Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Seiring dengan adanya konvergensi IFRS, konsep konservatisme yang


kini digantikan oleh prudence tidak sepenuhnya ditinggalkan. Terdapat beberapa
standar dalam Standar akuntansi Keuangan (SAK) yang masih menggunakan
konsep konservatisme seperti PSAK No. 14 tentang Persedian dan PSAK No. 48
tentang Penurunan Nilai Aset. Dalam PSAK

No.

14

dijelaskan

bahwa

persediaan dalam neraca disajikan berdasarkan nilai terendah antara harga


perolehan dan nilai realisasi bersih, sedangkan dalam PSAK No.48 dijelaskan
bahwa penurunan nilai aset merupakan rugi yang harus segera diakui dalam
laporan laba rugi komprehensif. Konservatisme juga pertimbangkan mengingat
adanya kasus Enron di U.S. dan kasus Kimia Farma yang masing-masing
menyajikan laporan keuangan yang membuat mereka menjadi overstate laba,
dan

hal tersebut justru menyesatkan pengguna laporan keuangan. Namun

demikian konservatisme masih menjadi perdebatan.


Perlunya telaah mengenai konservatisme mendorong dilakukannya penelitian
ini yang bertujuan menguji dan menganilisis penggunaan perspektif Positive
Accounting Theory (PAT) terhadap konservatisme akuntansi di Indonesia.
Konservatisme dapat dijelaskan dalam PAT melalui tiga hipotesis yaitu plan
bonus hypothesis, debt covenant hypothesis, dan political cost hypothesis. Plan
bonus hypothesis dalam penelitian ini dijelaskan melaui kepemilikan manajerial
dan kepemilikan publik, sedangkan debt covenant hypothesis dijelaskan
menggunakan

rasio

leverage

dan

political

cost

hypothesis

dijelaskan

menggunakan ukuran perusahaan. Selain itu, dalam peneltian ini ditambahkan


mengenai pengaruh operating cash flow terhadap konservatisme akuntansi seperti
pada penelitian Martani dan Dini (2010). Penambahan variabel operating cash
flow dilakukan karena pendapat yang kontra terhadap konservatisme seringkali
mengaitkan konservatisme dengan prediksi future cash flow, sehingga dari sisi

sebaliknya perlu diuji dan dianalisis mengenai pengaruh cash flow terhadap
konservatisme akuntansi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory)

Positive Accounting Theory menganut paham maksimisasi kemakmuran


(wealth- maximisation) dan kepentingan pribadi individu (Ghozali dan Chariri,
2007). Terdapat tiga hipotesis dalam teori ini yang dapat menjelaskan keputusan
manajemen untuk bertindak konservatif atau tidak. Hipotesis-hipotesis tersebut
ialah: (1) Plan bonus hypothesis, (2) Debt covenant hypothesis, dan (3)
Political cost hypothesis.
Berdasarkan plan bonus hypothesis, manajer seringkali berperilaku seiring
dengan bonus yang diberikan (Alfina, 2006). Oleh karena itu manajemen
cenderung melakukan manajemen laba agar target laba terpenuhi. Tindakan
manajemen laba membuat pelaporan laba cenderung optimis atau tidak
konservatif, sehingga earning conservatism menjadi rendah. Debt covenant

hypothesis memprediksikan bahwa manajer ingin meningkatkan laba dan aset


untuk mengurangi biaya renegosiasi kontrak utang ketika perusahaan
memutuskan perjanjian utangnya (Sari dan Adhariani, 2009). Keinginan
manajer untuk meningkatkan laba dan aset juga dikarenakan kreditor akan lebih
menyukai perusahaan yang mempunyai cukup aset untuk menutup hutanghutangnya

(Watts,

2003).

Dalam

debt

covenant hypothesis, tingkat

konservatisme dalam pelaporan laba akan berkurang karena manajer cenderung


akan menaikkan laba agar ia memperoleh potential loan dari kreditor. Tingkat
konservatisme dalam pelaporan laba berdasarkan debt covenant hypothesis
dapat dijelaskan dengan debt/equity hypothesis yang merupakan pembatasan dari
debt covenant (Sari dan Adhariani, 2009). Debt/equity hypothesis ini dapat
dijelaskan dengan menggunakan rasio leverage yang merupakan rasio antara
debt dan total asset.

