Anda di halaman 1dari 38

KGD

SGD 3 LBM 1
SUMBATAN JALAN NAPAS

STEP 1
1. Definitive airway
Suatu pipa didalam trakhe dg balon yang dimasukan ke dalam alat
pernapasan seperti alat bantu pernapasan
2. AVPU

Alert and awake : tdk ad gg orientasi wkt dan tempat

Verbal : tdk sadar penuh, respon dg verbal

Pain : respon dg rangsanag nyeri

Unconscious : tdk ad respon

3. Triple airway manuever

Kombinasi dari head tilt, chin lift, jaw thrust

Untuk membebaskan jalan napas

4. Oropharingeal airway
Alat bantu nafas yg digunakan jika pasien tdk sadar setelah menggunakan
triple airway manuever dlm mempertahankan jalan napas
STEP 2
1. Mengapa bisa terjadi sianosis?
2. Mengapa pasien mengeluarkan suara mengorok?
3. Apa saja yang menyebabkan sumbatan jalan napas?
4. Apa saja macam2 sumbatan jalan napas?
5. Mengapa sudah dilakukan pengelolaan tsb tapi kondisinya semakin
memburuk ?
6. Bagaimana cara melakukan triple airway manuever dan oropharyngeal
airway? Kontraindikasi?
7. Apa saja macam pengelolaan sumbatan jalan napas?

8. Mengapa pasien mengeluarkan banyak darah dari rongga mulut?


9. Bagaimana melakukan primary survey?
10.Apa ciri-ciri orang dengan jalan napas tersumbat?
11.Apa hubungan saturasi oksigen dengan keluhan?
12.Interpretasi dari spo2 92%, RR?
13.Interpretasi GCS ?
14.Bagaimana cara menilai kesadaran dengan AVPU?
15.Bagaimana langkah2 menilai jalan napas?
STEP 3
1. Bagaimana langkah2 menilai jalan napas?
3 komponen

Look : bisa dilihat dari AVPU, sianosis, retraksi, nafas cuping, ada
jejas atau tidak misal luka terbuka; frekuensi pernafasan; simetris
kanan kiri; hemithorak

Listen : nafas ad suara berkumur, mengorok, snoring, stridor;


mungkin ada sumbatan

Feel : merasakan hembusan nafas dr mulut atau hidung dekatkan


pipi kita sambil dilihat kembang kempis parunya; Posisi trakhea apa
ada krepitasi atau tidak; perkusi untuk menilai isi paru

Posisi pasien : ditengah jalan dipinggirkan dulu


Kematian sel otak 3-4 menit jd harus cepat

2. Apa saja yang menyebabkan sumbatan jalan napas?


Obstruksi jalan napas

Edem jalan napas, benda asing, tumor, trauma, spasme otot


laring, kelumpuhan otot suara, kelainan kongenital

Biasanya lidah sulit untuk diangkat sehingga menghalangi jalan


napas

Darah juga dapat menghalangi

Seperti bronkospasme untuk daerah bawah

Trauma : krna kecelakaan atau gantung diri; tergantung letak


traumanya

Benda asing : bisa tersangkut di laring atau saluran napas; anak2


biasanya biji jeruk atau tulang ikan; kl di saluran napas di bronkus
atau trakhea bisa menyebabkan asfiksia Gak bisa dikeluarain

Kl bronkus seringnya bronkus kanan

3. Apa saja macam2 sumbatan jalan napas?


a. Total : tidak ada aliran napas, ada retraksi supraclavicula, dada tdk terlihat
mengembang; bila tdk dikoreksi 5-10 menit bisa henti nafas dan jantung;
biasanya penurunan po2 lebih cepat, penderita tdk bisa bicara
b. Parsial : masih ada aliran napas mulut atau hidung, dada masih tampak
mengembang; biasanya ada suara tambahan seperti snoring, stridor;
penurunan po2 tdk cepat seperti yg total
Check valve : udara inspirasi tertahan didalam bisa emfisema
Ada yg masih bisa bernafas : ins dan eks; yg paling parah yg total

4. Apa saja macam pengelolaan sumbatan jalan napas?


1. Manual :
-

triple airway manuever : head tilt, chin lift ga boleh dilakukan


pada yg punya cedera leher
jaw thrust : rahang dibuka ; dilakukan bila ada cedera di bagian
leher
bila gagal lakukan opa atau npa

bantuan dengan alat napas, opa dan npa

intubasi dengan ett

definitive : bila non definitife gagal


-

surgical : trakheostomi

non surgical : intubasi

non definitive : dilakukan terlebih dahulu


5. Apa ciri-ciri orang dengan jalan napas tersumbat?
o

Airway : corpus alienum, ada darah atau cairan

Ada kelainan di suara : snoring, stridor, afoni

Sianosis, agitasi, retraksi, stridor, wheezing, nafas cuping,

6. Mengapa bisa terjadi sianosis?

Perifer : mungkin hanya gangguan pd perifer

Sentral : mungkin ada gangguan jantung atau paru

Sumbatan menghalangi jalan nafas o2 kurang o2 di


perdaran darah berkurang deoksihemoglobin

Bisa terjadi pada anemia

Krna trauma pada daerah kepala; cedera otak gangguan kerja


otak secara neurologis pengaturan nafas terganggu

Otak iskemi gangguan pada otak yg menstimulus nafas

Sianosis lebih ke sumbatan jalan napasnya

Cedera otak : primer ; sekunder meningkatkan saraf simpatis


TD meningkat; tapi tekanan hidrostatim turun edem paru
hipoksia sianosis

Edem cerebri yang sering trauma frontal dan temporal pusat nafas
tertekan

7. Mengapa pasien mengeluarkan suara mengorok?


Trauma frontal fraktur impresi os frontal
Ketika ada fraktur merusak lamina cribrosa masuk cavum nasi
jalan nafas
Bila pasien tidak sadar lidah di belakang menyumbat jalan napas
triple airway
Mengorok biasa lebih ke lidahnya

8. Mengapa sudah dilakukan pengelolaan tsb tapi kondisinya semakin


memburuk ?
Kemungkinan sudah masuk ke bronkus
Prosedur?? Bisa jadi
Harusnya cross finger dulu biar darahnya terserap keluar
9. Mengapa pasien mengeluarkan banyak darah dari rongga mulut?

