Anda di halaman 1dari 2

Nama : Yuhron Taufiq

NIM

: 13416241068

Kelas : Pendidikan IPS B 2013

MORATORIUM UJIAN NASIONAL


Wacana tentang dihapuskannya UN (Ujian Nasional) pada tahun depan harus disikapi
dengan lebih teliti. Penghapusan tersebut mengindikasikan bahwa UN yang diselenggarakan
selama ini kurang efektif atau tidak memberikan hasil yang maksimal. Memang dilihat dari
tahun ke tahun UN yang diselenggarakan hanya disikapi sebatas tujuan akhir proses
pendidikan bukan sebagai tolok ukur kemampuan siswa. Padahal penilaian bisa dilakukan
setiap saat sejak siswa tersebut terdaftar sebagai siswa. Penilaian pendidikan tidak terbatas
ruang dan waktu.
Dari banyak berita tentang UN dapat disimpulkan bahwa UN lebih banyak efek
negatifnya daripada efek positif. Mulai dari kecurangan yang dilakukan secara individu
maupun massal oleh siswa, sekolah, bahkan pemerintah, sampai pada tidak terpenuhinya
tujuan UN yang sebenarnya. UN cenderung dijadikan alat politik dari pemerintah pusat yang
sebenarnya tidak mengetahui karakteristik siswa-siswa yang ada di berbagai daerah. Alhasil
UN menjadi penyebab diskriminasi dan kesenjangan pendidikan di berbagai daerah di
Indonesia karena sarana prasarana serta kualitas pendidikan di setiap daerah jelas berbeda.
Namun, sudah 2 tahun ini UN tidak syarat kelulusan mutlak, melainkan hanya sebagai
pemetaan siswa. Oleh karena itu, hal-hal negatif yang ditakutkan saat UN sudah 2 tahun ini
tidak menjadi masalah. Syarat kelulusan yang tadinya ditentukan oleh pusat sekarang lebih
dibebaskan kepada sekolah masing-masing untuk memberi keputusan. Jadi, dengan ini saya
tidak menyetujui UN dihapuskan.
Alasan dari argumen tersebut adalah bila UN benar dihapuskan, lalu apa yang bisa
menjadi standar masuknya siswa untuk jenjang yang lebih tinggi? Memang, penilaian bisa
dilakukan kapan saja dan dimana saja saat proses pembelajaran, namun itu hanya bisa
diaplikasikan untuk standar kelulusan bukan standar masuk ke jenjang yang lebih tinggi. Bila
seleksi masuk ke jenjang lebih tinggi disamakan dengan sistem seleksi Perguruan Tinggi,
bukankah itu seperti UN yang ditunda? Belum lagi dengan kesiapan tenaga pendidik bila UN
benar dihapuskan.

Jadi, UN dapat diteruskan dengan syarat yaitu perbaikan sistem yang ada. UN harus
diubah dari sentralisasi menuju desentralisasi dengan mempertimbangkan kemampuan siswa,
tenaga pendidik, serta kualitas sekolah di setiap daerah. UN bukan lagi sebagai syarat
kelulusan melainkan pemetaan pemahaman serta ukuran bagi penyeleksian masuk ke jenjang
yang lebih tinggi. UN dapat dijadikan sebagai motivasi untuk belajar bukan dijadikan sebagai
tujuan akhir pendidikan. Intinya bukan hanya sistem UN saja yang diperbaiki tetapi sistem
pendidikan serta standar penilaiannya yang diatur dalam Undang-Undang meliputi
mekanisme, prosedur, sampai pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai