Anda di halaman 1dari 3

Menjelang Pemilu 2014 : Media Massa dan Kontrol Sosial

Perkembangan zaman selalu diiringi dengan perkembangan teknologi, salah


satu produk perkembangan teknologi tersebut adalah media massa. Dalam sejarah
awal

berdirinya,

tujuan

dibentuknya

media

massa

adalah

sebagai

media

propaganda terhadap pemerintah yang berkuasa. Seperti yang kita ketahui dimana
pemerintahan saat-saat itu (sejarah awal media massa) masih diliputi oleh
pemerintahan yang otoriter, monarki, yang menyebabkan kebutuhan rakyat-rakyat
kecil dan kaum primitif sangat tertindas. Maka salah satu wadah yang paling efektif
untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintahan yang semena-mena adalah
melalui media massa atau pers.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, terjadilah pergeseran fungsi media
massa yang sebelumnya hanya sebagai media propaganda terhadap penguasa
perlahan-lahan berkembang dan memiliki fungsi lebih luas. Dalam masyarakat
modern, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian dari
kehidupan manusia sehari-hari. Hampir dalam setiap aspek kehidupan manusia,
selalu terkait dengan aktivitas komunikasi massa. Selain itu, animo individu atau
masyarakat yang tinggi terhadap program komunikasi melalui media massa seperti
surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan internet menjadikan setiap saat
individu atau masyarakat tidak terlepas dari terpaan atau menerpakan diri terhadap
media massa.
Ironisnya, kekuatan media massa tersebut sering disalah gunakan. Jika pada
Orde baru arah dari media massa selalu diawasi dan dibatasi oleh rezim pemerintah
kala itu. Media massa selalu dihantui rasa takut dan harus selalu berhati-hati dalam
menyampaikan berita agar tidak menjadi korban pembredelan. Bandingkan dengan
sekarang, 15 tahun sesudah masa Orde Baru digulingkan, berganti dengan zaman
yang sering disebut Reformasi ini. Seharusnya media massa lebih mempunyai
kesempatan untuk menyampaikan berita dengan bebas, selama sesuai dengan
fakta, selama tidak melanggar aturan yang ada dan dapat dipertanggungjawabkan.
Namun apakah sudah benar-benar dilaksanakan reformasi di negeri ini?
Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, mungkin kita semua dapat
bercermin media massa, bagian kecil dari negara Indonesia dengan segenap
pengalaman yang dimilikinya, yang selalu menjadi saksi perkembangan negeri ini.
Arah media massa yang seharusnya sesuai dengan tujuan awal yaitu untuk
pemenuhan kebutuhan konsumennya, berganti sesuai dengan kepentingan pihakpihak tertentu termasuk kepentingan politik. Sejenak melihat pada media massa
perelevisian swasta Indonesia, sebagian diantara stasiun-stasiun swasta tersebut
dimiliki dan dimonopoli oleh para pengusaha dan politisi papan atas tanah air.

Dengan demikian, bukan tidak mungkin jika terkadang media mengabaikan


tanggung jawabnya terhadap kepentingan Negara. Media massa yang independen
dan bertanggungjawabpun menjadi barang langka. Dan pada akhirnya tanpa kita
sadari akan berimbas pada terciptanya masyarakat yang tidak berpengetahuan
dalam menentukan pilihan politik mereka. Hal ini dikarenakan politik selalu
melibatkan berbagai aspek, seperti aktor politik, sistem politik, masyarakat/rakyat,
maupun media.
Media

massa

yang

merupakan

media

dalam

proses

sosialisasi

dan

komunikasi politik (kampanye politik) ini menjadi bagian yang sangat penting
sehubungan untuk mentransformasikan ide, visi-misi, isu-isu politik, konsep dan
program politik serta pesan-pesan politik kepada khalayak luas, maupun pengikut
politik itu sendiri. Media massa menjadi saluran transformasi pesan yang mampu
menjangkau khalayak atau pengikut/masyarakat dalam jumlah yang sangat luas,
sekaligus mampu mengkonstruksi image seorang kandidat/aktor politik agar dapat
mempengaruhi

pandangan

masyarakat.

Disinilah

kemudian

sering

muncul

penyimpangan dalam penyampaian berita (tidak independen), khususnya yang


berhubungan dengan isu-isu politik yang terus bergulir mendekati pagelaran besar
di negeri ini yaitu pemilu.
Pemilu merupakan sebuah sarana dari sistem politik yang berfungsi untuk
mengisi posisi atau jabatan pemerintahan di negeri ini, melalui pemilihan yang
diakukan oleh setiap anggota masyarakat yang memiliki hak pilih. Pemilu yang
dinilai sebagai sarana pemilihan yang paling efektif ini faktanya hingga periode
sebelumnya pun masih menemui beberapa masalah. Sebenarnya, pemilu akan
menjadi buah sistem politik yang paling tepat untuk negeri ini jika saja dapat
dioptimalkan aspek-aspek pendukungnya.
Dalam pemilu periode 2014 nanti, masalah lama yang diprediksi akan
kembali muncul salah satunya adalah perbandingan prosentase jumlah total pemilih
dan hasil suara yang tidak sesuai atau bahkan berbeda jauh. Memang sangat kecil
kemungkinan untuk mendapatkan total suara 100% dari jumlah pemilih. Terlebih
dengan adanya sebagian orang yang seharusnya mempunyai hak pilih namun tidak
memanfaatkannya dan memilih golput. Tentunya mereka mempunyai alasan-alasan
tertentu yang akhirnya membuat mereka enggan berpartisipasi dalam pemilu
tersebut. Mungkin bagi sebagian masyarakat, dengan terus-terusan ditayangkan
berita tentang sikap negatif para pengisi jabatan pemerintahan yang tidak bisa
mengemban tanggungjawabnya dengan baik lama-kelamaan mempengaruhi rasa
percaya masyarakat yang berujung pada sikap acuh terhadap sistem politik dan
pemerintahan yang berjalan di negeri ini.
Disinilah seharusnya peran media massa ditingkatkan untuk memperbaiki
dan merubah opini masyarakat tersebut agar partisipasi politik dapat berjalan
dengan optimal. Meskipun bukan seratus persen penyimpangan itu berupa
kepalsuan/rekayasa berita. Mungkin hanya ada beberapa berita yang dibesar-

besarkan atau malah dihilangkan/tidak ditayangkan sesuai dengan kebutuhan aktor


tertentu. Namun sadar ataupun tidak sadar, langsung maupun tidak langsung,
setiap berita yang tayang akan mempengaruhi opini publik, sehingga jika tidak hatihati media massa justru akan membelokkan pandangan masyarakat di bidang
politik. Sehingga, diharapkan media dapat bersikap profesional, terlebih telah ada
aturan antara Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Demikian juga bagi masyarakat seharusnya dapat lebih berani dan kritis
terhadap media dengan melakukan kontrol, sehingga fungsi ideal media sebagai
sarana transformasi informasi kepada masyarakat tetap terpelihara. Kesadaran dan
kepedulian masyarakat merupakan suatu keharusan karena media massa, hampir
selalu memiliki kepentingan ekonomi dalam upaya memenangkan pemilik modal
atau kelompok yang memiliki hubungan dengan media tersebut. Sehingga akan
terbentuk ruang publik yang baik dan kualitas politik di Indonesia dapat
dioptimalkan.

REFERENSI :

Anda mungkin juga menyukai