Trauma os frontal merusak lamina cribrosa perdrahan masuk


cavum nasi suara berkumur
10.Interpretasi dari spo2 92%, RR?
RR : 30
Normalnya 18-24 x/menit
Spo2 : normalnya 95%; dibawah 90% batasnya
11.Interpretasi GCS ?
E: eyes : 2 membuka mata bila diberi rangsang nyeri

4 membuka spontan

3 membuka dengan suara

2 membuka dengan nyeri

1 td membuka

6 bergerak sesuai perintah

5 melokalisir nyeri

4 menjauh

3 fleksi

2 ekstensi

1 tdk ada respin

Movement

Verbal

Ringan 14-15

Sedang 9-13

5 bicara lancar

4 bingung

3 kata2 tdk dapat dimengerti

2 hanya suara

1 tdk bersuara

Berat 3-8

12.Bagaimana cara menilai kesadaran dengan AVPU?

Alert/ awake : sadar: tanyakan orientasi waktu, tempat;

Verbal : tdk sadar ; hanya memberi respon verbal

Pain : diberi rangsang nyeri; bisa dirangsang di sternum

Unconscious/unresponsive : tdk ada respon sama sekali

13.Bagaimana cara melakukan triple airway manuever dan oropharyngeal


airway? Kontraindikasi?
Triple airway
-

Jaw thrust : mengangkat sudut dagu

Chin lift : dagu diangkat

Head tilt : dahi ditekan


KI : cidera servikal, fraktur maksila yg chin sama head
Jangan menggunakan bantal fleksi menutup jalan napas

Oropharingeal airway : dilakukan pada pasien tdk sadar; kl sadar bisa cause
batuk muntak
KI : laringospasme, obstruksi jalan napas
Indikasi : sadar

14.Bagaimana melakukan primary survey?


ABCDE

Airway : jalan napas

Breathing : membuka bagian leher dan dada; dilihan ekpansi dada,


simetris tidak

Circulation : warna kulit ujung kuku, TD jika memungkinkan, nadi

Dissability : lbh ke GCS nya

Exposure : setelah periksa semua ; lebih ke organnya; yg kkena


mana

STEP 7
1. Bagaimana langkah2 menilai jalan napas?

Tujuan : membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan


masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin
kecukupan oksigenase tubuh
Pemeriksaan Jalan Napas :
L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya
retraksi sela iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran
Metode AVPU
-

A --> Alert : Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V

V --> Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan


berbicara keras di telinga
korban ( pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang
atau menyentuh
pasien ), jika tidak merespon lanjut ke P.

P --> Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling
mudah adalah
menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain
itu dapat juga
dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga
areal diatas mata
(supra orbital).

U --> Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien


masih tidak bereaksi
maka pasien berada dalam keadaan unresponsive

L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan

Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara


mengatasi
: chin
lift,
jaw thrust,
pemasangan
pipa
orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.
Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring.
Cara mengatasi : finger sweep, pengisapan/suction.
Stridor
(crowing),
sumbatan
di
plika
vokalis.
Cara
mengatasi :cricotirotomi, trakeostomi.

F = Feel/Rasakan adanya
menggunakan pipi penolong

aliran

udara

pernafasan

dengan

2. Apa saja yang menyebabkan sumbatan jalan napas?

Sebab Terjadinya obstruksi :


1. Trauma
Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan, gantung diri,
atau kasus percobaan pembunuhan. Lokasi obstruksi biasanya
terjadi di tulang rawan sekitar, misalnya aritenoid, pita suara dll.
2. Benda Asing
Benda Asing tersebut dapat tersangkut pada :
a. Laring
Terjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tandatanda sebagai berikut, yakni secara progresif terjadi stridor,
dispneu, apneu, digagia, hemopsitis, pernafasan dgn otot-otot
nafas tambahan, atau dapat pula terjadi sianosis. Gangguan oleh
benda-benda asing ini biasanya terjadi pada anak-anak yg
disebabkan oleh berbagai biji-bijian dan tulang ikan tg tdk teratur
bentuknya.
b. Saluran nafas
Berdasarkan lokasi benda-benda yg tersangkut dalam
saluran nafas maka dibagi atas :

Pada Trakhea

Benda asing pada trakhea jauh lebih berbahaya dari pada di


dalam bronkhus, karena dapat menimbulkan asfiksia. Benda
asing

didalam

trakea

tidak

dapat

dikeluarkan,

karena

tersangkut di dalam rima glotis dan akhirnya tersangkut


dilaring dan menimbulkan gejala obstruksi laring

Pada Bronkhus
Biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan, oleh karena
diameternya lebih besar dan formasinya dilapisi oleh sekresi
bronkhus sehingga menjadi besar

(Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H.


Tabrani Rab)
3. Apa saja macam2 sumbatan jalan napas?

Sumbatan Jalan Nafas Total


Bila tidak dikoreksi dalam waktu 5 10 menit dapat mengakibatkan
asfiksi ( kombinasi antara hipoksemia dan hipercarbi), henti nafas
dan henti jantung.

Sumbatan jalan Nafas partial


Bila tidak dikoreksi dapat menyebabkan kerusakan otak, sembab
otak, sembab paru, kepayahan henti nafas dan henti jantung
sekunder.

(Sumber : Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat, Prof.


