010) menjelaskan bahwa lingkup audit yang
dicakup dalam audit syariah lebih luas dibandingkan dengan audit
konvensional. Audit syariah harus memastikan kebenaran, keadilan
dan relevansi laporan keuangan yang diterbitkan manajemen dan
memastikan bahwa manajemen telah melakukan tugasnya sesuai
dengan hukum dan prinsip Islam, serta memastikan manajemen telah
berusaha melaksanakan tujuan syariah (maqasid al-shariah) sebagai
upaya untuk melindungi dan meningkatkan kehidupan umat manusia
dalam semua dimensi. Sedangkan menurut (Yaacob & Donglah,
2012), lingkup audit syariah lebih luas yaitu mencakup social
behavior

(perilaku

social)

dan

kinerja

organisasi

termasuk

hubungannya dengan selruh stakeholder. Ruang lingkup audit syariah


dalam LKS yaitu laporan keuangan; operasional; struktur organisasi
dan manajemen; dan sistem informasi teknologi (Sultan, 2007).
Berdasarkan penjabaran di atas diketahui bahwa lingkup audit
syariah bukan hanya terkait aktivitas ekonomi dan laporan keuangan
manajemen namun juga mengaitkan pengaruh sosial dan lingkungan
dalam proses pengauditannya hal ini tidak lepas dari hukum Islam
yang memang secara luas mengatur setiap sendi kehidupan manusia
dan tujuan besarnya adalah mempertemukan antara konsep audit
dengan maqosid syariah (Kasim, Ibrahim, Hameed, & Sulaiman,
2009; Yaacob & Donglah, 2012; Shafeek, 2013).

2.2 Good Corporate Governance (GCG)


2.2.1

Pengertian Good Corporate Governance


Forum

Corporate

mendefinisikannya

sebagai

Governance
seperangkat

in

Indonesia

peraturan

yang

(FCGI)
mengatur

hubungan antara pemegang saham, pengurus/pengelola perusahaan, pihak


kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang saham, kepentingan
internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka atau dengan kata lain yaitu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders).
Sedangkan menurut Organization For Economic Coperation And
Development (OECD) Secara definitif, corporate governance merupakan
proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola
bisnis dan urusan-urusan perusahaan dalam rangka meningkatkan
kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan dengan tujuan utama
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain. Tata kelola perusahaan
yang baik (good corporate governance) merupakan struktur yang oleh
stakeholder, pemegang saham, komisaris, dan manajer menyusun tujuan
perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan tersebut dan mengawasi
kinerja.
GCG pada dasarnya merupakan suatu sistem (input, proses, output)
dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak
yang berkepentingan (stakeholders), terutama dalam arti sempit yaitu
hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi
demi tercapainya tujuan perusahaan. GCG dimaksudkan untuk mengatur
hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan
signifikan

dalam strategi perusahaan dan untuk memastikan bahwa

kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.

2.2.2

Prinsip Good Corporate Governance


Pengertian GCG di atas mencakup 5 (lima) prinsip yang harus
dipatuhi yaitu keterbukaan (transparancy), akuntabilitas (accountability),
tanggung jawab (responsibility), independensi (independency), dan
kewajaran (fairness).
a. Keterbukaan (Transparancy)
Transparancy berhubungan dengan kualitas informasi yang
disampaikan perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung
dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena
itu perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas,
akurat, tepat waktu dan dapat dibandingkan dengan indikatorindikator
yang sama. Penyampaian informasi kepada publik secara terbuka,
benar, kredibel, dan tepat waktu akan memudahkan untuk menilai
kinerja

