Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
Jeruk merupakan salah satu buah utama di Indonesia. Dibandingkan
dengan jenis buah-buahan yang lain, komoditas jeruk memiliki keunggulan
kompetitif dari beberapa kriteria diantaranya:

Kriteria pasar : jeruk merupakan jenis buah yang paling disukai konsumen
walaupun bukan yang paling banyak dikonsumsi. Jeruk disukai karena kandungan
vitamin C-nya yang tinggi, citarasanya yang enak dan menyegarkan serta
kemudahan mengkonsumsinya.

Kriteria ekonomi : Di pasaran, harga jeruk termasuk tinggi. Selain itu,


pengusahaan jeruk relatif menguntungkan dengan masa payback period-nya
pendek.

Kriteria agronomi : Jeruk termasuk tanaman yang mudah ditumbuhkan dan


berproduksi dengan sebaran lingkungan agroklimat yang luas. Selain itu,
dukungan teknologi budidaya maju pada jeruk realtif lebih tersedia.

Kriteria penyediaan : Pasokan jeruk dapat disediakan sepanjang tahun. Walaupun


produksi jeruk adalah musiman, tetapi penyebaran areal yang luas memberikan
kemungkinan jeruk berproduksi pada waktu yang berbeda. Selain itu, teknologi
pengaturan produksi off season pada tanaman jeruk relative lebih mudah
diimplementasikan.
Pengembangan komoditas jeruk menyebar di seluruh wilayah di
Indonesia. Sifat tanaman jeruk yang relatif cepat berbuah, produksi dan
produktivitas yang cukup tinggi, daya adaptasi yang luas, serapan pasar yang
cukup tinggi serta dukungan informasi dan teknologi perjerukan yang lebih maju
merupakan beberapa pertimbangan para petani maupun pekebun buah untuk
memilih jeruk sebagai tanaman yang diusahakan.
Pengembangan jeruk menyebar dari dataran rendah sampai dataran
tinggi. Di dataran rendah hingga 700 m dpl, jeruk yang sesuai adalah jeruk Siam

(Citrus sinensis) dan jeruk besar atau pamelo (Citrus maxima). Di dataran tinggi
diatas 700 m dpl, jeruk Keprok (Citrus reticulata ) lebih sesuai daripada jeruk
Siam. Jeruk Keprok merupakan salah satu jeruk harapan yang nantinya mampu
menggantikan pasar jeruk-jeruk impor (substitusi jeruk impor), seperti jeruk
Keprok varietas Grabag, Tawangmangu, Batu 55, Garut, SoE, serta varietas
introduksi seperti Jeruk Freemont, Sunkist dan Chokun.

BAB 2
PEMBAHASAN
Proses Produksi Benih Jeruk Bebas Penyakit terdiri dari
yaitu :
1. Penyediaan Semai Batang Bawah

5 tahapan,

2. Penyediaan Mata Tempel


3. Penempelan (Okulasi)
4. Pemeliharaan Tanaman
5. Distribusi/Penyaluran benih

1. Penyediaan Semai Batang Bawah


Tidak semua jenis jeruk dapat digunakan sebagai batang bawah,
dipilih
varietas
yang
kompatibel/sesuai
kesalahan memilih varietas batang bawah akan berakibat merugikan petani
karena batang bawah berperan sebagai pendukung batang atas , yaitu : berpengaruh terhadap
cekaman lingkungan (kekeringan, penyakit busuk batang dan akar, genangan air , kadar garam,
nematoda), produktivitas, mutu buah, awal panen dan bahkan umur tanaman
Varietas batang bawah jeruk yang digunakan antara lain : Japansche Citroen (JC), Rough
Lemon (RL), Volkameriana, Kunci-01, Poncirus trifoliata, Citumello 4475, Carrizo citrange dan Troyer
citrange , seperti pada gambar berikut.

JC

Poncirus trifoliata

RL

Volkameriana

Citrumello

Kunci-01

Carrizo citrange

Troyer citrange

Biji untuk benih batang bawah dapat diperoleh dengan memanen buah jeruk pada
kondisi masak (fisiologis optimum), tidak memanen buah yang sudah jatuh karena sudah terinfeksi
penyakit busuk akar (phytopthora sp), biji dipisahkan dari daging buah kemudian dihilangkan lendir
dengan dicuci air dan menggunakan abu, kemudian biji direndam dalam air hangat pada suhu 52 C
selama 10 menit dan atau direndam Benomyl 5

% selama satu menit untuk membunuh cendawan tular benih


(rebah kecambah).

Buah masak fisiologis

Masak optimum

Perendaman biji dg Benomyl

Penyemaian benih batang bawah dapat menggunakan tempat/wadah berupa : polybag,


keranjang plastik, kotak kayu atau
rak semai, menggunakan media tumbuh
pasir sungai/
tanah endapan , ditanam dengan sisitem baris dibuatkan alur, jarak tanam : 1-2 cm x 5 cm, posisi
tanam biji dengan meletakkan bagian runcing benih menancap ke media/bawah agar
pertumbuhan akar tunggang lurus.

semai biji disebar


semai biji ditata dengan sistem alur

Penyemaian idealnya diletakkan di rak ( minimal tinggi rak dari permukaan tanah 20 cm)yang
berfungsi untuk
mencegah percikan /masuknya air hujan/irigasi yang dapat menimbulkan
serangan penyakit rebah kecambah dan diberi naungan atap plastik transparan.
Transplanting (pindah tanam) semaian batang bawah dari
rak persemaian ke polybag idividu dilakukan setelah semaian berdaun 4-6 helai atau berumur 2,5
3 bulan setelah berkecambah.. Biji jeruk dapat tumbuh menghasikan semaian lebih dari 1
kecambah, yang dikenal dengan istilah poly embrional. Semaian yang dipelihara adalah semaian
vegetatif, sedangkan
semaian
generatif
harus
dibuang
karena pertumbuhan semai
menyimpang/tidak normal , tidak seragam, apabila diokulasi biasanya pertumbuhan tunas
lambat/kerdil dan apabila ditanam dan sudah berproduksi akan terjadi penurunan
produksi sebesar 11 % dibanding dengan semaian vegetatif.
Kecambah

vegetatif
generati

poly embryonal

albino

generatif

ge

neratif

Transplanting sebaiknya dilakukan pada saat semaian tidak tumbuh tunas, diseleksi semaian
sehat, akar tunggang lurus tidak bengkok/melilit, perakaran tidak busuk, dan tidak albino (putih karena
kehilangan klorofil).Untuk menghindari stagnasi pertumbuhan maka akar semaian dapat dicelup
kedalam lumpur yang diberi larutan fungisida. Penanaman dilakukan di polybag ukuran tinggi 30 cm x
diameter 10 cm yang menggunakan media tumbuh tanah endapan/sedimen atau bahan lain
diantaranya

dapat

berupa

campuran

antara

humus/tanah

+pasir/sekam+kompos/pupuk kandang (1:1:1 v/v). Untuk membuat lubang tanam semaian dapat
menggunakan tugal dengan kedalaman lubang sesuai ukuran akar tunggang tanaman, kemudian
disiram air secukupnya.
Pemeliharaan

semaian

berupa

pengendalian OPT maupun


larutan 5 gr NPK+2 gr ZA

penyiraman,mewiwil,

penyiangan disesuaikan dengan keperluannya. Pemupukan dengan

/liter air diberikan setiap 2- 3 minggu, dimulai ketika berumur 1


bulan setelah berkecambah sampai dengan

2. Penyediaan Mata Tempel


Pohon induk sumber mata tempel ditanam di Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT)
merupakan varietas unggul yang sudah dilepas oleh Menteri Pertanian/terdaftar, komersial, sesuai
dengan permintaan pasar. Pengertian Blok Penggandaan Mata Tempel adalah:
bangunan rumah kasa (screen house) insec proof berpintu
ganda :
-

Ditanami pohon induk jeruk bebas penyakit kelas Benih

Pokok
-

Ditanam di bedengan dengan jarak tanam rapat 20-25 cm x

40-50 cm
-

Mata tempelnya berasal dari Pohon Induk Dasar di Blok

Fondasi
-

Merupakan sumber mata tempel bagi Penangkasan Benih

Sebar

Rumah kasa berpintu ganda

Tanaman di BPMT

Mata tempel bermutu yang digunakan berasal dari ranting dengan kriteria :
1. Umur tunas 3-4 bulan sejak pertunasan
2. Ukuran diameter (penampang) 0,5- 0,8 cm
3. Memiliki embrio aktif ( mata tunas menonjol) , belum tumbuh tunas
4. Berpenampang

segitiga sampaI bulat, berwarna hijau dan berdaun

5. Berasal dari ranting yang tumbuhnya vertikal/tegak dan


masih segar
6. Sebanyak 2-3 mata tunas pada pangkal ranting tidak digunakan
7. Telah diperlakukan dengan fungisida, pada
lilin cair dan

kedua ujungnya telah ditutup dengan/parafin

dikemas dengan baik

Ranting mata tempel aktif

Diketahui tujuh cendawan yang


mencemari ranting
mata tempel, yaitu: Fusarium sp,
Collectroticum sp., Cercosprora sp., Phytium sp., Alternaria sp., Aspergilus sp., dan Penicillum sp.
yang apabila tidak dikendalikan dapat menurunkan kualitas mata tempel. Perlakuan untuk
mengendalikan cendawan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Ranting-ranting

dipotong

sesuai

dengan

ukuran

yang dikehendaki.

2. Ranting-ranting dicelup dalam larutan klorox 10% yang telah dipersiapkan sebelumnya (100 cc klorox
+ 900 cc air) selama
60 detik kemudian segera dikering-anginkan. Jika selama 15 menit ranting belum kering segera
dibantu dengan kipas angin. Pencelupan dan proses pengeringan yang lama dapat merusak
jaringan mata tempel.
3. Setelah itu dicelup dalam larutan 5% benomyl / Benlate (5 gram Benlate + 1000 cc Air) selama
60 detik dan kemudian dikering anginkan. Jika selama
15 menit ranting belum kering angin
segera dibantu dengan kipas angin.
4. Ranting dimasukkan dalam kantong plastik transparan dan
diikat rapat. Bungkusan ranting mata tempel seharusnya disegel oleh BPSB. Segel BPSB paling
tidak memuat informasi tentang varietas, tanggal panenan, jumlah mata tempel dan kode
blok/bedengan dari mana ranting mata
tempel dipanen dan BPMT.

Pencelupan ranting dalam larutan clorox dan benomyl selama 1 menit

gemasan ranting mata tempel

3. Okulasi
Salah satu kriteria benih jeruk bermutu bebas penyakit yang dihasilkan oleh penagkar adalah
diterbitkannya label biru oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) setempat. Oleh karena
itu apabila penangkar jeruk ingin mendapatkan label benih jeruk bebas penyakit harus melapor pada
setiap pelaksanaan tahapan kegiatannya mulai dari okulasi s/d benih siap salur.

Okulasi/penempelan merupakan metode perbanyakan yang umum digunakan oleh penangkar


jeruk di Indonesia.Ada 3 metode okulasi yang sering digunakan, yaitu :

1. Okulasi Forkert

2. Okulasi Irisan Mata Berkayu


(Chip Budding)

3. Okulasi bentuk huruf T

Cara okulasi diawali dengan membuat sayatan sesuai dengan metode yang dikehendaki yang
dilakukan diantara ruas batang bawah jeruk yang terletak pada ketinggian 20-25 cm diatas
permukaan leher tanaman,kemudian mata tempel disayat dengan bentuk sesuai dengan metode yang
dikehendaki , disisipkan ke sayatan batang bawah dan diikat dengan tali plastik. Tali plastik
pengikat okulasi dibuka setelah 14-21hari, kemudian dibiarkan 7 hari lagi dan selanjutnya dilakukan
pemotongan batang bawah 1-2 cm diatas bidang okulasi.
Tunas okulasi yang tumbuh diseleksi dan dipelihara satu tunas
yang terbaik dan diusahakan tumbuh lurus dan tegak, boleh

dicabangkan apabila sudah mencapai ketinggian lebih dari 50 cm.

20 cm

Pelaksanaan okulasi

ertumbuhan tunas lurus dan tegak

menyisakan 1 tunas okulasi

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi, diantaranya: kondisi fisiologis


batang atas dan batang bawah, kondisi alat yang digunakan (ketajaman pisau, kebersihan pisau),
keterampilan pelaksana/okulator( cara mengikat, pemilihan bahan untuk mengikat) , kondisi lingkungan
(suhu <30 C, kelembaban>70 %).

4. Pemeliharaan Tanaman
Sejak menyemai benih batang bawah sampai dengan benih siap distribusi/salur harus dilakukan
pemeliharaan intensif. Selama dipesemaian, serangan cendawan rebah kecambah/ dumping off
(lanas=bhs.jawa) menjadi kendala utama, tetapi dapat dikendalikan dengan mencabut kecambah
yang terserang memberi fungisida dan memberii naungan atap plastik transparan.

Pemberian sungkup plastik untuk menghindari serangan penyakit rebah kecambah (dumping off)
Serangan penyakit rebah kecambah

(dumping off)

Penyakit Alternaria sp. menyerang tunas yang baru tumbuh, terutama tunas tanaman hasil okulasi
sehingga mengakibatkan tunas tanaman busuk dimulai dari ujung tunas sampai ke pangkal kemudian
tanaman mati. Serangan penyakit ini dapat dilakukan dengan memotong tunas yang terserang,
menyemprot dengan fungisida dan atau memberi naungan atap plastik transparan. Serangan OPT
lain seperti seranggan penular penyakir jeruk Diaphorina citri dan Toxophthera harus diwaspadai
menjadi prioritas utama.

Diaphorina citri

Sekresi Diaphorina citri

Toxophthera sp.

Pemeliharaan lainnya seperti: pewiwilan, penyiangan , penyiraman serta pengendalian organisme


pengganggu tanaman (OPT) disesuaikan dengan kondisi di lapang. Pemberian unsur hara selama
pertumbuhan dalam bentuk pupuk buatan dimulai sejak semaian umur 1 bulan setelah
berkecambah sampai dengan benih siap salur/distribusi yang diberikan dalam bentuk larutan 5 gr
NPK (15-15-15)+3 gr ZA /liter air dengan interval setiap 2-3 minggu terbukti mampu memberikan
pertumbuhan yang baik.

5. Distribusi/Penyaluran Benih
5

Rata-rata benih jeruk di polybag hasil okulasi sudah dapat didistribusikan


bulan sejak okulasi ,

setelah

berumur

pertumbuhan mengalami dua periode pertunasan dengan tinggi tanaman mencapai lebih 50 cm
dari titik okulasi. Penyaluran benih jeruk harus disertakan
label biru yang diikatkan pada
setiap individu tanaman.

Berdasarkan regulasi yang diterbitkan oleh Direktorat Perbenihan Hortikultura perihal Pedoman
Sertifikasi Benih Tanaman Tahunan bahwa persyaratan teknis minimal benih jeruk hasil okulasi
harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
-

Tinggi bidang okulasi dari leher akar = 20-25 cm

Tinggi tanaman 50 cm ( 25-30 cm dari titik okulasi)

Umur tanaman dari okulasi minimal 5 bulan

- Sehat, bebas vektor penyakit utama tanaman jeruk, apabila persyaratan teknis minimal yang
sudah ditentukan tidak tercapai maka tidak akan diterbitkan label biru.

Benih siap salur yang telah memenuhi


persyaratan teknis minimal

Benih tidak dapat disalurkan karena


tidak memenuhi persyaratn teknis
minimal

Anda mungkin juga menyukai