DR.dr. I. Riwanto, Sp.BD, FK UNDIP)
Obstruksi yg terjadi dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Obstruksi total
Terjadi

perubahan

menyebabkan
cepat.

yg

terjadinya

Sementara

akut

berupa

kegagalan

kegagalan

hipoksemia

pernafasan
pernafasan

yg

secara
sendiri

menyebabkan terjadinya kegagalan fungsi kardiovaskuler


dan menyebabkan pula terjadinya kegagalan SSP dimana

penderita kehilangan kesadaran secara cepat diikuti dengan


kelemahan motorik bahkan mungkin pula terdapat renjatan
(seizure0. Kegagalan fungsi ginjal mengikuti kegagalan
fungsi darah dimana terdapat hipoksemia, hiperkapnia, dan
lambat laun terjadi asidosis respiratorik dan metabolik
b. Fenomena Check Valve
yaitu udara dapat masuk, tetapi tdk keluar. keadaan ini
menyebabkan terjadinya empisema paru, bahkan dapat
terjadi empisema mediastinum atau empisema subkutan
c. Udara dapat keluar masuk walaupun terjadi penyempitan
saluran nafas dari 3 bentuk keadaan ini, Obstruksi total
adalah keadaan yg terberat dan memerlukan tindakan yg
cepat.

dalam

keadaan

PCO2

tinggi

dgn

kecepatan

pernafasan 30/menit dlm usaha kompensasi maksimal. Di


atas keadaan ini, pasien tidak dapat mentoleransi. Bila
terjadi hipoksemia, menandakan fase permulaan terjadinya
kegagalan pernafasan.
(Sumber : Buku Agenda Gawat Darurat, Jilid 2, Prof. Dr.. H.
Tabrani Rab)
4. Apa saja macam pengelolaan sumbatan jalan napas?

Airway management
Pengertian : tindakan yang dilakukan untuk membebaskan
jalan napas dengan tetap memperhatikan kontrol servikal
Tujuan : membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan
masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin
kecukupan oksigenase tubuh
Pemeriksaan Jalan Napas :
L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada,
adanya retraksi sela iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran
L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan

F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan


menggunakan pipi penolong

Gambar
1. Cara
pemeriksaan Look-Listen-Feel
(LLF) dilakukan secara simultan. Cara ini dilakukan untuk
memeriksa jalan nafas dan pernafasan.
Tindakan
Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal

Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)

Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang


bawah)
Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)

Gambar dan penjelasan lihat dibawah.


Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala,
hanya dilakukanmaneuver jaw thrust dengan hati-hati
dan mencegah gerakan leher.

Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat


dilakukan teknik Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan gigi atas
dan bawah.
Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam
rongga mulut dilakukan pembersihan manual dengan sapuan
jari.
Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan
hal lain yaitu adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring
atau adanya henti nafas (apnea)
Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan
peniupan udara melalui mulut, bila dada tidak mengembang,

maka kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas dan


dilakukanmaneuver Heimlich.

Gambar 2. Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah


mulut dengan menggunakan teknik cross finger
Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas
tambahan) :

Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah.


Cara mengatasi : chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa
orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.
Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah
hipofaring.
Cara
mengatasi
:
finger
sweep,
pengisapan/suction.
Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara
mengatasi :cricotirotomi, trakeostomi.
Membersihkan jalan nafas
Sapuan jari (finger sweep)
Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda
asing pada rongga mulut belakang atau hipofaring seperti
gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga
hembusan nafas hilang.
Cara melakukannya :

Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang


leher) kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan
dagu ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver emaresi)
Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau
dibungkus
dengan
sarung
tangan/kassa/kain
untuk
membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapu.

Gambar 3. Tehnik finger sweep


Mengatasi sumbatan nafas parsial
Dapat digunakan teknik manual thrust

Abdominal thrust

Chest thrust

Back blow
Gambar dan penjelasan lihat di bawah!
Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :

Gelisah oleh karena hipoksia

Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)

Gerak dada dan perut paradoksal

Sianosis

Kelelahan dan meninggal


Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah JALAN
NAFAS BEBAS!

Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan
nafas bebas
Beri oksigen bila ada 6 liter/menit
Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah
ke depan, posisi leher netral
Nilai apakah ada suara nafas tambahan.

Gambar4. Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang,


perhatikan jalan nafasnya! Pangkal lidah tampak menutupi
jalan nafas
Lakukan teknik chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan
nafas. Ingat tempatkan korban pada tempat yang datar!
Kepala dan leher korban jangan terganjal!
Chin Lift
Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke
depan
Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang
tulang dagu pasien kemudian angkat.
Head Tilt
Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat!
Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.
Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan
tekan ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan
penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.

Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu


diangkat). dan tangan kiri melakukan head tilt. Pangkal lidah
tidak lagi menutupi jalan nafas.
Jaw thrust
Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan
sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas

Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih
Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan

sumbatan dari benda padat.

Gambar 8. Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan nafasnya

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)


Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang.
Caranya berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah
subdiafragma abdomen).
Abdominal Thrust (Manuver
berdiri atau duduk

Heimlich) pada

posisi

Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari


pinggang korban dengan kedua lengan penolong, kemudian
kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan
pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung
tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan
lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang
cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan
yang jelas.
Abdominal Thrust (Manuver
tergeletak (tidak sadar)

Heimlich)

pada

posisi

Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang


dengan muka ke atas. Penolong berlutut di sisi paha korban.
Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah
sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum,
tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong

menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah


atas.
Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada
posisi terbaring tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah
langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Abdominal Thrust
dilakukan sendiri

(Manuver

Heimlich) pada

yang

Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi


jalan napas.
Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada
perut di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum,
genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kea rah
diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat
dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja
atau belakang kursi

Gambar 9. Abdominal Thrust dalam posisi berdiri


Back Blow (untuk bayi)
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila
nafas tidak efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali
(hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis
antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae)

Gambar 10. Back blow pada bayi


Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita
hamil)
Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang
dada dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di
bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila
penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukanchest thrust,
tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan
Assess
-

Airway

Action
Buka airway menggunakan teknik

Apakah jalan napasnya

non-invasif (headtilt-chinlift / jaw

terbuka?

thrust

tanpa

mengextensikan

Breathing

kepala jika duiduga trauma).


Look, listen, and feel. Jika tak ada

- Apakah respirasinya

napas, beri 2x bantuan napas. Beri

adekuat?

sekitar

detik

setiap

bantuan

napas. Setiap bantuan napas harus


membuat dada korban terangkat.
Jangan melakukan ventilasi terlalu
cepat

atau

terlalu

banyak

Circulation

(volume).
Periksa pulsasi a. Carotis (dewasa)

- Apakah ada pulsasi?

atau a. Femoralis / a. brachialis


(infant) paling tidak 5 detik tapi

Defibrillation

tidak lebih lama dari 10 detik.


Siapkan shock jika ada indikasi.

- Jika pulsasi tidak ada,

Ikuti segera setiap shock dengan

periksa bila ada irama

CPR, mulai dengan kompresi dada.

yang shockable maka


gunakan defibrillator atau
AED (Automated External
Defibrillation)
Sumber : ACLS Provider Manual. AHA, 2006
Pembebasan Benda Asing yang Menyebabkan Obstruksi Jalan
Napas
Dewasa

Anak

Infant

Pastikan bahwa
korban memang
tersedak

Pastikan bahwa korban


memang tersedak

Heimlich maneuver

Pastikan bahwa korban


memang tersedak.
Periksa onset kesulitas
bernapas, silent cough,
kelemahan, atau silent
cry

Jika korban tak sadar,


aktifkan EMS, lakukan
prosedur CPR

Beri > 5x tepukan pada


punggung dan > 5x
dorongan pada dada

Heimlich maneuver

Jika korban tak sadar,


aktifkan EMS, lakukan
prosedur CPR

Selama CPR, lihat ke


dalam mulut korban,
jika memungkinkan
gunakan finger
sweep untuk
mengeluarkan benda
asingnya

Lanjutkan CPR (5
siklus atau 2 menit)
sampai ALS datang

Selama CPR, lihat ke


dalam mulut korban,
jika memungkinkan
gunakan finger sweep
untuk mengeluarkan
benda asingnya

Lanjutkan CPR (5 siklus


atau 2 menit) sampai
ALS datang

Ulangi step 2 sampai


benar-benar efektif
atau korban tidak ada
respon

Jika korban tak sadar,


aktifkan EMS, lakukan
prosedur CPR

Selama CPR, lihat ke


dalam mulut korban,
jika memungkinkan
gunakan finger sweep
untuk mengeluarkan
benda asingnya

Lanjutkan CPR (5 siklus


atau 2 menit) sampai
ALS datang

5. Apa ciri-ciri orang dengan jalan napas tersumbat?

Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas


tambahan) :

Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara


mengatasi
: chin
lift,
jaw thrust,
pemasangan
pipa
orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.
Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring.
Cara mengatasi : finger sweep, pengisapan/suction.
Stridor
(crowing),
sumbatan
di
plika
vokalis.
Cara
mengatasi :cricotirotomi, trakeostomi.

6. Mengapa bisa terjadi sianosis?

7. Mengapa pasien mengeluarkan suara mengorok?


8. Mengapa sudah dilakukan pengelolaan tsb tapi kondisinya semakin
memburuk ?

9. Bagaimana cara melakukan triple airway manuever dan oropharyngeal


airway? Kontraindikasi?
Triple Airway Manuever

Chin Lift
Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke
depan
Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang
tulang dagu pasien kemudian angkat.
Head Tilt
Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat!
Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.
Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan
tekan ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan
penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.

Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu


diangkat). dan tangan kiri melakukan head tilt. Pangkal lidah
tidak lagi menutupi jalan nafas.
Jaw thrust
Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan
sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas

Oropharyngeal Airway

Oropharyngeal tube adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara


mulut dan pharynx pada orang yang tidak sadar yang berfungsi untuk
membebaskan jalan nafas. (Medical Dictionary)
Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube adalah cara yang
ideal untuk mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang menjadi
terhambat oleh lidah pasien yang tidak sadar atau untuk membantu
ventilasi (Sally Betty,2005)
Oropharyngeal tube adalah alat yang terbuat dari karet bengkok atau
plastik yang dimasukkan pada mulut ke pharynx posterior untuk
menetapkan atau memelihara kepatenan jalan nafas. (William dan
Wilkins).
Pada pasien tidak sadar, lidah biasanya jatuh ke bagian pharynx posterior
sehingga menghalangi jalan nafas, sehingga pemasangan oropharyngeal
tube yang bentuknya telah disesuaikan dengan palatum / langit-langit
mulut mampu membebaskan dan mengedarkan jalan nafas melalui
tabung / lubang pipa. Dapat juga berfungsi untuk memfasilitasi
pelaksanaan suction. Pembebasan jalan nafas dengan oropharingeal tube
digunakan dalam jangka waktu pendek pada post anastesi atau langkah
postictal. Penggunaan jangka panjang dimungkinkan pada pasien yang
terpasang endotracheal tube untuk menghindari gigitan pada selang
endotraceal.
Indikasi
Adapun indikasi pemasangan oropharyngeal tube adalah sebagai berikut :

a. Pemeliharaan jalan nafas pasien dalam ketidaksadaran,


b. Melindungi endotracheal tube dari gigitan,
c. Memfasilitasi suction pada jalan nafas
Nafas spontan
Tidak ada reflek muntah
Pasien tidak sadar , tidak mampu maneuver manual
2. Kontra indikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun semi
sadar karena dapat merangsang muntah, spasme laring.
Harus berhati-hati bila terdapat trauma oral.
Pasien dengan adanya reflek batuk dan muntah masih ada

10.Mengapa pasien mengeluarkan banyak darah dari rongga mulut?

11.Interpretasi dari spo2 92%, RR?

Penurunan konsentrasi oksigen dalam darah perangsangan


kemoreseptor (glomus karotikum dan glomus aortikum)
perangsangan pusat pernafasan RR naik
Nadi naik dan tekanan darah turun
Penurunan oksigen dalam darah hipoksia (jaringan kekurangan
oksigen) aliran darah ke jaringan diperlama (agar jaringan
mendapat pasokan oksigen lebih banyak ) venous return turun
stroke volume menurun Tekanan darah menurun
Tekanan darah menurun merangsang baroreseptor (di glomus
karotikum dan aortikum) merangsang dilatasi arteri sistemik
frekuensi jantung menurun
Mekanismetakikardia
Perdarahan volume darah menurun aliran darah ke jantung
sedikitsimpatikmeningkatkan kontraksi dan daya konduksi
jantungtakikardia
Mekanismehypotensi
Volume darah menurun penurunan tekanan pengisian sirkulasi
rata-rata penurunan aliran balik darah vena ke jantung curah
jantung menurun hypotensi
RR naik karena adanya usaha untuk bernafas oleh karena adanya
sumbatan jalan nafas parsial sehingga selain RR naik nafas juga
dangkal.
(Sumber : Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat, Prof. DR.dr. I.
Riwanto, Sp.BD, FK UNDIP)

12.Interpretasi GCS ?

Penilaian GCS (Glasgow Coma Scale).


Menurut Hudak and Gallow 1996:226 ) Penilaian kesadaran GCS ( glassgow coma scale )

Eye opening
Score : 4 : Dapat membuka mata sendiri secara spontan
3 : Membuka mata hanya bila diajak bicara
2 : Membuka mata bila dirangsang nyeri
1 : Tidak membuka mata dengan rangsangan apapun.
Motor respon
Score : 6 : Dapat melakukan gerakan sesuai perintah
5 : Adanya getaran untuk menyingkirkan rangsangan
4 : Flexi yang cepat saja dibarengi abduksi bahu
3 : Flexi yang ringan dan adduksi bahu seperti pada dekortikasi
2 : Ekstensi lengan disertai adduksi endorotasi bahu,pronasi lengan
1 : Bawah seperti pada decerebresi rigidity.
Verbal respon
Score : 5 : Sadar Orentasi waktu tempat dan orang tetap utuh
4 : Dapat diajak bicara tapi kacau jawabannya
3 : Tidak dapat diajak bicara mengeluarkan kata kata yang tidak mengandung
arti (masih berteriak).
2 : Mengeluarkan kata kata mengerang / merintih
1 : Tidak bersuara sama sekali
Tingkat
GCS
Gambaran Klinik
CT - Scan
Minimal

15

Tidak pingsan, tidak dijumpai

Normal

devisit neurology
Ringan

13-15

Pingsan < 10 menit, tidak


dijumpai devisit neurologist

Normal

Pingsan > 10 menit 6 jam,


Sedang

9-12

dijumpai adanya devisit

Abnormal

neurologist
Pingsan > 6 jam, dijumpai
adanya devisit neurologist
Berat

3-8

Abnormal

PATOFIS
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi
yang dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak
punya cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan

bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%, karena akan menimbulkan koma.
Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar
glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi serebral.
Faktor kardiovaskuler
Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung mencakup aktivitas atipikal miokardial,
perubahan tekanan vaskuler dan edema paru.
Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis mempengaruhi penurunan kontraktilitas
ventrikel. Hal ini menyebabkan penurunan curah jantung dan meningkatkan tekanan atrium kiri.
Akibatnya tubuh berkompensasi dengan meningkatkan tekanan sistolik. Pengaruh dari adanya
peningkatan tekanan atrium kiri adalah terjadinya edema paru.
Faktor Respiratori
Adanya edema paru pada trauma kepala dan vasokonstriksi paru atau hipertensi paru
menyebabkan hiperpnoe dan bronkokonstriksi
Konsentrasi oksigen dan karbon dioksida mempengaruhi aliran darah. Bila PO2 rendah, aliran
darah bertambah karena terjadi vasodilatasi. Penurunan PCO2, akan terjadi alkalosis yang
menyebabkan vasokonstriksi (arteri kecil) dan penurunan CBF (cerebral blood fluid).
Edema otak ini menyebabkan kematian otak (iskemik) dan tingginya tekanan intra kranial (TIK)
yang dapat menyebabkan herniasi dan penekanan batang otak atau medulla oblongata.

13.Bagaimana cara menilai kesadaran dengan AVPU?

14.Bagaimana melakukan primary survey?

PRIMARY SURVEY
Primary survey adalah tindakan mencari kelainan fisiologis yang mengancam nyawa
yang diikuti dengan resusitasi pada penderita yang terancam nyawanya akibat trauma,
yang dilakukan secara sistematis sesuai dengan prioritas.
Prioritas survey primer adalah A-B-C-D-E
Airway dan proteksi C-spine
Pembebasan jalan nafas dan menjaga agar jalan nafas tetap terbuka
dan bersih
Pembebasan jalan napas dan menjaga agar jalan napas tetap terbuka dan bersih, caranya:
-

Bila tidak sadar, pasien dibaringkan dalam posisi telentang dan horizontal, kecuali pada
pembersihan jalan napas dimana bahu dan kepala pasien harus direndahkan dengan
posisi semilateral untuk memudahkan drainase lendir, cairan muntah atau benda asing.

Kepala diekstensikan dengan cara meletakkan satu tangan di bawah leher pasien
dengan sedikit mengangkat leher ke atas. Tangan lain diletakkan pada dahi depan
pasien sambil mendorong/menekan ke belakang. Posisi ini dipertahankan sambil
memberikan inflasi bertekanan positif secara intermiten.

Bila belum berhasil maka posisi penolong sebaiknya berpindah tempat ke puncak kepala
pasien, kemudian mendorong rahang bawah pasien ke depan dengan kedua tangan,
sementara kedua ibu jari membuka mulut pasien sehingga pernapasan dapat melalui
hidung dan mulut.

Bila dengan ekstensi kepala, penarikan mandibula ke depan dan membuka mulut pasien
yang dikenal sebagai triple airway manuever masih belum berhasil pikirkan adanya
penyumbatan jalan napas. Oleh karena itu mulut harus segera dibuka, dibersihkan dan
dikeluarkan benda padat dengan tangan, bila ada. Untuk mengeluarkan benda cair,
maka posisi kepala dan bahu direndahkan dengan memiringkan kepala ke samping.
Ada 3 cara untuk membuka mulut dengan paksa:
a. Gerak jari menyilang mandibula yang agak lemas
Penolong pada verteks atau samping kepala penderita.
Jari telunjuk penolong dimasukkan ke dalam sudut mulut penderita dan tekankan
jari tersebut pada gigi geligi atasnya, kemudian tekanlah gigi geligi bawah dengan
ibu jari yang menyilang jari telunjuk tadi sehingga mulut secara paksa membuka.
b. Gerak jari di belakang gigi geligi mandibula yang kaku
Masukkan satu jri telunjuk di antara pipi dan gigi geligi penderita dan ganjalkan
ujung jari telunjuk tadi di belakang molar terakhir.
c. Gerak angkat mandibula lidah mandibula yang sangat lemas
Ibu jari penolong dimasukkan ke dalam mulut dan faring penderita dan dengan
ujung ibu jari penolong dasar lidah diangkat. Jari-jari yang lain memegang
mandibula tadi pada dagu dan mengangkatnya ke depan.
Cara untuk membebaskan obstruksi jalan napas:
Manufer jalan nafas dasar (tanpa bantuan alat)
Chin lift : dagu bagian sentral ditarik ke depan dengan
tangan yang lain. Tidak boleh akibatkan hiperekstensi
leher, aman untuk C-spine injury
Jaw thrust : jari indeks dan lainnya ditempatkan pada
kedua sisi antara sudut rahang dan telinga serta
rahang ditarik ke depan
Head tilt : leher diekstensikan sejauh mungkin
dengan menggunakan satu tangan. Tidak boleh
dilakuakan pada curiga c spine injury
Manufer jalan nafas lanjut
Non surgical : intubasi orotrakhea dan naso trachea
Surgical : krikotiroidektomi dan trakeostomi

Breathing
Gangguan ventilasi menyebabkan tergangguanya pertukaran oksigen
yang dapat mengancam jiwa penderita
Terdiri dari 2 tahap :
a. Memastikan korban/pasien tidak bernapas.
Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada, mendengar
bunyi napas dan merasakan hembusan napas korban/ pasien.
Untuk itu penolong harus mendekatkan telinga di atas mulut dan
hidung korban /pasien, sambil tetap mempertahankan jalan napas
tetap terbuka. Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi 10
detik.
b. Memberikan bantuan napas.
Jika korban/pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat
dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke
stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara
memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu
yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5 - 2 detik
dan volume udara yang dihembuskan adalah 700 - 1000 ml (10
ml/kg) atau sampai dada korban/ pasien terlihat mengembang.
Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan
menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup.
Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16 - 17%.
Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban/ pasien
setelah diberikan bantuan. napas.
Cara memberikan bantuan pernapasan
i. Mulut ke mulut
Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini
merupakan cara yang cepat dan efektif untuk
memberikan udara ke paru-paru korban/pasien. Pada
saat dihikukan hembusan napas dari mulut ke mulut,
penolong harus mengambil napas dalam terlebih dahulu
dan mulut penolong harus dapat menutup seluruhnya
mulut korban dengan baik agar tidak terjadi kebocoran
saat menghembuskan napas dan juga penolong haras
menutup lubang hidung korban/pasien dengan ibu jari
dan jan telunjuk untuk mencegah udara keluar kembah
dari hidung. Volume udara yang diberikan pada
kebanyakkan orang dewasa adalah 700 - 1000 ml (10
ml/kg).
Volume udara yang berlebihan dan laju inpirasi yang
terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki
lambung, sehingga terjadi distensi lambung
ii. Mulut kehidung

Tekhnik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari


mulut korban tidak memungkinkan, misalnya pada
trismus atau dimana mulut korban mengalami ,luka yang
berat, dan sebaliknya jika melalui mulut kehidung,
penolong harus menutup mulut korban/pasien.
iii. Mulut ke Stoma,-.
Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang
(Stoum) yang menghubungkan trakhei langsung ke kulit.
Bila pasien mengalami kesulitan pernapasan maka harus
dilakukan ventilasi dari mulut ke Stoma.

Circulation
Terdiri dari 2 tahapan
a. Memastikan ada tidaknya denyut japtung korban/pasien.
Ada tidaknya denyut jantung korban/pasien dapat ditentu kan dengan meraba
arteri karotis didaerah leher korban/
pasien, dengan dua atau tiga jari
tangan (jari telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher
sehingga teraba trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan
atau kin kira-kira I 2 cm, raba dengan lembut selama 5 - 10 detik
Jika teraba denyutan nadi, penolong baru kembali memeriksa pernapasan
korban dengan melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk
menilai pernapasan korban/ pasien. Jika tidak bernapas lakukan bantuan
pemapasan, dan jika bemapas pertahankan jalan napas.
Memberikan bantuan sirkulasi.
o Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya
dapat diberikan bantuan sirkulasi atau yang disebut dengan
kompresi jantung luar, dilakukan dengan teknik sebagai
berikut :
Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan
atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).
Dari pertemuan tulang iga (tulang stemum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke
atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakan:"tangan penolong
dalam memberikan bantuan sirkulasi.
Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak
tangan di atas telapak tangan yang lainya, hindari jari-jari tangan.menyentuh
dinding dada korban/pasien, jari-jari tangan dapat diluruskan atau menyilang.
Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban
dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 15 kali dengan
kedalam penekanan berkisar antara 1,5 - 2 inci (3,8 - 5 cm).
Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan
mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada.
Selang waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama
dengan pada saat melakukan kompresi. (50% Duty Cycle)

Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisitangan pada saat melepaskan kompresi.
Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 15:2 dilakukan bail oleh
1 atau 2 penolong jika korban/pasien tidak terintubasi dan kecepatan
kompresi, adalah 100 kali permenit (dilakukan 4 siklus permenit), untuk
kemudian dinilai apakah perlu dilakukan siklus berikutnya atau tidak.
Dari tindakan kompresi yang benar.hanya.akan mencapai tekanan sistolik 60 80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung
(cardiac output) - hanya 25 % dar i curah jantung normal. Selang waktu.mulai
dari menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya
tindakan bantuan, sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30detik.
Disability
Pemeriksaan neurologis pada disability adalah untuk menentukan ada
tidaknya kelainan pada otak yang memerlukan tindakan lanjut.
Hal penting yang harus diperhatikan adalah GCS dan pupil. GCS rendah dan
pupil yangtidak simetris menandakan adanya kelainan pada otak dan
merupakan indikasi untuk dirujuk ke ahli bedah syaraf.
Prinsip menangani penderita cedera kepala adalah mencegah secondary
brain injury dengan menjamin ABC nya baik
Exposure
Dimaksudkan untuk melakukan pemeriksaan seluruh tubuh secara cepat
untuk mencari apakah masih ada kelainan yang mengancam jiwa,misalnya
apakah ada luka terbuka thorak bagian belakang atau perdarahan abdomen
yang tidak terdeteksi yang akan menyebabkan shock. Artinya penderita harus
dibuka bajunya namun harus tetap dihindari terjadinya hipotermia dengan
menyelimutinya.

15.Cara pengelolaan jalan napas dasar dan lanjutan

16.Derajat hipoksia

Petunjuk adanya hipoksia dan hipoksemia

Blood Gas Artery

PO2

80-100 mmHg (normal)


60-79 mmHg hipoksemi
ringan
40-59mmHg hipoksemi
sedang
<40 mmHg hipoksemi
berat

SaO2

95%-97% normal
< 90% hipoksemi

pH

7,35-7,45 normal
<7,35 asidemia
>7,45 alkaemia

PaCo2

35-45 mmHg normal


>45
hipoventilasi

mmHg

<35
hiperventilasi

mmHg

System respirasi

Takipneu, volume tidal turun,, dispneu, retraksi


otot nafas, lubang hidung melebar

Saraf pusat

Sakit kepala
Kekacauan mental, agitasi
Mudah terangsang, cemas, bereringat
Mengantuk

Kardiovaskuler

Mula2 takikardi, kemudian bradikardi jika otot


jantung tidak cukup mendapat O2
Peningkatan tekanan darah diikuti dengan
penurunan tekanan darah jika tidak segera
ditangani

Kulit

Sianosis sentral perifer

17.Prinsip terapi oksigen

Prinsip Umum terapi oksigen


Sebelum pemberian oksigen harus terlebih dahulu
diberitahukan kepada penderita tentang prosedur, maksud
dan manfaat pemberian oksigen.
Selalu memeriksa tabung, tentang label, isi, flow meter dan
sebagainya. Ingat tidak tertutup kemungkinan pemberian gas
yang salah. Bila terjadi kesalahan (tertukar) biasanya sulit
ditangani.
Instruksi terapi oksigen (oleh dokter) harus selalu dicatat
distatus penderita tentang tekanik yang diberikan (kanul atau
sungkup), berapa L/menit, kapan mulai dan sampai kapan
diberikan.
Setiap pasien gawat, kadar oksigen yang diberikan harus lebih
dari 40-50 %.
Nasal kanul atau nasal kateter sebaiknya tidak diberikan pada
pasien gawat karena kadar O2 terlalu rendah.
Aliran jangan terputus karena CO2 akan terkumpul cukup
tinggi dalam sungkup, apalagi kalau sistem menggunakan
kantong.
Setiap penggunaan sungkup harus melekat erat, tetapi tidak
menyebabkan rasa tercekik atau perasaan tidak nyaman pada
pasien.
Jika diperlukan terapi oksigen lebih dari 30 menit sebaiknya
digunakan humidifier. Humidifier mutlak diberikan jika oksigen
diberikan langsung ke trachea (intubasi, tracheostomy).
Pemberian oksigen dengan kanul nasal atau sungkup hanya
untuk penderita yang bernapas spontan sebab pemberian
oksigen berapapun tidak bermanfaat pada pasien yang tidak
bernapas atau tidak ada usaha napas, pada pasien dengan
hipoventilasi berat dimana volume semenit (Minute Volume)
terlalu rendah, kecuali jika diberikan dengan alat bantu napas.
Jangan memberikan oksigen konsentrasi tinggi dalam waktu
yang lama di rung perawatan, hati-hati dengan keracunan
oksigen.
Harus selalu memantau setiap perkembangan penderita yang
diberikan oksigen, misalnya apakah tidak tambah sesak atau
tambah gelisah, apakah kanula atau sungkup tetap terpasang
dengan baik.

Selalu memeriksa kecukupan oksigen dalam tangki oksigen.


Apakah cukup untuk waktu yang direncanakan.
Cara pemberian
Kanula hidung
Dengan kanula hidung fraksi oksigen (FiO2) yang dapat
dicapai 30-40 %. Flow rate yang diberikan cukup 2-4 liter,
sebab pemberian flow rate yang lebih dari 4 liter tidak akan
menambah FiO2 lebih dari 40 %, bahkan hanya pemborosan
okasigen, akan menyebabkan iritasi mukosa hidung dan
kurang nyaman bagi pasien.
Dengan kanula hidung pasien masih dapat berbicara, makan
dan minum.
Cara kerja
Selain oksigen yang diberikan melalui kanula hidung, udara
masih dapat masuk melalui kedua lubang hidung.
Bila pasien bernapas melalui mulut, menyebabkan udara
masuk pada waktu inhalasi dan akan mempunyai efek venturi
pada bagian belakang faring sehingga menyebabkan oksigen
yang diberikan melalui kanula hidung terhirup melalui hidung.