dan

risiko

yang dihadapi perusahaan serta mencegah

terjadinya fraud.
b. Akuntabilitas (Accountability)
Bank harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masingmasing organ organisasi yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha
dan strategi perusahaan. Bank harus menyakini bahwa semua organ
organisasi bank mempunyai kompetensi sesuai dengan tanggung
jawabnya dan memahami perannya dalam pelaksanaan GCG. Bank
harus memastikan terdapatnya check and balance system dalam
pengelolaan bank. Bank harus memiliki ukuran kinerja dari semua
jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang disepakati konsisten
dengan nilai perusahaan (corporate values), sasaran usaha dan strategi
bank serta memiliki rewards dan punishment system. Akuntabilitas
berhubungan dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan
antara organ-organ yang ada di perusahaan. Akuntabilitas diperlukan
sebagai salah satu solusi mengatasi agency problem yang timbul antara
pemegang saham dan direksi serta pengendaliannya oleh komisaris.
c. Tanggung Jawab (Responsibility)
Untuk menjaga kelangsungan usahanya, bank harus berpegang
pada prinsip kehati-hatian (prudential banking practices) dan

menjamin dilaksanakannya ketentuan yang berlaku. Bank harus


bertindak sebagai good corporate citizen (perusahaan yang baik)
termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung
jawab sosial.
d. Independensi (Independency)
Bank harus menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh
stakeholder manapun dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak
serta bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest). Bank
dalam mengambil keputusan harus obyektif dan bebas dari segala
tekanan dan pihak manapun.
e. Kewajaran (Fairness)
Bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh
stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (equal
treatment). Bank harus memberikan kesempatan kepada seluruh
stakeholders

untuk

memberikan

masukan

dan

menyampaikan

pendapat bagi kepentingan bank serta mempunyai akses terhadap


informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.
2.2.3

Good Corporate Governance Dalam Pandangan Syariah


Melihat sudut pandang syariah, terdapat beberapa prinsip syariah
yang mendukung terlaksananya good corporate governance atau tata
kelola di dunia perbankan. Prinsip syariah ini merupakan bagian dari
sistem syariah. Pelaksanaan sistem syariah ini dapat dilihat dari dua
perspektif, yaitu perspektif mikro dan makro. Nilai-nilai syariah dalam
perspektif mikro menghendaki bahwa semua dana yang diperoleh dalam
sistem perbankan syariah dikelola dengan hati-hati. Nilai-nilai syariah ini
meliputi sebagai berikut:
1

Shiddiq. Nilai ini memastikan bahwa pengelolaan bank syariah


dilakukan dengan moralitas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran.
Nilai ini mencerminkan bahwa pengelolaan dana masyarakat akan
dilakukan dengan mengedepankan cara-cara yang meragukan
(subhat) terlebih lagi yang bersifat dilarang (haram).

Tabligh. Secara berkesinambungan melakukan sosialisasi dan


mengedukasi masyarakat mengenai prinsip-prinsip, produk, jasa

perbankan syariah, dan manfaat bagi pengguna jasa perbankan


syariah.
3

Amanah. Nilai ini menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian dan


kejujuran dalam mengelola dana yang diperoleh dari pemilik dana
(shahibul maal) sehingga timbul rasa saling percaya antara pihak
pemilik dana dan pihak pengelola dana investasi (mundharib).

Fathanah. Nilai ini memastikan bahwa pengelolaan bank dilakukan


secara

professional

dan

kompetitif

sehingga

menghasilkan

keuntungan maksimum dalam tingkat risiko yang ditetapkan oleh


bank. Termasuk di dalamnya adalah pelayanan yang penuh dengan
kecermatan dan kesantunan (riayah) serta penuh rasa tanggung
jawab (masuliyah).
Sementara itu dalam perspektif makro, nilai-nilai syariah
menghendaki perbankan syariah berkontribusi bagi kesejahteraan
masyarakat dengan memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Kaidah zakat, yaitu mengkondisikan perilaku masyarakat yang lebih
menyukai berinvestasi dibandingkan hanya menyimpan hartanya.
Hai ini dimungkinkan karna zakat untuk investasi dikenakan hanya
pada hasil investasi, sedangkan zakat bagi harta simpanan dikenakan
atas pokoknya.
2. Kaidah pelarangan riba, yaitu menganjurkan pembiayaan bersifat
bagi hasil (equity based financing) dan melarang riba.
3. Kaidah pelarangan judi atau maisir tercermin dari kegiatan bank
yang melarang investasi yang tidak memiliki kaitan dengan sektor
riil. Kondisi ini akan membentuk kecenderungan masyarakat untuk
menghindari spekulasi dalam aktivitas investasinya.
4. Kaidah pelarangan gharar (uncertainty), yaitu mengutamakan
transparansi dalam bertransaksi dan kegiatan operasi lainnya dan
menghindari ketidakjelaskan.
2.2.4

