Anda di halaman 1dari 11

PLATYHELMINTES

Makalah Zoologi Avertebrata

Oleh

Dian Islamiati

(341515

Dikny Asti Khaerunisa

( 341515

Ockti Isnayni Darise

(3415150568)

Raghib Azri

(341515

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hewan yang tidak bertulang belakang atau Avertebrata terdiri atas beberapa
jenis dan golongan. Jika ada yang memiliki rangka, maka rangka itu berbeda dengan
rangka biasa yang kita kenal.
Umumnya rangka Avertebrata tersebut ada di luar menyelubungi tubuhnya.
Hewan-hewan yang tidak bertulang belakang semuanya memiliki struktur morfologi dan
anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan bertulang belakang.
Misalnya untuk peredaran darahnya bila kita amati, peredaran darah pada
hewan bertulang belakang telah sempurna dengan jantung yang memiliki kamar-kamar
dan pembuluh yang mempunyai tugas masing-masing.
Jika ada hewan yang tidak bertulang belakang memiliki peredaran darah
tertutup, peredaran darah itu tidak sesempurna peredaran darah katak dan ikan atau
hewan bertulang belakang lainnya.
Selain

peredaran

darahnya,

sistem

pernafasan,

pencernaan,

dan

pengeluarannya pun lebih sederhana. Hal ini berkaitan dengan struktur tubuh Vertebrata
yang jauh lebih rumit dibandingkan dengan struktur tubuh Avertebrata.
Pada makalah ini kami akan menyajikan satu dari filum yang ada pada hewan
tidak bertulang belakang atau Avertebrata. Filum yang akan dibahas ini adalah filum
Platyhelmintes, dimana kita akan membahas mulai dari karakteristik umum dan
karakteristik khusus dari Platyhelmintes hingga peran Platyhelmintes dalam kehidupan
manusia.

2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1.

Bagaimana definisi dari Filum Platyhelmintes?

2.

Bagaimana karakteristik umum dan karakteristik khusus dari Filum Platyhelmintes?

3.

Bagaimana klasifikasi dari Filum Platyhelmintes?

4.

Bagaimana ciri-ciri dari Filum Platyhelmintes?

5.

Apa saja aspek-aspek biologi dari Filum Platyhelmintes?

6.

Bagaimana peranan Platyhelmintes bagi kehidupan manusia?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dari Filum Platyhelmintes;
2. Untuk mengetahui karakteristik umum dan khusus dari Filum Platyhelmintes;
3. Untuk mengetahui klasifikasi filum Platyhelmintes;
4. Untuk mengetahui ciri-ciri dari Filum Platyhelmintes;
5. Untuk mengetahui aspek-aspek biologi dari Filum Platyhelmintes;
6. Untuk mengetahui peranan Platyhelmintes bagi kehidupan manusia.

BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Definisi dan Karakteristik Platyhelmintes

Platyhelmintes merupakan kelompok cacing yang tubuhnya berbentuk pipih (platy =


pipih dan helminthes = cacing ). Kelompok cacing pipih ini memiliki struktur tubuh paling
sederhana dibandingkan susunan tubuh cacing pada filum lainnya.
Platyhelmintes memiliki tubuh pipih dorsoventral tidak berbuku-buku, simetri bilateral,
serta dapat dibedakan antara ujung anterior dan posterior. Lapisan tubuh tersusun dari 3 lapis
(triploblastik aselomata) yaitu ektoderm yang akan berkembang menjadi kulit, mesoderm
yang akan berkembang menjadi otot otot dan beberapa organ tubuh dan endoderm yang
akan berkembang menjadi alat pencernaan makanan.
Filum Platyhelminthes terdiri dari sekitar 13,000 species, terbagi menjadi tiga kelas;
dua yang bersifat parasit dan satu hidup bebas. Planaria dan kerabatnya dikelompokkan
sebagai kelas Turbellaria. Cacing kait adalah parasit eksternal atau internal dari Kelas
Trematoda. Cacing pita adalah parasit internal dari kelas Cestoda..
Pada Platyhelmintes sudah tedapat alat atau organ sederhana seperti pharynx yang
bersifat musculer, ocelli dan alat-alat yang lebih kompleks misalnya organ genitalia dan organ
excretoria.
Namun mereka masih mempunyai systema gastrovasculare seperti diketemukan pada
Coelenterata dengan hanya satu muara keluar yang berfungsi baik sebagai mulut maupaun
sebagai anus.

Platyhelmintes memiliki tubuh pipih, lunak dan epidermis bersilia. Cacing pipih ini
merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Hidup
biasanya di air tawar, air laut dan tanah lembab.
Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Cacing parasit ini
mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat
pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel.
Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan.
Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus. Contoh Platyhelmintes adalah
Planaria.
Planaria mempunyai sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, faring, usus (intestine)
yang bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2 cabang lagi ke bagian samping
tubuh.
Percabangan ini berfungsi untuk peredaran bahan makanan dan memperluas bidang
penguapan. Planaria tidak memiliki anus pada saluran pencernaan makanan sehingga
buangan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut. Perhatikan gambar susunan saluran
pencernaan Planaria berikut ini.