Apabila manajemen melakukan manajemen laba ketika melakukan perjanjian


utang, maka laba cenderung tidak konservatif

sehingga

tingginya

rasio

leverage akan berbanding terbalik dengan accounting conservatism (Sari dan


Adhariani, 2009). Hal itu dikarenakan semakin tinggi jumlah pinjaman yang
ingin diperoleh perusahaan, maka perusahaan berupaya menunjukkan kinerja
yang baik agar kreditur yakin bahwa perusahaan mampu menutup hutanghutangnya (Watss dan Zimmerman, 1990).
Dalam political cost hypothesis, perusahaan besar diprediksikan lebih sensitif
terhadap adanya biaya politik daripada perusahaan kecil (Watts dan
Zimmerman, 1990). Biaya
kepentingan

antara

politik

manajer

sendiri

timbul

dari

adanya

konflik

dengan pemerintah, dimana perusahaan

dianggap ikut bertanggung jawab atas kepentingan sosial masyarakat (Sari dan
Adhariani, 2009). Salah satu kebijakan pemerintah yang untuk hal tersebut
adalah kewajiban membayar pajak. Semakin besar tingkat pendapatan atau
penjualan perusahaan membuat semakin tinggi pula pajak yang harus dibayar.
Oleh karena itu, untuk menghindari tingginya pajak manajemen akan cenderung

untuk melaporkan laba yang rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa terjadi
pelaporan laba yang konservatif.
2.2

Konservatisme

Konservatisme biasanya didefinisikan sebagai panduan akuntansi dalam


menyajikan aset dan pendapatan yang understate, serta menyajikan liabilitas dan
beban yang overstate (Hendriksen dan Breda, 1992). Dalam konsep ini, beban
harus segera diakui dibandigkan pendapatan, sehingga net income terlihat
rendah. Selanjutnya, konservatisme akan menyebabkan pelaporan keuangan
yang pesimistik, hal tersebut akan mengurangi optimisme dari pengguna
laporan. Menurut Martani dan Dini (2010), pesimisme dibutuhkan untuk
menetralisir optimisme manajer.

Astria (2011) menyatakan bahwa konservatisme didefinisikan sebagai reaksi


kehati- hatian

(prudent) terhadap ketidakpastian, ditunjukkan untuk

melindungi hak-hak dan kepentingan


pemberi

pinjaman

(debtholder).

pemegang saham (shareholder) dan


Lain halnya dengan Basu (1997) yang

mendefinisikan konservatisme sebagai praktik mengurangi laba (mengecilkan


aktiva bersih) dalam merespon berita buruk (bad news) tetapi tidak
meningkatkan laba ketika merespon berita baik (good news). Sedangkan Givoly
dan Hyan (2000), mendefinisikan konservatisme sebagai pengakuan awal untuk
biaya dan rugi serta menunda pengakuan untuk pendapatan dan pengakuan
keuntungan.
Tujuan dari penggunaan konsep konservatisme adalah untuk menetralisir
optimisme para usahawan yang terlalu berlebihan dalam melaporkan hasil
usahanya. Penerapan konsep konservatisme akan menghasilkan laba yang
berfluktuatif , dimana laba yang berfluktuatif akan mengurangi daya prediksi
laba untuk memprediksi aliran kas pada masa depan (Sari dan Adhariani, 2009).

Ukuran konservatisme selanjutnya yang juga dipaparkan oleh Watss (2003b)


adalah earning/accrual measures yaitu menggunakan selisih antara net income
dan cash flow. Net income yang digunakan adalah net income sebelum
depresiasi dan amortisasi, sedangkan cash flow yang digunakan adalah cash
flow dari aktivitas operasi. Givoly dan Hayn (2000) melihat kecenderungan
dari akun akrual selama beberapa tahun, apabila terjadi akrual negatif (net
income lebih kecil daripada cash flow dari aktivitas operasi) yang konsisten
selama beberapa tahun, maka hal tersebut merupakan indikasi adanya penerapan
konservatisme. Selain itu, Givoly dan Hayn (2000) membagi akrual menjadi dua
yaitu operating accrual dan nonoperating accrual. Operating accrual muncul
dalam laporan keuangan sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan,
sedangkan nonoperating accrual merupakan jumlah akrual yang muncul di
luar hasil kegiatan operasional perusahaan.

Ukuran konservatisme yang ketiga ialah net asset measures. Ukuran ini
digunakan untuk mengetahui tingkat konservatisme dalam penyajian laporan
keuangan

yaitu untuk menilai nilai aset yang understatement dan kewajiban

yang overstatement. Salah satu model pengukuran ini adalah dengan proksi book
to market ratio yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai buku
perusahaan.
2.3

Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial didefinisikan sebagai persentase saham yang dimiliki


oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan
perusahaan yang meliputi komisaris,

direksi,

dan

karyawan

(Oktadella,

2011). Selain itu, Deviyanti (2012) mendefinisikan kepemilikan manajerial


sebagai perbandingan persentase kepemilikan saham antara pihak perusahaan
dan

pihak eksternal. Kepemilikan

saham oleh perusahaan merupakan

mekanisme yang digunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai dengan


kepentingan perusahaan, karena di dalam kepemilikan saham tersebut terdapat
persentase saham yang dimiliki manajer secara pribadi (Susiana dan Herawaty,
2007). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan saham
manajerial dapat membantu menyatukan kepentingan antara manajer dan
pemegang saham yang tentunya sama-sama menginginkan penyajian yang
informasi

yang

berkualitas

dalam pelaporan keuangan. Dengan semakin

tingginya proporsi kepemilikan manajerial, maka manajer bukan hanya sebagai


agen tapi juga pemilik dan hal tersebut membuat konfik kepentingan antara
manajer pemilik dan manajer.
Berkurangnya konflik antara pemilik dan manajer dikarenakan menurunnya
motif bonus yang ingin diperoleh manajer, sehingga manajemen laba dengan
cara income maximation yang biasa dilakukan manajer untuk mencapai target
laba

juga

berkurang.