Pelaksanaan Good Corporate Governance Pada Perbankan Syariah


Secara yuridis bank syariah memiliki tanggung jawab kepada
banyak pihak (stakeholders), yaitu nasabah penabung, pemegang saham,

investor obligasi, bank koresponden, regulator, pegawai perseroan,


pemasok serta masyarakat dan lingkungan sehingga penerapan good
corporate governance menjadi sebuah kebutuhan bagi setiap bank
syariah. Penerapan good corporate governance merupakan wujud
pertanggungjawaban bank syariah kepada masyarakat bahwa bank
syariah dikelola dengan baik, professional dan hati- hati (prudent) dengan
tetap berupaya meningkatkan nilai pemegang saham (shareholders
value) tanpa mengabaikan kepentingan stakeholders lainnya.
Dalam ketentuan Pasal 2 ayat 1 Peraturan Bank Indonesia
No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi
Bank Umum disebutkan bahwa bank wajib melaksanakan prinsip-prinsip
good corporate governance dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh
tingkatan atau jenjang organisasi. Pelaksanaan prinsip-prinsip good
corporate governance oleh bank paling tidak harus diwujudkan dalam :
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi;
2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja
yang menjalankan fungsi pengendalian intern bank;
3. Penetapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal;
4. Penerapan manajemen resiko, termasuk system pengendalian intern;
5. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar;
6. Rencana strategi bank;
7. Transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan bank.
Corporate governance merupakan suatu konsepsi yang secara riil
dijabarkan dalam bentuk ketentuan/peraturan yang dibuat oleh lembaga
otoritas, norma-norma, dan etika yang dikembangkan oleh asosiasi
industri dan diadopsi oleh pelaku industri, serta lembaga-lembaga yang te
rkait dengan tugas dan peran yang jelas untuk mendorong disiplin,
mengatasi dampak moral hazard, dan melaksanakan fungsi check and
balance. Adapun sejumlah perangkat dasar yang diperlukan dalam
pembentukan good corporate governance pada bank syariah antara lain:
1. Sistem pengendalian intern;
2. Manajemen risiko;

3. Ketentuan yang mengarah pada peningkatan keterbukaan informasi;


4. Sistem informasi;
5. Mekanisme jaminan kepatuhan syariah;
6. Audit eksternal.
Keenam perangkat tersebut di atas pada dasarnya berlaku bagi
semua bank, baik konvensional maupun bank syariah. Adapun yang
membedakannya adalah bahwa di bank syariah perlu adanya perangkat
yang menjamin kepatuhan kepada nilai-nilai dan aturan syariah.
Sementara hal demikian tidak dijumpai dalam sistem perbankan
konvensional.
Khusus untuk meningkatkan pemenuhan prinsip syariah oleh
bank, minimal terdapat dua langkah penting yang perlu dijalani, yaitu:
1. Perlunya

mengefektifkan

aturan

dan mekanisme pengakuan

(endorsement) dari otoritas fatwa dalam hal ini DSN MUI dalam hal
menentukan kehalalan atau kessesuaian produk dan jasa keuangan
bank dengan prinsip syariah.
2. Mengefektifkan sistem pengawasan yang memantau transaksi
keuangan bank sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh otoritas
fatwa perbankan. Terkait dengan hal ini, permasalahan yang sering
muncul adalah masih minimnya ahli yang memiliki pemahaman
ilmu fikih dan syariah serta sekaligus memiliki pengetahuan
perbankan yang memadai
Umar Chapra dan Habib Ahmad menggambarkan beberapa peran
kunci dalam implementasi corporate governance di lembaga keuangan
syariah sebagai berikut:

