PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tafsir al-Ibrz yang mempunyai judul lengkap al-Ibrz li Marifat
Tafsr al-Qurn al-Azz merupakan salah satu karya KH. Bisyri Mushthafa
yang cukup dikenal di kalangan para muslim jawa, khususnya di lingkungan
pesantren.Tafsir Al-Ibris pun sengaja menggunakan bahasa JawaPegon dalam penyusunannya karena K.H Bisyri Musthafa
menginginkan agar ilmu yang beliau peroleh itu dapat
bermanfaat.
Sehingga
selain
untuk
diri
sendiri
Bisyri
dan
tanggung
jawab
terhadap
kepentingan
keluarga.
Adapun terdapat delapan sumber penafsiran yang
dalam menafsirkan ayat-ayat al-quran, yaitu; Al-Quran, Assunnah, Qaul Sahabat, Qaul Tabiin, Kaidah-kaidah bahasa
Arab, Kisah israiliyyat, Teori ilmu pengetahuan, dan yang
terakhir pendapat para Mufassir terdahulu.
Tafsir al-Ibriz termasuk pada kategorisasi tafsir dengan
bentuk bi almatsur. Kategorisasi ini ditunjukkan dari dominasi
sumber-sumber
penafsirandi
atas.
Sedangkan
dalam
riwayat
rayu diperbolehkanpenggunaannya.
Rumusan Masalah
1. Seperti apa biografi KH. Bisyri Mustopa dan karyanya?
2. Bagaimana metodologi penulisan tafsir Al-Ibriz?
Tujuan
Mengetahui biografi KH. Bisyri Mustofa dan karyanya
Mengetahui metodologi penulisan tafsir Al-Ibriz
BAB II
PEMBAHASAN
Bisri
Mustofa
setelah
menunaikan
Zainal
Sebelumnya
H.Zainal
kemudian
terkenal
Mustofa
bernama
dengan
Djaja
sebutan
Beliaumerupakanseorangpedagang
kaya
H.Yahya.
Ratiban,
Djojo
yang
Mustopo.
danbukanseorangkyai.
ibu
Mashadi
masih
Makasar,
mempunyai
merupakan
darah
anak
keturunan
dari
pasangan
dari
ayah
bernama
E.
Sjamsuddin
dan
ibu
Datuk
Djijah.2
Mashadi merupakan putra pertama dari empat bersaudara,
yaitu : Mashadi, Salamah(Aminah), Misbach, danMasum. Selainitu,
Bisri Mustofa juga mempunyai beberapa saudara tiri lagi dari kedua
orang
tuanya.
(Dakilah)
Pernikahan
ayahnya
dengan
istri
sebelumnya
Maskanah.
sebelumnya
Sedangkan
pernikahan
juga dikaruniai
ibunya
dengan
Dalimin
danTasmin.
Di usianya yang keduapuluh, Bisri Mustofa dinikahkan oleh
gurunya yakni KH. CholildariKasingan (tetanggaPesawahan) dengan
seorang gadis bernama Marufah yang tidak lain adalah putri KH.
Cholilsendiri. Dari pernikahannya
ini,
Bisri
Mustofa
dikaruniai
ke
sekolah
HIS
(Hollands
Inlands
School).
Saatitu,
di
Rembangterdapattigamacambentuksekolah, yaitu:
a.
Europese
School,
terdiridarianakkalanganatas,
yang
memiliki
sepertianak-anakpriyayi,
murid
bupati,
ataupunasistenPresiden.
b.
HIS
(Hollands
Inlands
School),
yang
memiliki
murid
SekolahJawa
(SekolahOngkoLoro),
yang
memiliki
murid
tidak
mondhok
beberapa
bulan,
maka
pada
oleh
teman-temannya.
Setelah
menunaikan
masa
Kasingan.
Dan
selanjutnya,
Di Mekkah,
lain
secara
mengaisi
ceramah-ceramah
(pengajian)
keagamaan.
Mushthafa
pada
permulaan
tahun
1930
di
mondok
pada
kyai
cholil.
Bisyri
Mushthafa
kemudian
dari
pendidikan
KH.Bisyri
Mushthafa
pada
akhirnya
Bisyri
Mushthafa
20. An-Nabras
21. Manasik Haji
22. Kasykul
23. Ar-Risalatu al-Hasanah
24. Al-Wasaya Lil Aba Wal Abna
25. Islam dan Keluarga Berencana (KB)
26. Kutbah Jumat
27. Cara-caranipun Ziarah lan Sintenke Mawon Walisongo Punika
28. At-Taliqat al-Mufidah Li al-Qasidah al-Munfarijah
29. Syair-syair Rajabiyah
30. Al-Mujahadah wa ar-Riyadah
31. Risalah al-Ijtihad Wa at-Taqlid
32. Al-Habibah
33. Al-Qawaidu al-Fiqhiyyah
34. Buku Islam dan Shalat
35. Buku Islam dan Tauhid, dan lain-lain.9
Karya-karya KH. Bisyri Mushthafa sebagaimana di atas, pada umumnya ditunjukkan
pada dua kelompok sasaran.