Gambar 1. Susunan saluran pencernaan Planaria

1. Sistem Eksresi
Sistem ekskresi pada cacing pipih terdiri atas dua saluran eksresi yang memanjang
bermuara ke pori-pori yang letaknya berderet-deret pada bagian dorsal (punggung). Kedua
saluran eksresi tersebut bercabang-cabang dan berakhir pada sel-sel api (flame cell).
Perhatikan gambar sistem eksresi dan sel api Planaria di bawah ini.

Gambar 2. a) Susunan saluran eksresi pada Planaria; b) Sel api (flame cell)
Platyhelminthes adalah merupakan sebagian besar acelomata yang mempunyai 3
(tiga) lapisan dermoblast, yaitu berturut-turut dari luar ke dalam:
o Ectiderm
o Mesoderm
o Entoderm
Pada Platyhelminthes dari lapisan-lapisan tersebut akan terbentuk alat-alat yaitu dari
ectoderm misalnya membentuk epidermis yang selanjutnya akan terbentuk cuticula.
Mesoderm membentuk lapisan-lapisan otot, jaringan pengikat dan alat reproduksi. Dan
entoderm akan terbentuk gastrodermis.

2. Sistem Saraf
Sistem saraf berupa tangga tali yang terdiri dari sepasang ganglion otak di bagian
anterior tubuh. Kedua ganglia ini dihubungkan oleh serabut-serabut saraf melintang dan dari
masing-masing ganglion membentuk tangga tali saraf yang memanjang ke arah posterior.
Kedua tali saraf ini bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Perhatikan gambar sistem saraf
Planaria berikut!

Ada beberapa macam sistem syaraf pada cacing pipih :


Sistem syaraf tangga tali merupakan sistem syaraf yang paling sederhana. Pada sistem
tersebut, pusat susunan saraf yang disebut sebagai ganglion otak terdapat di bagian kepala
dan berjumlah sepasang.
Dari kedua ganglion otak tersebut keluar tali saraf sisi yang memanjang di bagian kiri
dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan serabut saraf melintang. Pada cacing pipih yang
lebih tinggi tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun dari sel saraf (neuron) yang dibedakan
menjadi sel saraf sensori (sel pembawa sinyal dari indera ke otak), sel saraf motor (sel
pembawa dari otak ke efektor), dan sel asosiasi.

3. Sistem Reproduksi
Reproduksi pada cacing pipih seperti Planaria dapat secara aseksual dan secara
seksual. Reproduksi aseksual (vegetatif) dengan regenerasi yakni memutuskan bagian tubuh.
Sedangkan reproduksi seksual (generatif) dengan peleburan dua sel kelamin pada hewan
yang bersifat hemafrodit.
Sistem reproduksi seksual pada Planaria terdiri atas sistem reproduksi betina meliputi
ovum, saluran ovum, kelenjar kuning telur. Sedangkan reproduksi jantan terdiri atas testis,
pori genital dan penis. Perhatikan gambar sistem reproduksi Planaria.

Gambar 4. Sistem reproduksi Planaria

Selanjutnya perhatikan gambar reproduksi aseksual Planaria di bawah ini!

Gambar 5. Reproduksi aseksual Planaria


A.Terpotong secara alami
B. Dibelah dua
C. Dibelah tiga

4. Cestoda

Cestoda adalah cacing yang berbentuk pipih seperti pita yang merupakan endoparasit dan
dikenal sebagai cacing pita. Cacing dalam kelas cestoda disebut sebagai cacing pita, hal ini
karena bentuk tubuh cacing tersebut yang panjang dan pipih menyerupai pita. Cacing ini
tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun pembuluh darah. Tubuhnya memanjang dan
terbagi atas segmen-segmen yang disebut proglotida dan segmen ini bila sudah dewasa akan
berisi alat reproduksi jantan dan betina. Infeksi cacing pita bisa disebut juga dengan
Taeniasis.
Banyak tipe-tipe cacing pita hidup di dalam intestinum dari hampir semua hewan-hewan
Vertebrata. Species dari genus Taenia hidup sebagai bentuk dewasa di dalam tractus
digestivus manusia.
Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan.
Sistem eksresi terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel api. Sistem saraf
sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang.
Contoh Cestoda yaitu:
a) Taenia saginata (dalam usus manusia)
b) Taenia solium (dalam usus manusia)
c) Choanotaenia infudibulum (dalam usus ayam)
d) Echinococcus granulosus (dalam usus anjing)
e) Dipylidium latum (menyerang manusia melalui inang protozoa)

Anda mungkin juga menyukai