Anda di halaman 1dari 40

FALSAFAT ILMU PENGETAHUAN,

TEKNOLOGI DAN ETIKA


BAB I
PENGERTIAN TENTANG FILSAFAT

Filsafat berasal dari kata falsafah (bahasa Arab) atau filosofi (bahasa Junani)
berarti cinta kebijaksanaan cinta menggunakan akal budinya atau cinta
menggunakan pengalaman dan pengetahuannya secara arif. Karena
menggunakan pengalaman dan pengetahuan secara arif dengan akal budi itu
dianggap suatu kebenaran untuk bertindak maka cinta kebijaksanaan juga
dianggap cinta akan kebenaran untuk bertindak.
Filsafat yang merupakan induk segala ilmu dan semula merupakan pengetahuan
umum atau anggapan umum yang dianggap benar atau common sense
berkembang menjadi ilmu tentang kebijaksanaan dengan klasifikasi dan
perkembangan yang bermacam macam.
Filsafat dibagi dalam sepuluh cabang:
1.
2.
3.

4.

5.
6.

7.

Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari aturan atau patokan yang
harus ditaati agar orang dapat berpikir dengan tepat, teliti, dan teratur
untuk mencapai kebenaran,
Epistemologi, salah satu cabang filsafat yang menyoroti, dari sudut sebab
pertama, gejala pengetahuan dan kesadaran manusia.
Kritik ilmu yang disebut filsafat ilmu pengetahuan adalah cabang filsafat
yang memPelajari ontologi, jenis atau tipe dan teori pembagian ilmu,
metode yang digunakan dalam ilmu untuk menemukan kebenaran dan
kepastian serta tujuan ilmu secara teori dan praktik untuk keputusan,
prediksi dan tindakan (lihat bagan Philosophy of Science pada bagian akhir
buku ini).
Ontologi sering disebut metafisika umum atau filsafat pertama adalah
filsafat tentang seluruh kenyataan atau segala sesuatu sejauh ilu "ada".
Manusia, benda, tumbuh-tumbuhan binatang adalah suatu pengada,
karena itu pengetahuan tentang pengada sejauh mereka ada, disebut
ontologi. Jadi, metafisika adalah refleksi filsafat kenyataan paling dalam
dan paling akhir secara mutlak.
Teologi metafisik rnembicarakan filsafat ke-Tuhanan atau logos (ilmu)
tentang Theos (Tuhan) menurut ajaran agarna dan kepercayaan.
Kosmologi membicarakan kosmos atau alam semesta tentang hal ihwal
dan evolusinya. Filsuf yang berperan antara lain Pitagoras, Plato,
Ptolemeus (sistem edaran benda di langit, bertahan 14 abad) lalu diganti
oleh sistim Copernicus.
Antropologi bersangkutan dengan Filsafat manusia mempelajari manusia
sebagai manusia; menguraikan apa atau siapa manusia menurut adanya
yang terdalam, sejauh bisa diketahui mulai dengan akal " budinya yang
murni. Kajian filsafat manusia adalah manusia yang hidup dalam banyak
dimensi.

8.

9.

10.

Etika atau filsafat moral. Etika adalah bidang filsafat yang mempelajari
tindakan manusia. Etika dibedakan dari semua cabang filsafat lain karena
tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan bagaimana manusia
seharusnya bertindak dalam kaitannya dengan tujuan hidupnya.
Estetika sering juga disebut filsafat keindahan (seni), adalah cabang
filsafat yang berbicara tentang pengalaman, bentuknya, hakikat
keindahan yang bersifat jasmani dan rohani. Apa karya seni itu, apa yang
disebut indah itu; mengapa obyek tertentu atau bidang tertentu sangat
menarik untuk manusia? Itulah pertanyaan yang menjadi tugas estetika.
Estetika pada umumnya juga dikaitkan dengan etika.
Sejarah filsafat adalah cabang filsafat yang mengajarkan jawaban para
pemikir besar, tema yang dianggap paling penting dalam periode tertentu,
dan aliran besar yang menguasai pemikiran selama suatu jaman atau
suatu bagian dunia tertentu.

Fiisafat merupakan suatu forum, tempat atau ajang diskusi yang bebas; tempat
mencari hikmat di tengahtengah ilmu pengetahuan.
Filsafat berusaha mendekati masalah mendasar manusia yang harus dihadapi
secara terbuka, mendalam, sistematis, kritis dan tidak apriori, atau
berprasangka, tidak dogmatis dan ideologis, melainkan secara rasional dan
argumentatif serta obyektif. jadi filsafat timbul karena pendalaman sistematis
dari pengetahuan. Pengertian pengetahuan juga dapat bermacam-macam antara
lain adalah "sesuatu yang ada atau dianggap ada"
Filsafat sering diuraikan dengan kata-kata atau kalimat yang susah dipahami
oleh yang baru belajar. Karena itu dalam buku Pegangan ini baik untuk Filsafat
Umum sebagai pengenalan, Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan dan Filsafat Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, Etika serta I-ogika sesuai penjelasan di Kritik Ilmu,
masing-masing ditinjau dari:

1. Aspek ontologi: mempel ajari " yang ada",being, what atau who
dengan sebenarnya yang dibagi menjadi objek materi dan

objek formal. Objek materi/material yaitu materi yang dipelajari. Objek


formalformal yaitu pendekatan, "point of interest" atau bidang yang
dipelajari atas objek materi tersebut.

2. Aspek aksiologi: mempelajari tujuan "yang ada" secara etis untuk apa dan
kapan, serta,
3. Aspek epistemologi: mempelajari mengapa dan bagaimana teori pembagian
ilmu tertentu, cara atau metode dan sistim iang digunakan untuk mencapai
"yang ada" tadi secara etis dan benar.
Selanjutnya, apakah Filsafat Ilmu Pengetahuan itu hanya merupakan forum atau
ajang diskusi untuk berpikir yang abstrak saja atau dapat dimanfaatkan untuk
hal-hal yang kongkrit dan praktis? Bila mempelajari Filsafat misalnya Filsafat Ilmu
Pengetahuan yang umumnya tak terpisahkan dengan Teknologi dan Etika,
tentulah pemikiran abstrak itu dapat dikaitkan dengan kegunaan kongkrit dan
praktis-etis karena telah disinggung di Kritik Ilmu atau Filsafat Ilmu Pengetahuan
bahwa dengan metode ilmiah dapat menemukan kebenaran dan kepastian.
Selanjutnya untuk mengambil keputusan dan tindakan harus
mempertimbangkan

logika atau berpikir benar, rasional, argumentatif dan obyektif. Untuk suatu
tindakan harus mempertimbangkan Etika atau filsafat moral mengenai tindakan
rnanusia.Demikian pula harus, memper-timbangkan estetika hingga tindakan
atau perilaku tersebut dapat diterima secara obyektif.

BAB 2
PENGENALAN FILSAFAT
PENGENALAN FILSAFAT UMUM

I. ASPEK ONTOLOGI (BEING, WHAT, WHO)


Filsafat : "(Plato + Aristotele s, 387 -J22 SM), dipelajari karena ketakjuban
manusia atas fakta.
Philosophi = The Greek Miracle (Keajaiban Yunani)
Philein = Philos = Cinta Sophia = Kebijaksanaan
Filsafat :
- Ilmu tentang kebijaksanaan atau ilmu mencari kebijaksanaan
- ilmu pengetahuan umum tentang kebijaksanaan/kebenaran
Filsuf = Pencinta/Pencari Kebenaran atau
Kebijaksanaan (K) = Pencari kebijaksanaan (relatif) akal budi untuk tindakan.
Kebijaksanaan Absolut :
- Sesungguhnya Ada Pada Tuhan
- Adimanusiawi
Pythagoras (582-496 Sebelum Masehi), seorang filsuf = filosofos, menemukan
kebenaran a2 = b2 + c2, namun tak merasa hebat.
Philosophos = Kawan Kebijaksanaan, bukan orang bijaksana
= Pencari/Pencinta Kebijaksanaan
Bukan Sofis yang merasa hebat tahu segalanya, karena itu sofis dianggap Pokrol
Bambu (Drijarkara)

Mitos = kepercayaan akan kebenaran,


misal hantu, merupakan warisan turun
menurun, tabu ditanyakan, dan

menghindari ratio (logos, akal budi).

Setiap fakta dari aspek ontologi dapat dinyatakan kebenaran definisinya dan
dapat dipandang dari dua objek, yaitu objek materi dan objek formal. Dengan
demikian Filsafat dari aspek ontologi adalah ilmu tentang kebijaksanaan atau
kebenaran. Yang dipelajari
adalah obyek sebenarnya.
Filsafat usaha untuk menyatakan kebenaran fakta secara menyeluruh,
mendalam dan sejelas mungkin (Witgenstein, Titus)

II. ASPEK AKSIOLOGI

For what (Untuk apa; Apa nilainya)

A.
B.

C.

Filsafat :
Ilmu tanpa batas dan universal untuk menemukan pengetahuan secara
menyeluruh dan dapat diungkapkan dengan jelas
Filsafat :
Ilmu yang mencari kebenaran paling dalam tentang seluruh kenyataan.
Usaha menjawab secara metodis, sistematis koheren tentang seluruh
fakta/kenyataan
Filsafat :
Ilmu
pengetahuan
umum
untukmencari
kebenaran
seluruh
fakta/kenyataan

Jadi aspek aksiologi Filsafat adalah untuk mencari kebenaran tentang seluruh
fakta/kenyataan.

Kegunaan

: 1. Menemukan kebenaran
2. Menimbulkan keyakinan
3. Menemukan ide

III. ASPEK EPISTEMOLOGI (WHY, HOW)


WHY
karena keinginan berfilsafat untuk menemukan kebenaran dengan
-

memakai ratio-logos-akal budi. Seterusnya ditanyakan mengapa benar


karena didiskusikan, dianalisis dengan ratio untuk menemukan kebenaran.
Mengapa ditanyakan oleh karena :
1.
Ketakjuban akan dirin 'yang ada" (Plato & Aristoteles 350 SM), dan
ketakjuban akan moral hukum dan langit dengan bintang. Immanuel
Kant ( 1750) memikirkan untuk ditemukan bagaimana
kebenarannya
2.
Kesangsian kemampuan panca indra (Agustinus 400, Descartes,
1600) karena inderawi seringkali menipu
bagaimana kebenarannya
3.
Kesadaran eksistensi dirinya yang kecil dibanding alam semesta
bagaimana kebenaran fakta/ kenyataan tersebut?

HOW
1.
2.
3.

Bagaimana pendekatannya berdasarkan gejala atau phenomenologi?


Bagaimana klasifikasinya?
Bagaimana model atau metodenya?

1. PENDEKATAN FENOMENOLOGIS/GEJALA
Gejala
hubungan
kesatuan
asasi
subyek
(manusia)
obyek
(pengetahuary benda untuk menemukan hasil bersifat sementara dan
terbuka) yang dapat dikritik.
Gejala jasmani-inderawi yang merupakan hasil pengalaman kongkrit
(hasil tergantung tempat + waktu)
Gejala umum, pengalaman abstrak (hasil tak tergantung tempat +
waktu)
Cara/metode pendalaman gejala tersebut terus dilakukan dan filsafat mencari
kebenaran sesuai klasifikasi filsafat dan model pendalamannya.

2. KLASIFIKASI FILSAFAT MENUIU FILSAFAT PENGETAHUAN


1.

Filsafat manusia

2.

Filsafat alam

3.

Filsafat keTuhanan

4.

Filsafat etika

5.

Filsafat pengetahuan
5.1. Filsafat pengetahuan umum
5.2. Filsafat ilmu pengetahuan

3. MODEL/METODE (CARA MENCARI KEBENARAN)


Cara mencari kebenaran dapat dengan:
Apriori (Plato) : universal

partikuler

Aposteriori (Aristoteles):

Bila kumpulan pengetahuan yang benar/episteme/diklasifikasi, disusun


sistematis dengan metode yangbenar dapat menjadi epistemologi.
Aspek epistemologi adalah kebenaran fakta/kenyataan dari sudut pandang
mengapa dan bagaimana fakta itubenar yang dapat diverifikasi atau dibuktikan
kembali kebenarannya.

KLASIFIKASI LAIN DARI FILSAFAT

CONTOH RINGKASAN SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT


1. Masa Yunani Kuno: abad 6 SM - akhir abad 3 SM
2. Masa Abad Pertengahan (akhir abad 3 SM awal abad 15)
3. Masa Modern (akhir abad 15 - 19)
4. Masa Kontemporer (abad. 20)

BAB 3
PENGETAHUAN DAN FILSAFAT PENGETAHUAN

PENGETAHUAN (P)
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia ingin tahu atas fakta baik "yang ada"
yaitu benda maupun "yang dianggap ada" misalnya setan. Persepsi subjek
(manusia) atas objek atau fakta tersebut adalah pengetahuan sesuai dengan
landasan metode yang digunakan, maka pengetahuan (P) dapat dipandang dari
sudut obyek materi dan obyek formal. Misalnya air.

I. ASPEK ONTOLOGI (BEING, WHAT, WHO)


Definisi pengetahuan adalah:
1.

Sesuatu yang ada atau dianggap ada

2.

Sesuatu hasil persesuaian subyek (manusia) dengan obyek (yang ada)

3.

Hasil kodrat manusia ingin tahu

4.

Hasil persesuaian antara induksi dengan deduksi

KLASIFIKASI PENGETAHUAN
A. Klasifikasi;
1.

Pengetahuan Kongkrit (inderawi, empiris)

Manusia, binatang (diketahui)

Manis (dirasakan)

Suara (didengar)

Busuk (dicium)

Halus (diraba)

2.

Pengetahuan Abstrak

keTuhanan (transenden, kepercayaan)

setan, hantu (beliel kepercayaan)

bumi bulat, ramalan cuaca (logika, rasio)

3.

Pengetahuan Etika & Estetika

sopan (etika)

indah (estetika)

menggunakan pakaian yang baik (etika + estetika)

bunuh diri (tak etis, emosi)

4.

Pengetahuan Supranafural

wahyu (Pengetahuan yang diperoleh para nabi)

intuisi (Pengetahuan batin yang dapat benar)

nujum (Pengetahuan batin yang menduga yang akan datang)

instink (naluri)

Terbentuknya pengetahuan oleh karena : Keinginan, kemauan dan kemampuan


ingin tahu.

Pengetahuan terjadi karena Pancaindra & kepercayaan:


1.

Pengalaman (experience) pancaindra = emPiri misal berawan akan hujan.

2.

Kesaksian orang lain (authority) seperti ulama, guru, orang yang dituakan.

3.

Tradisi (kepercayaan, norma, nilai-nilai dan pedoman perilaku lainnya).

Menghargai dan mmghormati orang tua atau orang yang dituakan.


Rasio : Akal pikiran dapat memberikan pengetahuan yang umum, obyektif, dan
pasti misal2 + 2 = 4 terutama deduktif. Misal: bulan itu planet.
Empiri + rasio = misal: di bulan tak ada air, jadi tak ada kehidupan.
Supranatural : Intuisi merupakan pengalaman batin yang tidak tersentuh oleh
indera maupun akal pikiran.
Contoh: dalam batin ada musibah, tak jadi bepergian dan benar.

Pengetahuan yang baik = Pengetahuan yang benar/dianggap benar


Hakikat

= haqiqat = intisari = aspek tertinggi tentang

kebenaran.
= pemahaman + penghayatan kebenaran
Hakikat Pengetahuan = penghayatan kebenaran Pengetahuan = Filsafat.

B. Klasifikasi lain dari Pengetahuan (P):


1.
P. Inderawi: Tingkat Kebenaran terendah, namun merupakan cara untuk
menemukan kebenaran yang lebih baik
2.
P. Naluri : Instink untuk menyesuaikan diri, mis naluri ada bahaya
menghindari
3. P. Rasional
3.1 Umum

: pengetahuan sehari-hari.

3.2 Ilmiah

: Ilmu pengetahuan

4. P. intuitif /imaginatif

Fantasi

Imaginasi estetis

Fantasi praktis

Fantasi ilmiah

5. P. Transenden: Manifestasi kepercayaan


5.1 Trans. Filsafat
5.2 Trans. Adikodrati

II. ASPEK AKSIOLOGI (OBJECTIVE - FOR WHAT, VALUE)


Tujuan P. untuk mendapatkan:
- kebenaran yang dianggap benar
- pengetahuan baru (new knowledge)
- pemahaman (understanding)
- penjelasan (explanation)
- klasifikasi (classification)
- peramalan (prediction)
- pengendalian (control)

III. ASPEK EPISTEMOLOGI (WHY, HOW)


1.
Why = karena keinginan, kemauan dan kemampuan untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar.
2.
How = bagaimana cara atau metode menggunakan keinginan, kemauan
dan kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan yangbenar.
Caranya tidak sistematis dan metodis, tidak universal dan tidak selalu benar
karena tidak ada metode baku walaupun ada teori pengetahuan dan teori
kebenaran.
Karena caranya tidak sistematis dan metodis, sering terjadi skeptisisme.
Skeptisisme dapat absolut dan relatif.
C. FILSAFAT PENGETAHUAN (FP)
Filsafat pengetahuan atau epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang
menyoroti dari sudut sebab pertama, gejala pengetahuan dan kesadaran
manusia bahwa pengetahuan itu benar dan terpercaya, hingga perlu teori
pengetahuan, teori kebenaran dan teori kepastian.
TEORI PENGETAHUAN
1. RATIONALISME
(DESKARTES, SPINOSA, LEIBNIZ, HEGEL 1600)

Kaum rationalis = intelektualis apriori. Rationalisme adalah aliran yang


menganggap kebenaran yang kita temukan hanya sebagian dari kebenaran
mutlak (dunia + dunia luar).
2. EMPIRISME
(Locke, Goethe, Comte, 1800)
Empirisme adalah aliran yang menganggap kebenaran P itu diperoleh
pancaindera dari pengetahuan dan pengalaman.

Sebenarnya pengetahuan empiris-rasional, induksideduksi, aposteriori-aproriori,


partikuler-abstrak, universal-kongkrit, itu merupakan lingkaran hermeneutis dari
khusus-umum atau umum-khusus.
Kaum sensualis menganggap kebenaran P hanya panca indera, misalnya cantik.
Secara logika, cantik harus dinilai dari aspek: - lahir-batin, intelektualitas, performance, - self reliance
3. KRITISISME
(Immanuel Kant1724 - 1805)
Kritisisme adalah aliran yang menganggap kebenaran pengetahuan itu hasil dan
ratio (penalaran) dan pengalaman.
Kaum kritis = penghubung 1 + 2
mis : ilmu pasti - cukup 1 ?
ilmusosial -1+2
Menurut kaum kritis: P itu benar bila mempertimbangkan ratio dan empiri untuk
memutuskan. Keputusan tersebut adalah keputusan analisis yaitu hasil dari
pertimbangan:
- apriori (sintesis, rasio)
- aposteriori (empiris)
Transedental = cara pikir berdasar kesatuan (Einheit Der Apperzeption) aprioriaposteriori, namun unsur apriori (kesadaran, pendirian) melampaui batas,
pengalaman.

4. TEORI FENOMENOLOGI
(Edmund Husserl 1,859 -1938)

Aliran ini menganggap bahwa pengetahuan adalah hasil kesatuan gejala yaitu:

Gejala Hubungan Kesatuan Asasi Subyek-Obyek

Gejala Kesatuan Jasmani Inderawi = Hakikat kongkrit

Gejala Umum = Hakikat Abstrak

P. diuraikan dengan bahasa hingga menemukan kebenaran pengetahuan


Menurut Verhaak:
PengetahuanAbstrak = Model Sebelum Empiris, jadi dari ide/pikiran yang disebut
juga sebagai Model Apriori atau Model Deduksi
Pengetahuan Kongkrit = Model Empiris yang berdasarkan pengalaman yang
disebut juga sebagai Model Aposteriori = lnduksi
Gabungan Induksi-Deduksi adalah kebenaran yang sesuai antara kenyataan dan
pikiran
TEORI KEBENARAN
Definisi kebenaran:
1.

Hal yang benar,sungguh tidak bohong

2.

Correctness, truth, honest

3.
Keadaan/hal yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya, suatu yang
sungguh-sungguh/benar benar ada (fakta)
4.
Persesuaian antara pengetahuan dengan kenyataan, atau antara ide
dengan realita (Nasution)
5.
Persesuaian antara persepsi subyek (manusia) dengan obyek yang
merupakan fakta dan nilai yang benar

Kriteria Kebenaran
Ada 3 (tiga) macam sasaran pengetahuan, yang benar.
A.

Obyek empiris (obyek fakta) yaitu:

Sasaran yang pada dasarnya ada dan dapat ditangkap oleh indera lahir (panca
indera) atau indera bathin.
Ukuran kebenarannya adalah bukti kenyataan (fakta)
B.

Obyek'ideal (obyek bukan fakta) yaitu:

Sasaran yang pada dasarnya tidak ada, dan menjadi ada berkat kegiatan sukma
atau akal. Ukuran kebenarannya adalah hukum berfikir (rasional yaitu akal,
pendirian, dan keputusan).
C.

Obyek transenden (obyek luar biasa) yaitu:

sasaran yang pada dasarnya ada tetapi berada di luar jangkauan fikiran dan
perasaan manusia. Landasan kebenarannya adalah rasa percaya (super
rasional).

Dalam kaitannya dengan kriteria atau tolok ukur kebenaran ada beberapa teori
yaitu:
1.

Teori korespondensi (correspondence theory)

Menurut teori ini, kebenaran ialah kesesuaian antara realita obyek dengan suatu
yang ditangkap oleh subyek dan dikomunikasikan kepada subyek lain misalnya
spidol dikomunikasikan spidol.
2.

Teori konsistensi atau koherensi (consistence theory)

Menurut teori ini, kriteria kebenaran adalah adanya konsistensi antara kesankesan terhadap suatu realita, jadi kebenaran adalah kesepakatan antara subyek
terhadap satu obyek, misalnya spidol dan secara konsisten disebut spidol.
3.

Teori pragmatis

Menurut teori ini, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria fungsional
atau manfaat dalam kehidupan praktis misalnya disebut spidol bila dapat dipakai
untuk menulis
Tingkatan Kebenaran
Tingkatan kebenaran ada 3 yaitu:
1.

Kebenaran mutlak

Kebenaran mutlak ini juga disebut kebenaran absolut yaitu kebenaran yang
sebenar benarnya, kebenaran sejati, kebenaran sempurna, kebenaran yang tidak
mempunyai cacat sedikitpun atau kebenaran hakiki.
2.

Kebenaran nisbi

Kebenaran nisbi ini juga biasa disebut kebenaran relatif, yaitu kebenaran yang
setingkat berada di bawah kebenaran mutlak. Kebenaran dalam tingkatan ini
merupakan tingkatan yang umum dan beragam, kebenaran yang tidak utuh dan
masih mengandung kesalahan.
3.

Kebenaran dasar

Kebenaran dasar adalah kebenaran yang paling bawah. Kebenarannya tidak


dapat dipersalahkan, tetapi masih membutuhkan Penegasan lebih lanjut
TEORIKEBENARAN :

PENGETAHUAN :

Contoh pengetahuan:
Kebenaran dari aspek ontologi (apa yang ada), aspek aksiologi (untuk apa) dan
aspek epistemilogi (mengapa dan bagaimana dapat diperoleh pengetahuan)
misalnya:garam dapur.

KEPASTIAN
Kepastian adalah kebenaran yang tepat, dapat diukur, tidakberubah, tidak
terpengaruh oleh suatu apapun dan tidak terikat oleh ruang dan waktu. Menurut
kamus besar bahasa Indonesia, kepastian adalah suatu hal yang menunjuk
angka (dapat diukur) misalnya 2 + 2 = 4
TEORI KEPASTIAN
1.
Kepastian alam (certitudo physicalis) : Kepastian misalnya adanya
matahari, bulan, bumi adalah pianet yang tidak terikat oleh ruang dan waktu
2.
Kepastian manusiawi (certitudo moralis) : Misalnya adanya matahari
merupakan kepastian, membuat manusia berpikir bahwa pasti ada yang
menciptakan matahari dan ada manfaatnya bagi alam dan manusia.

3.
Kepastian metafisika (certitudo intelektualis) : Misalnya adanya
perputaran antara bumi dan matahari secara teratur sehingga matahari terbit
pasti di sebelah timur.

BAB 4
ILMU PENGETAHUAN : SCIENCE (I.P)

Telah disebutkan secara singkat dalam Bab I, bila kumpulan pengetahuan yang
benar disusun dengan sistim dan metode untuk mencapai tujuan yang berlaku
universal dan dapat diuji/diverifikasi
kebenarannya maka terjadilah ilmu pengetahuan.
Untuk mendalami Ilmu Pengetahuan, sebaiknya lebih dulu mengerti
Pengetahuan yang diuraikan dalam Bab 3. Seperti halnya sistematika
Pengetahuan maka Ilmu Pengetahuan akan ditinjau dari aspek ontologi,
aksiologi, dan epistemologi.