Sungkup oksigen
Sungkup sederhana
Sungkup ini dirancang untuk menambah kadar oksigen pada
udara pernapasan pasien, umumnya untuk meningkatkan
kadar oksigen dengan konsentrasi sedang. Fraksi oksigen
yang dapat dicapai yaitu 40 60 %. Flow rate yang diberikan
4- 12 L/menit.
Komponen :
Bagian badan sungkup yang dilengkapi dengan lubang hidung
di kedua sisinya.
Bagian lain dihubungkan dengan pipa ke sumber oksigen
Pipa elastik untuk mengikat sungkup pada wajah pasien.
Mekanisme kerja :
Udara luar masuk dan udara ekshalasi keluar melalui lubanglubang pada kedua sisi badan sungkup
Oksigen masuk melalui sisi lubang yang lain
Konsentrasi akhir dari oksigen yang dihirup tergantung dari
pola pernapasan pasien dan tingginya liter oksigen yang
diberikan serta besarnya kebocoran dari sisi sungkup yang
tidak melekat erat di wajah pasien.
Sungkup dengan reservoir rebreathing
Fungsi:

Seperti halnya sungkup sederhana namun dengan sungkup


yang memakai reservoir rebreathing diharapkan tekanan
partial oksigen pada inspirasi dapat lebih tinggi. Fraksi oksigen
yang dapat dicapai yaitu 40-80 %. Flow rate yang diberikan
untuk mencapai FiO2 yang tinggi yaitu 10-12 L/menit.
Komponen :

Sungkup sederhana ditambah reservoir bag.


Mekanisme kerja:
Oksigen aliran tinggi yang diberikan akan mengisi sungkup
yang berlubang-lubang pada kedua sisi dinding. Sungkup
menerima okigen yang masuk pada saat ekspirasi hawa
ekshalasi mengisi sungkup campur dengan oksigen yang ada,
sedang hawa ekshalasi sebagian yang lain. Selanjutnya pada
inspirasi berikutnya terhisaplah udara luar yang masuk
bercampur dengan udara sisa ekshalasi sebelumnya dan
oksigen dari reservoir bag maupun dari sumber oksigen
(tabung).
Sungkup dengan resrvoir non rebreathing
Fungsi:
Tidak berbeda dengan sungkup yang lain, hanya saja pada
pemakaian sungkup dengan reservoir non rebreathing ini
dapat dicapai tekanan partial oksigen pada inspirasi lebih
tinggi yaitu 90 %. Digunakan aliran oksigen 10-12 L/menit.
Komponen:
Sungkup sederhana dengan lubang berkatup searah pada
kedua sisinya. Selama dihubungkan dengan sumber oksigen
juga terpasang reservoir bag.
Mekanisme kerja:
Seperti sungkup dengan reservoir bag, namun disini tidak
terhirup ulang hawa ekshalasi sebelumnya.
Sungkup venturi
Fungsi:
Umumnya diberikan untuk memberikan kadar oksigen tinggi
dengan konsentrasi yang tetap. Biasansa hanya diberikan
pada penderita tertentu misalnya penderita penyakit paru
obstruktif menahun. Fraksi oksigen yang dicapai sesuai
dengan ukuran dan warna yaitu 24 %, 28 %, 31 %, 35 %, 40 %
dan 60 %.
Komponen:
Badan sungkup berlubang-lubang pada kedua sisi sungkup
Ujung atas sungkup dihubungkan dengan alat venturi. Alat ini
dibuat dalam berbagai ukuran warna, sebagai tanda berapa

konsentrasi oksigen yang dapat dicapai.


Adapula alat venturi ini yang dibuat sedemikian rupa sehingga
dapat diatur seberapa lubang yang dikehendaki dibentuk
sehingga dapat dicapai konsentrasi oksigen yang sesuai.
Mekanisme kerja:
Oksigen flow yang diberikan tinggi
Oksigen tersebut mengalir melalui bagian yang sempit
sehingga menyebabkan efek venturi yaitu tekanan negatif
ditempat tersebut sehingga hal ini menyebabkan udara luar
tersedot masuk melalui celah-celah alat venturi da bercampur
dengan oksigen, sehingga mencapai konsentrasi yang sesuai.
Oleh karena flow dari oksigen yang diberikan cukup tinggi
maka hawa ekshalasi pasien segera akan didorong keluar dari
dalam sungkup melalui lubang, pada kedua sisi sungkup,
maka dari itu tidak ada udara ekshalasi yang terhirup kembali
dan ini tidak akan meningkatkan ruang mati.
Penilaian
Penilaian dari memadai dan berhasilnya terapi oksigen adalah
dengan evaluasi fisik dari fungsi kardiorespirasi dan
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan analisis gas
darah.
Tanda ventilasi diukur dari tidal volume, jumlah pernapasan
dan bantuan otot-otot pernapasan.
Tanda vital kardiovaskuler termasuk denyut nadi, tekanan
darah, kondisi perfusi jaringan, tingkat kesadaran termasuk
produksi urine.
Kesimpulan
Terapi oksigen diberikan untuk memperbaiki hipoksemia,
menurunkan kerja miokard dan otot-otot pernapasan.
Masing-masing teknik dan alat yang digunakan untuk
pemberian terapi oksigen mempunyai kekurangan dan
kelebihan. Teknik dan alat yang dipakai tergantung kebutuhan
pasien.
Penilaian dari memadai dan berhasilnya terapi oksigen
dengan evaluasi fisik dari fungsi kardiorespirasi dan darah
arteri.
18.Patofisiologi sumbatan jalan napas

Adanya sumbatan jalan nafas kesulitan bernafas pasien akan


berusaha untuk bernafas sehingga ada kelelahan dari otot
pernafasan yang akan menyebabkan penumpukan sisa
pembakaran O2 ( Co2 ). CO2 yang tinggi akan mempengaruhi

ssp yang nantinya akan menekan pusat nafas sehingga hentu


nafas.
Bisa juga karena terhentinya aliran darah ke otak dari jantung
yang menagalami dekompensasi oksigen akibat gagal nafas
iskemik pada otak sehingga ada penurunan kesadaran.
IPD FK UI

19.Cari video

STEP 4
PasieN KLL

Look

Sianosis, AVPU,
retraksi

Listen

Stridor, ngorok,
berkumur

feel

Hembusan nafas
Tindakan airway

definitive

Non definitive

Surgical

Triple mauever

Non surgical

Pengelolaan
lanjutan

Anda mungkin juga menyukai