Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

PADA KELOMPOK REMAJA

Kelompok 5 Program Alih Jenis (B) AJ 1

1. MUHAMMAD TARMIZI
2. MUHAMMAD BAGUS SETYAWAN
3. FATICHUL MUHTADI
4. ALPIAN UMBU DEWA
5. TITAH KHALIMATUS SYA'DIYAH
6. RINA AFRIANI
7. YUMIATI TUWA RINGU
8. HENY SULISTYARINI

131611123033
131611123034
131611123035
131611123036
131611123037
131611123038
131611123039
131611123040

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
KATA PENGANTAR

Sebagai insan yang penuh dengan kekurangan dan keterbatasan, tak lupa
penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan karunia-Nya lah, maka penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kelompok Remaja.
Selama proses penulisan makalah ini banyak bimbingan dan dukungan
yang diperoleh dari berbagai pihak, baik moril maupun material. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini di sampaikan ucapan terima kasih yang berlimpah.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca akan penulis terima
sebagai bahan masukkan guna penyempurnaan makalah ini.

Surabaya,

September 2016

Penulis

Daftar Isi

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................2
1.1. Latar belakang................................................................................................2
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................4


2.1 Definisi remaja.................................................................................................4
2.2 Perubahan yang terjadi pada masa remaja...........................................4
2.3 Penyimpangan Perilaku pada Remaja.......................................................6
2.4 Konsep Remaja Sehat.................................................................................24
2.5 Program pemerintah untuk remaja..........................................................27
2.6 Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Remaja................30
2.7 Contoh Kasus Asuhan Keperawatan Komunitas pada Remaja..........37

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................52


3.1 Kesimpulan.....................................................................................................52
3.2 Saran................................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................55

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar belakang
Remaja merupakan salah satu asset bangsa yang harus dijaga betul-betul,

karena merekalah yang akan menjadi penerus bangsa ini. Masa remaja
merupakan

masa

dimana

dianggap

sebagai

masa

topan

badai

dan stress (Storm and Stress), karena mereka telah memiliki keinginan bebas
untuk menetukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka ia

akan

menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi kalau
tidak terbimbing maka ia bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan
dengan baik.
Masa remaja merupakan tahap perkembangan yang rawan. Masalah yang
paling banyak ditemukan : kehamilan, penyalahgunaan obat dan alkohol,
kecelakaan, bunuh diri, penyakit karena hubungan sex ( Lancaster, 1996). Di
Indonesia, masalah remaja : penyalahgunaan obat dan alkohol, kehamilan,
perilaku kekerasan dan malnutrisi.
Oleh karena itu diharapkan keperawatan kesehatan komunitas ini yang
merupakan sebuah pelayanan kesehatan yang memfasilitasi berbagai masalah
pada komunitas, dapat

memberikan dukungan peran kepada masyarakat

secara aktif yang bersifat promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitative


dan juga terhadap kelompok remaja dengan berbagai permasalahannya.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada kelompok remaja.
1.3 Tujuan
1. Menentukan konsep asuhan keperawatan komunitas pada kelompok
remaja

53

2. Menyusun asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus yaitu


remaja
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mengerti dan memahami tentang definisi remaja.
2. Mahasiswa mengerti dan memahami perubahan dan perkembangan yang
terjadi pada masa remaja.
3. Mahasiswa mengerti dan memahami perilaku menyimpang pada remaja.
4. Mahasiswa mengerti dan memahami konsep remaja sehat.
5. Mahasiswa mengerti dan memahami mengenai program pemerintah untuk
remaja.
6. Mahasiswa mengerti dan memahami asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok remaja.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi remaja


Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24
tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia
tergolong dalam dewasa dan bukan lagi remaja. Sebaliknya jika usia sudah
bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri),
maka tetap dimasukkan ke dalam kelompok remaja.
Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada diantara fase anak
dan dewasa yag ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif dan emosi.
Untuk mendeskripsikan remaja dari waktu ke waktu memang berubah sesuai
perkembangan zaman. Ditinjau dari segi pubertas, 100 tahun terakhir usia
remaja putri mendapatkan haid pertama semakin berkurang dari 17,5 tahun
menjadi 12 tahun, demikina pula remaja pria. Kebanyakan orang
menggolongkan remaja dari usia 12 tahun 24 tahun dan beberapa literature
yang menyebutkan 15 -24 tahun. Hal yang terpenting adalah seseorang
mengalami perubahan pesat dalam hidupnya di berbagai aspek (Effendi, Ferry,
& Makfudhli, 2009)

2.2 Perubahan yang terjadi pada masa remaja


Menurut (Depkes, 2010), Perubahan dan perkembangan yang terjadi
pada masa remaja antara lain:
1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik dan psikologis remaja oleh adanya perubahan
hormonal. Hormone yang dihasilkan oleh kelnjar endokrin yang dikontrol
oleh sususnan saraf pusat, khususnya hipotalamus. Beberapa jenis
hormone yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah

53

hormon

pertumbuhan

(Growth

hormone),

hormone

gonadotropik,

esterogen , progesterone serta testosterone.


a. Percepatan berat badan dan tinggi badan
Selama 1 tahun pertumbuhan tinggi badan laki-laki dan perempuan
rata-rata meningkat 3,5- 4,1 inchi. Berat badan juga meningkat karena
ada perubahan otot pada laki-laki dan penambahan lemak pada
perempuan.
b. Perkembangan karakteristik seks sekunder
Karakteristik sekunder pada perempuan meliputi pertumbuhan bulu
rambut pada pubis, pertumbuhan rambut di ketiak, serta menarche
atau menstruasi pertama.
Sedangkan pada laki-laki terjadi pertumbuhan penis, pembesaran
skrotum, perubahan suara, pertumbuhan kumis dan jenggot,
meningkatnya timbunan lemak, dan meningkatnya aktivitas kelenjar
sehingga menimbulkan jerawat.
c. Perubahan bentuk tubuh
Pada laki-laki terjadi perubahan bentuk tubuh seperti bentuk dada
yang membesar dan membidang, serta jakun lebih menonjol.
Sedangkan pada perempuan, pinggul dan payudara membesar, serta
keadaan putting susu yang lebih menonjol.
d. Perkembangan otak
Pada masa remaja awal sampai akhir, otak nelum sepenuhnya
berkembang secara sempurna, sehingga pada masa ini kemampuan
pengendalian emosi dan mental masih belum stabil.
2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget
(seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir
dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of

formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah


memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalahmasalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja
berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan

banyak

alternatif

pemecahan

masalah

beserta

kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan


abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multidimensi seperti ilmuwan.
3. Perkembang Psikososial
Masa remaja merupakan masa transisi emosional, yang ditandai
dengan perubahan dalam cara melihat diriny sendiri. Sebagai remaja
dewasa, intelektual dan kognitif juga mengalami perubahan, yaitu dengan
merasa alebih dari yang lain, cenderung bekerja secara lebih kompleks
dan abstrak, serta lebih tertarik untuk memahami kepribadian mereka
sendiri dan berprilaku menurut cara mereka.
Transisional social yang dialami oleh remaja ditunjukkan dengan
adanya perubahan hubungan social. Salah satu hal yang pernting dalan
perubahan social pada remaja adalah meningkatnya waktu untuk
berhubungan dengan rekan-rekan mereka, serta lebih intens dan akrab
dengan lawan jenis.
2.3 Penyimpangan Perilaku pada Remaja
1. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah perilaku yang melampaui batas toleransi
orang lain dan lingkungannya. Tindakan ini dapat merupakan perbuatan
yang melanggar hak azasi manusia sampai melanggar hukum. (Depkes,
2010)
Berdasarkan bentuknya, Sartono (1985) membagi kenakalan
remaja ke dalam tingkatan sebagai berikut:
a. Kenakalan biasa, seperti berkelahi, membolos sekolah, pergi dari
rumah tanpa pamit dan berkelahi dengan teman.

53

b. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, seperti:


mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa
izin, mencuri dan kebut-kebutan.
c. Kenakalan khusus, seperti penyalahgunaan obat, hubungan seks di
luar nikah, pemerkosaan, kasus pembunuhan dan menggugurkan
kandungan.
2. Penyimpangan Perilaku Seksual
Menurut Depkes (2010), mengartikan perilaku seksual sebagai
tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis
maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat
beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, bercumbu dan
bersenggama. Objek seksualnya dapat berupa orang ( baik sejenis
maupun lawan jenis), orang dalam khayalan atau diri sendiri.
Istilah penyimpangan seksual (sexual deviation) sering disebut
juga dengan abnormalitas seksual (sexual abnormality), ketidak wajaran
seksual (sexual perversion), dan kejahatan seksual (sexual harassment).
Penyimpangan seksual (deviasi seksual) bisa didefinisikan sebagai
dorongan dan kepuasan seksual yang ditunjukan kepada obyek seksual
secara tidak wajar.
Menurut Junaedi (2010), penyimpangan seksual kadang disertai
dengan ketidakwajaran seksual, yaitu perilaku atau fantasi seksual yang
diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi diluar hubungan kelamin
heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang
belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku
seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum.
Kalau menurut Abdullah (2008), Penyimpangan seksual adalah
aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan
kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang
digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang
tidak wajar.

Sedangkan menurut Farhan (2002) yang dimaksud penyimpangan


seksual adalah pemenuhan nafsu biologis dengan cara dan bentuk yang
menyimpang dari syariat, fitrah dan akal sehat.
Ketidakwajaran seksual mencakup perilaku-perilaku seksual atau
fantasi-fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat
relasi di luar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin
yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan
dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa
diterima secara umum.
Faktor-faktor penyebab penyimpangan seksual ini antara lain:
a. Meningkatnya libido seksualitas
Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat
seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasyrat seksual ini
membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual
tertentu.
b. Penundaan usia perkawinan
Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya
penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya
undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia
menikah (sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria),
maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut
persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan,
pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).
c. Tabu-larangan
Tabu-tabu ini jadinya mempersulit komunikasi. Sulitnya
komunikasi, khususnya dengan orang tua, pada akhirnya akan
menyebabkan perilaku seksual yang tidak diharapkan.
d. Kurangnya informasi tentang seks
Pada umumnya mereka ini memasuki usia remaja tanpa
pengetahuan yang memadai tentang seks dan selama hubungan
pacaran berlangsung pengetahuan itu bukan saja tidak bertambah,
akan tetapi malah bertambah dengan informasi-informasi yang salah.

53

Hal yang terakhir ini disebabkan orang tua tabu membicarakan seks
dengan anaknya dan hubungan orang tua-anak sudah terlanjur jauh
sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat,
khususnya teman.
e. Pergaulan yang makin bebas
Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya
dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya di kota-kota besar. Di pihak lain, tidak dapat diingkari
adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan
wanita dalam masyarakat sebagai akhibat berkembangnya peran dan
pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan
pria (Sarwono, 2002).

Adapun macam-macam penyimpangan seksual, diantaranya:


a. Gangguan-gangguan pada tingkah laku seksual yang berlaku umum
(tidak khusus remaja), menurut Sarwono (2002) terdiri dari 4
kelompok besar yang masing-masing terdiri dari beberapa
subkelompok yaitu sebagai berikut:
1) Gangguan identitas jenis
Gambaran utama dari gangguan ini adalah ketidaksesuaian
antara alat kelamin dengan identitas jenis yang terdapat pada diri
seseorang. Jadi seorang yang beralat kelamin laki-laki merasa
dirinya wanita, ataupun sebaliknya. Identitas jenis yang
menyimpang ini dinyatakan dalam perbuatan (cara berpakaian,
mainan kegemarannya), ucapan maupun objek seksualnya:
a) Transeksualisme
Pada orang dewasa, gangguan identitas jenis ini
dinamakan

transeksualisme.

Minat

seksual

kaum

transeksual ini biasanya adalah yang sejenis kelamin


(homoseksual, walaupun mereka tidak mau disebut sebagai
homoseks), tetapi juga yang melaporkan pernah mengalami
hubungan heteroseksual dan beberapa di antara mereka
dilaporkan aseksual (tidak berminat pada seks).

b) Gangguan identitas jenis masa kanak-kanak


Walaupun transeksualisme biasanya mulai timbul
sejak masa kanak-kanak, akan tetapi ada gangguan jenis
yang hanya terjadi pada masa kanak-kanak saja.
c) Gangguan identitas jenis tidak khas
Yaitu tidak sepenuhnya menunjukkan tanda-tanda
transeksualisme, akan tetapi ada perasaan-perasaan tertentu
yang menolak struktur anatomi dirinya seperti merasa tidak
mempunyai vagina atau vagina yang akan tumbuh menjadi
penis (pada wanita), atau merasa tidak punya penis atau
jijik pada penisnya sendiri (pada pria).
2) Parafilia
Adalah gangguan seksual karena pada penderita seringkali
menghayalkan perbuatan seksual yang tidak lazim, sehingga
khayalan tersebut menjadi kekuatan yang mendorong penderita
untuk mencoba dan melakukan aktivitas yang dikhayalkannya.
Dapat dilihat dari tiga kategori :
a) Dari cara penyaluran dorongan seksualnya:
Masochisme : Mendapatkan kegairahan seksual melalui

cara dihina, dipukul atau penderitaan lainnya


Sadisme : Mencapai kepuasan seksual dengan cara
menimbulkan penderitaan psikologik atau fisik (bisa
berakhibat cidera ringan sampai kematian) pada

pasangan seksnya.
Eksibitionisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan

memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain.


Scoptophilia : Mendapatkan kepuasan seks dari melihat

aktivitas seksual.
Voyeurisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan

melihat orang telanjang.


Transvestisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan

memakai pakaian dari lawan jenisnya.


Sodomi : Mendapatkan kepuasan

seks

melakukan hubungan seksual melalui anus

53

dengan

Seksualoralisme : Mendapatkan kepuasan seks dari


aplikasi mulut pada genitilia partnernya

b) Dari orientasi atau sasaran seksual yang menyimpang


Pedophilia : Seseorang dewasa mendapat kepuasan seks

dari hubungan dengan anak-anak.


Bestiality : Mendapatkan kepuasan seks dari hubungan

dengan binatang
Zoophilia : Mendapatkan kepuasan dengan melihat

aktivitas seksual dari binatang


Necriphilia : Mendapatkan kepuasan seks dengan

melihat mayat, coitus dengan mayat.


Pornography : Mendapatkan kepuasan seks dengan
melihat gambar porno lebih terpenuhi dibandingkan

dengan hubungan seksual yang normal.


Fetishisme : Pemenuhan dorongan seksual melalui

pakaian dalam lawan jenis.


Frottage : Mendapatkan kepuasan seks dengan meraba
orang yang disenangi dan biasanya orang tersebut tidak

mengetahuinya.
Incest : Hubungan seksual yang dilakukan antara dua

orang yang masih satu darah.


Mysophilia, coprophilia dan Urophilia : Senang pada

kotoran, faeces dan urine.


Masturbasi : Mendapatkan kepuasan seks dengan
merangsang genitalnya sendiri.

c) Dilihat dari tingkat penyimpangan, keinginan, dan kekuatan


dorongan seksual :
Nymphomania : Seorang wanita yang mempunyai
keinginan seks yang luar biasa atau yang harus

terpenuhi tanpa melihat akibatnya.


Satriasis : Keinginan seksual yang luar biasa dari

seorang lelaki.
Promiscuity dan prostitusi : Mengadakan hubungan
seksual dengan banyak orang.

Perkosaan : Mendapatkan kepuasan seksual dengan


cara paksa.

3) Disfungsi Psikoseksual
a) Gambaran utama dari Disfungsi Psikoseksual adalah
terdapat hambatan pada perubahan psikofisiologik yang
biasanya terjadi pada orang yang sedang bergairah seksual.
Hambatan selera seksual
Sukar atau tidak bis timbul minat seksual sama
sekali secara menetap dan meresap.

Hambatan gairah seksual


Pada laki-laki: gagal sebagian atau seluruhnya
untuk mencapai atau mempertahankan ereksi sampai
akhir aktivitas seksual (impotensia).
Pada wanita: gagal sebagai atau seluruhnya
untuk mencapai atau mempertahankan pelumasan dan
pembengkakan vagina (yang merupakan respons gairah
seksual wanita) sehingga akhir dari aktivitas seksual
(frigiditas).

Hambatan orgasme wanita


Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi
orgasme pada wanita setelah terjadi gairah seksual yang
lazim selama aktivitas seksual.

Hambatan orgasme pria


Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi
ejakulasi atau terlambat berejakulasi setelah terjadi fase
gairah seksual yang lazim selama aktivitas seksual.

Ejakulasi prematur
Secara berulang-ulang dan menetap terjadi
ejakulasi sebelum dikehendaki karena tidak adanya
pengendalian yang wajar terhadap ejakulasi selama
aktivitas seksual.

53

Dispareunia fungsional
Rasa nyeri yang berulang dan menetap pada alat
kelamin sewaktu senggama, baik pada pria maupun
wanita.

Vagina fungsional
Ketegangan otot vagina yang tidak terkendali
sehingga mengalami senggama.

4) Ganguan seksual pada remaja


Seringkali dijumpai gangguan seksual pada masa remaja
seperti ejakulasi dini atau impotensi, bisa juga dijumpai adanya
hambatan selera seksual dan hambatan gairah seksual. Libido
seksual yang rendah dan kecemasan yang berkaitan dengan seks
seperti vaginismus.
Namun sebagian dari gangguan tersebut belum bersifat
permanen melainkan bersifat situasional dan belum bisa
dikategorikan sebagai kelainan. Hal ini disebabkan kecemasan
dan perasaan bersalah yang begitu kuat, sehingga bisa
menghambat dorongan seksual karena status yang belum
membolehkan untuk melakukan hubungan seksual.