Pertama, kelompok santri yang sedang belajar di pesantren. Biasanya karyanya
berupa ilmu Nahwu, ilmu Sharaf, ilmu Mantiq dan ilmu Balaghah.
Ke-dua, kelompok masyarakat umum di pedesaan yang giat dalam pengajian di Surau
atau di Langgar, dalam hal ini karya-karyanya lebih banyak berupa ilmu-ilmu praktis
yang berkaitan dengan ibadah.
C. Latar Belakang Penyusunan Tafsir Al-Ibriz
Tafsir al-Ibrz yang mempunyai judul lengkap al-Ibrz li Marifat Tafsr alQurn al-Azz merupakan salah satu karya KH. Bisyri Mushthafa yang cukup
dikenal di kalangan para muslim jawa, khususnya di lingkungan pesantren. Tafsir AlIbris
pun
sengaja
menggunakan
bahasa
Jawa-Pegon
dalam
yang beliau peroleh itu dapat bermanfaat. Sehingga selain untuk diri
sendiri Bisyri berkeyakinan ilmu harus bermanfaat juga bagi orang
lain. Dan karena adanya kepentingan ekonomi yang didasari atas
kesadaran dan tanggung jawab terhadap kepentingan keluarga.10
Tujuan KH. Bisyri Mushthafa menulis Tafsir al-Ibriz ini agar umat
Islam dari berbagai latar belakang bahasa yang berbeda, bisa lebih
untuk memahami pesan maupun makna yang terkandung di dalam
al-Quran. Dan KH. Bisyri Mushthafa juga ingin turut serta untuk
menyebarkan
pesan
menghadirkan
Tafsir
dan
makna
al-Quran
dalam
berbahasa
al-Quran
jawa.
Selain
dengan
untuk
Jilid I terdiri atas juz 1-10 dari Qs. Al-Fatihah sampai Qs. AtTaubah:93, Jilid II terdiri dari Juz 10-20 dari surat At-Taubah:94
sampai Qs. Al-Ankabut: 44, Jilid III dari juz 21-30 dimulai dari Qs. AlAnkabut: 46 sampai Qs. An-Nas: 6.
Berkaitan dengan sistematika penulisan kitab tafsir dikenal adanya tiga
sistematika penulisan. Pertama, sistematika mushafi, yaitu berpedoman pada susunan
ayat dan surat dalam mushaf. Kedua, sistematika nuzuli atau zamani, yaitu didasarkan
pada kronologis turunnya surat-surat dan ketiga, sistematika maudhui, yaitu
didasarkan pada tema-tema tertentu.11 Sedangkan di dalam Tafsir al-Ibriz, sistematika
10 Di kutip dari Kumpulan makalah Sejarah Tafsir di Indonesia, oleh Dr.
Rosihon Anwar, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2008
11Amin al-Khulli, Manahij Tajdid fi an-Nahwi wa al-Balagah wa at-Tafsir wa al-Adab,(Mesir: Darul
Marifah, 1961), h. 300-306
10
terdapat
delapan
sumber
penafsiran
yang
dalam
(perintah
Allah).
Dan
barangsiapa
berhala-berhala
yang
najis
itu
dan
jauhilah
dengan
Hadits
Nabi
yang
di
riwayatkan
oleh
:
.
jawaban,
memang
yang
demikian
ini
yang
meminta bukan
sehingga
apabila
ia
tidak
meminta
setelah
perang
Badar,
penjelasannya
adalah
sebagai berikut:
Sahabat Umar mengatakan bahwa untuk menghadapi
tawanan perang beliau sepakat untuk dibunuh saja. Dan
13Ibid,.686-687
12
Umar
meminta
bagian
untuk
memenggal
leher
dari
ini
berbeda
bagi
tawanan
perang
diwajibkan
masuk
kemungkinan suatu
Islam,
untuk
menjaga
untuk
Kita
saat
harus
mereka
keislaman
anak
seperti yang
mempunyai
perwatakan
dikatakan oleh
Rasul
yang
sendiri
, menjadi,
nya menggunakan
makna lafaz .Lafaz taalluq kepada lafaz
ini
menjadi
dengan
lam-nya
dikumpulkan
di
bahwa
kisah.
penafsiran tersebut
Meskipun
diambil
beliau sendiri
dari
sebuah
tidak menyatakan
namun
yang
beliau
menyatakan
dalam
Hikayathal ini dapat kita lihat dalam penafsiranya Surat AlAraf ayat 136, tentang kisah Nabi Musa yaitu sebagai
berikut:
Pungkasane Allah Taala nyeksa kaume Firaun. Kaum e
Firaun di kerem ana ing tengahe segara, sebab aggane
padha anggarah ake ayat-ayate Allah Taala lan anggane
padha lali saking ayat-ayate All ah Taala.
(Qissah) Sakwuse Firaun kalah anggane tanding lawa n
Nabi Musa,
Firaun tambah nemen anggane anggencet Bani Israil .
Bani Israil
sambat-sambat, Nabi Musa nuli doa, Allah Taala nu
runake
seksa
dina
Mengkan a
banjir
ora
carane:
sakteruse.
surut-surut
Qibti-
Bareng
wis
tetep
sak
didoake, lan
bani
namung
mangan
budhal menyang
lengkap,
muleh
wis
pasar
dadi
nganggo
udo,
penganggo
merga sandangane
banget
ngoronge,
anjaluk
banyu
di
arep
diombe,
wis
ma ngkleh
rupa
getih.
ora
ana,
kapeksa
namung
getih.
pirangpirang
Sehingga
dina
kepeksa
namung
Firaun
ngombe
sak
getih.
kaume
Waallahu
Alam.16
Dari pemaparan kisah Israiliyyat di atas, jelas sekali
tidak
dibarengi
dengan
penyebutan
sanad
16Ibid,.h. 453-454
15
tersebut,
namun KH
Bisri
Mustofa
hanya
Allah semata.
Pendapat Mufassir terdahulu
Contoh penafsiran KH Bisri Mustofa yang disertai
dengan pengutipan
pendapat
mufassir
terdahulu
Sak
golongan
ndhuwe
panemu Fi
manut
tafsir
al
Manar.
Golongan
utawa
danda n.dandan
madrasah-madrasah,
Golongan
awal
ora
masjid, langgar-
darul
aitam
lan
wani
nasarufake
liyakaya
:
Adapun sumber penafsiran yang telah kita ketahui ada dua
macam, yaitu bi al-Mathur dan Bi al-Rayi.
Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah,
daging babi, dan daging hewan yang disembelih dengan menyebut
nama selain Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa memakannya, bukan
karena menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka
tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.18[20] (QS. al-Baqarah, 2:173)
Yang mana banyak aliran atau kelompok-kelompok yang salah
memahami ayat ini. Sebab mereka hanya memahami ayat tersebut
secara lahiriyah saja. Yang mana mereka menganggap sesuatu
selain yang disebutkan dalam ayat tersebut halal. Padahal Nabi
Muhammad bersabda bahwa hewan yang kuat tajam taringnya dan
hewan yang kuat cengkramannya termasukn dalam hewan yang
haram. Masalah ini beliau jelaskan dalam tafsirnya berikut:
"Sebagian orang ada yang salah faham, yaitu hal-hal yang diharamkan oleh Allah
SWT hanyalah bangkai, darah, daging babi, dan juga hewan yang disembelih bukan
atas nama Allah. Mereka kemudian berpemahaman bahwa selain yang disebutkan di
atas, hukumnya halal, seperti harimau, kucing, ular, anjing, kalajengking, kelabang,
lalat, dan sebagainya. Pemahaman seperti ini keliru. Sebab selain ayat tersebut,
kanjeng nabi Muhammad juga mensabdakan haramnya hewan yang kuat, tajam
siungnya, dan hewan yang kuat cengkramannya. Padahal sabda kanjeng Nabi juga
merupakan wahyu dari Allah. Maka dari itu kita tidak bisa cukup hanya paham dhahir
ayat saja. Untuk menetapkan sebuah hukum, kita harus menyelidiki ayat-ayat (AlQur'an) yang lain, hadis, ijma', dan juga qiyas".
Di sini tampak jelas Bisri menekankan adanya penggunaan ijtihad (halam hal
ini qiyas) untuk memahami ayat tersebut secara komprehensif. Lebih lanjut
18[20] QS. al-Baqarah, 2:173
17
sebetulnya Bisri ingin menegaskan sebetulnya yang dituju Al-Quran dalam ayat
tersebut sebetulnya bukan semata-mata diharamkannya ketiga hal yang disebutkan di
atas, melainkan illat atau alasan mengapa hal-hal tersebut diharamkan. Kemudian dari
illat tersebut digunakan untuk meng-qiyas-kan hukum-hukum lain.
2. Metode Penafsiran
Metode penafsiran yang digunakan dalam Tafsir al-Ibriz jika
dilihat dalam penyusunannya adalah menggunakan metode tahlili
(Mushafi), yaitu dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri surat alNas. sedangkan jika dilihat dari keluasan tafsirnya, bisa disebut
menggunakan metode ijmali, yaitu yang memulai uraiannya dengan
mengemukakan arti kosa kata, diikuti dengan penjelasan mengenai
arti global ayat, yang disertai dengan membahas munasabah
(korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat
tersebut satu sama lain, disampimg itu juga mengemukakan sabab
an-nuzul (latar belakang turunnya ayat) dan dalil-dalil yang berasal
dari Rasul, sahabat dan para tabiin yang kadang-kadang bercampur
baur dengan pendapat para penafsir itu sendiri yang diwarnai
dengan latar belakang pendidikannya dan kondisi sosial masyarakat
pada saat itu.19
Adapun Metode Khususnya Bisri Mustofa dalam penyusunan
tafsirnya
berdasarkan
mushaf
Usmani.
Yang
mana
beliau
Sahh Bukhari
dan Sahh Muslim, al-Ashbah wa al-Nadair dan al-Aqwl al-Sunan alSittah. selsin itu, beliau juga menguasai Alfiah Imam malik Yang
membuatnya ahli di berbagai bidang ke ilmuan islam, serta beliau
juga menghabiskan waktunya di pesantren mengajarkan ilmu-ilmu
ke islaman.
Tujuan Penafsiran
Sebagaimana tertulis dalam mukodimah tafsir al-Ibriz bahwa
tujuan penafsirannya adalah untuk menjelaskan makna-makna ayat,
terutama ayat-ayat al-Quran yang sulit difahami untuk para
santrinya, juga supaya para santrinnya mengerti bagaimana cara
memahami ayat ayat al-Quran.
Dengan kata lain, yang lebih mendominasi penafsiran al-Ibriz
adalah saqofah nya. beliau mencurahkan segala pengetahuannya
dalam
penafsirannya.
dapat
dibuktikan
dengan
beliau
pendapat tersebut.
- Ketiga, Tafsir ini menggunakan bahasa yang mudah difahami.
2. Kekurangan;
- Pertama, pengambilan sumber Hadits tidak di sertai sanad yang lengkap
-
Ahli Tafsir.
Ke-tiga, tidak adanya daftar isi dalam Kitab Tafsir al-Ibriz.
Ke-empat, tidak menggunakan tulisan Roman 23
23Di kutip dari Kumpulan makalah Sejarah Tafsir di Indonesia, oleh Dr. Rosihon
Anwar, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2008
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bisri Mustofa dilahirkan di kampung Sawahan, Rembang,
Jawa Tengah pada tahun 1915 dengan nama asli Mashadi
(yang kemudian diganti menjadi
menunaikan
Bisri
Mustofa
setelah
ibadah
haji).
BisriMustofamerupakanputrapertamadaripasangan
H.Zainal
MustofadenganisterikeduanyabernamaHj. Chotijah.24
H. Zainal MustofaadalahanakdariPodjojoatau H.Yahya.
SebelumnyaH.ZainalMustofabernamaDjajaRatiban,
yang
kemudianterkenaldengansebutanDjojoMustopo.
Beliaumerupakanseorangpedagang
danbukanseorangkyai.
Akan
kaya
tetapibeliaumerupakan
orang
ibu
Mashadi
21
Ilmu
Mantiq/Logika
dan
lain
sebagainya.
Kesemuanya itu berjumlah kurang lebih 176 judul. Bahasa yang dipakai
bervariasi, ada yang berbahasa Jawa bertuliskan Arab Pegon, ada yang
berbahasa Indonesia bertuliskan Arab Pegon, ada yang berbahasa Indonesia
bertuliskan huruf Latin dan ada juga yang menggunakan bahasa Arab.
Adapun terdapat delapan sumber penafsiran yang
dalam menafsirkan ayat-ayat al-quran, yaitu; Al-Quran, Assunnah, Qaul Sahabat, Qaul Tabiin, Kaidah-kaidah bahasa
Arab, Kisah israiliyyat, Teori ilmu pengetahuan, dan yang
terakhir pendapat para Mufassir terdahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Huda
Achmad
Zainal, Mutiara
Pesantren
Perjalanan
2005
Chakim Luqman ,Tafsir-tafsir ayat nasionalisme dalam Tafsir
al-Ibriz
karya
K.H
Bisyri
Musthafa,
Fakultas
Ushuluddin
IAIN
22