LATAR BELAKANG
Jumlah penduduk di Indonesia semakin banyak dari tahun ke tahun seiring
Keadaan ini
meningkatkan kebutuhan nutrisi terutama protein hewani yang diperoleh dari hasil
peternakan.
Pengembangan
usaha
peternakan
harus
ditingkatkan
dan
terpenuhi
maka
laju
pertumbuhan
sapi
tersebut
akan
terhambat
dan
inefisiensi baik dari segi waktu maupun biaya yang dikeluarkan. Aspek pakan
perlu diperhatikan dengan benar sehingga diperlukan adanya evaluasi kecukupan
nutrisi yang bertujuan untuk mengetahui kecukupan nutrisi ternak dan mengetahui
biaya yang harus dikeluarkan untuk pakan. Kecukupan nutrisi sapi potong yang
harus diperhatikan adalah kebutuhan bahan kering, protein kasar, dan mineral.
II.
TUJUAN
Tujuan praktek kerja lapangan (PKL) ini adalah untuk mengetahui dan
mengamati pembeian pakan dan mengkaji kecukupan nutien sapi potong dan
kaitannya terhadap pertambahan bobot badan dan bobot akhir sapi potong di PT.
Karya Anugerah Rumpin Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.
III.
MANFAAT
Manfaat yang diperoleh dari praktek kerja lapangan ( PKL) ini adalah
IV.
TINJAUAN PUSTAKA
4.1.
Sapi Potong
Sapi potong adalah sapi yang dipelihara dengan tujuan sebagai penghasil
4.2.
indicus). Pertumbuhan bobot badan pada sapi brahman cross sekitar 0,83 1,5
kg/hari dengan bobot badan awal antara 240 300 kg/ ekor (Siregar, 2002). Sapi
ini awalnya hanya dikembangkan di amerika serikat namun karena perkembangan
yang cukup pesat sapi ini kemudian di ekspor ke australia dan disilangkan dengan
sapi asal eropa yang kemudian disebut sebagai Australian Brahman cross dari
australia inilah sapi bakalan untuk digemukkan di Indonesia.
Sapi brahman
memiliki kemampuan untuk berkembang dengan baik pada pakan kualitas rendah
dan tahan terhadap panas serta gigitan caplak ( Fikar dan Ruhyadi, 2012). Sapi ini
memiliki ciri ciri kulit berwarna hitam, berpunuk, bertanduk serta gelambir
lebar tumbuh di bawah perut (Arifin, 2015).
4.3.
Manajemen Pemeliharaan
Pemeliharaan yang baik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
intensif,
ekstensif,
dan semi
intensif
(mixed farming)
(Suryana, 2009).
Sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan dimana ternak
berada di dalam kandang terus menerus selama masa penggemukan dengan diberi
pakan hijauan dan konsentrat sesuai kebutuhan ternak tersebut secara cut and
carry (Parakkasi, 1999).
penggembalaan
sistem pemeliharaan
pada
pagi
dan
sore
hari
sedangkan
pada
penggembalaan
Manajemen Perkandangan
Kandang merupakan sarana yang sangat diperlukan bagi ternak, karena
kandang berfungsi tidak hanya sebagai tempat berteduh tetapi juga sebagai tempat
beristirahat yang nyaman. Kandang untuk sapi potong dibuat dari bahan bahan
yang sederhana tetapi harus memiliki konstruksi yang kuat, atap yang memiliki
daya serap panas yang disesuaikan dengan lokasi pemeliharaan, dinding memiliki
ventilasi yang baik melindungi dari panas dan angin keras serta memiliki sistem
drainase yang baik. Kandang yang baik dilengkapi dengan sarana penunjang
seperti kandang ternak, gudang, mess, peralatan kandang, kantor dan sarana lain
yang dapat menunjang produktivitas ternak (Rianto dan Purbowati, 2009).
Kandang
sapi
potong
berdasarkan
bentuknya
dibagi
dua
yaitu
kandang tunggal dan kandang ganda. Kandang ganda terdiri dari satu baris
kandang yang dilengkapi lorong jalan dan parit. Kandang ganda dibagi dua yaitu
saling berhadapan (tail to tail) dan saling bertolak belakang (head to head)
(Ngadiyono, 2007). Lokasi kandang sebaiknya jauh dari pemukiman warga dan
sekurang kurangnya jarak antara peternakan dan pemukiman sekitar 10 meter,
limbah tersalurkan dengan baik, cukup air, dan jauh dari keramaian
(Wardoyo dan Risdianto, 2011).
4.4.
dicerna yang mampu memberikan nutrien untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
produksi hewan tersebut mulai dari pertumbuhan, penggemukan hingga
reproduksi (Sarwono, 2002). Bahan pakan yang baik adalah yang mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta tidak mengandung racun
yang membahayakan tubuh hewan tersebut (Darmono, 1999).
Pakan utama ternak sapi adalah hijaun yang dapat berupa rumput,
leguminosa, limbah pertanian serta tanaman hijauan lainnya, namun karena
hijauan di darerah tropis memiliki kualitas yang kurang baik sehingga untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ternak diperlukan pemberian pakan konsentrat
(Siregar, 1994). Tujuan pemberian pakan adalah untuk memenuhi kebutuhan
hidup pokok dan produksi. Kebutuhan ini tergantung pada bobot badan, usia
ternak, serta tujuan pemeliharaan ternak tersebut, sedangkan untuk produksi sapi
potong sendiri dihitung dari pertambahan bobot badannya semakin tinggi bobot
badan yang ingin dicapai semakin besar
juga
jumlah
pakan
yang
pakan,
kebutuhan
nutrisi,
serta
pemberian
air minum
Pemberian pakan secara ad libitum sering kali tidak efisien karena banyak pakan
yang terbuang dan akhirnya berjamur (Santosa, 2002). Pakan sapi potong
umumnya diberikan dua kali sehari dalam bentuk segar maupun kering
(Pura, 2011). Tingkat konsumsi ternak ruminansia umumnya didasarkan pada
konsumsi bahan kering pakan, baik dalam bentuk hijauan maupun konsentrat,
persentase
dengan
konsumsi
bahan
kering memiliki
grafik
pertambahan
berat
badan
tingkat
mengalam
penurunan. Kemampuan
sampai
konsumsi
meningkat
sejalan
tertentu, kemudian
bahan kering
adalah
produksi yang harus terpenuhi agar hasil yang diperoleh optimal. Kebutuhan tiap
ekor sapi berbeda beda tergantung pada bobot badan, metabolisme tubuhnya,
status fisiologis, potensi genetiknya serta tingkat kesehatan ternak tersebut.
Semua zat pakan harus terpenuhi secara seimbang sesuai porsinya masing
masing. Zat pakan yang dibutuhkan sapi potong meliputi protein, karbohidrat,
lemak, vitamin, mineral, dan air. (Fikar dan Ruhyadi, 2012). Faktor nutrisi
merupakan hal yang sangat pentng dalam usaha sapi penggemukan sapi potong,
semakin tinggi nilai nutrisi suatu ransum akan meningkatkan produktivitas sapi
tersebut dalam hal ini bobot badan sapi potong. Konversi pakan dipengaruhi oleh
ketersediaan zat-zat gizi dalam ransum dan kesehatan ternak, semakin tinggi nilai
konversi pakan berarti pakan yang digunakan untuk menaikkan bobot badan
persatuan berat semakin banyak atau efisiensi pakan rendah (Siregar, 1994). Sapi
dewasa dapat mengkonsumsi bahan kering sekitar 1,4 % dari bobot badan/ hari.
Kebutuhan zat pakan sapi potong seperti bahan kering, energi, protein kasar, dan
mineral dipengaruhi oleh bobot badan dan pertambahan bobot badan. Kebutuhan
zat pakan pada sapi potong dapat dilhat pada tabel berikut :
PK
Ca
P
----------------g---------------385
10
10
588
15
11
679
19
14
753
23
18
819
28
21
847
30
22
350
.0
.25
.50
.75
1.00
1.10
5.7
6.8
7.9
8.3
8.5
8.5
2.6
3.3
4.1
4.8
5.6
5.9
432
635
731
806
873
899
12
16
20
25
30
31
12
14
16
18
21
23
400
.0
.25
.50
.75
1.00
1.10
6.2
7.5
8.7
9.1
9.3
9.4
2.9
3.7
4.6
5.4
6.2
6.6
478
664
772
875
913
942
13
16
21
26
31
32
12
15
18
21
24
25
6.8
8.2
9.5
10.0
10.2
10.2
3.2
4.1
5.0
5.9
6.8
7.2
528
703
805
911
952
975
14
18
22
26
29
30
14
17
20
23
26
27
450
.0
.25
.50
.75
1.00
1.10
Sumber : Kearl, 1982
menggunakan
( Parrakasi, 1999).
energi
tersebut
untuk
pertumbuhan
dan
produksi
mikrobia rumen,protein pakan yang lolos dari perombakan mikrobia dan sedikit
dari endogenus (Tillman et al., 1991). Protein dibutuhkan oleh tubuh untuk
memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta membantu proses
produksi dan pertumbuhan tanduk, bulu, kuku serta bagian tubuh lain yang
dan
mengalami
masalah
antibodi/mudah
terserang
penyakit
(Anggorodi, 1994).
4.5.4. Kebutuhan Mineral
Mineral
berfungsi
untuk
membentuk
jaringan
tulang
dan
urat,
mengaktifkan sistem enzim, mengatr keseimbangan asam basa dalam tubuh, dan
sebagai komponen dari suatu enzim (Tillman et al., 1991). Mineral harus
disediakan dalam jumlah cukup karena kelebihan jumlah mineral dapat
membahayakan tubuh ternak (Anggorodi, 1994).
4.6.
keberhasilan
dalam
usaha
penggemukan
sapi
adalah
nutriennya tidak terpenuhi tidak akan dapat berproduksi dengan maksimal karena
itu kebutuhan nutrisi seperti bahan kering, TDN, PK, serta mineralnya harus
terpenuhi dengan baik agar diperoleh hasil yang optimal (Arifin, 2015).
V.
Materi
Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini adalah sapi
potong jenis Brahman Cross yang terdapat di PT. Karya Anugrah Rumpin
Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan PKL adalah metode observasi dan
VI.
JADWAL KEGIATAN
Januari
Kegiatan
Persiapan
Pelaksanaan
PKL
Analisis data
Penyusunan
laporan
Konsultasi
Ujian
VII.
Februari
Maret
April
Mei
Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
* * * * * *
* * * * * *
* * *
* * * * * * * * *
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
*
DAFTAR PUSTAKA
Penebar Swadaya,