Beberapa isu penting

Sasaran dan tanggungjawab


dalam
corporate governance

Sistem ekonomi,
keuangan dan
hukum

Sistem hukum yang efisien


kekuatan kontrak aturan
perundang-uandangan

Mengembangkan dunia usaha


dan lingkungan perundangundangan yang mendukung
corporate governance

Pemerintah

Undang-undang yang mengatur


operasional LKS

Membuat undang-undang
yang sesuai dengan kebutuhan
LKS

Sistem akuntansi

Komunikasi informasi melalui


standar akuntansi yang jelas
dan transparan

Membuat standar akuntansi yang


seragam, jelas dan transparan

Pengawas

Asosiasi perbankan
Kelembagan
Pemegang
saham
Dewan direksi

Senior manajemen

Audit Internal

Karyawan
Dewan pengawas
syariah

Stabilitas dan kesehatan sisten


keuangan (menghilangkan risiko
Membuat pedoman bagi LKS
sistemik dan mengembangkan
pada umunya dan tindakan yang
kontrol internal , prosedur
berisisko pada khususnya
manajemen, risiko dan standar
transparansi
Membuat standar corporate
governance

Menyusun praktik-praktik
yang sehat

Hak-hak pemagang saham


pembagian profit

Memilih dewan direksi

Harmonisasi tim manajemen


Menyusun strategi kebijakkan
mengawasi manajemen melindungi
dan strategi akuntabilitas
hak-hak pemegang saham dan
manajemen
deposan
Mengoperasionalkan lembaga
secara efisien keseimbangan
risk dan return

Memastikan bahwa kebijakkan


yang dibuat oleh dewan direksi
adalah sehat dan
bertanggungjawab

Kuantitas dan Kualits


Informasi

Mengimplementasikan
kebijakkan yang dibuat oleh
dewan direksi adalah sehat dan
bertanggungjawab

Skills dan etika kerja Insentif


struktur yang adil
Menyususn aturan dan
prinsip- prinsip syariah

Mencapai tujan yang telah


ditetapkan oleh manajemen dan
meminimalisir resiko
Mengawasi kepatuhan pada
putusan syariah

Deposan

Layanan prima Retur


yang kompetitif

Bertindak dengan penuh


tanggung jawab dan
memonitor kinerja

Audiror eksternal

Kuantitas dan kualitas informasi


dan komunikasi yang transparan

Mengevaluasi akurasi informasi

Auditor syariah

Kepatuhan pada prinsip syariah

Memastikan kepatuhan pada


putusan dewan pengawas syariah

Peranan masing-masing bagian dalam institusi perbankan syariah


pada umumnya hampir sama dengan bank konvensional, akan tetapi di
dalam perbankan syariah juga dibutuhkan auditor syariah dan dewan
pengawas syariah sebagai fungsi control pelaksanaan prudential syariah
(kehati-hatian) di dalam operasional perbankan syariah.
Jika dibanding dengan bank konvensional, maka bank syariah
seharusnya lebih unggul dan terdepan dalam implementasi GCG di
lembaga perbankan, mengingat lembaga perbankan syariah membawa
nama agama ke dalam lembaga bisnis. Tegasnya, perbankan syariah harus
memainkan perannya sebagai pionir penegakkan GCG di lembaga
perbankan. Jika lembaga bank syariah melakukan penyimpangan dan
moral hazard, hal itu tidak saja berimplikasi kepada lembaga tersebut
tetapi juga kepada citra syariah. Meskipun masyarakat mengetahui bahwa
hal itu kesalahan oknum tertentu. Tetapi

orang

akan dengan cepat

menilai bahwa lembaga syariah saja melakukan

moral hazard,

apalagi lembaga konvensional.


Keharusan tampilnya lembaga perbankan syariah sebagai pionir
penegakan GCG dibanding konvensional, menurut Algaoud dan Lewis
(1999) adalah karena permasalahan governance dalam perbankan syariah
ternyata sangat berbeda dengan bank konvensional. Pertama, bank syariah
memiliki kewajiban untuk mematuhi prinsip-prinsip syariah (shariah
compliance) dalam menjalankan bisnisnya. Karenanya, Dewan Pengawas
Syariah (DPS) memainkan peran yang penting dalam governance
structure perbankan syariah. Kedua,

karena potensi terjadinya

information asymmetry sangat tinggi bagi perbankan syariah maka

permasalahan agency theory menjadi sangat relevan. Hal ini terkait


dengan permasalahan

tingkat

penggunaan dana nasabah

akuntabilitas

dan

transparansi

dan pemegang saham.

Permasalahan keterwakilan investment account holders dalam


mekanisme good corporate governance menjadi masalah strategis yang
harus pula mendapat perhatian bank syariah. Sementari itu, dari perspektif
budaya korporasi, perbankan syariah semestinya melakukan transformasi
budaya di mana nilai-nilai etika bisnis Islami menjadi karakter yang
inheren dalam praktik bisnis perbankan syariah.

2.3 Lembaga Keuangan Syariah


2.3.1

Pengertian Lembaga Keuangan Syariah


Lembaga Keuangan Syariah adalah badan usaha yang kegiatannya
di bidang keuangan syariah dan asetnya berupa aset-aset keuangan
maupun non keuangan berdasarkan prinsip syariah. Dan ada yang
mengartikan sebagai berikut lembaga keuangan syariah adalah badan
usaha yang kekayaan utamanya berbentuk aset keuangan, memberikan
kredit dan menanamkan dananya dalam surat berharga. Serta menawarkan
jasa keuangan lain seperti: simpanan, asuransi, investasi, pembiayaan, dll.
Berdasarkan prinsip syariah dan tidak menyalahi dewan syariah nasional.

2.3.2

Prinsip Lembaga Keuangan Syariah


Dalam operasionalnya, Lembaga Keuangan Syariah berada dalam
koridor-koridor prinsip-prinsip:
1. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai
kontribusi dan resiko masing-masing pihak
2. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan
pengguna dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai
mitra usaha yang saling bersinergi untuk memperoleh keuntungan;
3. Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan
keuangan secara terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor
dapat mengetahui kondisi dananya;

4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan


golongan dalam masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai
rahmatan lil alamin.
2.3.3

Ciri-Ciri Lembaga Keuangan Syariah


Ciri-ciri sebuah Lembaga Keuangan Syariah dapat dilihat dari halhal sebagai berikut:
1. Dalam menerima titipan dan investasi, Lembaga Keuangan Syariah
harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah;
2. Hubungan antara investor (penyimpan dana), pengguna dana, dan
Lembaga

Keuangan

Syariah

sebagai

intermediary

institution,

berdasarkan kemitraan, bukan hubungan debitur-kreditur;


3. Bisnis Lembaga Keuangan Syariah bukan hanya berdasarkan profit
orianted, tetapi juga falah oriented, yakni kemakmuran di dunia dan
kebahagiaan di akhirat;
4. Konsep yang digunakan dalam transaksi Lembaga Syariah berdasarkan
prinsip kemitraan bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa guna
transaksi komersial, dan pinjam-meminjam (qardh/kredit) guna
transaksi sosial;
5. Lembaga Keuangan Syariah hanya melakukan investasi yang halal dan
tidak menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar Islam

2.4 Peranan Audit Syariah terhadap Good Corporate Governance Pada


LKS
Corporate Governance adalah sistem hak, proses, dan kontrol
secara keseluruhan yang ditetapkan secara internal dan eksternal atas
manajemen sebuah entitas bisnis dengan tujuan untuk melindungi
kepentingan-kepentingan semua stakeholder.
Untuk memenuhi terlaksananya good corporate governance,
diperlukan sebuah standar sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Dewan Pengawas Syariah: Penunjukan, komposisi dan Laporan


Evaluasi terhadap Syariah
Evaluasi internal terhadap Syariah
Komite Audit dan Tata Kelola untuk LKS
Independensi dari DPS
Pernyataan atas Prinsip-prinsip tata kelola untuk LKS
Evaluasi Tanggung jawab sosial perusahaan
Selain standar dalam corporate governance LKS, diperlukan juga

sebuah standar etis terhadap sumber daya insani yang meliputi kode etik
bagi akuntan dan auditor pada LKS dan kode etik bagi karyawan LKS.
Terdapat tiga bagian berkaitan dengan kode etik bagi akuntan dan auditor
pada LKS, yaitu:
(a)

landasan syariah etika seorang akuntan (integritas, prinsip manusia


sebagai khalifah di muka bumi, keikhlasan, kesalehan, kebenaran dan
niat mengerjakan tugas dengan sempurna, takut pada Allah dalam
segala hal, tanggung jawab manusia terlebih dahulu sebelum pada

(b)

Allah);
prinsip-prinsip

etika

bagi

akuntan

(kepercayaan,

legitimasi,

obyektivitas, kompetensi profesi dan skill, perilaku berdasar


(c)

keimanan, perilaku professional dan standar teknis); dan


aturan moral bagi akuntan.
Dari paparan di atas menjadi jelas bahwa Bank Indonesia (BI),
Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS)
adalah pihak-pihak yang berperan dalam pengawasan Lembaga Keuangan
Syariah (Bank Syariah). Dalam menjalankan fungsinya BI dan DSN lebih
berperan dalam pengawasan, sedangkan DPS lebih berperan dalam
pengendalian bank syariah.

Kegiatan audit pada Bank Syariah terdiri dari tiga lapis, yaitu lapis
pertama, audit internal yang dilakukan oleh auditor internal bank syariah
yang bertugas dalam menguji (examination) kesesuaian laporan keuangan
Bank Syariah yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan
tidak ada salah saji yang bersifat material, lapis kedua, Audit eksternal
yang dilakukan oleh auditor dari luar bank syariah seperti BI atau akuntan
publik yang tugasnya menguji kembali keakuratannya dari hasil audit
internal, dan lapis ketiga, audit Syariah yang dilakukan oleh auditor
bersertifikasi atau memiliki gelar Sertifikasi Akuntansi Syariah (SAS)
yang bertugas untuk memastikan bahwa produk dan transaksi bank syariah
telah sesuai dengan prinsip dan aturan syariah.
Dalam kerangka tata kelola perusahaan (corporate governance)
audit eksternal berfungsi untuk memberikan opini pembanding atas audit
internal dalam menjaga kepatuhan terhadap prinsip-prinsip standard
akuntansi dan auditing, kesesuaiaan dengan prinsip syariah, dan lainlain.Dalam prakteknya, audit eksternal dilakukan secara insidental
(sewaktu-waktu), sedangkan audit internal dilakukan secara rutin karena
fungsinya terkait dengan pengendalian di dalam perusahaan (Bank
Syariah). Auditor eksternal berperan untuk memastikan bahwa laporan
keuangan bank telah disajikan secara profesional dan sesuai dengan
standar laporan keuangan dan memastikan bahwa keuntungan ataupun
kerugian yang diungkapkan dalam laporan keuangan benar-benar
merefleksikan kondisi bank sebenarnya serta memastikan bahwa profit
yang dihasilkan bukan dari usaha yang bertentangan dengan Syariah.
Auditor eksternal dalam hasil auditnya akan memberikan opini atau
pendapat apakah hal-hal yang telah diaudit di Bank Syariah terutama
laporan keuangannya telah disajikan secara wajar dan menggunakan
prinsip dan standar akuntansi yang diterima umum.
Idealisme semacam ini kadang sulit diwujudkan dalam artian
peraturan terkait audit syariah yang ada belum tentu dipatuhi di lapangan.
Adapun auditor syariah akan menunjukkan hasil auditnya dengan
memberikan opini apakah Bank Syariah yang diaudit dinyatakan shari'a

compliance atau tidak. Apabila terjadi suatu kesalahan ataupun


pelanggaran dalam kegiatan audit di Bank Syariah maka pihak yang harus
bertanggung jawab adalah manajemen Bank Syariah, sedangkan tanggung
jawab auditor terletak pada opini yang diberikan. Kegiatan Pengawasan
dan audit pada bank Syariah adalah satu rangkaian yang saling
mendukung dalam kegiatan tata kelola perusahaan (corporate governance)
yang harus dilakukan sesuai standar dan memperhatikan kode etik.
Seluruh kegiatan ini dilakukan dengan tujuan utama yaitu menjaga
kepercayaan masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syariah (Perbankan
Syariah) dalam melaksanakan prinsip dan aturan Syariah pada produk dan
operasional usahanya.

BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan

Didalam lembaga keungan di Indonesia terdapat dua kubu yaitu


Lembaga Keuangan Konvensional dan Lembaga Keungan Syariah.
Didalam prakteknya lembaga keunan knvensional memberikan pelayanan
yang menyediakan jasa untuk para nasabah dengan prinsip bunga tanpa
adanya pemikiran melakukan transaksi atau pemutaran uang secara halal
tetapi hanya semata-mata berorientasi pada laba. Hal tersebut berbeda
dengan konsep yang dijalankan Lembaga Keuangan Syariah, prinsip yang
dijalankan adalah semuanya tidak lepas dari hokum / aturan Islam atau
berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah. Sehingga

lembaga keungan

Syariah harus sangat berhatihati dalam transaksinya agar tidak melanggar


syariat islam itu sendiri, serta dibutuhkannya auditor yang bersertifikas SA
ynag memastikan kalau lembaga keuangan syariah telah menjalankan
proses bisnis secara wajar sesuai yang difatwakan oleh DPS maupun DNS.
Auditor syariah juga bertugas untuk memastikan bahwa lembaga
keungan syariah telah menjalankan Good Corprate Governanace secara
baik,

agar

stakeholders

dilembaga

keuangan

tersebut

menaruh

kepercayaan pada Lembaga Keuangan Syariah serta laporan keungan


sudah sesuai dnegan standar akuntansi yang berlaku, dan proses audit
tidak terlepas dari pengawasan DPS maupun DNS agar opini yang
diberikan auditor syariah benar-benar idepndent dan tidak adanya fraud
antara uditor dan pihak Management dari LKS.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul.,Hisyam Faturrahman & Nugraha Prihutama. Peran Dewan


Pengawasan Syariah dalam Pengawasan Operasional Baitul Maal Wat
Tamwil (Studi di BMT Alfa Dinar Karanganyar). Volume III No. II,
Oktober 2015 ISSN: 2303-0658.
Dewi,Ratih Amalia. 2016. Peranan Pengawasan Dan Kerangka Audit Syariah
Terhadap

Tata

Kelola

Lembaga

Keuangan

Syariah.

(https://www.academia.edu/22570342/PERANAN_PENGAWASAN_DA

N_KERANGKA_AUDIT_SYARI_AH_TERHADAP_TATA_KELOLA_
LEMBAGA_KEUANGAN_SYARI_AH)

diakses

pada

tanggal

25

November 2016
Farida, Arifa Kiss. 2015. Penerapan Audit Berbasis Risiko pada Pembiayaan
Murabahah Bank BRI Syariah. Skripsi UIN Sunan Ampel.
Kholil, Muhdi. Isu Global Perekonomian Islam: Telaah kritis terhadap Tata
Kelola dan Aktivitas Lembaga-Lembaga Keuangan Islam. JESI Volume 1,
No.2 Desember 2011/1433H.
Koerniawan, Koenta Adji dan Irma Tyasari. Persepsi Akuntan Publik atas
Prosedur Analitis dan Pemahamannya terhadap Aspek Syariah dalam
Rangka Efisiensi Pelaksanaan Audit Entitas Syariah. MODERNISASI,
Volume 10, Nomor 1, Februari 2014.
Maradita, Aldira. Karakteristik Good Corporate Governance Pada Bank Syariah dan
Konvensial.Yuridika : Volume 29 No 2, Mei-Agustus 2014
Mardiyah, Qonita dan sepky Mardian. Praktik Audit Syariah di Lembaga
Keuangan Syariah Indonesia. AKUNTABILITAS Vol. VII, No.1, April 2015
P-ISSN:1979-858X Halaman 01-17.
Minarni. Konsep Pengawasan, Kerangka Audit Syariah, dan Tata Kleola
Lembaga Keuangan Syariah. La_Riba Jurnal Ekonomi Islam, Volume VII,
No.1, Juli 2013.

Organization for economic coperation and development (OECD), The OECD


principles of corporate governance, melalui http://www.oecd.org
Purnomo, Joko Hadi. Syariah Governance Pada Perbankan Syariah. JES Volume
1, Nomor 1, September 2016.
Tikawati. 2012. Implementasi Good Corporate Governance pada Lembaga
Keuangan Syariah (Perbankan Syariah).

Anda mungkin juga menyukai