PENDAHULUAN
Jeruk merupakan salah satu buah utama di Indonesia. Dibandingkan
dengan jenis buah-buahan yang lain, komoditas jeruk memiliki keunggulan
kompetitif dari beberapa kriteria diantaranya:
Kriteria pasar : jeruk merupakan jenis buah yang paling disukai konsumen
walaupun bukan yang paling banyak dikonsumsi. Jeruk disukai karena kandungan
vitamin C-nya yang tinggi, citarasanya yang enak dan menyegarkan serta
kemudahan mengkonsumsinya.
(Citrus sinensis) dan jeruk besar atau pamelo (Citrus maxima). Di dataran tinggi
diatas 700 m dpl, jeruk Keprok (Citrus reticulata ) lebih sesuai daripada jeruk
Siam. Jeruk Keprok merupakan salah satu jeruk harapan yang nantinya mampu
menggantikan pasar jeruk-jeruk impor (substitusi jeruk impor), seperti jeruk
Keprok varietas Grabag, Tawangmangu, Batu 55, Garut, SoE, serta varietas
introduksi seperti Jeruk Freemont, Sunkist dan Chokun.
BAB 2
PEMBAHASAN
Proses Produksi Benih Jeruk Bebas Penyakit terdiri dari
yaitu :
1. Penyediaan Semai Batang Bawah
5 tahapan,
JC
Poncirus trifoliata
RL
Volkameriana
Citrumello
Kunci-01
Carrizo citrange
Troyer citrange
Biji untuk benih batang bawah dapat diperoleh dengan memanen buah jeruk pada
kondisi masak (fisiologis optimum), tidak memanen buah yang sudah jatuh karena sudah terinfeksi
penyakit busuk akar (phytopthora sp), biji dipisahkan dari daging buah kemudian dihilangkan lendir
dengan dicuci air dan menggunakan abu, kemudian biji direndam dalam air hangat pada suhu 52 C
selama 10 menit dan atau direndam Benomyl 5
Masak optimum
Penyemaian idealnya diletakkan di rak ( minimal tinggi rak dari permukaan tanah 20 cm)yang
berfungsi untuk
mencegah percikan /masuknya air hujan/irigasi yang dapat menimbulkan
serangan penyakit rebah kecambah dan diberi naungan atap plastik transparan.
Transplanting (pindah tanam) semaian batang bawah dari
rak persemaian ke polybag idividu dilakukan setelah semaian berdaun 4-6 helai atau berumur 2,5
3 bulan setelah berkecambah.. Biji jeruk dapat tumbuh menghasikan semaian lebih dari 1
kecambah, yang dikenal dengan istilah poly embrional. Semaian yang dipelihara adalah semaian
vegetatif, sedangkan
semaian
generatif
harus
dibuang
karena pertumbuhan semai
menyimpang/tidak normal , tidak seragam, apabila diokulasi biasanya pertumbuhan tunas
lambat/kerdil dan apabila ditanam dan sudah berproduksi akan terjadi penurunan
produksi sebesar 11 % dibanding dengan semaian vegetatif.
Kecambah
vegetatif
generati
poly embryonal
albino
generatif
ge
neratif
Transplanting sebaiknya dilakukan pada saat semaian tidak tumbuh tunas, diseleksi semaian
sehat, akar tunggang lurus tidak bengkok/melilit, perakaran tidak busuk, dan tidak albino (putih karena
kehilangan klorofil).Untuk menghindari stagnasi pertumbuhan maka akar semaian dapat dicelup
kedalam lumpur yang diberi larutan fungisida. Penanaman dilakukan di polybag ukuran tinggi 30 cm x
diameter 10 cm yang menggunakan media tumbuh tanah endapan/sedimen atau bahan lain
diantaranya
dapat
berupa
campuran
antara
humus/tanah
+pasir/sekam+kompos/pupuk kandang (1:1:1 v/v). Untuk membuat lubang tanam semaian dapat
menggunakan tugal dengan kedalaman lubang sesuai ukuran akar tunggang tanaman, kemudian
disiram air secukupnya.
Pemeliharaan
semaian
berupa
penyiraman,mewiwil,
Pokok
-
40-50 cm
-
Fondasi
-
Sebar
Tanaman di BPMT
Mata tempel bermutu yang digunakan berasal dari ranting dengan kriteria :
1. Umur tunas 3-4 bulan sejak pertunasan
2. Ukuran diameter (penampang) 0,5- 0,8 cm
3. Memiliki embrio aktif ( mata tunas menonjol) , belum tumbuh tunas
4. Berpenampang
dipotong
sesuai
dengan
ukuran
yang dikehendaki.
2. Ranting-ranting dicelup dalam larutan klorox 10% yang telah dipersiapkan sebelumnya (100 cc klorox
+ 900 cc air) selama
60 detik kemudian segera dikering-anginkan. Jika selama 15 menit ranting belum kering segera
dibantu dengan kipas angin. Pencelupan dan proses pengeringan yang lama dapat merusak
jaringan mata tempel.
3. Setelah itu dicelup dalam larutan 5% benomyl / Benlate (5 gram Benlate + 1000 cc Air) selama
60 detik dan kemudian dikering anginkan. Jika selama
15 menit ranting belum kering angin
segera dibantu dengan kipas angin.
4. Ranting dimasukkan dalam kantong plastik transparan dan
diikat rapat. Bungkusan ranting mata tempel seharusnya disegel oleh BPSB. Segel BPSB paling
tidak memuat informasi tentang varietas, tanggal panenan, jumlah mata tempel dan kode
blok/bedengan dari mana ranting mata
tempel dipanen dan BPMT.
3. Okulasi
Salah satu kriteria benih jeruk bermutu bebas penyakit yang dihasilkan oleh penagkar adalah
diterbitkannya label biru oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) setempat. Oleh karena
itu apabila penangkar jeruk ingin mendapatkan label benih jeruk bebas penyakit harus melapor pada
setiap pelaksanaan tahapan kegiatannya mulai dari okulasi s/d benih siap salur.
1. Okulasi Forkert
Cara okulasi diawali dengan membuat sayatan sesuai dengan metode yang dikehendaki yang
dilakukan diantara ruas batang bawah jeruk yang terletak pada ketinggian 20-25 cm diatas
permukaan leher tanaman,kemudian mata tempel disayat dengan bentuk sesuai dengan metode yang
dikehendaki , disisipkan ke sayatan batang bawah dan diikat dengan tali plastik. Tali plastik
pengikat okulasi dibuka setelah 14-21hari, kemudian dibiarkan 7 hari lagi dan selanjutnya dilakukan
pemotongan batang bawah 1-2 cm diatas bidang okulasi.
Tunas okulasi yang tumbuh diseleksi dan dipelihara satu tunas
yang terbaik dan diusahakan tumbuh lurus dan tegak, boleh
20 cm
Pelaksanaan okulasi
4. Pemeliharaan Tanaman
Sejak menyemai benih batang bawah sampai dengan benih siap distribusi/salur harus dilakukan
pemeliharaan intensif. Selama dipesemaian, serangan cendawan rebah kecambah/ dumping off
(lanas=bhs.jawa) menjadi kendala utama, tetapi dapat dikendalikan dengan mencabut kecambah
yang terserang memberi fungisida dan memberii naungan atap plastik transparan.
Pemberian sungkup plastik untuk menghindari serangan penyakit rebah kecambah (dumping off)
Serangan penyakit rebah kecambah
(dumping off)
Penyakit Alternaria sp. menyerang tunas yang baru tumbuh, terutama tunas tanaman hasil okulasi
sehingga mengakibatkan tunas tanaman busuk dimulai dari ujung tunas sampai ke pangkal kemudian
tanaman mati. Serangan penyakit ini dapat dilakukan dengan memotong tunas yang terserang,
menyemprot dengan fungisida dan atau memberi naungan atap plastik transparan. Serangan OPT
lain seperti seranggan penular penyakir jeruk Diaphorina citri dan Toxophthera harus diwaspadai
menjadi prioritas utama.
Diaphorina citri
Toxophthera sp.
5. Distribusi/Penyaluran Benih
5
setelah
berumur
pertumbuhan mengalami dua periode pertunasan dengan tinggi tanaman mencapai lebih 50 cm
dari titik okulasi. Penyaluran benih jeruk harus disertakan
label biru yang diikatkan pada
setiap individu tanaman.
Berdasarkan regulasi yang diterbitkan oleh Direktorat Perbenihan Hortikultura perihal Pedoman
Sertifikasi Benih Tanaman Tahunan bahwa persyaratan teknis minimal benih jeruk hasil okulasi
harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
-
- Sehat, bebas vektor penyakit utama tanaman jeruk, apabila persyaratan teknis minimal yang
sudah ditentukan tidak tercapai maka tidak akan diterbitkan label biru.