Adapun akibat dari perilaku seksual menyimpang:


1. Akibat dari meningkatnya aktivitas seksual pada remaja yang tidak
diimbangi dengan alat kontrasepsi diantaranya adalah kehamilan
remaja atau pranikah sehingga banyak remaja yang melakukan
tindakan aborsi (pengguguran kandungan) dengan cara meminum
ramuan

atau

jamu,

memijat

peranakannya

atau

mencoba

mengeluarkan janin dengan cara bantuan dukun atau meminum obatobatan yang diberikan dokter atau bidan. Cara tersebut bisa
mengakhibatkan perdarahan, infeksi sehingga kematian si calon ibu.
Sedangkan pada janin mengalami kecacatan mental maupun

fisikdalam

masa

pertumbuhannya

(Direktorat

Remaja

dan

Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, 2001).


2. Salah satu akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak
sehat adalah penyakit menular seksual (PMS). Penyakit ini disebut
juga venereal, berasal dari kata venus, yaitu Dewi Cinta dari Romawi
kuno. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya
seseorang melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti
pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual dengan
seseorang yang sebelumyan telah terjangkit salah satu penyakit ini.
Penyakit seksual ini sangat berbahaya. Pengobatan untuk setiap jenis
penyakit

berbeda-beda,

beberapa

diantaranya

tidak

dapat

disembuhkan (Dianawati, 2006).


3. Sebagai konsekuensi logis dari perilaku seks menyimpang adalah
munculnya berbagai penyakit kelamin (veneral diseases, VD), atau
penyakit akibat hubungan seksual (sexually transmitted diseases,
STD). Berbagai penyakit kelamin yang kini dikenal di dunia
kedokteran adalah: sifilis, gonore, herpes simplex, limprogranuloma
akuminata venerium, granuloma inguinale, trikomonas, kondiloma
akuminata, dan AIDS.
4. Dari berbagai penyakit itu yang paling terkenal, paling berbahaya dan
paling banyak diderita oleh pelaku seks bebas (termasuk pelaku seks
menyimpang seperti homoseks, seks anal, dan sebagainya) adalah:
sifilis, gonore, herpes progenitalis dan AIDS (Junaedi, 2010).
a) Gonorea
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan
lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang
organ seks dan organ kemih. Selain itu, akan menyerang selaput
lendir mulut, mata, anus, dan beberapa organ tubuh lainnya.
Bakteri yang membawa penyakit ini. dinamakan Gonococcus.
b) Sifilis
Sifilis dikenal juga dengan sebutan Raja Singa. Penyakit
ini sangat berbahaya. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan
seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang yang

53

tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik). Penyebab


timbulnya penyakit ini adalah adanya kuman Treponema
pallidum.
c) Herpes
Herpes termasuk jenis penyakit tua karena sudah ada sejak
lama, ditularkan oleh bangsa yunani, romawi, dan louis XV.
Herpes termasuk jenis penyakit biasa, disebabkan oleh virus
harpes simpleks.
d) Klamidia
Klamidia berasal dari kata chlamydia, sejenis organisme
mikroskopik yang dapat menyebabkan infeksi pada leher rahim,
rahim, saluran indung telur, dan saluran kencing. Gejala yang
banyak dijumpai pada penderita penyakit ini adalah keluarnya
cairan dari vagina yang berwarna kuning , disertai rasa panas
seperti terbakar ketika kencing.
e) Candida
Penyakit ini biasa juga disebut sebagai infeksi ragi.
Sebenarnya, dalam vagina terdapat berjuta-juta ragi. Meskipun
tidak akan menimbulkan masalah, karena ragi berkembang terlalu
pesat, dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan infeksi.
f) Chancroid
Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit
kelamin dan menyebabkan luka kecil bernanah. Jika luka ini pecah,
bakteri akan menjalar ke daerah pubik dan kelamin.
g) Granuloma inguinale
Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan
oleh bakteri. Bagian yang terserang biasanya permukaan kulit
penis, bibir vagina, klitoris, dan anus, akan berubah membentuk
jaringan berisi cairan yang mengeluarkan bau tidak sedap.
h) Lymphogranuloma venereum

Penyakit ini biasa disingkat LGV, disebabkan oleh virus


dan dapat mempengaruhi seluruh organ tubuh. Penyakit ini sangat
berbahaya karena antibiotik tidak dapat menanggulanginya.
i) AIDS
AIDS adalah sebuah singkatan dari Acquired Immuno
Deficiency Syndrome. Artinya, suatu gejala menurunnya sistem
kekebalan tubuh seseorang.
j) HIV
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency
Virus, yaitu sejenis virus yang menyebabkan AIDS.
k) ARC
ARC

merupakan

singkatan

dari

AIDS

Related

Complex, menyebabkan timbulnya pembekakan pada kalenjar di


sekitar pangkal paha dan daerah lainnya.
l) Scabies
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis serangga yang disebut
mite. Serangga tersebut dapat masuk melalui daerah kelamin
dan dapat berkembangbiak secara cepat.
m) PID
Merupakan singkatan dari Pelvis Inflammatory Disease,
yaitu suatu penyakit infeksi sistem saluran reproduksi perempuan,
seperti gonorea atau clamydia.
n) Trichomonas infection
Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang menyerang
vagina perempuan dan menyebabkan terjadinya infeksi dengan
mengeluarkan cairan busa disertai dengan rasa gatal dan panas
pada vagina tersebut.
o) Venereal warts
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang alat
kelamin seseorang. Pada laki-laki, virus ni menyerang bagian

53

kepala penis. Pada perempuan, virus ini biasanya menyerang bibir


vagina dan daerah sekitar anus (perineum) (Dianawati, 2006).

