Anda di halaman 1dari 8

Pendahuluan

Bahan bakar minyak bumi merupakan salah satu kebutuhan utama yang
banyak digunakan di berbagai negara. Akan tetapi cadangan bahan bakar fosil
semakin menipis seiring semakin meningkatnya kebutuhan bahan bakar. Biodiesel
adalah produk untuk menggantikan proteleum diesel dari sumber minyak nabati
yang terdiri dari metil ester. Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang berasal
dari minyak nabati, atau biodiesel merupakan bahan bakar untuk mesin diesel
yang berasal dari minyak nabati setelah melalu proses kimia. Biasanya sumber
minyak nabati berasal dari minyak kelapa, minyak biji jarak, minyak sawit dan
sebagainya. Biodiesel merupakan bahan bakar yang dapat mengurangi kerusakan
pada lingkungan artinya bahan bakar ini sangat ramah terhadap lingkungan.Proses
pembuatan biodiesel selama ini dengan alkohol dengan minyak tumbuhan
menggunakan katalis homogen berupa NaOH atau KOH. Namun proses
pembuatan biodiesel secara konvesional memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya terbentuknya produk samping berupa sabun, rumitnya pemisahan
produk biodiesel yang dihasilkan dengan katalis,. Untuk mengatasi kelemahan
dalam pembuatan biodiesel secara konvensional, dikembangkan penggunaan
katalis heterogen (padat) (Isa dkk 2012)
Pohon Nimba (Azadirachta indica) adalah cemara tropis dengan
adaptasi yang luas, asli India dan Burma. Diperkerikan bahwa pohon
neem India memenuhi sekitar 3,5 juta ton dari kemel setiap tahun dan
pada dasarnya, sekitar 700 ton dapat dipulihkan. Sekitar 34 ton biji
nimba diekspor dari India pada tahun 1990. Pohon neem adalah
tanaman yang tumbuh cepat dengan panjang rentang hidup produktif
150-200 tahun, kemampuannya untuk bertahan hidup pada kekeringan
dan tanah yang miskin unsur hara pada suhu yang sangat panas yaitu
suhu rendah sekitar 4oC dan kandungan minyak yang tinggi sekitar
39,7-60%. Nimba (Azadirachta indica) merupakan tanaman multi
fungsi biji nimba yang dapat dimanfaatkan untuk insektisida alami,
fungisida, antibakteri, spermisida, sabun, minyak nimba dan pelumas
minyak nimba serta alternatif bahan bakar fosil. Nimba mengandung
sekitar 50% minyak lemak. Hasil ekstraksi alkohol pada daging biji
nimba, bila diperah menghasilkan minyak nimba. Melalui proses
metalonisis atau etalonisis alias penghancuran alkohol akan dihasilkan
biodiesel yang cukup berkualitas ( Retno 2008).

Termal brake engine Merupakan salah satu bentuk motor pembakaran


dalam (internal combustion engine) di samping motor bensin dan turbin gas.
Motor diesel disebut dengan motor penyalaan kompresi (compression ignition
engine) karena penyalaan bahan bakarnya diakibatkan oleh suhu kompresi udara
dalam ruang bakar. Dilain pihak motor bensin disebut motor penyalaan busi
(spark ignition engine) karena penyalaan bahan bakar diakibatkan oleh percikan
bunga api listrik dari busi. Cara pembakaran dan pengatomisasian (atomizing)
bahan bakar pada motor diesel tidak sama dengan motor bensin. Pada motor
bensin campuran bahan bakar dan udara melelui karburator dimasukkan ke dalam

silinder dan dibakar oleh nyala listrik dari busi. Pada motor diesel yang diisap
oleh torak dan dimasukkan ke dalam ruang bakar hanya udara, yang selanjutnya
udara tersebut dikompresikan sampai mencapai suhu dan tekanan yang tinggi.
Beberapa saat sebelum torak mencapai titik mati atas (TMA) bahan bakar solar
diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Dengan suhu dan tekanan udara dalam silinder
yang cukup tinggi maka partikel-partikel bahan bakar akan menyala dengan
sendirinya sehingga membentuk proses pembakaran. Agar bahan bakar solar dapat
terbakar sendiri, maka diperlukan rasio kompresi 15-22 dan suhu udara kompresi
kira-kira 600C.
Meskipun untuk motor diesel tidak diperlukan system pengapian seperti
halnya pada motor bensin, namun dalam motor diesel diperlukan sistem injeksi
bahan bakar yang berupapompa injeksi (injection pump) dan pengabut (injector)
serta perlengkapan bantu lain. Bahan bakar yang disemprotkan harus mempunyai
sifat dapat terbakar sendiri (self ignition).
Tujuan
Menentukan efisiensi dari penggunaan minyak nimba sebagai campuran
biodiesel solar dan membandingkannya dengan bahan bakar tanpa campuran
minyak nimba menggunakan mesin diesel silinder tunggal 4 tak serta menentukan
nilai emisi dari gas buang yang dihasilkan.

Alat dan bahan


Alat-alat yang digunakan antara lain, pemanas elektrik, gelas piala, batang
pengaduk, neraca, sudip, mesin diesel 4 tak, kompressor pendingin dan kaca
arloji.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain, Minyak biji nimba, metanol,
NaOH kristal, H2SO4, dan minyak solar.
Metode Percobaan
Preparasi bahan bakar
Sebanyak 1 liter minyak biji nimba diukur dan dipanaskan sampai 75 oC
dengan pemanas elektrik. Larutan metanol sebanyak 300 ml dan kristal NaOH
1%b/b disiapkan. Ketika temperatur minyak neem mencapai 75 oC, campuran dari
metanol dan NaOH ditambahkan secara perlahan-lahan. Campuran tersebut
dihomogenkan secara kontinyu selama beberapa menit, dan 1% volume H 2SO4
ditambahkan. Campuran didiamkan selama 24 jam sehingga semua gliserol

mengendap dan biodiesel mengapung setelah itu, campuran biodiesel yang


disiapkan yaitu B10 B20 dan B30
Sebuah mesin diesel silinder tunggal empat tak dengan kecepatan konstan
yang dilengkapi pendingin air digunakan saat percobaan. Mesin dioperasikan pada
kecepatan konstan 1500 rpm, dengan rasio kompresi konstan 18. Variasi muatan
dilakukan dengan menggunakan dinamometer arus eddy. Awalnya, mesin diuji
dengan solar murni dan kemudian dengan campuran biodiesel yang berbeda (B10,
B20, B30). Sebuah alat AVL 444 DI Gas Analyzer digunakan untuk mengukur
CO, HC dan NOx emisi serta kepadatan asap diukur menggunakan AVL437
smoke metre. Konsumsi bahan bakar diukur dengan berdasarkan sensor dan
sistem data akuisisi. Aliran udara ke mesin diperoleh dari tangki udara berbentuk
kubus. Tangki udara tersebut berfungsi mengatur aliran udara ke tangki. Inlet
tangki udara bertambah dari sebuah lubang dan laju aliran udara diukur
menggunakan sensor aliran massa udara. Hasil parameter mesin yang berbeda
seperti daya rem, efisiensi rem termal, konsumsi bahan bakar spesifik dan emisi
seperti CO, HC, NOX diukur dan hasilnya diplot sebagai muatan.
4. Hasil dan Pembahasan
Perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik ini digunakan untuk mengetahui
jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya dalam waktu
tertentu (Mulyono 2010). Berikut dibawah ini grafik hasil bahan bakar spesifik
campuran neem biodiesel sebgai fungsi daya brake powe:

Gambar 1. Grafik Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (kg/kWH)


Gambar 1 menunjukkan konsumsi bahan bakar spesifik campuran neem
biodiesel serta diesel sebagai fungsi daya brake power. Berdasarkan grafik dapat
diketahui B.S.F.C untuk campuran neem biodiesel dan diesel B10 kurang dari
B20 & B30 pada semua muatan. Konsentrasi dalam campuran neem biodiesel

meningkat seperti pada B.S.F.C yang juga meningkat. Hal ini dapat dikaitkan
dengan nilai-nilai kalori yang lebih rendah dari B30 dan B20 seperti keluaran
energi yang sama akan menghasilkan lebih banyak massa bahan bakar yang
dikonsumsi.

4.1.2 Efisiensi Termal Brake (%)

Gambar 4.1.2 menunjukkan perbandingan efisiensi termal brake untuk campuran


neem biodiesel dengan diesel. Berdasarkan grafik dapat diketahui dengan jelas
bahwa efisiensi termal brake dari campuran neem biodiesel lebih tinggi dari solar
pada semua muatan. Hal ini juga mengamati bahwa pada muatan rendah semua
tiga campuran membentuk grafik yang melengkung. Campuran yang memiliki
nilai efisiensi termal brake lebih tinggi dapat dikatakan pada campuran neem
tersebut, memiliki kandungan oksigen yang lebih tinggi yang dapat meningkatkan
efisiensi pembakaran. Peningkatan rata-rata efisiensi termal brake pada campuran
neem B10 dan B20 untuk semua muatan tercatat sebesar 34% terhadap diesel.
4.2 Grafik Emisi
4.2.1 Emisi Co