I. ASPEK ONTOLOGI (BEING, WHAT, WHO)


1. DEFINISI I.P:
a.
Sekumpulan proposisi sistematis yang terkandung dalam pernyataanpernyataan yang benar dengan ciri-ciri pokok yang bersifat general, rasional,
objektif, mampu diuji kebenarannya (verifikasi objektif), dan mampu menjadi
milik umum (Communality, The Liang Gie, 1991)
b.
Pengetahuan yang diatur secara sistematis dan langkah-langkah
pencapaiannya dipertanggungjawabkan secara teoritis (C. Verhaak)
c.

Masih banyak definisi lain (lihat dihalaman selanjutnya)

d.

Kumpulan pengetahuan yang benar :

Mempunyai obyek dan tujuan,

Disusun secara sistematik,

Berkembang dengan metode ilmiah,

Berlaku universal dan dapat diuji kebenarannya (diverifikasi).

2. Obyek * materi: obyek yang dipelajari misalnya:


- manusia

- kehidupan
- benda mati
- alam semesta
* formal : obyek yang menjadi pusat perhatian pusat perhatian (focus of interest)
atau bidang studi mis. : kesehatan, kedokteran, pertanian, ekonomi, sastra
3. Struktur, klasifikasi, sifat, dan lain-lain harap dipelajari dari ilmu
yang ditekuni.
4. Klasifikasi ilmu pengetahuan.
Contoh klasifikasi Ilmu Pengetahuan yang sederhana yaitu:
1.
Ilmu Dasar (Basic Sciences) misalnya biologi yang bertujuan mendalami
teori dan isi alam yang hidup.
2.
Ilmu Terapan (Applied Sciences) yangbertujuan untuk pemanfaatan ilmu
guna memecahkan masalah praktis misalnya mekanisasi dan teknologi
pertanian.

Contoh klasifikasi ilmu pengetahuan

II. ASPEK AKSIOLOGI/ETIS (OBJECTIVE, FOR WHAT, VALUE)


1.
Tujuan umum: mis. I.Kesehatan mempelaiari semua aspek yang berkaitan
dengan kesehatan untuk tetap sehat dan lebih sehat
Tujuan khusus: untuk mencari/mendapatkan:

Kebenaran (Truth)

Pengetahuan (Knowledge)

Pemahamari (Understanding)

Penjelasan (Explanation)

Klasifikasi (Classification)

Peramalan (Prediction)

Pengendalian (Control)

Penerapan (Application)

Penemuan (invention)

Produksi (Production)

2.
Nilai etis: kebenaran, mis. Kesehatan yang lebih baik, bernilai etis dan
estetis.
III. ASPEK EPISTEMOLOGI (WHY, HOW)
1.
Why: misalnya ilmu kesehatan, masih banyak yang tidak sehat hingga ada
keinginan mencari kebenaran ilmiah apa penyebabnya.
2.
How: misalnya pemikiran dan pengkajian ilmiah/hasil ilmiah yang disusun
secara sistematik, dengan metode ilmiah untuk mendapatkan kebenaran
tentang kesehatan.

Sistematik: Disusun teratur berdasarkan sistim

Sistim: Bagian-balian yang berfungsi untuk I.P

Metode: Cara untuk menemukan/membuktikan dan mengembangakan I.P.

Berkembang: Berdasarkan hasil Metode Ilmiah dan bersifat terbuka

Universal: Berlaku sama di mana saja

Terbuka: Selalu dapat diuji kebenarannya secara ilmiah (diverifikasi)


dengan penalaran maupun diuji ulang.
Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar, mempunyai objek
dan tujuan tertentu dengan sistim, metode untuk berkembang serta berlaku
universal yang dapat diuji kebenarannya.
Tujuan Ilmu adalah mencari kebenaran ilmu tertentu secara ilmiah.
Sistem = Bagian-bagian atau elemen-elemen yang berfungsi saling
berkaitan/interrelated untuk mewujudkan fungsi organ / institusi / ilmu secara
menyeluruh:
Contoh:
- Sistem syaraf.
- Sistem pencernaan

- Sistem panca indra


- Sistem vaskuler
-

Sistem penalaran/logika

Sistem klasifikasi

Sistem penulisan ilmiah

Sistem pembuktian/statistika

Faktor sistim
a.

Ada seperangkat elemen tertentu (Assemblage of elements).

b.

Elemen-elemen itu saling berkaitan secara teratur (Interrelated).

c.
Ada mekanisme keterkaitan antar elemen itu dan merupakan suafu
kesatuan organisasi.
d.

Kesatuan olganisasi itu berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.

e.
Menghasilkan sesuatu yang dapat diamati dan disaksikan (Generating an
obsewable product).
Sistematik berarti bahwa ilmu pengetahuan itu secara teratur dan
tersusun hingga memberikan pengertian tentang hakikat, kebenaran dan
pembuktian kebenaran. Kebenaran,/kesalahan dan atau kepastian itu dapat
dipertanggungjawabkan berdasar pembuktian dengan metode ilmiah.
-

Sistematika ilmu = pengaturan sistematik ilmu hingga mudah dipelajari.

Sistematika ilmu dapat dibagi tiga:


1.

Apa ilmu/ilmu baru itu dan sistematikanya? (aspek ontologi)

2.

Untuk apa ilmu tersebut? (Sistematika tujuan = aspek aksiologi/etika)

3.
Bagaimana metode mencapai tujuan tersebut/bagaimana dan mengapa
menyuslrn sistematika ilmu secara benar dan mudah dipelajari (aspek
epistemologi).
Metode
Yang dimaksudkan dengan metode yaitu cara untuk mendapatkan atau
menemukan pengetahuan yang benar dan bersifat ilmiah. Metode ilmiah
mensyaratkan asas dan prosedur tertentu yang disebut kegiatan ilmiah misalnya
penalaran, studi kasus dan penelitian. Metode ilmiah dapat dengan penalaran
dan pembuktian kebenaran ilmiah.

Mefode Ilmiah dengan penalaran dan kesimpulan atau pembuktian


kebenaran.
Penalaran merupakan kegiatan yang mempunyai ciri tertentu dalam penemuan
kebenaran.
Dua ciri penalaran :

- logis
- analitis
a.
Berpikir logis adalah kegiatan berpikir menurut pola, alur dan kerangka
tertentu (frame of logic) yaitu, menurut logika; deduksi-induksi; rasionalismempirism; abstrak-kongkrit; aprioriaposteriori.
b.
Berpikir analitis adalah konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir
analisis-sintesis berdasarkan langkah-langkah tertentu (metode
ilmiah/penelitian).

Pembuktian Kebenaran Ilmiah

Secara ontologis keraguan timbul karena keterbatasan manusia. Filsafat ilmu


pengetahuan berusaha mengubah "yang ada" dari "common sense, atau
anggapan umum menjadi "yang ada" secara logis, atau "rasional".
Dulu mitos adalah anggapan umum yang dianggap benar berdasar kepercayaan
tanpa pembuktian.
Misal:

Kini ilmu pengetahuan menggunakan pembuktian ilmiah

Kepastian ini dapat dilihat dengan mikroskop atau dengan metode lain dan
berlaku universal.
Jadi penyakit lepra yang dulu dianggap kutukan Tuhan, kini dapat
dijelaskan sebagai berikut Aspek ontologi lepra adalah penyakit yang
disebabkan oleh M. Leprae
-

Objek materi: manusia


Objek formal: penyakit lepra

Aspek epistemologi lepra adalah penyakit dengan causa M. Lepra (Why)


dan menular dalam jangka lama (How) Aspek aksiologi, lepra adalah
penyakit yang perlu diobati dan untuk menjaga martabatnya ditempatkan
di leproseri (etis).

Dinamis

Ilmu Pengetahuan berkembang, jadi bersifat dinamis. Aktivitas untuk


perkembangan ilmu antara lain dengan kajian/riset
(study, search, pursuit, inquiry, quest). Pembuktian kebenaran ilmiah dan
dinamika.
ilmu atau metode perkembangan ilmu yaitu dengan penelitian atau riset.
Contoh urutan riset adalah sebagai berikut:
1.

Judul yang jelas berkaitan dengan risef

2.

Rumusan masalah yang spesifik berkaitan dengan judul;

3.