3. Remaja dan NAPZA


Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/ bahan
berbahaya. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan (Indonesia, 1997).
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA dalam
jumlah berlebihan, secara berkala atau terus-menerus, berlangsung cukup
lama sehingga dapat merugikan kesehatan jasmani, mental dan kehidupan
sosial (Joewana, 2004).
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus,
bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan
kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi
umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan
ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologic
terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh
efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda
ketergantungan fisik (Stuart & Sundeen, 1998).
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang sering tampak
pada para pengguna NAPZA, dilihat dari :
a. Ciri-ciri Umum
1) Terjadi perubahan perilaku yang signifikan
2) Sulit diajak bicara
3) Mulai sulit untuk diajak terlibat dalam kegiatan keluarga
4) Mulai sering pulang terlambat tanpa alasan
5) Mudah tersinggung
6) Mulai berani membolos dan meninggalkan pekerjaan sehari-hari
b. Perubahan Fisik dan Lingkungan

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Jalan sempoyongan, bicara pelo, dan tampak terkantuk-kantuk


Mata merah dan berair
Hidung berair atau seperti pilek
Pola tidur berubah, bangun di malam hari dan bangun di siang hari
Kamar tidak mau diperiksa atau selalu terkunci
Sering menerima telpon atau tamu yang tidak dikenal
Ditemukan obat-obatan, kertas timah, jarum suntik, dan korek api

di kamar atau di dalam tas


8) Terdapat tanda-tanda bekas suntikan atau sayatan di bagian tubuh
9) Sering kehilangan uang atau barang di rumah
10) Mengabaikan kebersihan diri
c. Perubahan Perilaku Sosial
1) Menghindari kontak mata langsung ketika berbicara dengan orang
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

lain
Berbohong atau memanipulasi keadaan
Kurang disiplin
Bengong atau linglung
Suka membolos sekolah atau dari pekerjaan kantor
Mengabaikan kegiatan ibadah
Menarik diri dari aktivitas bersama keluarga
Sering menyendiri atau bersembunyi di kamar mandi, di gudang

atau tempat-tempat tertutup


d. Perubahan Psikologis
1) Mudah tersinggung
2) Sering terjadi perubahan mood yang mendadak
3) Malas melakukan aktivitas sehari-hari
4) Sulit berkonsentrasi
5) Tidak memiliki tanggung jawab
6) Emosi tidak terkendali
7) Tidak peduli dengan nilai dan norma yang ada
8) Merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan
9) Cenderung melakukan tindak pidana kekerasan
UPAYA PENANGGULANGAN
Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Upaya preventif dapat dilakukan diberbagai lingkungan seperti lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyaakt dan pemerintah.
Upaya tersebut dapat dilakukan melalui :
1) Perlu penanaman nilai-nilai agama pada diri remaja.

53

2) Orang tua harus menciptakan kehidupan beragama dalam rumah


tangga dengan suasana yang harmonis yang penuh dengan rasa
kasih sayang antara ayah, ibu dan anak.
3) Bapak dan ibu guru harus menciptakan lingkungan sekolah yang
bersih dan kondusif bagi anak didiknya dengan menerapkan tata
tertib sekolah, pengawasan dan koordinasi dengan orang tua/
wali dan masyarakat sekitar.
4) Tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pengusaha menciptakan
lingkungan sosial yang sehat bagi perkembangan anak/ remaja
melalui pengawasan lingkungan yang berkelanjutan.
5) Perlu adanya peran pemerintah yang super aktif dalam upaya
menciptakan bangsa ini menjadi bangsa yang bebas dari
NAPZA. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mendirikan
lembaga infra dan suprastruktur yang memiliki fungsi
pengawasan,

melakukan

sosialisasi

secara

terprogram,

memberikan contoh keteladan yang baik kepada masyarakat,


menciptakan aturan hukum sebagai pedoman bagi masyarakat
dan aparat dalam berperilaku dan nelakukan hubungan
kerjasama baik bilateral mapun multilateral dalam hal upaya
penanggulangan peredaran NAPZA.
b. Tindakkan Hukum
Dukungan semua pihak dalam pemberlakuan Undang-Undang
dan peraturan disertai tindakkan nyata demi keselamatan generasi
muda penerus dan pewaris bangsa. Sayangnya KUHP belum
mengatur tentang penyalahgunaan narkoba, kecuali UU No :5/1997
tentang Psikotropika dan UU no: 22/1997 tentang Narkotika.
UPAYA PEMULIHAN
Upaya pemulihan yang sesungguhnya adalah dengan
merubah gaya hidup dan sikap pada seorang pecandu secara
mendasar,

yaitu

pola

pikir

dan

perilaku

adiktif

menyebabkannya kecanduan narkoba (Martono, 2006)


a. Pengobatan

yang

Terapi pengobatan yang dilakukan untuk pasien NAPZA


misal dengan detoksifikasi. Detoksifikasi adalah upaya untuk
mengurangi atau menghentikan gejala putus zat dengan dua
cara:
1) Detoksifikasi tanpa substitusi
Klien hanya dibiatkan saja sampai gejala putus zat
tersebut berhenti sendiri. Klien yang ketergantungan tidak
diberikan obat untuk menghilangkan gejala putus obat
tersebut.
2) Detoksifikasi dengan substitusi
Putau atau heroin dapat

disubstitusi

dengan

memberikan jenis opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan


metadon. Substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan
alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam.
Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis
secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama
pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang
menghilangkan

gejala

simptomatik,

misalnya

obat

penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau sesuai
dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut.
b. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan
secara utuh dan terpadu melalui pendekatan non medis,
psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang
menderita
kemampuan

sindroma
fungsional

ketergantungan
seoptimal

dapat

mencapai

mungkin.

Tujuannya

pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial,


dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus
memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan (Depkes,
2001).
Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA
menjalani program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi medik
selama 1 (satu) minggu dan dilanjutkan dengan program
pemantapan (pascadetoksifikasi) selama 2 (dua) minggu, maka

53

yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya


yaitu rehabilitasi (Hawari, 2003)
Menurut Hawari (2003),

bahwa

setelah

klien

mengalami perawatan selama 1 minggu menjalani program


terapi dan dilanjutkan dengan
pemantapan terapi selama 2 minggu maka klien
tersebut akan dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat
rehabilitasi, dan unit lainnya) selama 3-6 bulan. Sedangkan
lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter sembuh
menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja
bisa sampai 2 tahun.
Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah
selesai menjalani detoksifikasi sebagian besar akan mengulangi
kebiasaan menggunakan NAPZA, oleh karena rasa rindu
(craving) terhadap NAPZA yang selalu terjadi (Depkes, 2001).
c. Jenis program rehabilitasi:
a) Rehabilitasi psikososial
Program
rehabilitasi

psikososial

merupakan

persiapan untuk kembali ke masyarakat (reentry program).