Gambar 4.2.1 menunjukkan variasi emisi CO dari campuran biji neem dan diesel
terhadap brake power. Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berwarna,
tidak berbau, mudah terbakar dan sangat beracun. Merupakan hasil utama
pembakaran karbomonoksida dan senyawa yang mengandung karbon monoksida
yang tidak lengkap (Maryanto 2009).Alasan utama terjadinya emisi CO adalah
proses pembakaran tidak sempurna (Basuki 2007) dikarenakan proses oksidasi
tidak terjadi sepenuhnya karena pada saat tersebut, biodiesel mengandung
tambahan kandungan oksigen CO yang diubah menjadi CO2. Emisi CO dikurangi
untuk campuran neem sedangkan pada solar murni tidak. Berdasatkan gambar.
4.2.1 dapat diketahui bahwa emisi CO pada Neem B10 dan Neem B20 sangat
kurang dibandingkan dengan Neem B30 dan Diesel. Rata-rata penurunan emisi
CO pada B10, B20, B30 secara berurutan sebesar 26%, 22%, 5%.

4.2.2 Emisi HC

Gambar 4.2.2 menunjukkan variasi emisi HC terhadap berbagai variasi muatan.


Sumber emisi HC dapat terjadi dibagi menjadi dua bagian yaitu bahan bakar yang
tidak terbakar dan keluar menjadi gas mentah dan bahan bakar terpecah karena
reaksi panas berubah menjadi gugusan HC lain yang keluar bersama gas buang.
Sebab utama timbulnya HC terdapat sekitar dinding-dinding ruang bakar
bertemperatur rendah, sementara temperatur itu tidak mampu melakukan
pembakaran dan adanya overlaping katup sehingga merupakan gas
pembilis/pembersih (Syahrani 2006). Pada campuran yang tidak berlemak,
kecepatan api yang terlalu rendah untuk pembakaran akan selesai selama power
stroke, atau pembakaran mungkin tidak terjadi, dan kondisi ini menyebabkan
emisi hidrokarbon tinggi. Rata-rata pada emisi HC berkurang dibandingkan
dengan diesel yaitu pada B10, B20, dan B30 secara berurutan sebesar 17%, 10%
dan 9%.
4.2.3 Emisi NOx

Gambar 4.2.3 menunjukkan variasi emisi NOx campuran biodiesel dan diesel
terhadap brake power. NOx dihasilkan oleh pembakaran, degradasi bahan organik,
dan oksidasi NO. Gas ini adalah salah satu jenis gas sedikit berwarna dan
memberikan ciri warna kecoklatan ke udara tercemar (Kurniawan 2011). NOx

Biasanya nitrogen tidak bereaksi dengan oksigen di dalam ruang bakar. Namun,
suhu tinggi dalam silinder dapat menyebabkan nitrogen bereaksi dengan oksigen
dan menghasilkan emisi NOx. Perlu diketahui bahwa campuran minyak Neem
memiliki nilai emisi Nox yang lebih kecil dibandingkan dengan diesel. Hal
tersebut disebabkan karena penurunan laju pelepasan panas dari campuran
mengarah ke suhu pembakaran yang lebih rendah. Kemungkinan laju pelepasan
panas lebih rendah terjadi karena pencampuran antara campuran dan udara. Hasil
rata-rata emisi Nox berkurang dibandingkan pada diesel yaitu pada B10, B20, dan
B30 secara berurutan sebesar 21.875%, 8.375% dan 18.875%.
4.2.4 Emisi Asap

Gambar 4.2.4 menunjukkan variasi emisi asap campuran neem dan diesel
terhadap brake power. Emisi asap meningkat pada semua bahan bakar. Hal ini
dapat diketahui bahwa emisi asap yang diperoleh pada campuran neem lebih
tinggi dibandingkan pada diesel. Viskositas campuran neem lebih tinggi dari
atomisasi tidak tepat karena menghasilkan pembakaran yang lambat. Hal tersebut
dapat diketahui bahwa pada muatan asap yang tinggi memiliki nilai yang sama
yaitu 100%. Hasil rata-rata emisi asap meningkat pada campuran dibandingkan
dengan diesel yaitu pada B10 dan B20 sebesar 12%, dan B30 sebesar 21%.
5 Simpulan
Berdasarkan penelitian dan uji emisi pada mesin diesel dengan campuran neem
biodiesel dapat disimpulkan bahwa:

campuran Neem biodiesel menunjukkan efisiensi termal brake yang lebih


tinggi dari solar.

Dalam hal brake power, neem biodiesel dapat menggantikan diesel dalam
bentuk campuran karena tidak ada penurunan yang signifikan pada
performa mesin.
Nilai emisi CO, emisi HC, CO2, dan NOX neem biodiesel menurun
dibandingkan diesel.
Nilai emisi O2 neem biodiesel meningkat dari diesel.
Neem biodiesel dapat langsung digunakan dalam mesin diesel atau bisa
juga digunakan sebagai campuran.
Campuran B10 menunjukkan kinerja yang lebih tinggi dan emisi lebih
rendah dari campuran lainnya dan diesel.

Anda mungkin juga menyukai