Sebagai ahli gizi sudah menjadi kewajiban untuk dapat bertanggung jawab
atas profesinya,
kewajiban tersebut karena Ahli Gizi yang profesional seharusnya memiliki ciri
yaitu bertanggung jawab. Walaupun yang bertanggung jawab atas makanan
yang akan diberikan kepada pasien adalah cook dan service. Namun, ahli gizi
juga perlu melakukan tester dan pengecekan ulang kepada makanan tersebut
agar tidak terjadinya keracunan dan kekeliruan makanan yang tertukar pada
pasien. Seorang ahli gizi harus mampu melibatkan diri secara aktif dan tidak
sekedar bertahan pada peran yang telah ditetapkan, pada kasus ini ahli gizi
tersebut kurang aktif untuk dapat berkoordinasi dengan maupun tenaga
kesehatan lainnya.
Profesionalisme :
Kualitas yang dihasilkan dari ahli gizi tersebut kurang memuaskan, hal ini
disebabkan karena kurang terampilnya ahli gizi tersebut dalam menjalankan
tugasnya yang ditandai dengan ahli gizi tersebut menyebabkan pasien mengalami
keracunan karena pemberian makan kepada pasien makanan yang sudah tidak
layak dikonsumsi, tidak melakukan monitoring gizi dan tidak berkoordinasi
dengan cermat, sehingga ahli gizi tersebut tidak memenuhi standarsebagai ahli
gizi yang kompeten.
2
disarankan agar ahli gizi tersebut lebih memantau perkembangan pasien dengan
cara memonitoring kondisi pasien dan menjalin komunikasi serta kerjasama
dengan profesi lain (misalnya: dokter, suster, dan penjamah makanan), agar saat
ahli gizi sedang tidak bertugas profesi lain yang berhubungan dengan pasien dapat
ikut memantau kondisi pasien dan tidak akan terjadi kesalahan nyaris fatal agar
tidak menyebabkan kejadian yang tidak diinginkan.
Seorang ahli gizi memang HARUS melakukan komunikasi dan kerjasama
dengan profesi lain, sehingga miss komunikasi antar profesi tidak akan terjadi. Di
dalam kode etik profesi ahli gizi juga dikatakan bahwa seorang ahli gizi harus
Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan
pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan. Seorang ahli gizi harus
menyadari bahwa tidak setiap waktu dia berada dekat dengan pasien yang sedang
dia tangani, ada kalanya dia memerlukan waktu untuk hal lain yang menyebabkan
dia tidak dapat memantau kondisi pasiennya. Jika hal itu terjadi, maka ahli gizi
harus melakukan pencegahan agar dia tidak kehilangan pantauan terhadap
pasiennya, hal itu dapat dilakukan dengan cara menjalin koordinasi dengan profesi
lain.
4
AD/ART PERSAGI
Jawab:
Ahli gizi pada kasus tersebut tidak sesuai dengan pasal 3 ayat 1 yang terdapat
di dalam AD/ART PERSAGI mengenai Kewajiban Anggota yang berbunyi :
langsung,
Pimpinan Daerah.
dan
memberitahukannya
kepada
Dewan
profesi gizi dimana para sarjana gizi yang akan memulai praktek diharapkan
menempuh program pendidikan profesi gizi terlebih dahulu. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan kompetensi tenaga gizi dan mengantisipasi era globalisasi
yang sudah dipelupuk mata serta merupakan keadaan yang tidak bisa ditawartawar lagi. Dalam hal ini ahli gizi RS tersebut kurang berkompetensi dalam
menjalankan tugasnya yang bisa dilihat karena tidak melakukan monitoring dan
koordinasi dengan cermat. Mungkin karena ahli gizi RS tersebut belum bisa
memahami dan mengembangkan pelajaran pelajaran yang didapat waktu
menempuh pendidikan gizi.