Anda di halaman 1dari 3

Letusan Gunung inabung Tingkatkan Kesuburan Tanah

Ferisman Tindaon*)

Pemerhati Lingkungan dan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah di Fakultas Pertanian
Universitas HKBP Nommensen Medan E-mail : Ferisman_Tindaon@yahoo.com

Gunung Sinabung yang terletak di kabupaten Karo, Sumatera Utara telah meletus kembali,
menyemburkan abu vulkanik hingga mencapai ketinggian 7-8 kilometer dan belasan ribu orang
saat ini ditampung di berbagai tempat evakuasi. Dilaporkan bahwa abu vulkan letusan gunung ini
menyebar jauh hingga mencapai kota Medan yang terletak sekitar 80 km dari lokasi letusan gunung
bahkan ke beberapa kabupaten lain di Sumatera Utara seperti Deli Serdang,Serdang Bedagai,
Langkat bahkan hingga ke provinsi Aceh khususnya Kecamatan Bakongan di Kabupaten Aceh
Selatan. Sebelumnya gunung Sinabung ini tercatat tidak pernah meletus sejak tahun 1600, dan
pada tahun 2010 mendadak aktif pada bulan Agustus dan September 2010. Namun, letusan abu
vulkan dalam tahun 2013 khususnya bulan November 2013 ini menunjukkan aktivitas vulkaniknya
yang terus meningkat sehingga dinaikkan statusnya menjadi awas (level IV) yang merupakan
status tertinggi dalam aktivitas gunung api. Kenaikan status itu terhitung Minggu (24/11 2013)
pada pukul 10.00 WIB yang lalu hingga saat ini dinyatakan bahwa radius 5 km dari kawah gunung
tersebut harus dikosongkan.
Memang belum ditetapkan pemerintah pusat bahwa letusan Gunung Sinabung sebagai peristiwa
bencana nasional. Namun gelombang pengungsi yang capai puluhan ribu orang akan memerlukan
penanganan yang amat serius dalam menangani logistik mereka, dampak debu yang menyebar dan
meluas akan menimbulkan masalah kesehatan dan pernapasan dan dampak sosial yang di timbulkan
juga sudah di depan mata dengan tingkat stress pengungsi yang sudah berminggu minggu di
pengungsian. Menurut Kepala Dinas Pertanian Sumatera Utara, kerugian materi di sektor pertanian
di Kabupaten Karo, Sumut, akibat meletusnya Gunung Sibanung, diperkirakan mencapai Rp1
triliun lebih karena banyak tanaman masyarakat yang rusak.Hasil pendataan yang dilakukan hingga
18 Desember 2013, jumlah lahan pertanian yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung
mencapai 29.885 hektare lebih yang terdiri 20.219 ha tanaman pangan dan 9.666 hektare tanaman
holtikultura. Jumlah lahan pertanian yang rusak itu tersebar di empat kecamatan yakni Kecamatan
Namanteran, Kecamatan Payung, Kecamatan Tiganderket, dan Kecamatan Simpang Empat.
Tanaman pangan yang terkena dampak erupsi itu adalah padi (512 hektare), padi gogo (2.842
hektare), jagung (16.736 hektare), ubi jalar (127 hektare), dan keladi (dua hektare).
Adapun tanaman holtikultura yang terkena adalah sayuran (7.088 hektare), buah-buahan (2.569
hektare), dan tanaman hias (Antara, 17 Januari 2014). Penetapan bencana Gunung Sinabung
sebagai bencana nasional sebenarnya telah memenuhi definisi bencana sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, dikatakan bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana gunung meletus di Indonesia sebenarnya
bukan lagi menjadi sebuah bencana yang asing, mengingat Indonesia berada di kawasan cincin api
pasifik atau ring of fire. Berada di kawasan itu memungkinkan Indonesia mengalami bencana
letusan gunung berkali-kali tiap tahunnya, yang tidak bisa diprediksi kedatangannya. Secara
geografis, Indonesia memang memiliki banyak sekali gunung berapi . Gunung-gunung berapi
tersebut siap meletus kapan saja. Seperti halnya yang terjadi ketika letusan Gunung Krakatau 1883
atau letusan Gunung Merapi di Yogjakarta pada tahun 2010. Tentu, keterkejutan menyelimuti
masyarakat Indonesia, ditambah dengan kecemasan dan ketakutan yang maha dahsyat pada saat itu.