Dengan

demikian

laporan

keuangan

menjadi

konservatif . Paparan terkait kepemilikan manajerial yang telah dijelaskan di


atas mengindikasikan bahwa terdapatnya kepemilikan manajerial akan
menyebabkan penyajian informasi dalam laporan
konservatif,

akan

tetapi

terdapat

keuangan cenderung

argumen yang menyatakan adanya

kepemilikan manajerial justru membuat pelaporan laba tidak konservatif.


Wardhani (2008) berpendapat bahwa kepemilikan oleh manajemen dapat
berperan sebagai fungsi monitoring dalam pelaporan keuangan serta dapat pula
dijadikan dan dapat pula dijadikan sebagai faktor ekspropriasi terhadap
pemegang saham minoritas. Apabila kepemilikan manajemen justru mendorong
dilakukannya ekpropriasi terhadap perusahaan, mereka akan lebih cenderung
menggunakan prinsip akuntansi yang lebih agresif. Selain itu, Lafond dan
Roychowdhury (2007)

berargumen bahwa semakin kecil kepemilikan

manajerial menyebabkan permasalahan agensi semakin besar, sehingga


permintaan atas laporan keuangan yang konservatif akan meningkat.
2.4

Kepemilikan Publik

Keputusan

manajemen

untuk

menerapkan

konservatisme

atau

tidak,

juga memperhatikan struktur kepemilikan publik. Struktur kepemilikan publik

merupakan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh publik dibandingkan


dengan jumlah seluruh saham yang beredar (Deviyanti, 2012). Kepemilikan
publik yang menyebar menyebabkan rendahnya pengendalian, karena pemilik
suatu perusahaan menjadi banyak namun persentase kepemilikannya hanya
sedikit, sehingga dengan rendahnya tingkat pengendalian, manajer akan lebih
fleksibel dalam menyajikan informasi pada laporan keuangan. Sebagaimana
dijelaskan dalam plan bonus hypothesis, manajer akan berperilaku seiring bonus
yang diberikan (Alfina, 2006), maka manajemen memiliki kecenderungan untuk
melakukan manajemen laba dalam rangka mencapai target laba agar ia
memperoleh bonus, tindakan tersebut menyebabkan pelaporan laba menjadi tidak
konservatif. Dengan demikian semakin tinggi kepemilikan publik akan
menyebabkan rendahnya penerapan konservatisme, karena rendahnya fungsi
pengendalian dari pemilik.

Haniati dan Fitriany (2010) berpendapat lain yaitu bahwa persentase


kepemilikan publik justru digunakan sebagai upaya untuk mengurangi asimetri
informasi antara manajemen dan pemilik, yang membuat perusahaan cenderung
konservatif, karena semakin besar tekanan yang dihadapi perusahaan untuk
mengungkapkan informasi lebih banyak dalam laporan keuangannya. Hal ini
dikarenakan semakin besar porsi kepemilikan publik menyebabkan semakin
banyak butir-butir informasi yang mendetail dan dituntut untuk dibuka
dalam laporan keuangan. Hal tersebut sesuai dengan sesuai dengan penelitian
Lafond dan

Watts

(2006)

yang

menjelaskan

semakin

information

menyebabkan semakin banyak informasi yang diketahui oleh

publik sehingga dapat menurunkan asimetri informasi


langsung

rendahnya

asimetri

informasi

merupakan

konservatisme akuntansi dalam pelaporan keuangan.


2.5

Debt Covenant

dan

tinggi
secara

public
tidak

indikasi penerapan

Debt covenant merupakan kontrak atau perjanjian utang jangka panjang


(Sukartha,2008). Perjanjian utang sering kali digunakan dalam menjelaskan
accounting conservatism (Watts, 2003a), karena debtholders cenderung
menginginkan penerapan akuntansi yang konservatif. Hal tersebut dikarenakan
penerapan konservatisme akan mengurangi konflik antara shareholders dan
debtholders terkait masalah pembayaran dividen (Ahmed et al.,2002).
Pembayaran dividen yang terlalu tinggi akan menimbulkan ancaman bagi
debtholders karena akan mengurangi aset yang seharusnya tersedia untuk
pelunasan utang. Masalah tersebut biasanya diatasi dengan melakukan
pembatasan berdasarkan laba perusahaan yang disajikan secara konservatif
(Haniati dan Fitriany, 2010). Konservatisme memiliki peranan terkait hubungan
kontrak antara perusahaan dan debtholders (Guay, 2008). Konservatisme akan
mengurangi asimetri informasi antara debtholders dan manajer, penerapan
tersebut akan membatasi manajer dalam melebih sajikan komponen akrual
sehingga tidak terjadi prediksi future cash flow yang berlebihan.

Selain itu, juga akan mengurangi kecenderungan untuk menyembunyikan


kerugian perusahaan (Watts dan Lafond, 2006). Namun demikian, perlu
diperhatikan pula adanya kemungkinan lain yang menyebabkan

rendahnya

konservatisme justru ketika total debt yang mungkin diterima dalam jumlah
besar, hal tersebut telah dijelaskan dalam debt covenants hypothesis yang
memprediksikan bahwa semakin tinggi jumlah pinjaman yang diiinginkan maka
perusahaan meningkatkan laba dan aset untuk mengurangi biaya renegosiasi
kontrak (Sari dan Adhariani, 2009), selain itu agar kinerja perusahaan terlihat
baik.
2.6

Firm Size

Menurut Bahaudin dan Wijayanti (2011) ukuran perusahaan dibagi ke dalam


tiga kategori yaitu perusahaan besar (large size), perusahaan menengah
(medium size) serta perusahaan kecil (small size). Perusahaan yang besar juga

dihadapkan dengan besarnya biaya politis yang tinggi, sehingga perusahaan


besar cenderung menggunakan prinsip akuntansi yang konservatif untuk
mengurangi besarnya biaya politis (Deviyanti, 2012).
Biaya politis mencakup semua biaya atau transfer kekayaan yang harus
ditanggung perusahaan terkait tindakan-tindakan antitrust, regulasi, subsidi
pemerintah,
Zimmerman,

tarif

pajak, tuntutan

buruh,

dan

sebagainya

(Watss

dan

1990). Pemerintah sebagai pembuat regulasi serta penentu

kebijakan suatu negara dimana perusahaan beroperasi akan lebih mengawasi


perusahaan besar (Deviyanti, 2012). Pemerintah akan memungut pajak yang
relatif tinggi kepada perusahaan besar, karena seiring tingginya laba yang
dihasilkan perusahaan besar, maka pajak yang yang harus dibayarkan
secara otomatis mengikuti besarnya laba. Hal tersebut menunjukkan semakin
besar ukuran perusahaan, semakin besar pula biaya politis yang harus
dibayarkan, sehingga untuk mengurangi biaya tersebut perusahaan berupaya
melaporkan labanya secara konservatif agar laba tidak terlihat terlalu tinggi.

2.7

Arus Kas (Cash Flow)

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


kas atau cash flow merupakan

(PSAK) No.2 mendefinisikan arus

arus masuk dan arus keluar kas atau setara

kas. Arus kas diklasifikasikan menjadi tiga yaitu arus kas dari aktivitas
operasi, arus dari aktivitas investasi, dan arus kas dari aktivitas pendanaan
(Kieso et al, 2011). Arus kas perusahaan tercermin dalam laporan arus kas
yang merupakan bagian dari laporan keuangan. Terkait dengan konservatisme,
beberapa peneliti seperti Martani dan Dini (2010), Dechow dan Ge (2007),
serta Ball dan Shivakumar (2005) dengan sudut pandang yang berbeda-beda.
Martani dan Dini (2010) menghipotesiskan bahwa arus kas dari aktivitas operasi
akan

berpengaruh

positif

terhadap

konservatisme

akuntansi,

hipotesis

tersebut dibuktikan dengan hasil penelitiannya yang membuktikan bahwa


arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh positif terhadap konservatisme yang
baik dengan ukuran akrual maupun market value. Dechow dan Ge (2007)

membuktikan bahwa cash flow berhubungan positif terhadap tingkat akrual


pada perusahaan dengan tingkat penerapan akrual rendah, sehingga tingkat
persistensi untuk memprediksi arus kas pada masa yang akan datang menjadi
tinggi. Selain itu, dalam penelitian Dechow dan Ge (2007) dibuktikan pula
bahwa cash flow berhubungan negatif dengan tingkat akrual pada perusahaan
dengan tingkat penerapan akrual yang tinggi, hal ini menyebabkan tingkat
persistensi untuk memprediksi arus kas pada masa yang akan datang menjadi
rendah. Menurut Martani dan Dini (2010) operating cash flow akan
berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini dikarenakan
tingginya operating cash flow mengindikasikan kinerja yang baik dari
perusahaan. Pada perusahaan yang menerapkan konservatisme, operating cash
flow akan membuat prediksi future cash flow yang lebih besar daripada
perusahaan yang agresif. Dengan demikian, akan menarik investor untuk
berinvestasi, sehingga perusahaan akan lebih konservatif ketika operating cash
flow yang dihasilkan tinggi (Martani dan Dini, 2010).

