Anda di halaman 1dari 7

a.

Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan negara kepulauan baik sebagai kesatuan
wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara yang meliputi ruang di dalam bumi,
maupun sebagai sumber daya. Mengetahui fakta tersebut maka upaya pengelolaan perlu ditingkatkan
secara bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang
yang ada. Hal ini guna menjaga kualitas ruang wilayah nasional dapat terjaga secara berkelanjutan demi
terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan sosial sesuai dengan UUD 1945.
Perkembangan situasi dan kondisi nasional dan internasional menuntut penegakan prinsip
keterpaduan, keberlanjutan, demokrasi, kepastian hukum, dan keadilan dalam rangka penyelenggaraan
penataan ruang yang baik dengan berlandasankan Pancasila. Sejalan dengan kebijakan otonomi
daerah, pemerintah pusat telah memberi kewenangan semakin besar kepada pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan penataan ruang terlebih dengan terbatasnya ruang dan pemahaman masyarakat
terhadap pentingnya penataan ruang.
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau tak kurang dari
17.506 dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km . Wilayah laut dan pesisir adalah wilayah yang
amat penting bagi sebagian besar penduduk Indonesia karena lebih dari empat belas juta penduduk
atau sekitar 7,5% dari total penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada kegiatan yang ada di
kawasan ini (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003). Sekitar 26% dari total ProdukDomestik Bruto
Indonesia disumbangkan dari kegiatandan sumber-daya laut dan pesisir (DKP, 2003).
Besarnya potensi yang dimiliki oleh wilayah pesisir Indonesia mengharuskan adanya penataan
ruang pada wilayah pesisir. Pemerintah baik pusat maupun daerah memiliki tanggung jawab untuk
membuat peraturan, atau keputusan-keputusan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya untuk
kepentingan umum. Dalam hal ini, salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah adalah mengatur
pengalokasian ruang atau zona wilayah pesisir untuk dapat digunakan dalam memaksimalkan
pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir. Oleh karena itu dokumen tata ruang terkait zonasi
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan dokumen penting untuk disusun oleh pemerintah
daerah propinsi/kabupaten/kota.

b. Rangkuman
Judul Jurnal
ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SEBAGAI SALAH SATU DOKUMEN PENTING UNTUK
DISUSUN OLEH PEMERINTAH DAERAH PROPINSI/KABUPATEN/KOTA
Zonasi Wilayah Pesisir
Zona wilayah pesisir merupakan salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah dalam mengatur
alokasi ruang pada wilayah pesisir yang bertujuan untuk memaksimalkan pengelolaan dan pemanfaatan
wilayah pesisir. Pada hakekatnya zonasi wilayah pesisir merupakan bentuk rekayasa teknik pemanfaatan
ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung
serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir.
Sebagai suatu upaya untuk menciptakan keseimbangan antara kebutuhan pembangunan dan
konservasi, maka Rencana Zonasi merupakan pelaksanaan Rencana Strategis. Secara spesifik batas
Wilayah Rencana Zonasi Pesisir mencakup batas administrasi kecamatan (darat) dan 4 mil dari garis
pantai pada tingkat pemerintahan kabupaten dan sampai 12 mil untuk tingkat propinsi (wilayah).
Tujuan dan Isi Zonasi Wilayah Pesisir
Tujuan penyusunan rencana zonasi adalah untuk membagi wilayah pesisir menjadi zona-zona
yang dengan peruntukan tertentu dengan mempertimbangkan keterkaitan antar kegiatan sehingga
mengelompokkan kegiatan yang saling mendukung (compatible) serta memisahkannya dari kegiatan
yang saling bertentangan (incompatible) yang berpotensi memberikan tekanan pada ekosistem pesisir.
Rencana zonasi menjelaskan fokus kegiatan, nama zona dan kegiatan yang diizinkan atau dapat
dilakukan dengan persyaratan tertentu. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
PER.16/MEN/2008 pasal 28, sistematika Rencana Zonasi sekurang-kurangnya memuat:
a. Pendahuluan berisi latar belakang, maksud & tujuan, serta ruang lingkup disusunnya RZWP-3-K
b. Gambaran Umum Kondisi Wilayah berisi deskripsi umum, sumberdaya pesisir dan pulau-pulau
kecil, pola penggunaan lahan dan perairan, serta kondisi sosial-budaya dan ekonomi.
c. Pernyataan pemanfaatan kawasan/zona/sub-zona.
d. Tunjauan RTRW dan rencana pembangunan lainnya.
e. Rekomendasi berupa rencana zonasi.
f.

Lampiran dokumen RZWP-3-K dalam bentuk Peta.