Dampak Terhadap Kehidupan Manusia


Bergantung kepada besarnya kekuatan letusan gunung api tersebut namun secara umum dampak
yang mungkin terjadi terhadap kondisi sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat khususnya
sekitar lokasi letusan gunung berapi. Penderitaan masyrakat akibat letusan gunung berapi yang
dapat menelan korban jiwa, terluka atau harus mengungsi dari rumahnya untuk sementara harus
tinggal di tempat yang sangat terbatas fasilitasnya dengan fasilitas di rumahnya sendiri sebelumnya.
Dibutuhkan logistik makanan untuk para pengungsi, selain pangan mereka juga butuh pakaian,
selimut agar tidak kedinginan, bahkan kamar mandi untuk kebersihan diri. Letusan gunung juga
menyebabkan perubahan kegiatan ekonomi daerah tersebut, harga-harga sayuran dan produksi
pertanian segera meningkat sedangkan pengungsi sendiri tidak memperoleh pendapatan selama
kondisi bencana. Kemungkinan terjadi pergerakan manusia dari daerah bencana menuju kota atau
daerah lain, sedangkan lokasi gunung yang meletus untuk sementara tertutup untuk semua kegiatan
pertanian, wisata yang secara umum berpengaruh kepada aktivitas ekonomi bahkan pendapatan
daerah tersebut. Ancaman selanjutnya akan berlanjut terhadap kesehatan penduduk akibat abu
letusan yang terbawa angin, kemungkinan banjir pada saat hujan karena sedimentasi yang sangat
besar volumenya. Bahkan sering terjadi adanya letusan gunung berapi seperti ini menyebabkan
ancaman terhadap keselamatan penerbangan yang berakibat terhadap aktivitas perekonomian
regional ataupun nasional.
Secercah Harapan di Balik Bencana
Letusan gunung berapi akan membawa perubahan kondisi yang menguntungkan pada tanah-tanah
pertanian yang terjangkau material letusan gunung ini. Berkah dibalik derita bencana ini khususnya
bagi para petani karena akan merubah status kesuburan tanah menjadi tinggi yang merupakan
proses alam yang memulihkan kondisi daya dukung kesuburan tanah. Tanah- tanah di lokasi
tersebut akan mengalami peremajaan dan pengayaan hara secara alami. Banyaknya hara yang
diberikan oleh abu letusan gunung ini sangat bergantung dari tebalnya tutupan abu dan kandungan
hara mineralnya. Biasanya sifat kimia abu letusan dibedakan atas kandungan silika, abu bersifat
basis, intermedier dan masam. Secara umum sifat kimia abu letusan dapat dibedakan berdasarkan
kandungan silika (SiO2%) yaitu abu bersifat basis (45-55%), intermedier (55-62%) dan masam
(>62%). Makin masam abu letusan makin sedikit cadangan unsur hara yang dilepaskan. Sebagai
contoh hasil analisa abu letusan gunung Merapi di Yogjakarta pada tahun 2010 (Balitbang
Pertanian, 2011), disebutkan bahwa setiap satu cm ketebalan tutupan abu vulkan mempunyai
potensi cadangan unsur hara makro kalsium sebesar 7,3 ton/ha atau setara dengan 18 ton kapur.
Kandungan cadangan unsur kalium sebesar 2,4 ton/ha atau setara 4,7 ton pupuk KCl, sedangkan
fosfor sebesar 240 kg/ha atau setara 1,5 ton pupuk SP-36 serta unsur belerang (S) sebesar 120 kg/ha
atau setara 0,4 ton kiserit. Upaya yang segera harus dilaksanakan setelah letusan gunung berapi ini
adalah pemulihan status lahan yang tertutup debu vulkan menjadi lahan produktif. Perlu dilakukan
analisa awal untuk mengenali sifat-sifat bahan tutupan abu vulkan, ketebalan tutupan, ukuran
partikel, kandungan mineral dan unsur kimianya sebagai dasar upaya percepatan pemulihan lahan.
Bongkah batuan memerlukan waktu ratusan sampai jutaan tahun untuk mengalami pelapukan,
sedangkan partikel berukuran pasir sampai debu halus akan melapuk lebih cepat terutama pada
temperatur dan curah hujan yang tinggi. Bahan-bahan ini sangat kaya akan mineral yang mudah
melapu seperti felspard dan ferromagnesian yang merupakan mineral yang banyak mengandung
berbagai jenis hara (reserved nutrient). Jika dibawah kondisi suhu dan curah hujan tinggi dan
digabungkan dengan pengunaan tenologi sederhana, pelapukan mineral pembawa cadangan hara ini

dapat dipercepat. Secara ringkas, percepatan pelarutan abu letusan vulkan dapat dilakukan dengan
mencampur abu letusan dengan bahan organik seperti pupuk kandang, kompos, blotong, jerami atau
serasah bahan organik. Adanya asam-asam organik diharapkan akan mampu melepaskan hara yang
terikat dalam struktur mineral dari abu letusan. Kondisi saat ini sangat menguntungkan jika
didukung kondisi kelembaban tanah disaat awal musim penghujan ini. Sebuah berkah dibalik
bencana letusan gunung berapi bagi para petani khususnya, juga merupakan karunia daripadaNya.

Anda mungkin juga menyukai