Oleh karena itu, klien perlu dilengkapi dengan pengetahuan
dan keterampilan misalnya dengan berbagai kursus atau
balai latihan kerja di pusat-pusat rehabilitasi. Dengan
demikian diharapkan bila klien selesai menjalani program
rehabilitasi dapat melanjutkan kembali sekolah/kuliah atau
bekerja.
b) Rehabilitasi kejiwaan
Dengan menjalani rehabilitasi diharapkan agar klien
rehabilitasi yang semua berperilaku maladaptif berubah
menjadi adaptif atau dengan kata lain sikap dan tindakan
antisosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat
bersosialisasi dengan sesama rekannya maupun personil
yang membimbing dan mengasuhnya.
Meskipun sudah menjalani terapi detoksifikasi,
seringkali perilaku maladaptif tadi belum hilang, keinginan

untuk menggunakan NAPZA kembali atau craving masih


sering muncul, juga keluhan lain seperti kecemasan dan
depresi serta tidak dapat tidur (insomnia) merupakan
keluhan yang sering

disampaikan ketika melakukan

konsultasi dengan psikiater. Oleh karena itu, terapi


psikofarmaka masih dapat dilanjutkan, dengan catatan jenis
obat psikofarmaka yang diberikan tidak bersifat adiktif
(menimbulkan

ketagihan)

dan

tidak

menimbulkan

ketergantungan. Dalam rehabilitasi kejiwaan ini yang


penting adalah psikoterapi baik secara individual maupun
secara kelompok.
Yang termasuk rehabilitasi kejiwaan ini adalah
psikoterapi/konsultasi keluarga yang dapat dianggap sebagai
rehabilitasi keluarga terutama keluarga brokenhome. Gerber
(1983 dikutip dari Hawari, 2003) menyatakan jka konsultasi
keluarga perlu dilakukan agar keluarga dapat memahami
aspek-aspek

kepribadian

anaknya

yang

mengalami

penyalahgunaan NAPZA.
c) Rehabilitasi komunitas
Berupa program terstruktur yang diikuti oleh mereka
yang tinggal dalam satu tempat. Dipimpin oleh seorang
mantan pemakai yang dinyatakan memenuhi syarat sebagai
konselor, setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Tenaga profesional hanya sebagai konsultan saja. Di sini
klien dilatih keterampilan mengelola waktu dan perilakunya
secara efektif dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga
dapat mengatasi keinginan mengunakan narkoba lagi atau
nagih (craving) dan mencegah relaps.
Dalam program ini semua klien ikut aktif dalam
proses terapi. Mereka bebas menyatakan perasaan dan
perilaku sejauh tidak membahayakan orang lain.
d) Rehabilitasi keagamaan

53

Rehabilitasi keagamaan masih perlu dilanjutkan


karena

waktu

detoksifikasi

tidaklah

cukup

untuk

memulihkan klien rehabilitasi menjalankan ibadah sesuai


dengan keyakinan agamanya masing-masing. Pendalaman,
penghayatan, dan pengamalan keagamaan atau keimanan ini
dapat menumbuhkan kerohanian (spiritual power) pada diri
seseorang sehingga mampu menekan risiko seminimal
mungkin terlibat kembali dalam penyalahgunaan NAPZA.
2.4 Konsep Remaja Sehat
Menurut Lautel dan Klatell tahun 1991, Konsep diri mempengaruhi
kesehatan mental dan bahkan perkembangan kepribadian remaja. Untuk
membina konsep diri yang sehat (positif), remaja perlu menilai diri sendiri.
Candles pada tahun 1972 mengemukakan bahwa ramaja yang memiliki
penilaian diri sendiri, menapakkan hidup bahagia karena dapat menerima
keberadaan dirinya sendiri sebagaimana adanya. Mereka dapat menyadari
bahwa mereka bukanlah individu yang sempurna, dan dapat menerima
kegagalan dan memahami kegagalan tersebut sebagai jalan untuk sukses,
bukan sebagi kebodohan.
Mc Candles mengemukakan konsep diri remaja sebagai berikut :
1. Tepat dan sama.
Konsep Diri remaja tepat dan sama dengan kenyataan pada diri remaja
tersebut, contohnya adalah remaja merasa dirinya mampu berprestasi di
sekolah, kenyataannya memang dia berpretasi di sekolah, atau seorang
remaja laki-laki mampu memerankan diri dengan baik dalam penampilan
dan tugas serta tanggung jawabnya sebagai seorang lelaki.
2. Fleksibel.
Konsep Diri remaja yang sehat ditandai oleh fleksibel atau keluwesan
remaja dalam menjalankan peran dalam masyarakat. Contohnya sebagai
siswa di sekolah tugasnya adalah belajar, sedangkan dirumah tugasnya
sebagai seorang kakak mengasuh adik dan membantu keluarga. Remaja ini
mudah berubah pendapat, sulit dipercaya dan tidak tegas dalam
menentukan jalan hidupnya.
3. Kontrol diri.

Konsep diri remaja yang sehat mampu mengatur hidupnya sendiri sesuai
standar tingkah laku dirinya sendiri, bukan di atur oleh orang lain. Remaja
ini mudah menyesuaikan diri dengan standar tingkah laku yang dituntut
lingkungan, mudah memotivasi diri untuk mencapai tujuan hidup.

Rini (2004) konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa
pertumbuhan seorang manusia sejak kecil hingga dewasa. Lingkungan,
pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang
tua dari lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai
siapa dirinya. Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup.
Tanda-tanda remaja yang memiliki konsep diri yang positif adalah:
1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini
mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk
mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya
bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
2. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak
sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai
orang lain.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu
tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima
pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.
4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan
keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh
masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan
menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh
masyarakat.
5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu
untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang
lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima
di lingkungannya.

53

Menurut Gunarsa (2008), berikut adalah beberapa tugas perkembangan


bagi remaja :
1. Menerima keadaan fisiknya
Pada masa ini remaja mengalami berbagai macam perubaha fisik.
Perbedaan antara harapan remaja maupun harapan lingkungan dengan
keadaan fisik remaja, menimbulkan masalah bagi remaja, sehingga
sulit baginya untuk menerima keadaan.
2. Memperoleh kebebasan emosional
3. Mampu bergaul
Dalam usaha memperluas pergaulan, remaja sering menghadapi
berbagai macam keadaan, mengalami pengaruh lingkungan baik yang
mengarahkan maupun mengombangambingkannya. Pada masa remaja
bekal pegangan hidup dari orangtua sering dianggapnya kadaluarsa.
Dalam kekosongan ini remaja mudah terombang-ambing, tidak tahu
tempatnya, tidak dapat menempatkan dirinya sehingga perlu
melaksanakan tugas perkembangan selanjutnya.
4. Menemukan mode untuk identifikasi
Remaja pada masa ini sedang merenggangkan diri dari ikatan
emosional dengan orangtuanya. Mereka sedang membongkar landasan
hidup, yang sudah diletakkan orangtuanya sepanjang masa anak.
Menurut E.H. Erikson, pada masa ini remaja harus menemukan
identitas diri. Ia harus memiliki gaya hidup sendiri, yang bisa dikenal
dan ajek walaupun berbagai macam perubahan.
5. Mengetahui dan menerima kemampuan diri
Pada masa ini, terlihat juga perubahan dalam cara berpikir remaja yang
menunjukkan bertambahnya minat terhadap peristiwa yang tidak
langsung dan hal-hal yang tidak konkrit. Pikirannya menjangkau ke
masa depan. Dengan kemampuan berpikir abstrak remaja cenderung
berpikir

tentang

kemugkinan-kemungkinan,

sehingga

sering

menghadapi kenyataan yang berbeda atau bertentangan dengan


kemungkinan yang dipikirkannya.
6. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Remaja sangat muda terpengaruh oleh lingkungan luar dan dalam.
Lingkungan luar dan perngaruhnya kadang perlu dihambat dan dicegah
supaya tidak terlalu besar perangsangannya terutama yang bersifat

negatif. Lingkungan dalam remaja penuh gejolak perasaan, keinginan,


dan dorongan yang bisa tersalur dalam perilakunya.
Menurut G. Konopka, masa remaja merupakan fase yang paling
penting dalam pembentukan nilai. Pembentukan nilai remaja
merupakan suatu proses emosional dan intelektual yang sangat
dipengaruhi oleh interaksi sosial. Lingkungan sosial merupakan
sumber keterangan utama dari arti dan nilai-nilai.
7. Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan
Seorang anak masih bersifat egosentris. Segala hal dipandang melalui
sudut pandangnya sendiri, terpusat pada keinginan dan kebutuhan
sendiri. Reaksi dan tingkahlakunya sangat dipengaruhi oleh emosi dan
kebutuhannya, sehingga sulit menangguhkan terpenuhinya suatu
kebutuhan tertentu. Sebaiknya, seorang remaja diharapkan bisa
meninggalkan kecenderungan, keinginan untuk menang sendiri.

2.5 Program pemerintah untuk remaja


Salah satu upaya pemerintah dalam menangani permasalahan remaja
adalah dengan pembentukan Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR). Program ini dapat dilaksanakan di Puskesmas,Rumah Sakit atau
sentra-sentra dimana remaja berkumpul seperti mall (Depkes,2005).
Dalam pelaksanaan PKPR di Puskesmas, remaja diberikan pelayanan
khusus melalui perlakuan khusus yang disesuaikan dengan keinginan, selera
dan kebutuhan remaja. Secara khusus, tujuan dari program PKPR adalah
meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas,
meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja
dalam pencegahan masalah kesehatan dan meningkatkan keterlibatan remaja
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja.
Salah satu bentuk perhatian pemerintah terhadap kesehatan remaja terlihat dari
dicanangkannya pembentukan PKPR di tingkat Puskesmas pada tahun 2003
yang diadopsi dari WHO (World Health Organization).

53

Program kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya untuk membantu


remaja sagar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku kehidupan
reproduksi sehat dan bertanggungjawab, melalui advokasi, ppromosi, KIE,
konseling dan pelayanan pada remaja yang memiliki masalah khusus serta
dukungan pada kegiatan remaja yang bersifat positif.
Sasaran program kesehatan reproduksi remaja adalah supaya seluruh
remaja dan keluarganya memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku
kesehatan reproduksi sehingga menjadikan remaja siap sebagai keluarga
berkualitas pada tahun 2015.
Pokok-pokok program
1. Prorgam promosi kesehatan reproduksi remaja
Program tersebut bertujuan agar remaja mendapatkan dukungan secara
legal dalam hal peningkatan derajat kesehatan reproduksinya. Pokok yang
akan dilakukan adalah:
a. Pengkajian undang-undang yang tidak sejalan dengan upaya
peningkatan derajat kesehatan reproduksi remaja.
b. Pengkajian kebijakan-kebijakan yang menghambat peningkatan derajat
kesehatan reproduksi remaja.
c. Pengembangan peraturan perundang-undangan yang mendukung
peningkatan derajat kesehatan reproduksi remaja.
2. Program advokasi kesehatan reproduksi remaja
Bertujuan untuk memperoleh dukungan dalam kegiatan sosialisasi dan
operasionalisasi kesehatan reproduksi remaja dari pihak pemerintah,
LSM/LSOM, swasta, dan tokoh-tokoh politik serta tokoh masyarakat.
Pokok yang dilakukan adalah:
a. Advokasi terhadap sektor pemerintahan terkait.
b. Advokasi terhadap LSM/LSOM.
c. Advokasi terhadap swasta/perusahaan tempat bekerja.
d. Advokasi terhadap para tokoh politik,tokoh agama, dan tokoh
masyarakat.
3. Program KIE kesehatan reproduksi remaja
Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja
dan orang tua agar peduli dan bertanggung jawab dalam kehidupan
berkeluarga. Disamping itu juga bertujuan untuk memotivasi remaja agar