Pendekatan dan Penyusunan Zonasi Wilayah Pesisir


Pendekatan dalam penyusunan zonasi wilayah pesisir dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Penyusunan rencana zonasi mempertimbangkan pembangunan yang telah ditetapkan
Pemerintah Pusat dan Daerah, masyarakat dan hak-hak ulayat, serta yang bersifat khusus.
2. pendekatan bio-ekoregion dimana ekosistem pesisir dibentuk oleh sub-ekosistem yang saling
terkait satu lainnya. Oleh sebab itu kombinasi data biogeofisik yang mengambarkan kondisi bioekoregion merupakan persyaratan yang dibutuhkan dalam menetapkan zona-zona yang akan
dipilih.
3. Dilakukan melalui pengumpulan data dan informasi yang dapat digali dari persepsi masyarakat
yang hidup di sekitar ekosistem tersebut, terutama kontek historis mengenai kejadian yang
berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir dari masa lampau sampai saat ini, serta
implikasi terhadap keberlanjutan sumberdaya pesisir tersebut.
Dalam proses penyusunan rencana zonasi ini, kerjasama dengan stakeholders sebaiknya
dimulai pada tahap paling awal dalam hal ini masyarakat. Masyarakat pada wilayah perencanaan
seringkali memiliki pemahaman yang lebih terhadap sumberdaya yang terdapat pada wilayah tersebut.
Untuk itu usulan rencana zonasi wilayah pesisir harus memperhatikan kearifan lokal, hokum adat dan
hak-hak legal dari stakeholders yang terlibat. Selain itu, dalam proses penyusunan perencana harus
memastikan bahwa stakeholders kunci telah terlibat dan mendukung rencana dari awal. Adapun
tahapan perencanaan dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 1 : Alur Langkah Penyusunan Rencana Zonasi (DKP, 2007)

Kedudukan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir


Rencana zonasi adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumberdaya pada tiap
satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan
yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang dapat hanya
dapat dilakukan setelah mendapat izin(UU No 27 Tahun 2007). Pengelolaan wilayah pesisir terpadu
mengandung dimensi yang meliputi keterpaduan bidang ilmu dimana dalam prosesnya penyusunan
rencana zonasi melibatkan bidang keilmuan ekonomi, ekologi, teknik, sosiologi, hukum dan lainnya yang
relefan dengan mempertimbangkan keterkaitan ekologis. Sementara keterpaduan sektoral yang
berhubungan dengan koordinasi antar instansi terkait (horizontal integration) dan antar pemerintah
terkait (vertical integration). Berikut alur perencanaan pengelolaan pesisir:

Gambar 2 : Framework Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu

c. Lesson Learned
Adapun Lesson Learned yang dapat diambil dari review jurnal diatas adalah :

Zonasi wilayah pesisir merupakan bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui
penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta
proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir

Penyusunan rencana zonasi bertujuan untuk membagi wilayah pesisir menjadi zona-zona yang
dengan peruntukan tertentu.

Rencana zonasi sekurang-kurangnya berisi pendahuluan, gambaran umum, pernyataan


pemanfaatan zonasi, tinjauan kebijakan, rencana zonasi dan lapirannya dalam bentuk peta.

Pendekatan yang digunakan dalam peyusunan rencana zonasi meliputi pendekatan aspek
kebijakan, aspek ekologi dan aspek sosial-budaya masyarakat setempat.

Dalam penyusunan

rencana zonasi terdapat tiga prinsip keterpaduan yang meliputi

keterpaduan sektoral, disiplin ilmu dan keterpaduan ekologis.

Rencana zonasi merupakan salah satu bentuk pelaksanaan rencana strategis yang selanjutnya
akan dilanjutkan oleh rencana pengelolaan, rencana aksi dan rencana pembangunan zona.

d. Rekomendasi
Adapun rekomendasi yang dapat diberikan dari review jurnal diatas adalah :

Pemaparan akan batas wilayah dan isi dari rencana zonasi wilayah pesisir lebih baik jika
digabungkan atau dijelaskan secara berurutan dengan pemaparan tujuan dan pentingnya
rencana zonasi.

Pada pemaparan prinsip keterpaduan hanya disebutkan tiga prinsip yaitu keterpaduan sektoral,
disiplin ilmu dan keterpaduan ekologis. Namun tidak dijelaskan prinsip keterpaduan
kepentingan antara kepentingan ekomomi, lingkungan dan masyarakat.

Pemaparan tidak mencantumkan permasalahan atau kendala yang sering dialami dalam
penyusunan rencana zonasi wilayah pesisir.

Pada jurnal hanya terdapat contoh peta rencana zonasi wilayah pesisir Kalimantan barat dan
tidak disertai penjelasan.

e. Daftar Pustaka

Suparno. 2008. Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai Salah Satu Dokumen
Penting untuk Disusun oleh Pemerintah Daerah/Propinsi/Kabupaten/Kota. Jurnal Mangrove dan
Pesisir. Volume IX

Pramudiya, Asrul. 2008. Kajian Pengelolaan Daratan Pesisir Berbasis Zonasi di Provinsi Jambi.
Tesis Program Magister Teknik Sipil: tidak diterbitkan.

Wilayah

Pesisir

(Coastal

Zone).

2006.

https://www.academia.edu/1366004/Wilayah_Pesisir_Coastal_Zone_. Diakses pada tanggal 1


November 2014 pukul 10.00 WIB.

Penataan Ruang. 2014. http://www.penataanruang.com/penataan-ruang1.html. Diakses pada


tanggal 25 Oktober 2014 pukul 10.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai