Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kesehatan menurut Undang Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigma sehat
dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk
meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun
sosial. Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga,
dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup
bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan
pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing (Depkes RI, 2002).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat (Dinkes Jabar, 2010).
Di Puskesmas Kramat pada tahun 2015 terdapat 10 penyakit terbanyak seperti ISPA,
Hipertensi, Dermatitis, Diare, Penyakit kulit infeksi, DM yang bisa dicetuskan oleh PHBS.
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

KODE
J00-01
I10
M13
K30
L230
A09
J02
L08
22
E11

JENIS PENYAKIT
ISPA
Hipertensi
Jaringan Ikat dan otot
Gastritis / Dispepsia
Dermatitis Alergi
Diare
Faringitis
Kulit Infeksi
Penyakit Lain
Diabetes Mellitus

JUMLAH
4723
1049
1033
985
940
612
601
531
508
312

Tabel 1. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kelurahan Kramat Tahun 2015

Berdasakan tabel di atas kami memutuskan untuk mengambil tema berupa Perilaku
HIdup Bersih dan Sehat di RW 03, Keluharan Kramat, Kecamatan Senan, Jakarta Pusat.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat Kelurahan
Kramat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat Kelurahan
Kramat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui masalah utama PHBS di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kramat periode Juni
Agustus 2016.
2. Melakukan intervensi sebagai alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan dalam
jangka pendek dan memiliki daya ungkit yang besar dalam menunjang tujuan jangka menengah
dan jangka panjang yang diharapkan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat (Dinkes Jabar, 2010).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigma sehat
dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk
meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun
sosial. Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga,
dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup
bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan
pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing (Depkes RI, 2002).
2.2. TUJUAN
Menurut Depkes RI (1997), Tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta
meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.
2.3. STRATEGI
Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS.
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan
dan PHBS yaitu:
2.3.1

Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)


3

Pemberdayaan

adalah

proses

pemberian

informasi

secara

terus-menerus

dan

berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar


sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice). 1,2
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta kelompok
masyarakat. Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu melaksanakan boleh jadi akan
terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan
bantuan langsung, tetapi yang sering kali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam
proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat
(community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau dihimpun dalam suatu
kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini
pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan).
Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan
yang didukungnya. 1,2
2.3.2

Bina Suasana (Social Support)


Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu

anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan
terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada
(keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis
agama, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh
karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya
meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat
tiga pendekatan dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan
pendekatan masyarakat umum. 1,2
2.3.3

Pendekatan Pimpinan (Advocacy)


Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan

komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait
ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan
4

pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat
informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan yang lain yang umumnya dapat berperan
sebagai penentu kebijakan (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non
pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi
jarang diperoleh dalam waktu yang singkat. 1,2
Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu: a) mengetahui
atau menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, c) peduli terhadap
pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, d)
sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah,
dan e) memutuskan tindak lanjut kesepakatan. 1,2
2.4. TATANAN
Ada lima tatanan PHBS yakni: tatanan rumah tangga, tatanan pendidikan, tempat umum,
tempat kerja, dan institusi kesehatan.
2.4.1

PHBS di Rumah Tangga 3,4,5


PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah tangga agar

tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di rumah tangga di lakukan untuk mencapai rumah
tangga Ber-PHBS. Rumah tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di
rumah tangga yaitu :
1 Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan
2 Memberi bayi ASI ekslusif
3 Menimbang balita setiap bulan
4 Menggunakan air bersih
5 Mencuci tangan dengan air brsih dan sabun
6 Menggunakan jamban sehat
7 Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8 Makan buah dan sayur setiap hari
9 Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10 Tidak merokok di dalam rumah.3
5

2.4.2

Manfaat Rumah Tangga Ber-PHBS

Manfaat bagi Rumah tangga


1 Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
2 Anak tumbuh sehat dan cerdas.
3 Anggota keluarga giat bekerja.
4 Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan
modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
Manfaat bagi masyarakat
1 Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
2 Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah masalah kesehatan.
3 Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
4 Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti
Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain.
Peran kader dalam mewujudkan Rumah Tangga Ber-PHBS
1 Melakukan pendataan rumah tangga yang ada di wilayahnya dengan menggunakan Kartu PHBS
atau Pencatatan PHBS di Rumah Tangga pada buku kader.
2 Melakukan pendekatan kepada kepala desa/lurah dan tokoh masyarakat untuk memperolah
dukungan dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga.
3 Sosialisasi PHBS di Rumah Tangga ke seluruh rumah tangga yang ada di desa/kelurahan melalui
kelompok damawisma.
4 Memberdayakan keluarga untuk melaksanakan PHBS melalui penyuluhan perorangan,
penyuluhan kelompok, penyuluhan massa dan pergerakan masyarakat.
5 Mengembangkan kegiatan-kegiatan yang mendukung terwujudnya Rumah Tangga Ber-PHBS.
6 Memantau kemajuan pencapaian Rumah Tangga Ber-PHBS di wilayahnya setiap tahun melalui
pencatatan PHBS di Rumah Tangga. 3

2.4.3

Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan

2.4.3.1 Definisi
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatanadalah persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya), yang memilikimanfaat sebagai
berikut3,4
1. Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga
keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin.
2. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke puskesmas atau
rumah sakit.
3. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan perlatan yang aman,bersih, dan
steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
Agar masyarakat mau melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan, tentu saja membutuhkan
peran dari masyarakat sendiri. Dalam hal ini, Indonesia mengenal tokoh yang disebut kader
berikut peran-peran kader 3,4
1. Melakukan pendataan jumlah seluruh ibu hamil di wilayah kerjanya dengan memberi tanda
seperti menempelkan stiker.
2. Menganjurkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya di bidang/ dokter.
3. Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan tentang
pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, misalnya
melalui penyuluhan kelompok di posyandu, arisan, pengajian, dan kunjungan rumah.
4. Bersama tokoh masyarakat setempat berupaya untuk menggerakan masyarakat dalam kegiatankegiatan yang mendukung keselamatan ibu dan bayi seperti dana sosial bersalin, tabungan
ibu bersalin, ambulans desa, calondonor darah, warga dan suami siap Antar jaga, dan
sebagainya.
5. Menganjurkan ibu dan bayinya untuk memeriksakan kesehatan ke bidan/dokter selama masa
nifas (40 hari setelah melahirkan) sedikitnya tiga kali pada hari minggu pertama, ketiga, dam
keenam setelah melahirkan.
6. Menganjurkan ibu ikut keluarga berencana setelah melahirkan.
7. Menganjurkan ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sampai bayi berumur 6 bulan (ASI
Eklusif).
7

2.4.4

Pemberian ASI Eksklusif

2.4.4.1 Definisi
Pemberian Asi Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan,
diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walau hanya air putih, sampai bayi
berumur 6 bulan3,4,5
2.4.4.2 Manfaat ASI
1 Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta
kecerdasan.
2 Mengandung zat kekebalan.
3 Melindungi bayi dari alergi.
4 Aman dan terjamin kebersihan, karena langsung disusukan kepada bayi dalam keadaan segar.
5 Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan saja dan di mana
saja
6 Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernapasan bayi. 3,4,5
ASI tidak hanya bermanfaat bagi anak, namun juga bagi ibu dan keluarga seperti
Bagi ibu:
1 Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.
2 Mengurangi pendarahan setelah persalinan.
3 Mampercepat pemulihan kesehatan ibu.
4 Menunda kehamilan berikutnya.
5 Mengurangi resiko terkena kanker payudara.
6

Lebih praktis karena ASI lebih mudah di berikan pada saat bayi membutuhkan. 3,4,5
Bagi bayi:
1.

Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng

2.

Bayi tidak sering sakit.

Bagi keluarga:
1.

Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan
perlengkapannya.

2.

Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya merebus air dan
perlengkapannya.
Untuk menjaga mutu dan produksi asi konsumsi gizi yang baik oleh ibu dapat

meningkatkan dan menjaga mutu serta jumlah produksi ASI. Dukungan suami, orang tua, ibu
mertua, dan keluarga lainnya sangat diperlukan agar upaya pemberian ASI Eklusif selama enam
bulan bisa berhasil. Peran kader untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif, adalah
mendata jumlah seluruh ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi baru lahir yang ada di wilayah
kerjanya. 4,5
1 Menberikan penyuluhan kepada ibu hamil, dan ibu menyusui di posyandu. Tentang pentingnya
memberikan ASI Eklusif.
2 Melakukan kunjungan ruma kepada ibu nifas yang tidak dating ke posyandu dan menganjurkan
agar ritin memeriksakan kesehatan bayinya serta mempersiapkan diri untuk memberikan
ASI Eklusif. 4,5
2.4.5 Menimbang Tiap Bulan
2.4.5.1 Definisi
Menimbang tiap bulan adalah melakukan pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan.
Setelah balita ditimbang di buku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau kartu menuju sehat (KMS)
maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik (lihat perkembangannya).
2.4.5.2 Manfaat
Adapun manfaat menimbang tiap bulan bagi balita adalah;
1.

Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat.

2.

Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita.

3.

Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam/batuk/diare).

4.

Berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM (Bawah
Garis Merah) dan dicurigai Gizi buruk sehingga dapat segera di rujuk ke puskesmas.

5.

Untuk mengetahui kelengkapan Imunisasi.

6.

Untuk mendapatkan penyuluhan gizi. 4,5

Berikut adalah peran kader agar masyarakatmau menimbang balita setiap bulandi posyandu
1 Mendata jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerjanya.
2 Memantau jumlah kunjungan ibu yang dating balitanya diposyandu.
3 Memanfaatkan setiap kesempatan didesa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan tentang
pentingnya penimbangan balita, misalnya penyuluhan kelompok diposyandu, arisan,
pengajian, kunjungan rumah dan penyuluhan massa (pengeras suara di mesjid,
pengumuman kelurahan, poster, slebaran dll)
4 Melakukan kunjungan rumah kepada ibu yang tidak dating keposyandu membawa balitanya dan
menganjurkan agar rutin menimbang balitanya di poyandu.
5 Mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian dan mendorong masyarakat sepeti:
lomba balita sehat, lomba memasak makanan balita sehat, kegiatan makan bersama untuk
balita dan sebagainya. 4,5
2.4.6 Penggunaan Air Bersih

2.4.6.1 Definisi
Penggunaan air bersih merupakan kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari
untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur,
mencuci pakaian, dan sebagainya, Agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar sakit. Syaratsyarat air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa,
dicium, dan diraba). Cara menjaga kebersihan sumber air bersih adalah
1 Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit 10 meter.
2 Sumber mata air harus dilindungi dari pencemaran.
3 Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya atidak rusak
seperti lantai sumur tidak boleh retak, bibir sumur harus diplester dan sumur sebaiknya
diberi penutup.

10

4 Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak berlumut pada
lantai/lantai dinding sumur. Ember/gayung pengambil air harus tetap bersih dan diletakan di
lantai (ember/gayung digantung di tiang sumur). 4,5
Peran kader dalam menggerakanmasyarakat untuk menggunakan air bersih, adalah
1 Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki ketersediaan air bersih
dirumahnya.
2 Melakukan pendataan rumah tangga yang sulit mendapatkan air bersih.
3 Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah tangga yang sulit untuk
mendapatkan air bersih.
4 Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya untuk memberi
kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan air bersih di lingkungan tempat
tinggalnya.
5 Mengadakan arisan warga untuk membangun sumur gali atau sumur pompa secara bergilir.
6 Membentuk kelompok pemakai air pompa (POKMAIR) untuk memelihara sumber air bersih
yang dipakai secara bersama, bagi daerah sulit air.
7 Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam penyediaan air bersih.
8 Memanfaatkan setiap kesempatan didesa/kelurahan untuk memberkan penyuluhan tentang
pentingnya menggunakan air bersih, misalnya melalui penyuluhan kelompok diposyandu,
prtemuan Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan, kunjungan rumah dan
lain-lain. 4,5
2.4.7 Cuci Tangan Pakai Sabun
2.4.7.1 Definisi

Mencuci tangan dengan air bersih dan sabunpenting karena air yang tidak bersih
banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah
ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa
menimbulkan penyakit. Sabun juga dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena
tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan. Peran kaderdalam membina perilaku
cuci tangan5,6

11

Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya


perilaku cuci tangan, misalnya penyuluhan kelompok diposyandu, arisan, pengajian, pertemuan
kelompok Dasa Wisma, dan kunjungan rumah.

Mengadakan kegiatan gerakan cuci tangan bersama untuk menarik perhatian masyarakat, misalnya pada
peringaan hari-hari besar kesehatan atau ulang tahun kemerdekaan. 5,6

2.4.8 Jamban Sehat


2.4.8.1 Definisi
Jamban sehat adalah adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkanya.
-

Jenis-jenis jamban yang digunakan


o Jamban cemplung : Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang
berfungsi menyimpan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran
kedasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak
berbau. Jamban ini digunakan untuk daerah yang sulit air.
o Jamban tangki septik/leher angsa :Adalah jamban berbentuk leher angsa yang
penampungannya berupa tangki septik kedap air yang befungsi sebagai wadah
proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapan.
Jamban ini cocok digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah yang padat
penduduk karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu lubang
penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang
dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban). Jamban ini juga baik untuk
daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan
kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang. 5

Setiap anggota rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang air besar/buang air kecil.
Penting untuk menggunakan jamban, supaya
1

Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau.

Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya.

12

Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular
penyakit Diare, Kolera Disentri,Typus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan,
penyakit kulit, dan keracunan.

Syarat jamban sehat, antara lain


1

Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang
penampungan minimal 10 meter)

Tidak berbau.

Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.

Tidak mencemari tanah sekitarnya.

mudah dibersihkan dan aman digunakan.

Dilengkapi dinding dan atap pelindung.

Penerangan dan ventilasi yang cukup.

Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.

Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.

Peran kader dalam membina masyarakatuntuk memiliki dan menggunakan jamban sehat
1

Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki serta
menggunakan jamban dirumahnnya.

Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah rumah tangga


yang belum memiliki jamban sehat.

Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya untuk


menggerakan masyarakat untuk memiliki jamban.

Mengadakan arisan warga untuk membangun jamban sehat secara bergilir.

Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam penyediaan jamban
sehat.

6 Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberi penyuluhan tentang


pentingnya memiliki dan menggunakan jamban sehat, misalnya melalui penyuluhan kelompok di
posyandu, pertemuan kelompok Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan,
kumjungan rumah dan lain-lain.

13

7 Meminta bantuan petugas Puskesmas setempat untuk memberikan bimbingan teknis tentang
cara-cara membuat jamban sehat yang sesuai dengan situasi dan kodisi daerah setempat. 5,6
2.4.9 Rumah Bebas Jentik
2.4.9.1 Definisi
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik
secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan jentik berkala (PJB) adalah
pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang
ada didalam rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas, dll dan diluar rumah
seperti talang air, alas pot kembang, ketiak daun, lubang pohon, pagar bambu, dll yang dilakukan
secara teratur sekali dalam seminggu.Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M
plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk) pula penting
untuk dilakukan.Cara Pemeriksaan Jentik Berkala5,6
1 Mengunjungi setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja untuk memeriksa tempat yang
sering menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk/tempat penampungan air di dalam dan di
luar rumah serta memberikan penyuluhan tentang PSN kepada anggota rumah tangga.
2 Menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik.
3 Jika ditemukan jentik, anggota rumah tangga diminta untuk ikut. Menyaksikan/melihat jentik,
kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN kepada anggota rumah tangga
4 Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada Kartu Jentik Rumah (kartu yang ditinggalkan di rumah)
dan pada formulir pelaporan ke puskesmas.
Peran kader dalam membina rumah tanggaagar menciptakan Rumah Bebas Jentik
1 Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan tentang PSN
dan PJB, misalnya melalui penyuluhan kelompok diposyandu, pertemuan kelompok Dasa
Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan, kunjungan rumah dan melalui media
cetak (poster, slebaran, spanduk).
2 Bersama pemerintah desa/kelurahan tokoh masyarakat setempat menggerakan masyarakat untuk
melakukan PSN dan PJB.
3 Melakukan pemeriksaan jentik berkala secara teratur setiap minggu dan mencatat angka jentik
yang ditemukan pada Kartu Jentik Rumah.
14

4 Mengumpulkan data angka bebas jentik dari setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja dan
melaporkan secara rutin kepada puskesmas terdekat untuk mendapat tindak lanjut
penanganan bila terjadi masalah/kasus.
5 Menginformasikan angka jentik yang ditemukan kepada setiap rumah tangga yang dikunjungi
sekaligus memberikan penyuluhan agar tetap melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk
secara rutin dan menegur secara baik apabila masih terdapat jentik nyamuk.
2.4.10 Diet Buah dan Sayur
2.4.10.1 Definisi
Diet buah dan sayur perlu dilakukan setiap anggota rumah tangga mengkonsunsi
minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan sayur dan buah
setiap hari sangat penting, karena: Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur
pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, mengandung serat yang tinggi.Sayur harus dimakan 2
porsi setiap hari, dengan ukuran satu porsi sama dengan satu mangkuk sayuran segar atau
setengah mangkuk sayuran matang. Sebaiknya sayuran dimakan segar atau dikukus, karena jika
direbus cenderung melarutkan vitamin dan mineral. 6
Buah-buahan harus dimakan 2-3 kali sehari. Contohnya, setiap kali makan setengah mangkuk
buah yang diiris, satu gelas jus atau satu buah jeruk, apel, jambu biji atau pisang. Makanlah
berbagai macam buah karena akan memperkaya variasi zat gizi yang terkandung dalam buah.
Peran keluarga untuk menanamkan Kebiasaan makan sayur dan buah
1 Memanfaatkan pekarangan dengan menanam sayur dan buah.
2 Menyediakan sayur dan buah setiap hari di rumah dengan harga terjangkau.
3 Perkenalan sejak dini kepada anak kebiasaan makan sayur dan buah pagi, siang, dan malem
4 Memanfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang pentingnya makan
sayur dan buah.
Semua anggota keluarga melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari. Aktivitas fisik adalah
melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat
penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap
sehat dan bugar sepanjang hari. Peran keluarga dan kader untuk mendorong anggota keluarga
melakukan aktivitas fisik setiap hari adalah7

15

Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang pentingnya melakukan


aktivitas fisik.
1

Bersama anggota keluarga sering melakukan kegiatan fisik secara bersama, misalnya
kalan pagi bersama, membersihkan rumah secara bersama-sama, dll.

Ada pembagian tugas untuk membersihkan rumah atau melaksanakan pekerjaan di rumah.

Kader mendorong lingkungan tempat tinggal untuk menyediakan fasilitas olahraga dan
tempat bermain untuk anak.

Kader memberikan penyuluhan tentang pentingnya melakukan aktivitas fisik. 8

2.4.11 Tidak Boleh Merokok


2.4.11.1 DEFINISI
Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah.Ada 3 cara untuk berhenti
merokok, yaitu Berhenti Seketika, Menunda, dan Mengurang. Hal yang paling utama adalah niat
dan tekad yang bulat untuk melaksanakan cara tersebut:
a. Seketika : Cara ini merupakan upaya yang paling berhasil. Bagi perokok berat, mungkin perlu
bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi efek ketagihan karena rokok mengandung zat Adiktif.
b. Menunda : Perokok dapat menunda menghisap rokok pertama 2 jam setiap hari sebelumnya dan
selama 7 hari berturut-turut.
c. Mengurangi : Jumlah rokok yang diisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur dengan jumlah
yang sama sampa 0 batang pada hari ke 7 atau yang ditetapkan.

Peran keluarga dan kader untuk menciptakan Rumah Tanpa Asap Rokok
1. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku tidak merokok kepada seluruh anggota
keluarga.
2. Menggalang kesepakatan keluarga umtuk mwnciptakan Rumah Tanpa Asap Rokok.
3. Menegur anggota rumah tangga yang merokok di dalam rumah.
4. Tidak memberi dukungan kepada orang yang merokok dalam bentuk apapun, antara lain dengan tidak
memberikan uang untuk membeli rokok,tidak memberikan kesempatan siapa pun untuk merokok di
dalam rumah, tidak menyediakan asbak.
5. Tidak menyuruh anaknya membelikan rokok untuknya.
6. Orang tua bisa menjadi panutan dalam perilaku tidak merokok.
7. Melarang anak tidak merokok bukan karena alasan ekonomi, tetapi justru karena alasan kesehatan. 3,8

16

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah, langkah-langkah
yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam setiap
melaksanakan langkah tersebut harus dilakukan secara objektif dan rasional.
3.1

POPULASI PENGUMPULAN DATA


Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial, perlu
dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi adalah keseluruhan
objek pengumpulan data (Arikunto, 2002). Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah
seluruh warga dari RW 003, Kelurahan Kramat, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, DKI
Jakarta.

3.2

SAMPEL PENGUMPULAN DATA


Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Cara
pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik sampel secara random
sederhana. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan mengambil kasus atau responden
yang kebetulan ada atau tersedia saat penelitian sedang berlangsung. Responden adalah
sebagian sampel yang mau berpartisipasi pada penelitian ini diambil dari peneliti langsung
melakukan observasi ke rumah keluarga warga dan pengumpulan data dengan kuesioner.
Sampel dalam penelitian adalah seluruh masyarakat RW 003 Kelurahan Kramat.
Adapun responden dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu :
1. Kelompok anak-anak yang diketahui riwayat persalinannya, pemberian ASI Ekslusif,
dan penimbangan tiap bulan di Posyandu. Kelompok anak-anak diambil dari
responden yang berusia 1(satu) s/d 18(delapan belas) tahun.
2. Kelompok dewasa yang berusia 19 (sembilan belas) s/d 65 (enam puluh lima) tahun.

17

3.3

JENIS DAN SUMBER DATA


3.3.1 Jenis data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata - kata, bukan dalam
bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik
pengumpulan data misalnya wawancara, analisis, observasi yang telah
dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif
adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai
dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan
teknik perhitungan matematika atau statistika.
Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya, data kuantitatif
dapat dikelompokkan dalam dua bentuk yaitu sebagai berikut:
1. Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh
dengan cara membilang. Contoh data diskrit misalnya: jumlah
perempuan dan laki-laki, jumlah orang yang menyelesaikan pendidikan
terakhir. Karena diperoleh dengan cara membilang, data diskrit akan
berbentuk bilangan bulat (bukan bilangan pecahan).
2. Data kontinum adalah data dalam bentuk angka atau bilangan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengukuran. Data kontinum dapat berbentuk
bilangan pecahan. Contoh data kontinum misalnya : umur.
Berdasarkan uraianuraian tersebut, maka dipilih instrumen pengumpulan data
dengan menggunakan checklist dan kuesioner terpimpin. Dipilihnya kuesioner ini
dikarenakan kuesioner bersifat objektif dan jujur karena berasal dari sumber data
(responden) secara langsung, diharapkan dapat lebih mendengar tujuan-tujuan, perasaan,
pendapat dari responden secara langsung sehingga tercipta hubungan yang baik antara
pewawancara dan responden, selain itu dapat diterapkan untuk pengumpulan data dalam
lingkup yang luas, serta cukup efisien dalam penggunaan waktu untuk mengumpulkan
data.

Cara pengumpulan data melalui pengamatan langsung (observasi) untuk

mengetahui dan melihat langsung kondisi dan keadaan rumah disetiap keluarga.
18

3.3.2 Sumber Data


Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah dalam hal ini yang menjadi
populasi adalah seluruh warga dari RW 003, Kelurahan Kramat, Kecamatan Senen, Jakarta
Pusat, DKI Jakarta.
a. Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil pengamatan langsung ke rumah
warga dari RW 003, Kelurahan Kramat, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, DKI
Jakarta.
b. Data sekunder
Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas Kelurahan Kramat
dan kelurahan kramat.
c. Data tersier
Data yang didapat dari buku dan internet.
3.3.3 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
mudah.
Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan sarana
yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti check list, kuesioner, kamera foto
dan sebagainya.
Instrumen pengumpulan data merupakan suatu yang amat penting dan strategis
kedudukannya di dalam keseluruhan kegiatan pengumpulan data atau suatu penelitian.
Dengan instrumen akan diperoleh data yang merupakan bahan penting untuk menjawab
permasalahan, mencari sesuatu yang akan digunakan untuk mencapai tujuan dan untuk
membuktikan hipotesis.
3.3.4

Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu langkah-langkah
diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka digunakan beberapa
metode dalam proses pengumpulan data
19

3.3.4.1 Metode Wawancara Menggunakan Kuesioner (questionnaire)


Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak
langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat
pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden mempunyai kebiasaan untuk
memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya
Kuesioner merupakan instrumen metode penelitian yang harus dijawab responden
untuk menyatakan pandangannya terhadap suatu persoalan. Sebaiknya pertanyaan dibuat
dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti dan kalimat-kalimat pendek dengan
maksud yang jelas. Penggunaan kuesioner sebagai instrumen metode pengumpulan data
terdapat beberapa keuntungan, diantaranya adalah pertanyaan yang akan diajukan pada
responden dapat distandarkan, responden dapat menjawab kuesioner pada waktu
luangnya, pertanyaan yang diajukan dapat dipikirkan terlebih dahulu sehingga
jawabannya dapat dipercaya dibandingkan dengan jawaban secara lisan, serta pertanyaan
yang diajukan akan lebih tepat dan seragam.
3.3.4.2 Macam Macam Kuesioner
1) Kuesioner tertutup. Setiap pertanyaan telah disertai sejumlah pilihan jawaban.
Responden hanya memilih jawaban yang paling sesuai.
2) Kuesioner terbuka. Dimana tidak terdapat pilihan jawaban sehingga
responden harus memformulasikan jawabannya sendiri.
3) Kuesioner kombinasi terbuka dan tertutup. Dimana pertanyaan tertutup
kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.
4) Kuesioner semi terbuka. Pertanyaan yang jawabannya telah tersusun rapi,
tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban.
3.3.4.3

Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah sekumpulan berkas berupa catatan, transkrip, buku,


surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya. Data yang diperoleh dapat
berupa data primer, sekunder dan tersier. Data primer didapatkan dari pengamatan
langsung ke warga Kelurahan Kramat, data sekunder diperoleh dari data Kesling
20

Puskesmas Kelurahan Kramat, sedangkan data tersier diperoleh dari penelusuran tinjauan
pustaka.
Pengumpulan data dilakukan pada warga dari RW 003, Kelurahan Kramat,
Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, DKI Jakarta.
Pengumpulan data ini dilakukan mulai dari tanggal Juni Agustus 2016 dengan
menggunakan metode kuisioner.
3.3.5

Pengolahan Data dan Analisa Data


Untuk pengolahan data tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Warga

dari RW 03, Kelurahan Kramat, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, DKI Jakarta
Juni-September 2016 digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan data
menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel. Untuk menganalisa data-data yang
sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa univariat.
NO
1.

2.

Variable

Indikator

Definisi Operasional

Persalinan oleh Ibu atau ibu hamil yang memiliki Persalinan yang ditolong oleh
tenaga

riwayat ataupun akses pertolongan tenaga kesehatan

kesehatan
ASI Ekslusif

persalinan oleh tenaga kesehatan.


(dokter atau bidan).
Bayi yang memperoleh Asi Ekslusif Bayi hanya diberikan ASI sejak
sejak usia 0-6 bulan.

usia 0-6 bulan tanpa makanan


tambahan lain termasuk susu

3.

formula.
Menimbang di Masyarakat yang memiliki balita, Penimbangan balita dilakukan
Posyandu

menimbang balita secara teratur sesuai satu bulan sekali/ minimal 8


jadwal Posyandu.

kali dalam setahun di sarana


kesehatan

4.

Cuci
Pakai

5.

(Posyandu,

Puskesmas, dll.)
Tangan Masyarakat mencuci tangan sebelum Mencuci tangan pakai sabun
Sabun makan dan sesudah BAB.

(CTPS)
Air Bersih

Masyarakat
memanfaatkan

dan air bersih.

menggunakan/ air
air

bersih

bersih

untuk

minum,

untuk memasak, mandi dan mencuci.


21

Jamban Sehat

keperluan sehari-hari.
Anggota keluarga yang mengunakan Jamban yang digunakan oleh
jamban sehat

anggota

keluarga

yang

memenuhi syarat (leher angsa


dengan septictank, cemplung
7

Pemberantasan

tertutup)
Kader dan anggota keluarga secara Rumah tangga yang setelah

Jentik

berkala

melakukan

pemberantasan dilakukan pemeriksaan jentik

jentik berkala

secara berkala tidak terdapat


jentik nyamuk

Aktivitas fisik

Anggota keluarga sering melakukan


kegiatan fisik selama 30 menit setiap

10

hari
Diet buah dan Anggota rumah tangga mengkonsunsi
sayur

minimal 3 porsi buah dan 2 porsi

Tidak merokok

sayuran atau sebaliknya setiap hari


Anggota keluarga tidak ada yang Tidak merokok
merokok lagi

Tabel 2. Tabel Definisi Operasional

Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap variabel dari
hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data sedemikian
rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna.
Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik.
Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah :
1.

Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan


2. Memberi bayi ASI ekslusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
22

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun


6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10.

Tidak merokok di dalam rumah.

23

BAB IV
HASIL ANALISA
4.1. PROFIL KELURAHAN KRAMAT
4.1.1 Data Umum
Puskesmas Kelurahan Kramat terletak di Jalan Kramat Sentiong Ujung no. I 33, RT
010 / RW 07. Kelurahan Kramat , Kecamatan Senen, Kotamadya Jakarta Pusat dengan Visi, Misi
dan Tupoksi sebagai berikut:
Visi

: Pelayanan Prima menuju Kelurahan Kramat Sehat

Misi

:
a.
b.
c.
d.

Meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan.


Mengembangkan SDM yang profesional
Meningkatkan efektifitas system manajemen Puskesmas
Mengembangkan kemandirian masyarakat di dalam bidang kesehatan

Tugas Pokok :
Puskesmas Kecamatan merupakan Unit pelayanan teknis Dinas

Kesehatan yang

mempunyai tugas melaksanakan Pelayanan, pembinaan, pengendaliaan dalam bidang kesehatan..


Puskesmas Kelurahan melakukan pengembangan upaya kesehatan, pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan diwilayah kerjanya.
Fungsi :
1.Memberikan pelayanan kesehatan klinis yang meliputi Loket, rekam medik, Klinik
Umum, Ibu dan Anak, KB, Gigi, Apotik, Farmasi, sesuai kebutuhan.
2. Mengkoordinasi pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang meliputi: Kader
Kesehatan, Posyandu, Lansia, Posbindu, dll.
4.1.2 Letak Wilayah
1. Letak dan Batas Wilayah
Kelurahan Kramat memiliki Luas wilayah 70.87 Ha dengan rincian sebagai berikut:

RW.01 : 16 RT ,

Luas

11.34 Ha

RW 02 : 7 RT ,

Luas

14.17 Ha

RW.03 : 11 RT ,

Luas

7.08 Ha

RW 04 : 15 RT ,

Luas

7.79 Ha
24

RW.05 : 13 RT ,

Luas

9.22 Ha

RW 06 : 13 RT ,

Luas

6.38 Ha

RW.07 : 9 RT ,

Luas

9.93 Ha

RW 08 : 12 RT ,

Luas

4.96 Ha

Total luas: 70.87 Ha


Dengan batas batasnya sebagai berikut:
Sebelah Utara

: Jl. Kramat Bunder berbatasan dengan wilayah Kelurahan Senen.

Sebelah Selatan

: Jl. Kramat Lontar berbatasan dengan wilayah Kelurahan Paseban.

Sebelah Timur

: Rel Kereta Api berbatasan dengan wilayah Kelurahan Tanah

Tinggi Kecamatan Johar.


Sebelah Barat

: Jl. Kramat Raya berbatasan dengan wilayah Kelurahan Kwitang.

4.1.3 Keadaan Demografi


Puskesmas Kelurahan Kramat mulai beroperasi tahun 1990 dan dilakukan renovasi secara
total tahun 2004 dengan jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kramat tahun
2015 adalah 34.064 jiwa, jumlah kepala keluarga = 11.222 KK ( 8 RW)

NO

WNI

RW

WNA

KK

LK

PR

JML

LK

PR

JML

LK

PR

JML

1
2
3
4
5
6

01
02
03
04
05
06

3.080
1.028
2.445
2.043
2.953
2.111

2.833
1.027
2.228
2.162
2.225
2.138

5.913
2.055
4.673
4.205
5.178
4.249

1
0
0
1
0
0

0
0
1
0
1
0

1
0
1
1
1
0

1.907
328
1.043
1.128
2.095
878

936
103
151
114
212
213

2.843
431
1.194
1.242
2.
307

07

1.685

1.637

3.322

552

207

1.091

08

2.213

2.252

4.465

1.012

343

759

34.060

8.943

2.279

11.222

JUMLAH

17.558

16.50
2

25

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kelurahan Kramat

4.2 PROFIL PUSKESMAS KELURAHAN KRAMAT


Puskesmas Kelurahan. Kramat terletak di Jalan Kramat Sentiong Ujung I / 33 termasuk
wilayah RT 010 RW 07 Kelurahan Kramat Kecamatan Senen Jakarta Pusat Wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Kramat mencakup 8 RW.
Keadaan Fisik :
1. Luas tanah: 555m2
2. Luas bangunan: 110m2 (dindingtembok,lantai ubin keramik)
3. Status tanah: PEMDA
4. Sumbar air: PAM dan POMPA
5. Listrik: PLN 23.000 Watt
6. Tahun dibuka: 1990
7. Tahun direnovasi: 2004
Data kepegawaian
a. Jenis tenaga :
1. Dokter Umum

1 Orang

2. Dokter Gigi

1 Orang

4. Bidan

1 Orang

3. Perawat

2 Orang

5. Assisten Apoteker

1 Orang

6. Kesling

1 Orang

6. Administrasi

2 Orang

Jumlah :
4

9 Orang ( tenaga PNS 4 dan tenaga non PNS 5 orang)

Status Kepegawaian : Pegawai Pemda DKI Jakarta

NAMA-NAMA KARYAWAN PUSKESMAS


KELURAHAN KRAMAT

26

No
1

Nama
Dr. Lina Kusnadi

Pendidikan
Dokter umum

Jabatan
Gol
Ka
Puskesmas, III /C
Poli Umum,PAL
Poli gigi
UKS , Usila , P2P ,

2
3

Drg. Ghetta Anggun


Ns. Tiodor Damanik, S.Kep

Dokter gigi
Perawat

4
5
6

Deswita S, AMK
Meilina
Reni

Perawat
Bidan
Apoteker

II D
KB, posyandu, gizi II
Kamar obat,
-

SMEA
SMEA
S1

gudang obat
Loket
Loket
Kesehatan

--

SMEA
SMP
SMP
SMK

Lingkungan
Cleaning Service
Cleaning Service
Satpam
Satpam

III D

MTBS

7
8
9
10
11
12
13

Rima Kusumawardani
Nila
Ahmad Awaluddin
Kasim
Dewi Rossi
Chaerul
Sutisna

Tabel 4. Nama-Nama Karyawan Puskesmas Kelurahan Kramat

4.3 KARAKTERISTIK WARGA RW 03


Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data karakteristik
responden yang terdiri dari warga RW 03, Kelurahan Kramat, Kecamatan Senen, Jakarta
Pusat, DKI Jakarta.

27

AN OLEH TENAGA KESEHATAN, ASI EKSKLUSIF, DAN POSYANDU PADA ANAK

PE

RS
AL
IN
AN

O
LE
H

TE
N

AG
A

AS
I

KE
S

EH

EK
SK
LU

PO
SY
AN
D
U

SI
F

AT
AN

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Grafik 1. Grafik PHBS Kelompok Anak RT 001/RW 03

Keterangan: Dari 40 anak di RT 001 masalah yang paling mencolok di RT 001 pada kelompok
anak adalah 11 anak tidak melakukan timbang tiap bulan dan 10 anak tidak diberikan ASI
Eksklusif

PHBS WARGA RT 001

M
ER
O
RO
K

DA
N
AH
BU
D
IE
T

TI
DA
K

SA
YU

H
AT
SE
JA
M
BA
N

AI
R

BE
RS
IH

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

28

Grafik 2. Grafik PHBS Kelompok Dewasa RT 001/RW 03

Keterangan: Dari warga RT 001 sebanyak 113 orang (dewasa 73 orang, anak 40 orang) masalah
yang paling mencolok di RT 001 adalah 46 orang tidak melakukan aktivitas fisik dan 45 orang
tidak menggunakan air bersih

AN OLEH TENAGA KESEHATAN, ASI EKSKLUSIF, DAN POSYANDU PADA ANAK

PO
SY
AN

D
U

SI
F
EK
SK
LU
AS
I

PE
RS
AL
IN
AN

O
LE
H

TE
N

AG
A

KE
SE
H
AT
AN

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Grafik 3. Grafik PHBS Kelompok Anak RT 002/RW 03

Keterangan: Dari 6 orang anak di RT 002 masalah yang paling mencolok adalah 2 orang anak
tidak mendapat ASI Eksklusif

29

PHBS WARGA RT 002

M
ER
O
KO
K

SA
YU

TI
DA
K

DA
N
AH
D
IE
T

BU

AI
R

JA
M
BA
N

BE
RS
IH

SE
H
AT

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Grafik 4. Grafik PHBS Kelompok Dewasa RT 002/RW 03

Keterangan: Jumlah warga RT 002 sebanyak 32 orang (dewasa 26 orang, anak 6 orang)
Masalah yang paling mencolok di RT 002 adalah 28 warga tidak menggunakan jamban sehat dan
22 orang tidak menggunakan air bersih

AN OLEH TENAGA KESEHATAN, ASI EKSKLUSIF, DAN POSYANDU PADA ANAK

PE
RS
AL
IN

PO
SY
AN

D
U

SI
F
EK
SK
LU
AS
I

AN

O
LE
H

TE
N

AG
A

KE
SE
H
AT
AN

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Grafik 5. Grafik PHBS Kelompok Anak RT 003/RW 03

30

Keterangan: Dari 45 anak di RT 003 masalah yang paling mencolok di kelompok anak RT 003
adalah 9 orang tidak mendapat ASI Eksklusif, 2 orang tidak dibantu oleh tenaga kesehatan pada
saat persalinan dan 1 orang anak tidak melakukan timbang tiap bulan.

PHBS WARGA RT 003

DA
N
AH
BU
D
IE
T

TI
DA
K

SA
YU

M
ER
O
KO
K

SE
H
AT
JA
M
BA
N

AI
R

BE
RS
IH

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Grafik 6. Grafik PHBS Kelompok Dewasa RT 003/RW 03

Keterangan: Dari jumlah warga RT 003 sebanyak 135 orang (dewasa 90 orang, anak 45 orang)
Masalah yang paling mencolok di RT 003 adalah 84 orang tidak menggunakan Jamban Sehat dan
74 orang tidak melakukan Aktivitas fisik

31

AN OLEH TENAGA KESEHATAN, ASI EKSKLUSIF, DAN POSYANDU PADA ANAK

PE

RS
AL
IN
AN

O
LE
H

TE
N

AG
A

AS
I

KE
S

EH

EK
SK
LU

PO
SY
AN
D
U

SI
F

AT
AN

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Grafik 7. Grafik PHBS Kelompok Anak RT 004/RW 03

Keterangan: Dari 41 orang masalah yang paling mencolok di RT 004 adalah 13 anak tidak
mendapat ASI Eksklusif, 4 orang tidak dibantu oleh tenaga kesehatan pada saat dilahirkan, dan 3
orang anak tidak melakukan timbang tiap bulan.

PHBS WARGA RT 004

M
ER
O
RO
K

DA
N
AH
BU
D
IE
T

TI
DA
K

SA
YU

H
AT
SE
JA
M
BA
N

AI
R

BE
RS
IH

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

32

Grafik 8. Grafik PHBS Kelompok Dewasa RT 004/RW 03

Keterangan: Dari jumlah warga RT 004 sebanyak 119 orang (dewasa 78 orang, anak 41 orang)
masalah yang paling mencolok di RT 004 adalah 87 orang tidak menggunakan Jamban Sehat dan
85 orang tidak melakukan aktivitas fisik.

SALINAN TENAGA KESEHATAN, ASI EKSKLUSIF, POSYANDU PADA ANAK DI RT

PO
SY
AN
D
U

SI
F
EK
SK
LU
AS
I

PE

RS
AL
IN
AN

O
LE
H

TE
N

AG
A

KE
S

EH

AT
AN

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Grafik 9. Grafik PHBS Kelompok Anak RT 005/RW 03

Keterangan: Dari 42 orang anak terdapat masalah di RT 005 berupa 15 anak tidak mendapat
ASI Eksklusif dan 2 orang anak tidak dibantu tenaga kesehatan pada saat dilahirkan.

33

PHBS WARGA RT 005

M
ER
O
KO
K

R
SA
YU

TI
DA
K

DA
N
AH
D
IE
T

BU

AI
R

JA
M
BA
N

SE

BE
RS
IH

H
AT

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Grafik 10. Grafik PHBS Kelompok Dewasa RT 005/RW 03

Keterangan: Jumlah warga RT 005 sebanyak 110 orang (dewasa 68 orang, anak 42 orang)
masalah yang paling mencolok di RT 005 adalah 101 orang tidak melakukan Aktivitas fisik dan
64 orang tidak menggunakan Jamban Sehat.

AN OLEH TENAGA KESEHATAN, ASI EKSKLUSIF, DAN POSYANDU PADA ANAK

PO
SY
AN

D
U

SI
F
EK
SK
LU
AS
I

PE
RS
AL
IN

AN

O
LE
H

TE
N
AG
A

KE
SE
H
AT
AN

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Grafik 11. Grafik PHBS Kelompok Anak RT 006/RW 03

34

Keterangan: Dari jumlah warga RT 006 9 orang anak terdapat masalah yang paling mencolok
di RT 006 adalah 2 orang anak tidak mendapat ASI Eksklusif

PHBS WARGA RT 006

DA
N
AH
BU
D
IE
T

TI
DA
K

SA
YU

M
ER
O
KO
K

SE
H
AT
JA
M
BA
N

AI
R

BE
RS
IH

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Grafik 12. Grafik PHBS Kelompok Dewasa RT 006/RW 03

Keterangan: Dari jumlah warga RT 006 sebanyak 35 orang (dewasa 26 orang, anak 9 orang)
masalah yang mencolok di RT 006 adalah 35 orang tidak melakukan Aktivitas fisik dan 10 orang
tidak melakukan Diet Buah dan Sayur

35

AN OLEH TENAGA KESEHATAN, ASI EKSKLUSIF, DAN POSYANDU PADA ANAK

D
U

PE
RS
AL
IN
AN

O
LE
H

TE
N

AG
A

AS
I

PO
SY
AN

EK
SK
LU

KE
SE
H
AT
AN

SI
F

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Grafik 13. Grafik PHBS Kelompok Anak RT 007/RW 03

Keterangan: Dari 48 orang anak masalah yang mencolok di RT 007 adalah 13 anak tidak
mendapat ASI Ekslusif dan 4 orang anak tidak melakukan timbang tiap bulan

PHBS WARGA RT 007

M
ER
O
KO
K

R
DA
N
AH
BU
D
IE
T

TI
DA
K

SA
YU

SE
H
AT
JA
M
BA
N

AI
R

BE
RS
IH

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Grafik 14. Grafik PHBS Kelompok Dewasa RT 007/RW 03

36

Keterangan: Dari jumlah warga RT 007 sebanyak 168 orang (dewasa 120 orang, anak 48 orang)
masalah yang mencolok di RT 007 adalah 130 orang tidak melaksanakan Aktivitas Fisik dan 78
orang tidak menggunakan Jamban Sehat

AN OLEH TENAGA KESEHATAN, ASI EKSKLUSIF, DAN POSYANDU PADA ANAK

PO
SY
AN
D
U

SI
F
EK
SK
LU
AS
I

PE

RS
AL
IN
AN

O
LE
H

TE
N

AG
A

KE
S

EH

AT
AN

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Grafik 15. Grafik PHBS Kelompok Anak RT 008/RW 03

Keterangan: Dari 34 orang anak masalah yang mencolok di RT 008 adalah 4 orang anak tidak
mendapat ASI Eksklusif dan 1 orang anak tidak melakukan timbang tiap bulan

37

PHBS WARGA RT 008

M
ER
O
KO
K

R
SA
YU

TI
DA
K

DA
N
AH
D
IE
T

BU

AI
R

JA
M
BA
N

SE

BE
RS
IH

H
AT

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Grafik 16. Grafik PHBS Kelompok Dewasa RT 008/RW 03

Keterangan: Dari jumlah warga RT 008 sebanyak 99 orang (dewasa 65 orang, anak 34 orang)
Masalah yang mencolok di RT 008 adalah 60 orang tidak melakukan Aktivitas Fisik dan 44
orang tidak menggunakan Jamban Sehat

NAN OLEH TENAGAKESEHATAN, ASI EKSKLUSIF, DAN POSYANDU PADA ANAK D

PO
SY
AN
D
U

SI
F
EK
SK
LU
AS
I

PE

RS
AL
IN
AN

O
LE
H

TE
N

AG
A

KE
S

EH

AT
AN

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

38

Grafik 17. Grafik PHBS Kelompok Anak RT 009/RW 03

Keterangan: Dari 55 orang anak, Masalah yang mencolok di RT 009 adalah 8 orang tidak
mendapat ASI Eksklusif, 2 orang anak tidak dibantu oleh tenaga persalinan saat dilahirkan, dan 2
orang anak tidak melakukan timbang tiap bulan.

PHBS WARGA RT 009

M
ER
O
KO
K

DA
N
AH
BU
D
IE
T

TI
DA
K

SA
YU

H
AT
SE
JA
M
BA
N

AI
R

BE
RS
IH

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Grafik 18. Grafik PHBS Kelompok Dewasa RT 009/RW 03

Keterangan: Dari jumlah warga RT 009 sebanyak 183 orang (dewasa 128 orang, anak 55 orang)
Masalah yang mencolok di RT 009 adalah 133 orang tidak melakukan Aktivitas Fisik dan 131
orang tidak menggunakan Jamban Sehat

39

AN OLEH TENAGA KESEHATAN, ASI EKSKLUSIF, DAN POSYANDU PADA ANAK

D
U

PE
RS
AL
IN
AN

O
LE
H

TE
N

AG
A

AS
I

PO
SY
AN

EK
SK
LU

KE
SE
H
AT
AN

SI
F

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Grafik 19. Grafik PHBS Kelompok Anak RT 010/RW 03

Keterangan: Dari 72 anak di RT 010 Masalah yang mencolok adalah 4 orang anak tidak
mendapatkan ASI Eksklusif, 2 orang anak tidak dibantu oleh tenaga kesehatan pada saat
dilahirkan, dan 2 orang anak tidak melakukan timbang tiap bulan

PHBS WARGA RT 010

M
ER
O
RO
K

DA
N
AH
BU
D
IE
T

TI
DA
K

R
SA
YU

SE
H
AT
JA
M
BA
N

AI
R

BE
RS
IH

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

40

Grafik 20. Grafik PHBS Kelompok Dewasa RT 010/RW 03

Keterangan: Dari jumlah warga RT 010 sebanyak 250 orang (dewasa 178 orang, anak 72 orang)
Masalah yang mencolok di RT 010 adalah 212 tidak menggunakan Jamban Sehat dan 216 tidak
melakukan Aktivitas Fisik

AN OLEH TENAGA KESEHATAN, ASI EKSKLUSIF, DAN POSYANDU PADA ANAK

PO
SY
AN

D
U

SI
F
EK
SK
LU
AS
I

PE
RS
AL
IN

AN

O
LE
H

TE
N
AG
A

KE
SE
H
AT
AN

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Grafik 21. Grafik PHBS Kelompok Anak RT 011/RW 03

Keterangan: Dari 75 orang anak masalah yang mencolok di RT 011 adalah 19 orang tidak
mendapatkan ASI Eksklusif, 6 orang anak tidak dibantu oleh tenaga kesehatan pada saat
dilahirkan dan 4 orang anak tidak melakukan timbang tiap bulan

41

PHBS WARGA RT 011

M
ER
O
KO
K

R
SA
YU

TI
DA
K

DA
N
AH
D
IE
T

BU

AI
R

JA
M
BA
N

BE
RS
IH

SE
H
AT

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Grafik 22. Grafik Kelompok Dewasa RT 011 RW 03

Keterangan: Jumlah warga RT 011 sebanyak 244 orang (dewasa 169 orang, anak 75 orang)
Masalah yang mencolok di RT 011 adalah 207 orang tidak menggunakan Jamban Sehat dan 161
orang tidak melakukan Aktivitas Fisik

NAN OLEH TENAGA KESEHATAN, ASI EKSKLUSIF, DAN POSYANDU PADA ANAK

D
U
PO
SY
AN

SI
F
EK
SK
LU
AS
I

PE
RS
AL
IN
AN

O
LE
H

TE
N

AG
A

KE
SE
H
AT
AN

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

42

Grafik 23.Grafik PHBS Kelompok Anak RW 03

PHBS WARGA RW 03
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
M
ER
O
KO
K

DA
N
AH
BU
D
IE
T

TI
DA
K

SA
YU

SE
H
AT
JA
M
BA
N

AI
R

BE
RS
IH

0%

Grafik 24.Grafik PHBS RW 03

Jumlah warga RW 03 sebanyak 1488 orang (dewasa 1.021 orang, anak 467 orang)
1. Jumlah warga RT 001 sebanyak 113 orang (dewasa 73 orang, anak 40 orang)
2. Jumlah warga RT 002 sebanyak 32 orang (dewasa 26 orang, anak 6 orang)
3. Jumlah warga RT 003 sebanyak 135 orang (dewasa 90 orang, anak 45 orang)
4. Jumlah warga RT 004 sebanyak 119 orang (dewasa 78 orang, anak 41 orang)
5. Jumlah warga RT 005 sebanyak 110 orang (dewasa 68 orang, anak 42 orang)
6. Jumlah warga RT 006 sebanyak 35 orang (dewasa 26 orang, anak 9 orang)
7. Jumlah warga RT 007 sebanyak 168 orang (dewasa 120 orang, anak 48 orang)
8. Jumlah warga RT 008 sebanyak 99 orang (dewasa 65 orang, anak 34 orang)
43

9. Jumlah warga RT 009 sebanyak 183 orang (dewasa 128 orang, anak 55 orang)
10. Jumlah warga RT 010 sebanyak 250 orang (dewasa 178 orang, anak 72 orang)
11. Jumlah warga RT 011 sebanyak 244 orang (dewasa 169 orang, anak 75 orang)
Peringkat perawatan anak pada warga RW 03 dari yang paling baik hingga paling
buruk:
1. Persalinan oleh tenaga kesehatan
2. Posyandu
3. ASI eksklusif
Peringkat PHBS warga RW 03 dari yang paling baik hingga paling buruk:
1. Pemberantasan jentik
2. Cuci tangan pakai sabun (CTPS)
3. Air bersih
4. Diet buah dan sayur
5. Tidak merokok
6. Jamban sehat
7. Aktivitas fisik
4.2
a

Rencana Intervensi Pemecahan Masalah

Pemasangan poster di lingkungan mengenai aktivitas fisik yang baik dan benar RW 03Pengadaan
aktivitas fisik berupa senam dengan mengajak waega rw 03
b Memberikan penyuluhan secara dan informasi terbaru terhadap tenaga kesehatan
dan kader desa dengan cara penyuluhan agar dapat mengubah paradigma
masyarakat bahwa hal kecil berupa aktifitas fisik yang baik dan benar dapat
c

meningkatkan kualitas hidup mereka.


Meningkatkan motivasi dan kesadaran para tokoh masyarakat dengan cara
penyuluhan agar dapat mengubah paradigma masyarakat bahwa hal kecil berupa

aktifitas fisik yang baik dan benar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.
Mendukung pelaksanaan program Puskesmas, yakni program PHBS

44

Bekerja sama dengan dinas pendidikan untuk membantu melaksanakan program


wajib belajar sesuai standar pendidikan dan tentang kesehata kesegaran jasmani

Indonesia.
Bekerja sama dengan pemerintah untuk memberikan informasi mengenai cara
memaksimalkan pemanfaatan sumber daya setempat

45

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga binaan
yang bertempat tinggal di RW 03, Kelurahan Kramat, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, DKI
Jakarta maka dilakukanlah diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah
pada umur 0-18 tahun yaitu Asi Eksklusif dan pada kelompok dewasa (Umur 18 tahun keatas)
aktifitas fisik yang kurang baik dan benar, khususnya olahraga pada keluarga binaan.
a. Rendahnya pengetahuan mengenai definisi dan pentingnya ASI Ekslusif
b. Kurangnya informasi mengenai bagaimana memperlancar produksi ASI
c. Rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi, sehingga mempengaruhi nutrisi ibu

Penyebab aktifitas fisik yang kurang baik dan benar, antara lain adalah
a. Rendahnya kesadaran akan pentingnya aktifitas fisik yang baik dan benar.
b. Tidak mengetahui bagaimana cara melakukan aktifitas fisik yang baik dan benar
untuk menjaga kesehatan.
c. Ketidaktersediaan pengajar atau kader aktifitas fisik dan tempat untuk melakukan
aktifitas fisik.
d. Kurangnya informasi mengenai aktifitas fisik yang baik dan benar.
e. Rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi.
5.1.2

Alternatif Pemecahan masalah

a. Memperbaiki kebiasaan, meningkatkan partisipasi, meningkatkan kesadaran dan


pengetahuan mengenai dampak tidak melakukan aktifitas fisik yang baik dan benar
dengan melakukan penyuluhan, diskusi dan demonstrasi cara melakukan kegiatan
aktifitas fisik berupa senam yang baik dan benar.
b. Memberi pengetahuan berupa penyuluhan baik secara individu maupun kelompok
kepada warga RW 03 mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif, metode
pemberian dan pelancar ASI.
c. Penyediaan fasilitas aktifitas fisik berupa senam sehat dan kesegaran jasmani di
halaman puskesmas dengan di iringi musik. Bekerjasama dengan petugas kesehatan
untuk memberikan penyuluhan mengenai aktifita fisik yang baik dan benar.

46

d. Bekerja sama dengan kader dan tokoh masyarakat untuk menyebarkan cara
melakukan aktifitas fisik yang baik dan benar dan bagaimana menyusui yang baik
dan benar.
e. Bekerja sama dengan dinas pendidikan untuk membantu melaksanakan program
wajib belajar sesuai standar pendidikan Indonesia dan tentang kesehatan kesegaran
jasmani dari masa pendidikan.
f. Bekerja sama dengan pemerintah untuk memberikan informasi mengenai cara
memaksimalkan pemanfaatan sumber daya setempat untuk meningkatkan ekonomi
waega rw 03
5.1.3 Intervensi yang dilakukan
Intervensi untuk mengatasi aktivitas fisik yang kurang, antara lain adalah
1. Memberikan penyuluhan, diskusi dan demonstrasi kepada warga rw 03
mengenai:
a. Cara melakukan aktifitas fisik yang baik dan benar melalui pengadaan senam
b. Dampak buruk akibat tidak melakukan aktifitas fisik
2. Melakukan penyuluhan kepada keluarga binaan melalui media berupa:
a. Poster mengenai contoh gerakan aktifitas fisik yang baik dan benar
b. Poster mengenai kapan waktu yang tepat untuk melakukan aktifitas fisik
3. Penyediaan alat yang mendukung aktifitas fisik yang baik dan benar berupa
tempat melakukan aktifitas fisik dan instruktur
Intervensi untuk mengatasi masalah ASI Eksklusif, antara lain
1. Memberikan penyuluhan, diskusi dan demonstrasi kepada warga rw 03 mengenai
a. Pengertian ASI Eksklusif
b. Bagaimana memperlancar ASI beserta metodenya

2. Melakukan penyuluhan individu kepada warga dari rumah ke rumah bagi ibu yang
belum menopause
5.2 Saran
1.

Memotivasi warga rw 03 untuk melaksanakan kegiatan aktifitas fisik, khususnya


olahraga yang baik dan benar sejak kecil, seperti senam, jalan kaki selama 30 menit
setiap hari, dan lain sebagainya.

2.

Memberikan motivasi kepada warga rw 03 untuk mengerti pentingnya


melengkapi sarana dan fasilitas yang telah ada.

47

3.

Kordinasi diantara ketua RT dan masyarakat untuk pengadaan kegiatan aktifitas


fisik berupa senam sehat dan kesegaran jasmani dan sarana yang baik dan benar.

4.

Penambahan kader kebugaran jasmani pada posbindu dan lansia di rw 03 kramat


sentiong kecamatan senen, DKI Jakarta.

5.

Memberikan penyuluhan individual mengenai 10 tatanan PHBS, termasuk


aktivitas fisik dan pemberian ASI Eksklusif.

6.

Pemberitahuan cara memberikan ASI yang baik dan benar oleh kader posyandu
kepada Ibu yang menyusui.

DAFTA

DAFTAR PUSTAKA

48

1.

Mukono, H.J. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga


University.

2.

Soemirat. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pres.

3.

Dinas Kesehatan RI, 2001. Buku Saku Pelaksanaan PHBS Bagi Masyarakat Di Wilayah
Kecamatan. Jakarta: Dinas Kesehatan RI.

4.

Sumijatun, et al. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC.

5.

Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

6.

Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
http://www.perdhaki.org/content/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat (accessed 15 Agustus
2016).

7.

Puskesmas Batu Putih. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Institusi Kesehatan.
https://puskesmasbatuputihberau.wordpress.com/promkes/info-kesehatan/perilaku-hidupbersih-dan-sehat-phbs-di-institusi-kesehatan/ (accessed 10 Agustus 2016).

8.

Saka Bhakti Husada Kota Kendari. Tujuan SKK PHBS di Institusi Kesehatan.
https://sbhkendari.wordpress.com/materi-sbh/krida-bina-phbs/skk-phbs-di-instansikesehatan/ (accessed 10 Agustus 2016).

9.

Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. 2012. PHBS Perilaku Hidup Bersih &
Sehat.Yogyakarta: Nuha Medika.

LAMPIRAN

49
Gambar 1. Kegiatan Mengambil Sampel di RW 03

50

Gambar 2. Kegiatan Senam Bersama Warga RW 03 dan Penyuluhan


PHBS dan Aktivitas Fisik

51

Gambar 3. Poster Piramida Aktivitas yang Telah ditempel di Balai


Warga RW 03

52

Anda mungkin juga menyukai