2.8

Perumusan Hipotesis

2.8.1 Pengaruh
Akuntansi

Kepemilikan

Manajerial

terhadap

Konservatisme

Plan bonus hypothesis dalam possitive accounting theory menyatakan


bahwa manajer
(Alfina,

akan

bertindak

seiring

dengan

bonus

yang

diberikan

2006). Berdasarkan motif bonus, maka manajer akan melakukan

manajemen laba dengan cara income maximation atau memaksimalkan laba agar
target laba terpenuhi, sehingga pelaporan keuangan menjadi kurang konservatif.
Kepemilikan manajerial yang rendah akan menyebabkan laporan keuangan
cenderung tidak konservatif, karena manajer akan lebih mengutamakan untuk
mengejar bonus daripada mengutamakan kepentingan pemilik perusahaan, hal
ini didukung oleh penelitian Yazidah (2011) yang menunjukkan hubungan positif
antara kepemilikan manajerial dan konservatisme akuntansi, sehingga hipotesis
pertama dalam penelitian ini:

H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap konservatisme


akuntansi.
2.8.2

Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Konservatisme Akuntansi

Kepemilikan ini juga mempengaruhi keputusan manajemen dalam menerapkan


konservatisme atau tidak, karena kepemilikan publik yang menyebar akan
menyebabkan rendahnya pengendalian sehingga manajer lebih fleksibel dalam
menyajikan informasi dalam laporan keuangan. Sebagaimana dijelaskan dalam
plan bonus hypothesis, maka dalam rangka memperoleh bonus tersebut manajer
berusaha menaikkan laba agar target laba terpenuhi (Alfina, 2006).
Pencapaian target laba membuat manajer bisa saja melakukan cenderung tidak
konservatif, apalagi didukung rendahnya pengendalian dari pemilik

karena

kepemilikan

dalam

yang

menyebar,

manajer

akan

semakin

fleksibel

melaporkan informasi dalam laporan keuangan (Deviyanti, 2012).

Penelitian Deviyanti (2012) juga menunjukkan bahwa kepemilikan publik


berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi, sehingga hipotesis kedua
dalam penelitian ini:
H2: Kepemilikan publik berpengaruh negatif terhadap konservatisme
akuntansi.
2.8.3
Debt

Pengaruh Leverage terhadap Konservatisme Akuntansi


covenant

hypothesis

dalam

possitive

accounting

theory

memprediksikan bahwa semakin tinggi jumlah utang atau pinjaman yang


ingin diperoleh perusahaan, maka penyajian laporan keuangan menjadi tidak
konservatif (Watss dan Zimmerman,1990).

Hal itu dikarenakan perusahaan

ingin menunjukkan kinerja yang baik pada debtholders, agar debtholders


yakin bahwa keamanan dananya terjamin. Dengan adanya asumsi tersebut, maka
perusahaan akan cenderung menaikkan nilai aset dan pendapatan, serta

menurunkan nilai utang dan beban ketika perusahaan menginginkan jumlah


pinjaman yang besar dari debtholder.
Rasio leverage menunjukkan seberapa besar perusahaan menggunakan utang
dari luar untuk membiayai perusahaan atau melakukan ekspansi (Deviyanti,
2012). Dengan menggunakan prediksi dalam debt covenant hypothesis, maka
semakin tinggi tingkat leverage maka perusahaan semakin tidak konservatif,
hal ini didukung oleh penelitian Almilia (2005), sehingga hipotesis ketiga
dalam penelitian ini ialah:
H3: Leverage berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi.
2.8.4

Pengaruh Firm Size terhadap Konservatisme Akuntansi

Political cost hypothesis memprediksikan bahwa perusahaan besar lebih sensitif


daripada perusahaan kecil terkait dengan biaya politis (Watss dan Zimmerman,
1990). Biaya politis timbul karena adanya konflik kepentingan antara
perusahaan (manajer) dan pemerintah sebagai pembuat kebijakan.

Perusahaan besar cenderung melaporkan keuangannya secara konservatif untuk


mengurangi biaya politis.
Ukuran perusahaan atau firm size seringkali digunakan untuk menjelaskan
political cost hypothesis. Semakin besar ukuran perusahaan menyebabkan
penerapan konservatisme semakin tinggi, hal ini didukung oleh hasil penelitian
Sari dan Adhariani (2009) dan Deviyanti (2012) sehingga hipotesis keempat
dalam penelitian ini:
H4: Firm size berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi.
2.8.5

Pengaruh Operating Cash Flow terhadap Konservatisme Akuntansi

Arus kas atau cash flow merupakan arus masuk dan arus keluar kas atau setara
kas (IAI, 2009). Seperti halnya laba, cash flow sering kali dikaitkan dengan
pendapat yang kontra

mengenai

konservatisme,

hal

ini

dikarenakan

penerapan

konservatisme menyebabkan persistensi prediksi future cash flow

menjadi rendah (Suaryana, 2008).