Tujuan dan manfaat yang berkaitan dengan masalah;

4.

Tinjauan Pustaka yang berkaitan dengan judul risef

5.

Kerangka Teori yang berkaitan dengan Tinjauan Pustaka;

6.

Kerangka konsep risef

7.

Rumusan hipotesis kerja

8.

Rumusan definisi operasional risef

9.

Rancangan metode riset yang terkendalikan

10.

Kumpulan data (Rencana dan Pelaksanaan)

11.

Analisis data dan sintesis hingga menjadi pernyataan

12.

Pembahasan

13.
Simpulan pernyataan menjadi hasil riset yang dapat
dipertanggungjawabkan
14.

Dibuat verifikasi hasil, saran dan ramalan ilmiah.

BAB 5
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN (PIP)

Ilmu pengetahun yang baik itu sifatnya dinamis hingga berkembang, misalnya:

Ilmu Pertanian berkembang di bidang produksi hingga hasil pertanian per


hektar terus meningkat.

Ilmu Kedokteran berkembang di bidang diagnostik, terapi dan


transplantasi organ serta bedah jantung hingga keskehatan lebih baik.

Tujuan Pengembangan Ilmu Pengetahuan adalah untuk menemukan:

Kebenaran pasti/sesuai dengan fakta (truth of the facts);

Pengetahuan baru (new knowledge)

Pemahaman (understanding, comprehension, insight);

Penjelasan (explanation);

Peramalan (prediction);

Pengendalian (control);

Penerapan (application, invention, production)

METODE PIP ANTARA LAIN:

Pengamatan

Pendidikan dan pengajaran serta diskusi

Studi kasus, eksperimen

Penelitian

Penulisan ilmiah yang dikomunikasikan

Fenomenologis: model, rumus, gambar, bagan, kerangka, algoritme

BAB 6
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN (FIP)

Nama lain dari Filsafat Ilmu Pengetahuan adalah Kritik Ilmu. Filsafat Ilmu
Pengetahuan menurut kelompok I. Kant tentang kritik dan kritisisme adalah
sebagai berikut:
1.
Kritik dan kritisisme muncul dari istilah kritik. Kata kritik dipakai sejak
masa Renaisans (1350-1600).

2.
Masa puncak adalah masa Aufklarung (Abad ke-17 dan 18). Kritik yang
semula masih berada di bawah kewibawaan Gereja dan ajaran iman berubah
menjadi kritik rasional yang otonom' Filsuf Immanuel Kant (1724-1804) yang
menyebut filsafatnya sebagai kritisisme.
3.
Kant berpendapat bahwa sebelum melakukan penyelidikan filosofis,
terlebih dahulu harus menyelidiki kemampuan dan batas-batas pikiran manusia.
Dengan kata lain, manusia harus mengetahui syarat kemungkinan pengetahuan
manusia. Dengan cara itu manusia akan dibangunkan dari tidur dogmatis dan
bersikap kritis. Jadi kritisisme adalah cara kerja fisafat yang sebelum memulai
penyelidikannya terlebih dahulu menyelidiki batas-batas dan kemampuan akal
budi manusia.
Sebenarnya perkembangan ilmu pengetahuan itu memerlukan waktu panjang
dan bukan hasil kajian seorang ahli saja. Demikian pula kajian Ilmu Pengetahuan
yang mendalam atau Filsafat Ilmu Pengetahuan diperlukan waktu lama.
I. ASPEK ONTOLOGI
Dalam menguraikan aspek ontologi hendaknya secara:
a.

Metodis : Menggunakan cara ilmiah;

b.
Sistematis : Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu
keseluruhan;
c.
Koheren : Unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian yang
bertentangan;
d.

Rasional : Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis);

e.
Komprehensif : Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang,
melainkan secara multidimensional; atau secara keseluruhan (holistik)
f.

Radikal : Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya;

g.
Universal : Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di
mana saja.
II. ASPEK AKSIOLOGI
Tuiuan dasarnya menemukan kebenaran atas fakta "yang ada" atau sedapat
mungkin ada kepastian kebenaran ilmiah.
III. ASPEK EPISTEMOLOGI
Menemukan kebenaran menurut AR Lacey (Oxford Companion to Philosophy)
sebagai berikut:
1.

Menemukan kebenaran dari masalah.

2.

Pengamatan dan teori untuk menemukan kebenaran.

3.

Pengamdtan dan eksperimen untuk menemukan kebenaran.

4.
Falsification atau operasionalism (experimental operation, operation
research)
5.

Konfirmasi kemungkinan untuk menemukan kebenaran.

6.

Metode hipotetico-deduktif

7.

Induksi dan presupposisi/teori untuk menemukan kebenaran fakta.

Karena itu perlu diperhatikan teori kebenaran, kebenaran ilmiah dalam


perkembangan ilmu dan teori-teori dibawah ini :
1.Rationalism : Penalaran manusia yang merupakan alat utama untuk mencari
kebenaran
2.Empirism : Di sini pengalaman indera memegang peranan utama, termasuk
bagaimana data diterima, dianalisis, dibahas untuk memperoleh kebenaran.
3.Logical positivism : Pernyataan hanya berarti bila dilandasi oleh bukti-bukti
berdasarkan penelitian yang merupakan hasil empiris (2) dan hasil komunikasi
objektif seminar ilmiah atau hasil rationalisme hingga kebenaran disepakati.
4.Pragmatism : Nilai akhir dari suatu ide atau kebenaran yang disepakati adalah
kegunaannya untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis.
Teori ilmiah harus memenuhi tiga syarat utama yaitu:
a.Harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya
b.Harus cocok dengan fakta-fakta empiris sebab teori yang bagaimana pun
konsistennya kalau tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima
kebenarannya.
c.Dapat mengganti teori lama yang tidak cocok dengan pengujian empiris dan
fakta.
Di samping teori untuk komunikasi dalam sains, biasanya dipakai pengertianpengertian sebagai berikut :
1.Axioma : Pernyataan yang diterima tanpa pembuktian karena telah terlihat
kebenarannya.
2.Postulat : Suatu pernyataan yang diterima "benar" semata-mata untuk
keperluan berkomunikasi
3.Presumsi : Suatu pernyataan yang disokong oleh bukti atau percobaanpercobaan, meskipun tidak konklusif dianggap sebagai benar walaupun
kemungkinannya tinggi bahwa pemyataan itu benar.
4.Asumsi : Suatu pernyataan yang tidak terlihat kebenarannya maupun
kemungkinan benar tidak tinggi -> tidak (1) maupun (3).

Ciri Ilmu
Ciri ilmu juga perlu memperhatikan sifat dan klasifikasi ilmu sebagai berikut :

Sifat Ilmu :

Asal Ilmu dan klasifikasinya

Asal ilmu atau sejarah ilmu tertentu ditemukan dengan metode penelitian
sejarah dan klasifikasinya diuraikan berdasar perkembangan ilmu tersebut. Salah
satu klasifikasi ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :

BAB 7
TEKNOLOGI DAN FILSAFAT TEKNOLOGI

Perkembangan Ilmu Pengetahuan apalagi bila dikaitkan dengan manfaatnya, tak


lepas dari penggunaan teknologi.
Teknologi adalah alat untuk pemanfaatan pengetahuan dan ilmu pdngetahuan.
Sebagaimana halnya sistematika yang lalu teknologi akan ditinjau dari aspek
ontologi, aksiologi, dan epistemologi.

I. ASPEK ONTOLOGI
Definisi Teknologi:
1.
1 706),

A description of the arts, application especially the mechanical (Phillips

2.
Cara atau proses untuk membuat mampu lebih mengembangkan
sesuatu,yang keterampilan manusia (Schon).
3.

The scientific study of the practical or industrial arts (Oxford Dict).

4.
Proses penerapan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan yang
menghasilkan nilai tambah (produk) bagi pemenuhan kebutuhan manusia (UU
No.8, 1990).
5.
Proses penerapan dan pemanfaatan pengetahuan atau ilmu pengetahuan yang menghasilkan produk barang atau jasa (Hardjoeno).
OBJEK:
-

Objek Materi: makhluk hidup, benda mati antara lain bahan dan alat.

Objek Formal: teknologi atau pengetahuan terapan.

II. ASPEK AKSIOLOGI


1.

Tujuan/Manfaat

a.

Untuk menghasilkan produk (barang + jasa) yang sama atau baru

b.

Untuk menghasilkan metode atau pengetahuan baru

c.

Untuk menghasilkan nilai tambah bagi kebutuhan manusia

2.

Nilai Etis

a.
Umumnya nilai positif lebih besar dari pada nilai negatif bila dikontrol
dengan kebijakan (mis. kebijakan Perserikatan Bangsa-Bangsa terhadap Irak
yang menggunakan senjata kuman dan kimia).
b.
Hasil teknologi tidak merusak nilai kemanusiaan: mis. hukuman dan
pengawasan terhadap lrak, terjadilah damai (tak perang), merasa aman/
sejahtera.
c.
Nilai alam dan lingkungan lestari artinya: - Tidak dirusak dan tidak ada
dampak negatif
III. ASPEK EPISTEMOLOGI
1.

Why: karena keinginan menggunakan/menemukan produk/jasa

2.
How karena pengkajian sampai aplikasi produk/jasa maka proses
jenisnya dapat dibedakan menjadi:

2.1 Teknologi tradisional


2.2 Teknologi madya
2.3 Teknologi canggih
2.4 Teknologi tepat guna/Modern
Ciri Teknologi Modem antara lain sebagai berikut:
1.

Ditandai rasionalisasi

2.

Artifisial melebihi natural

3.

Otomatisme, Robotisme

4.
Terus berkembang dengan teknologi baru lebih kecil/ sederhana,
misalnya hand phone.
5.

Bersifat monolit (menurut prinsip ilmu pengetahuan) dan efisien.

6.
Universaiisme, sama ukuran - sekrup sama menurut Standar
Internasional (SI).
Masalah Etis akibat Teknologi dan hal yang terjadi atau perlu diperhatikan:

FILSAFAT TEKNOLOGI
adalah cabang filsafat tentang teknologi
I. ASPEK ONTOLOGI
Definisi: Rumuskan dari berbagai definisi di atas dan berikan argumentasinya.

Dari aspek ontologi juga disebut Tekno ontologi atau Tekno metafisik. Apa objek
materi dan objek formanya? Mengapa menggunakan teknologi? Karena teknologi
kini bersama pengetahuan dan ilmu pengetahuan (iptek), bahkan dengan seni
(ipteks) berusaha membuat produk barang/ jasayang lebih baik, indah, produktif,
efisien dan efektif.

II. ASPEK EPISTEMOLOGI


Mengapa : karena kompetisi untuk produktivitas, peningkatan dan perbaikan
hasil produksi.
Bagaimana : struktur dasar teknologi tersebut dikembangkan :
-

dengan analisis-sintesis

dengan rasionalisasi dan komputerisasi

dengan efisiensi

III, ASPEK AKSIOLOGI


Untuk apa (tujuan) dan nilai etis teknologi tersebut? Teknologi digunakan untuk
menghasilkan produk barang/ jasa dengan nilai tambah.
Dalam hal ini harus :
-

ingat etika / estetika

ingat dampak

PERKEMBANGAN IPTEKS (I.P. Teknologi, Seni)


Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dapat menimbulkan keajaiban,
misalnya dijatuhkannya bom atom di Hirosima dan Nagasaki dapat
menghentikan Perang Dunia II. Dengan teknologi canggih orang dapat mendarat
di bulan, dapat menyelidiki planet Mars dan membuat satelit untuk komunikasi,
informasi dan riset.
Sesudah Perang Dunia (PD) ke II, perkembangan iptek sangat pesat, karena:
1.Pelajaran/Pengalaman selama PD ke II
2.Tak ada perang/musibah besar hingga riset dan penerapan teknologi berjalan
baik.
3.Keadaan sosial ekonomi lebih baik sehingga mendukung pengembangan iptek
dan pemanfaatannya namun juga dapat merusakkan lingkungan

4.Persaingan dalam memasarkan teknologi dan produk barang maupun jasa.


5.Investasi industri dengan teknologi kotor (polluted industries) di negara
berkembang yang belum ketat kebijakan lingkungannya.
6.Manusia juga ingin produk teknologi itu indah hingga sering iptek menjadi
ipteks, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

BAB 8
ETIKA DAN BIOETIKA

ETIKA
Etika berasal dari kata ethos.
Ethos (Yunani): Kebiasaan, adat,watak, perasaan, sikap dan cara berfikir
Etika berarti Moral (Latin): Adat kebiasaan.
Mos (tunggal) : Kebiasaan.
Mores (jamak) : Adatkebiasaan, kesusilaan.
Sistematika Etika juga akan menggunakan sistematika yang lalu yaitu dipandang
dari aspek ontologi, aspek aksiologi dan aspek epistemologi.
I. ASPEK ONTOLOGI
Definisi Etika:
Dep.P&K:
1.Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan;
2.Kumpulan nilai/azas yang berkenaan dengan akhlak;
3.Ilmu tentang yang baik dan buruk serta Kewajiban moral (akhlak).
Bertens:
1.
Sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi
seorang/kelompok dalam mengatur tingkah lakunya;
2.

Kumpulan azas atau nilai moral/kode etik;

3.

Ilmu tentang yang baik dan buruk.

Definisi Etika yang lain :

Ilmu empiris tentang moralitas (berdasarkan fakta)

Refleksi kritis, metodis dan sistematis tentang tingkah laku moral


manusia (Filsafat Praktis)

A Theory of value; A conduct of life; Moral philosophy (Oxford)

Ilmu tentang kesusilaan atau nilai susila.

Nilai susila yaitu perilaku baik yang banyak berkaitan dengan peraturan (misal
taat pada hukurn yang berlaku, tak KKN, etika riset, tak plagiat), taat pada
agama, menghargai pandangan hidup misalrya Pancasila dan menghormati adat
kebiasaan yang baik.
Dari segi norma masyarakat etika dapat dibedakan menjadi:
1. Etika agama: norma kongkrit
2. Etika peraturan: norma umum
3. Etika situasi : norma khusus/unik
Etika di sini sama artinya dengan sistem moral. Moralitas berarti nilai, sifat
moral, keseluruhan azas tingkah laku yang berkaitan dengan moral baik dan
buruk (Ciri khas manusia)
Amoral :

Tidak dihubungkan dengan konteks moral, diluar etis

sawah.

Tidak mempunyai relevansi etis misalnya petani tak berbaju bekerja di

Immoral : Tidak bermoral, tidak berakhlak dan tidak etis Misalnya petani tak
bercelana bekerja di sawah.
Etika (ethics) = Moral (absolut) mis. Jangan membunuh;
menghormati Peraturan dan tak melanggarnya
Etiket (ethiquette) = Sopan santun (tak absolut) terhadap orang lain.
Etika baru menjadi ilmu, bila kemungkinan etis (azas/nilai yang dianggap baik
dan buruk) diterima dalam suatu masyarakat tanpa disadari-menjadi bahan
refleksi dari penelitian sistematis dan metodis.
Banyak teori etika, namun perlu dicatat pendapat William David Ross (18771971.). Ia mengatakan kebenaran merupakan kewajiban prima facie yang
berlaku sampai ada kewajiban yang lebih penting.
Ross menyusun sebuah daftar kewajiban yang semuanya merupakan kewajiban
prima facie:

1) Kewajiban kesetiaan
2) Kewajiban ganti rugi
3) Kewajiban terima kasih
4) Kewajiban keadilan
5) Kewajiban berbuat baik
6) Kewajiban mengembangkan dirinya
7) Kewajiban untuk tidak merugikan
Klasifikasi
1.

Etika Deskriptif (Jean Piaget/Swiss 1860-1980)

Mendeskripsikan tingkah laku moral:

Sebenarnya empiris dan tidak menilai, apa yang terjadi baik


personal/sosial.
2.

Etika Normatif

Menilai perilaku moral atas norma benar dan tidak, apa yang seharusnya
(should, ought to, sollen)
a. Etika Umum
b. Etika Khusus (etika terapan/applied ethics)
3.

Meta Etika

Lebih tinggi dari perilaku etis, dianalisis dan dikritik karena menyangkut nilai dan
keadilan

II. ASPEK AKSIOLOGI


Etika atau filsafat perilaku untuk menciptakan sopan santun dalam kehidupan
bermasyarakat.
Etika perlu oleh karena menghadapi:
1. Masyarakat dengan moral yang pluralistik
2. Transformasi masyarakat
3. ideologi baru/moral baru
4. Moral dalam teknologi baru
5. Interpretasi/aturan

1. Hukum (norma juridis)


2. Perintah agama
6. Kemantapan iman dalam kebebasan

III. ASPEK EPISTEMOLOGI


Why: karena perilaku baik akan mewujudkan peradaban dan seterusnya
kebudayaan yang dihargai, sedang perilaku buruk misalnya pembunuhan,
perampokan dan tindak anarki akan menurunkan nilai kebudayaan masyarakat
atau etika menjaga kestabilan masyarakat.
How: perlu dijaga perilaku baik sesuai adat kebiasaan, peradaban dengan
kebudayaan yang didapat baik dari orang tua, Pendidikan formal, dan non formal
mauPun dalam pergaulan sehari-hari. Demikian perlu faktor agama, filsafat
negara /Pancasila mempengaruhi berperilaku baik.
Perilaku baik tersebut dapat digambarkan di bawah ini

BIOETIKA
Definisi:
Kajian tentang dimensi moral dari pengambilam keputusan yang berkaitan
dengan kesehatan danbiologi (Samuel Garovitz, 1977)
Dari Bio (organisme hidup) dapat berkembang menjadi: Biologi, Bioteknologi,
Genetika, Kedokteran, Psikologi.
Bioetika: merupakan etika mengenai kehidupan, hingga , keputusan yang
diambil dapat menimbuikan dilema negatif, Oleh karena itu perlu metode
pengambilan keputusan etis berdasarkan:
1. Deontologi: Kewajiban/prinsip yang harus dilakukan atau etika kewajiban.

2. Konsekuensialisme: konsekuensi moral atas perbuatan / keputusan


3. Etika hak yaitu tuntutan hak moral individu misal hak mendapat pendidikan,
kesehatan dan perlindungan dari perbuatan jahat.
4.
Intuisionisme yaitu kemampuan individu untuk mengetahui secara
langsung atas sesuatu (baik-buruk) berdasarkan perasaan moralnya.
5.

Logika dan analisis SWOT bila ruang dan waktu memungkinkan.

Bio-ethics berkembang karena Teknologi, perlu Technethis (Norman Faramelli


1971). Bioetika harus memperhatikan:
Pragmatisme, fungsional, kuantitas, standarisasi/efisiensi, manipulasi/ robot.
Teknologi dengan 5 dimensi : Fungsi, energi, fabrikasi, komunikasi,
aturan/Standarisasi
Perlu technological assesment studi sistematis tentang efek teknologi
terhadap masyarakat yaitu efek/dampak ipoleksosbud, hankam tekling dalam
jangka pendek dan panjang.
Memperhatikan nilai teknologi dan etika hingga bioetika tersebut pragmatis
dan tidak menimbulkan dampak negatif.
Tipe Teknologi (T) antara lain:
T. Konservasi misalnya lahan irigasi
T. Perbaikan misalnya Rekayasa Genetik, Prostetika
T. Implikasi misalnya membantu keterlibatan dalam Program Keluarga
Berencana
T. Kompensatoris misalnya untuk antisipasi efek tekanan/kurangi bising
implementasi telpon, komputer
T. Destruktif misab:rya senjata kuman
Istilah Etika dalam diskusi Bioetika:
1.Otonomi individu untuk bertanggung jawab harus sesuai dengan konteks
kemasyarakatan
2.Tidak merugikan non maleficience: misalnya transplantasi organ, tetapi selalu
tak berhasil.
3.Tindakan baik: beneficience misalnya tranplantasi jantung/ginial memperpanjang hidup.

4.Keadilan: terhadap ipoleksosbud hankam ipteks lingkungan


5.Persetujuan tindakan: Informed Consent
5.1 kompetensi kepatutan/keputusan/tindakan
5.2 penyampaian informasi dan pengertian
5.3 kemauan sukarela
6.

Paternalisme : untuk membatasi kebebasan

7.

Hak: hak moral, hak asasi manusia

Penerapan etika dan bioetika hendaknya dimulai dari tiap individu, di


dalam lingkungan keluarga, anak menghormati orang tua, yang muda
menghargai yang fua namun harus berani mernperingatkan bila ada yang
berbuat tidak etis.

BAB 9
LOGIKA

Logika merupakan cara berpikir secara tepat dan benar dan


mempertanggungjawabkan hasil cara berpikir tersebut untuk menyakinkan
orang lain.
Asal kata logikos: berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan logika berarti ilmu
pengetahuan rasional.
I. ASPEK ONTOLOGI
LOGIKA ADALAH:
1.Cabang filsafat yang mempelajari penalaran (cara berpikir yang benar)
2.Ilmu dan kecakapan berpikir dengan benar dan tepat (the science and srt of
correct thinking).
3.Cara berpikir menurut aturan atau patokan yang harus ditaati dengan tepat,
teliti dan teratur untuk memperoleh konklusi kebenaran.
4.Ilmu Pengetahuan, tentang karya akal budi (rasio) untuk membimbing menuju
yang benar (M. Sommers).
Dari cara berpikir dapat dibedakan pengertian (term), keputusan dan
kesimpulan:

Pengertian atau term atau premis adalah persepsi pikiran atas sesuatu
baik deduktif maupun induktif.

Dua term atau lebih dapat menjadi keputusan.

Keputusan adalah pendapat dalam pikiran yang merupakan hasil


hubungan dua term atau lebih.

Kesimpulan merupakan hasil akhir dari beberapa keputusan yang


merupakan pembuktian.
Penalaran atau logika merupakan cara berpikir untuk mendapatkan kebenaran.
Kebenaran di sini dapat dibedakan menjadi kebenaran logis dan kebenaran
ontologi (Vloemans).
1. Kebenaran Logis
Kebenaran logis adalah kebenaran sesuai dengan penalaran, misal siapa yang
KKN harus dikenakan sangsi atau hukuman. Kenyataannya harus dibuktikan
(evidensi) bahwa ada kepastian KKN. Bila masih
a.kurangbukti
b.ragu-ragu
c.kemungkinan atau pendapat belum pasti harus dinilai kembali sampai ada
kepastian.
d.Kepastian adalah persesuaian dalam akal dan kebenaran yang diketahui tanpa
kekhawatiran adanya kekeliruan (ada evidensi).
2. Kebenaran ontologis atau kebenaran yang terjadi.
Pada contoh di atas yang terjadi sekarang walaupun menurut logika ber KKN,
kenyataannya sedikit sekali yang dihukum karena tidak memenuhi kepastian
atau karena kepalsuan.
Kepalsuan dapat terjadi karena:
a.Kelemahan logis dari akal, kelemahan ingatan atau kurangnya konsentrasi atau
pengaruh dari luar yang negatif.
b.Kelemahan moral yaitu angkuh terlalu percaya pada pengertian sendiri,
egoisme (menyenangkan hati sendiri), kurangnya penelitian atau pengujian
terhadap nilai kebenaran.
c.Sofisme atau alasan palsu yaitu :
Penyimpulan palsu untuk mengelabui orang lain (paralogisme).
Sofisme bahasa misalnya tafsiran atau penyimpulan ganda atau kompleks.
II. ASPEK AKSIOLOGI
Tujuan logika untuk menghasilkan pengetahuan yang benar dengan berpikir logis
atau dengan penalaran.

III. ASPEK EPISTEMOLOGI


WHY : karena dengan berpikir logis akan menghasilkan pengetahuan, kesimpulan
atau tindakan Yang benar
HOW :berpikir logis dengan mempertimbangkan asal Pengetahuan tersebut
Yaitu:
1.Bila pengetahuan tersebut dari akal / ide / ratio harus dipertimbangkan
pengalaman (empiri) dan dianalisis kritis hingga menemukan kebenaran atau
pengetahuan/keputusan yang dianggap benar.
2.Bila pengetahuan tersebut dari Pengalaman inderawi (empiri) harus
dipertimbangkan ratio dan analisis kritis hingga menemukan kebenaran atau
yang dianggap benar.
3.Dua ciri penalaran:
- logis
- analitis
a.Berpikir logis adalah kegiatan berpikir berjalan menurut pola, alur dan
kerangka tertentu (frame of logic) tegasnya, menurut logika berpikir yaitu:
deduksi-induksi; rasionalism-empirism; abstrak kongkrit; apriori-aposteriori).
b)Berpikir analitis adalah konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir analisissintesis berdasarkan langkah-langkah tertentu (metode ilmiah/penelitian).
Logika ilmiah menggabungkan penalaran induktif dan deduktif atau
gabungan empirisme dengan rasionalisme hingga menemukan kebenaran
sementara atau hipotesis.
Hipotesis harus dibuktikan melalui kritisisme (Imanuel Kant) seperti
yang telah diuraikan dalam kritik ilmu atau Filsafat Ilmu Pengetahuan.
Pembuktian hipotesis tersebut harus dengan metode ilmiah atau penelitian
untuk menemukan kebenaran yang masih dapat dikoreksi atau diverifikasi
hingga terjadilah siklus Logico-hipoteticoverifikatif.
Disebut siklus karena bila verifikasi tidak membenarkan pembuktian hipotesis,
maka harus dibuktikan kembali dengan Logico-hypotetico-verifikatif yang baru.
Untuk menemukan kebenaran ilmiah, di samping logika harus disertai:
penggunaan bahasa yang jelas,mudah ditafsirkan hingga tidak salah persepsi.
Penggunaan metode ilmiah seperti yang telah diutarakan dipengembangan
ilmu pengetahuan.
Penggunaan analisis dan statistik hingga menemukan kebenaran yang dapat
dipertanggungjawabkan dan bukan kebenaran karena perasaan atau perkiraan.

Dengan konsep logika, induksi-deduksi untuk mendapatkan kebenaran


sementara atau praduga atau hipotesis, yang dibuktikan kebenarannya dengan
logicohipotetico verifikatif perlu memperhatikan pengaruh semua faktor secara
holistik.

BAB 10
KEPUTUSAN DAN TINDAKAN

Telah disinggung di Bab Logika bahwa keputusan yang baik harus


mempertimbangkan data dan informasi yang valid dan benar dan digunakan
dalam kajian logico-hipotetico-verifikatif dengan memperhitungkan faktor
internal (IFAS) dan eksternal (EFAS) dengan analisis SWOT.
Hal ini berarti diperlukan kajian holistik untuk mendapatkan kesimpulan dan
saran yang akan digunakan untuk pertimbangan keputusan dan tindakan.
Keputusan dan tindakan adalah pendapat dan atau perilaku hasil
kesimpulan berpikir logis untuk mendapatkan kebenaran dengan memperhatikan
etika dan bioetika. Keputusan pendapat dan atau perilaku tersebut merupakan
kewajiban dari pengambil keputusan untuk dilaksanakan dengan bertanggung
jawab.
Pertanggungjawaban melakukan kewajiban atas keputusan sebaiknya timbul dari
kesadaran moral dan tidak merupakan paksaan. Dalam hal ini untuk
menjaiankan kewajiban itu juga ada kebebasan yang dibatasi. Kebebasan
tersebut dapat kebebasan individu (eksistensial) dan kebebasan sosial.
Kebebasan individu adalah kebebasan melakukan kewajiban atas kesadaran diri
tanpa pengaruh pihak lain berbuat kejahatan/kebaikan, menepati janji, tak
melanggar peraturan dan sebagainya.
Contoh:
1.Ali menulis buku atau karangan ilmiah dan akan diselesaikan dalam tiga bulan
tanpa tekanan daripihak lain, selesai atau tidak adalah kebebasannya.
2.Bertrandt Russel, filosof Inggris terkenal mau bebas dari wajib militer/
kebebasan individu; namun karena ini melanggar undang-undang wajib militer
(kebebasan sosial) maka ia dipenjara.
Kebebasan sosial adalah kebebasan karena peraturan atau pengaruh dari pihak
lain.

Contoh:
1.Karena undang-undang wajib militer di Inggris, Bertrandt Russel yang tetap
mau bebas, anti perang dan ingin damai, tak mau wajib militer. Karena dibatasi
kebebasan individunya oleh kebebasan sosial, maka dia diganjar dengan
hukuman penjara.
2.Untuk menambah ilmu, mahasiswa mendapat tugas pengkajian pustaka dalam
bidang ilmu tertentu, dalam bentuk penulisan ilmiah. Seterusnya makalahnya
dipresentasikan di kelas, didiskusikan serta diperbaiki.
Kewajiban dengan kebebasan itu harus dipertanggungjawabkan sampai sebelum
ujian. Bila kebebasan yang dibatasi tersebut tak dipenuhi,baru ada paksaan atau
sangsi misalnya takboleh mengikuti ujian.
Contoh lain dalam demokrasi, orang bebas mengeluarkan pendapat dan unjuk
rasa yangbiasanya dalam bentuk dernonstrasi, Namun bila kebebasan tersebut
kebablasan antara lain merusak tempat ibadalr, rumah sekolah sampai
pembunuhan, hal itu melanggar kebebasan sosial dan harus dihukum. Mungkin
pelanggaran kebebasan tersebut akan berkurang atau tak terjadi bila kita
menyadari kebebasan dalam demokrasi, etika dan bioetika disertai pelaksanaan
kebijakan yang berlaku dengan hukuman berat bagi pelanggar.
Pertanggungjawaban atas tindakan maupun keputusan harus memperhatikan
kebebasan dan etika, baik kebebasan individu maupun kebebasan sosial.
Kebebasan dibatasi oleh etika, Jenis etika tersebut antara lain:
1.Etika normatif di sini perlu diperhatikan:
Hedonisme: yaitu egoisme yang menginginkan kesenangan, kenikmatan dan
kebahagiaan diri.
Pengembangan diri yaitu egoisme yang menginginkan untuk pengem-bangan
diri dalam nilai kebenaran dan kurang memperhatikan yang lain.
Utilitarisme yaitu keinginan dengan tujuan yang berguna atau bermanfaat bagi
orang banyak.
1.Etika peraturan yaitu undang-undang, peraturan atau kesepakatan yang harus
ditaati.
2.Etika situasi yaitu keadaan yang membatasi kebebasan sosial misalnya syarat
menjadi penguasa negara memenuhi kecuali kesehatan. Walaupun kecuali di sini
kesehatan merupakan syarat yang pentingbagi seorang pejabat negara.
3.Relativisme yaitu ketaatan atau syaratyangrelatif kecil dibandingkan syarat iain
yang kegunaannya lebih besar misalnya bukan sarjana, namun karena
pengalaman mempunyai kemampuan memifnpin dan manajemen baik dalam
lingkungan tertentu.

Penggunaan etika dalam.kaitannya dengan ipteks sudah umum


diiakukan dibidang kedokteran untuk mengambil keputusan dan tindakan.
Misalnya sebeium tindakan operasi atau transplantasi organ dilakukan konsultasi
antar profesi di bidang kedokteran dan keluarga pasien karena tindakan tersebut
dapat menyangkut mati hidup atau kecacatan tubuh antara lain amputasi kaki,
payu dara dan sebagainya. Untuk keputusan dan tindakan tersebut harus
memperhatikan etika profesi kedokteran, etika rumah sakit, etika situasi bila
menyangkut mati-hidupnya pasien, apabila keputusan dan tindakan operasi
terlambat. Tentu saja tindakan tersebut harus dengan pertimbangan masakmasak dengan memperhatikan keuntungan dan kerugian serta peluang dan
ancaman (SWOT analysis) bagi keselamatan pasien tersebut. Dalam bidang
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Research & Development),
etika juga menjadi syarat apakah R & D tersebut (misalnya Pusat Listrik Tenaga
Nuklir atau riset bahan radioaktif) tidak membahayakan makhluk hidup,
lingkungan, social ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini harus
dipertimbangkan etika normatif terutama utiiitarisme, etika peraturan, etika
situasi dari faktorfaktor lain yang menyangkut nasib orang banyak.Pada
umumnya kegiatan manusia "cipta rasakarsa" yang mungkin dipengaruhi
hedonisme dan egoisme harus memperhatikan utilitarisme, etika peraturan,
etika situasi dan relativisme sebelum melaksanakan "karya" dan pertimbangan
faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan, ilmu
pengetahuan, teknologi dan lingkungan (ipoleksosbud hankam ipteks lingk)
seperti terlihat pada gambar Dinamika dan Kebudayaan Manusia.

DINAMIKA DAN KEBUDAYAAN MANUSIA

Subyektif : batin, emosi, peradaban (civilization)

Obyektif : fisik, kesenian, budaya (culture)

KegiatanManusia PENAMPILANKEBUDAYAAN
Pra Ilmiah:
-

Mistik

Ilmiah

Pragmatik :
- Ilmiah universal
- Filsafat Ilmu
- Etika dan Estetika

KEBUDAYAAN: Semua nilai yang merupakan hasil dari kegiatanmanusia dalam


kurun waktu dan ruang sesuai dengan alam kodratnya.

Anda mungkin juga menyukai