Namun, ditinjau dari sisi sebaliknya Martani dan Dini (2010) berpendapat bahwa
operating cash flow yang selanjutnya disebut CFO merupakan indikator kinerja
perusahaan, sehingga tingginya CFO mengindikasikan kinerja yang baik
dari perusahaan. Prediksi future cash flow pada perusahaan yang konservatif
kemungkinan akan lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang agresif,
dan hal ini akan lebih menarik bagi investor, sehingga perusahaan akan lebih
konservatif ketika memiliki CFO yang tinggi. Hal ini didukung oleh hasil
penelitian Martani dan Dini (2010) yang menunjukkan pengaruh positif CFO
terhadap konservatisme akuntansi, sehingga hipotesis kelima dalam penelitian
ini:
H5: Operating cash flow berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Variabel Penelitian

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah konservatisme,


akuntansi yang diukur dengan model akrual yang merupakan model Zhanng
(2007). Nilai konservatisme akuntansi diperoleh dengan formula sebagai berikut
CONNAC=

Keterangan:

Nonoperating Accrual
x (1)
Total Aset

Nonoperating Accrual

= Operating Accrual- Account Receivable-

Inventory Prepaid Expense+ Account Payable + Taxes Payable


Operating Accrual

= Net Income+Depreciation- Net Operating Cash Flow

Net Operating Cash Flow = Selisih antara kas masuk dan kas keluar dari aktivitas
operasi
Terdapat lima variabel independen dalam penelitian ini yaitu variabel
kepemilikan manajerial (MANJ), kepemilikan publik (PUBLIK), leverage
(LEV), firm size (SIZE), dan operating cash flow (CFO). Variabel MANJ diukur
dengan jumlah persentase saham yang dimiliki oleh dewan direksi, komisaris
dan karyawan seperti model (Oktadella, 2011), nilai tersebut kemudian dibuat
dalam bentuk desimal. Variabel PUBLIK diukur dengan persentase saham yang
dimiliki masyarakat dibandingkan dengan jumlah seluruh saham yang beredar
seperti yang digunakan dalam penelitian Deviyanti (2012), nilai tersebut
kemudian dibuat dalam bentuk desimal.

Variabel LEV diukur dengan debt to equity ratio (DER), sedangkan SIZE diukur
dengan logaritma natur penjualan (Ln penjualan). Selanjutnya adalah variabel
CFO yang diukur dengan model ( Gyvoly dan Hyan, 2000) dengan formula
sebagai berikut:
CFO=

3.2

Kas dari aktivitas operasi


Total aset

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di


BEI pada periode 2004 sampai dengan 2010 namun data yang digunakan
mulai tahun 2003 karena dibutuhkan data-data dari tahun sebelumnya.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan


kriteria-kriteria (1) Perusahaaan yang tercatat di BEI, (2) Menerbitkan laporan
keuangan yang diaudit selama periode 2003-2010, (3) Perusahaan yang
menyajikan

laporan

keuangan

dalam

bentuk

rupiah

selama

periode

penelitian, (4) Perusahaan memiliki nilai ekuitas positif selama periode


penelitian,

(5)

Terdapat kelengkapan data yang dibutuhkan. Berdasarkan

proses pemilihan sampel maka diperoleh 86 sampel perusahaan per tahun, dan
total selama periode penelitian sebesar 602 perusahaan yang ditunjukkan
dalam tabel 1 berikut ini:
Tabel 1
Proses Seleksi Kriteria Sampel
Perusahaan manufaktur yang listing di BEI selama
tahun 2003-2010
Terdapat laporan keuangan yang tidak diaudit selama

141

Menyajikan laporan keuangan dengan mata uang selain

(7)

Memiliki ekuitas negatif pada periode penelitian


Terdapat data yang tidak lengkap
Total perusahaan yang sesuai kriteria (per tahun)
Total Sample Selama Periode Penelitian (7 Tahun)
Sumber: Data yang Diolah,
2012

3.3

(1)

(19)
(28)
86
602

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi
linear berganda yang sebelumnya harus lolos uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik
yang digunakan meliputi Uji normalitas, autokorasi, multikolinearitas, serta
heteroskedastisitas.Tingkat probabilitas yang digunakan adalah 5%.
hipotesis dalam penelitian ini menggunakan

Pengujian

Uji F, Uji t, dan koefisien

determinasi. Model yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah:


CONACC= +1MANJ+2 PUBLIK+3 LEV+4 SIZE+5 CFO+
Keterangan:
CONACC : Konservatisme akuntansi
MANJ

: Persentase kepemilikan manajerial.

PUBLIK

: Persentase kepemilikan publik.

SIZE

: Ukuran perusahaan.

CFO

: Operating cash flow atau arus kas dari aktivitas operasi.

: Koefisien error.

Hipotesis pertama (H1) diterima secara teori apabila koefisien 1 bernilai


positif, dan secara statistik diterima apabila tingkat signifikansi () pada
variabel MANJ kurang dari 0,05. Hipotesis kedua (H2) diterima secara teori
apabila koefisien 2

bernilai negatif, dan secara statistik diterima apabila

tingkat signifikansi pada variabel PUBLIK kurang dari 0,05. Hipotesis ketiga
diterima secara statistik apabila tingkat signifikansi pada variabel LEV kurang
dari 0,05 dan secara teoritis diterima apabila koefisien 3 bernilai negatif,
sedangkan untuk hipotesis keempat diterima secara statistik apabila tingkat
signifikansi variabel SIZE kurang dari 0,05 dan secara teori diterima apabila
koefisien 4

bernilai positif. Untuk hipotesis kelima secara teori diterima

apabila nilai koefisien 5 positif dan secara statistik hipotesis tersebut diterima
apabila tingkat signifikansi pada variabel CFO kurang dari 0,05.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Statistik Deskriptif

Berdasarkan statistik deskriptif, maka diantaranya dapat diketahui nilai


maksimum, minimum dan rata-rata. Nilai maksimum variabel dependen yaitu
CONACC adalah sebesar 7,3288

sedangkan

nilai

minimumnya

sebesar

-17,6088 dan rata-rata (mean) sebesar 0,049683. Variabel MANJ memiliki


nilai minimum sebesar 0,0000 sedangkan nilai maksimum sebesar 0,4987 dan
nilai mean sebesar 0,00192. Variabel PUBLIK memiliki nilai minimum

0,0155

sedangkan nilai maksimum sebesar 0,8652

0,271988. Variabel LEV memiliki


maksimum

sebesar

dan nilai mean sebesar

nilai minimum 0,0031 sedangkan nilai

117,7047

dan

nilai

KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian statistik yang dilihat dari tingkat signifikansi


variabel-variabel independen yang mempengaruhi konservatisme akuntansi
maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan
publik, leverage, dan firm size tidak berpengaruh

terhadap

konservatisme

akuntansi. Dalam penelitian ini hanya variabel operating cash flow yang
berpengaruh secara positif terhadap konservatisme akuntansi.
5.2

Keterbatasan

Penelitian

ini

memiliki

beberapa

keterbatasan

yang

diharapkan

dapat

diperbaiki dalam penelitian selanjutnya. Keterbatasan tersebut antara lain, (1)


hanya menggunakan

satu model pengukuran konservatisme akuntansi yaitu

model Zhang (2007), (2) dalam penelitian ini

hanya

menggunakan

lima

variabel dependen, sehingga kemungkinan masih banyak variabel yang dapat


mempengaruhi konservatisme akuntansi yang tidak dijelaskan dalam penelitian
ini. Selain itu dalam penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur
sebagai sampel, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi
untuk jenis perusahaan lain.
5.3

Saran

Mengingat adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka terdapat beberapa


saran untuk perbaikan pada penelitian-penelitian selanjutnya. Dalam penelitian
selanjutnya sebaiknya peneliti menggunakan atau menambahkan model lain
misalnya model Givoly dan Hyan (2000), Basu (1997), serta model Ball dan
Shivakumar (2005).

Selain itu dapat juga menambahkan variabel-variabel independen seperti ini


intensitas modal, profitabilitas, dan kepemilikan institusional. Jenis perusahaan
lain seperti perusahaan keuangan atau jasa, mengingat hanya perusahaan
manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Anwer S., Billings B.K., Morton R.M., Stanford Haris M. 2002.
The role of Accounting Conservatism Mitigating BondholderShareholder Conflicts Over Dividend Policy and Reducing Debt Cost.
The Accounting Review,Vol.7, No.4,Hal.
867-891.
Ahmed, Anwer S., Scott Duellman. 2007. Accounting Conservatism and
Board of Director Characteristics: An Empirical Analysis. Journal
of Accounting and Economics, Vol. 43, Hal. 411-437.
Alfiana, Yeni., 2006. Creative Accounting: Ditinjau dari Teori
Akuntansi Positif dan Teori Keagenan. Mandiri, Vol. 9, Hal. 45-54.
Almilia, Luciana Spica. 2005.Pangujian Size Hypothesis dan Debt/Equity
Hypothesis yang Mempengaruhi Tingkat Konservatisma Laporan
Keuangan dengan Teknik Multinominal Logit.Journal Bisnis dan
Akuntansi Vol.7, Hal. 1-23.
Angraini, Fivi., Ira Trisnawati. 2008. Pengaruh Earning
Management terhadap Konservatisme Akuntansi.Jurnal Bisnis dan
Akuntansi Vol.10, No.1, Hal. 23-36.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder., Mark S. Beasly., Amir Abadi Jusuf.
2011. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi
Indonesia).Salemba Empat. Jakarta.
Astria, Tia. 2011. Analisis Pengaruh Audit Tenure, Struktur Coorporate
Governance, dan Reputasi KAP terhadap Integritas Laporan
Keuangan. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
Bahaudin, Ahmad Arif.,Provita Wijayanti. 2011.Mekanisme Coorporate
Governance terhadap Konservatisme Akuntansi di Indonesia.
Dinamika Sosial Ekonomi Vol. 7, No. 1, Hal. 86-101

Ball, Ray., Lakshmanan Shivakumar. 2005. Earning Quality in U.K. Private


Firms: Comparative Loss Recognitio TimelinessJournal of
Accounting and Economics, Vol. 39, Hal. 1-45.
Basu, Sudipta. 1997.The Conservatism Principle and The
Asymetric Timeliness Of Earnings. Journal of Accounting and
Economic, Vol. 24, No. 1, Hal 1-51.

Dechow, Patricia M., Weili Ge. 2006.The Persistence of Earning Cash Flows
and The Role of Special Items: Implication of Accrual Anomaly.
Review Accounting Study, Vol.11, Hal.253-296.
Deviyanti, Dyahayu Artika. 2012.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penerapan Konservatisme dalam Akuntansi: Studi pada Perusahaan
yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia.Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Ghozali, Imam., dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Ghozali, Imam.2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
SPSS. BP Universitas Diponegoro. Semarang
Givoly, Dan., Carla Hyan. 2000.The Changing Time Series Properties of
Earning, Cash Flows and Accruals: Has Financial Reporting
Becomes more Conservative?.Journal of Accounting and Economics,
Vol. 29, Hal. 287-320.
Guay, Wayne R. 2008. Conservative of Financial Reporting, Debt
Covenants, and the Agency Cost of Debt. Journal of Accounting and
Economics Vol. 45, Hal. 175-180.
Haniati, Sri., Fitriany. 2010. Pengaruh Konservatisme terhadap Asimetri
Informasi dengan Menggunakan Beberapa Model Pengukuran
Konservatisme. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.
Hellman, Niclas. 2008. Accounting Conservatism under IFRS.
Accounting In Europe, Vol. 5, No. 2, Hal. 71-100.
Hendriksen, Eldon S., Michael F. Van Breda. 1992.Teori Akunting
Ed. 5. Interaksara. Jakarta.
Hongren, Charles T., Gary L. Sudem., Jhon A. Eliot., 2000.
Pengantar Akuntansi Ed. 2.Erlangga. Jakarta

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan.Salemba


Empat, Jakarta,
Jenkins, David S., Uma Velury. 2008. Does Auditor Tenure
Influence In Conservative Earnings?. Journal of Accounting and
Public Policy, Vol. 27, Hal. 115-132

Jensen, M. C., dan William H. Meckling. 1976. Theory of The Firm:


Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal
of Financial and Economic, Vol. 3, No. 4, Hal. 305-360.
Kieso, Donald E., Paul D. Kimmel., Jerry J. Weygandt.2011. Intermediate
Accounting: IFRS Edition. Willey. United States of America.
Lafond, Ryan., Sugatha Roychowdhury. 2007.Managerial
Ownership and Accounting Conservatism. Journal of Accounting
Research, Vol.6, No. 1, Hal. 101-135.
Lafond, Ryan., Watss, Ross L.2006. The Information Role
of Conservatism.
http://ssrn.com/abstract=921619. diakses 29 Maret 2012.
Martani, Dwi., Narita Dini. 2010. The Influence of Operating Cash Flow and
Investment Cash Flow to The Accounting Conservatism Measurement.
Chinese Business Review, Vol. 9, No.6, Hal.1-6.
Nugroho, Ginanjar Adi., 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan
Leverage terhadap Earning Management pada Perusahaan yang
Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro,
Semarang.
Oktadella, Dewanti. 2011. Analisis Coorporate Governance terhadap
Integritas Laporan Keuangan.Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Rahmawati, Fitri. 2010. Pengaruh Karakteristik Dewan sebagai Salah Satu
Mekanisme Coorporate Governance terhadap Konservatisme Akuntansi
di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro,
Semarang.
Sari, Cynthia., Desi Adhariani. 2009. Konservatisme Perusahaan di
Indonesia dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Simposium
Nasional Akuntansi XII Palembang.

Suaryana, Agung.2008. Pengaruh Konservatisme Laba terhadap


Koefisien Respons Laba.Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 3, No. 1.
Sukartha, I Made. Pengaruh Manajemen Laba dan Kepemilikan Manajerial
pada Kesejahteraan Pemegang Saham Perusahaan Target Akuisisi.
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/ok_sukartha.pdf. diakses 27 Februari
2012.
Susiana., Arleen Herawati.2007.Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme
Coorporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan
Keuangan.Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.
Wardhani, Ratna. 2008. Tingkat Konservatisme Akuntansi di Indonesia dan
Hubungannya dengan Karakteristik Dewan sebagai Salah Satu
Mekanisme Good Coorporate Governance. Simposium Nasional
Akuntansi IX. Pontianak
Watts, Ross L. 2003a. Conservatism in Accounting Part I:
Explanation and Implications.
http://ssrn.com/abstract=414522. diakses 11 Januari 2012. .2003b.
Conservatism in Accounting Part II: Eviedence and Research
Opportunities.http://ssrn.com/abstract=438662. diakses 11 Januari
2012.
Watts, Ross L., Zimmerman Jerold L. 1990.Possitive Accounting
Theory: A Ten Year Perspective. The Accounting Review, Vol. 65,
No. 1, Hal. 131-157.
Yazidah, Izzatul. 2011. Pengaruh Mekanisme Internal Coorporate Governance
terhadap Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur
yang Tercatat di BEI Tahun 2004-2009. Thesis Tidak Dipublikasikan.
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Zhang, Jieying. 2007. The Contracting Benefits of Accounting
Conservatism to Lenders and Borrowers. Journal of Accounting and
Economics, Vol. 45, Hal. 27-54.

Anda mungkin juga menyukai