akses terhadap tempat-tempat pelayanan kesehatan reproduksi remaja yang


tersedia. Pokok yang akan dilakukan adalah:
a. Pengembangan pedoman pelaksanaan KKR.
b. Pengembangan materi dan media KIE KKR.
c. Penyebarluasan materi KIE KKR.
d. Pelatihan dan orientasi bagi fasilitator KKR.
e. Penyuluhan dan orientasi KKR bagi remaja dan orang tua melalui
sekolah, kelompok yang ada padamasyarakat serta di tempat kerja.
f. Penyuluhan KKR bagi calon pengantin.
g. KIE KKR melalui media massa.
h. Pembinaan bagi pengelola KIE KKR.
4. Program konseling KKR
Bertujuan untuk membantu remaja dalam pemecahan berbagai masalah
yang dihadapi, khususnya yang terkait dengan masalah kesehatan
reproduksi. Pusat konseling disesuaikan dengan kondisi daerahmasingmasing. Upaya pokok yang akan dilakukan adalah:
a. Pengembangan (prosedur kerja).
b. Pengembangan model pelayanan konseling.
c. Pengembangan pedoman pelaksanaan.
d. Pengembangan materi dan media konseling.
e. Penyebarluasan materi konseling.
f. Pelatihan metode konseling KRR bagi konselor.
g. Pelatihan metode (KIP/K) KRR bagi mereka yang dinilai mampu,
misal bidan di desa atau petugas lapangan KB.
h. Pengembangan pusat konseling remaja.
i. Pengembangan sistem rujukan konseling.
j. Pembinaan bagi pengelola pusat konseling remaja.
5. Program dukunagn pelayanan bagi remaja yang memiliki masalah khusus.
Dengan sasaran khusus yaitu remaja yang memiliki masalah-masalah
kesehatan reproduksi dan sudah tidak bbisa ditangani lagi melalui
pelayanan KIE dan konseling. Sebagai contoh, remaja yang sudahaktif
secara seksual, remaja yang mengalami kehamian yang takj diinginkan,
dan remaja yang kecanduan narkoba. Pada remaja-remaja tersebut
diperlukan dukungan srana pelayanan khusus yang sesuai dengan masalah
yang dihadapi. Upaya yang akan dilakukan adalah:
a. Pengembangan pedoman bagi para pengelola tentang penanganan
remaja dengan masalah khusus.
b. Peningkatan dukungan bagi LSOM dan swasta yang memiliki program
bagi remaja yang memiliki maslaah khusus.
c. Pengembangan jaringan kerja dalam membantu remaja yang memiliki
masalah khusus.

53

6. Program dukungan bagi kegiatan remaja yang positif


7. Diarahkan untuk memfasilitasi berbaai kegiatan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi remaja. Adapun upaya yang akan dilakukan adlah:
a. Dukungan materi KKR, baik berupa buku, poster, kaset dan video
yang berisi tentang informasi kesehatan reproduksi remaja.
b. Dukungan penyelenggaraan kegiatan remaja baik di sekolah,
masyarakat maupun di tempat kerja.
2.6 Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Remaja
A. Pengkajian
1. Data Inti
a) Sejarah
Mengkaji tentang berapa lama remaja tinggal di wilayah tersebut,
dan sejak kapan remaja tinggal. Apakah remaja merupakan
penduduk asli, musiman, atau pendatang. Juga menjelaskan dengan
siapa remaja tinggal dan menetap.
b) Demografi
Mengkaji karakteristik remaja seperti apa yang banyak ditemukan,
rentang usia remaja terbanyak, perbandingan jumlah antara remaja
perempuan dan laki-laki. Juga mengkaji tentang piramida
penduduk di wilayah tersebut.
c) Vital statistic
Mengkaji tentang banyaknya mortalitas dan morbiditas pada
remaja serta penyebabnya, jenis penyakit yang sering diderita oleh
para remaja.
d) Etnis
Mengkaji tentang berbagai macam suku dan etnis remaja yang
dijumpai. Bagaimana sikap remaja dengan adanya perbedaan etnis
di kalangannya?
e) Nilai dan keyakinan
Pada masa remaja, seseorang sering kali meyakini bahwa diri
mereka unik dan tidak dipengaruhi oleh hukum alam, keyakinan ini
disebut personal fable. Remaja juga bersifat ambivalen yaitu
mereka menginginkan kebebasan tapi takut untuk bertanggung
jawab atas apa yang mereka lakukan. Remaja juga meyakini bahwa
teman-teman sebayanya dapat menjadi sumber informasi dalam
segala hal. Dalam masa ini mulai terjadi perubahan nilai, dimana

apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi


kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
2. Data Subsistem
a) Lingkungan fisik
Mengkaji keadaan lingkungan atau kondisi geografis, batas
wilayah, peta, iklim, dan kondisi perumahan
b) Pelayanan kesehatan dan sosial
Mengkaji pelayanan kesehatan yang terdapat pada wilayah
tersebut. Mengkaji tentang pelayanan kesehatan yang sering
dikunjungi remaja ketika sakit ataupun bermasalah dengan
kesehatannya.
c) Ekonomi
Mengkaji tentang keadaan perekonomian keluarga remaja.
Mengkaji apakah remaja masih bergantung pada orang tua atau
sudah mandiri dalam hal perekonomian.
d) Keamanan dan transportasi
Mengkaji tentang jenis transportasi yang biasanya digunakan oleh
remaja (pribadi/umum), keamanan remaja dalam berkendara, jenis
kejahatan yang sering terjadi pada remaja di wilayah tersebut.
e) Pemerintahan dan politik
Mengkaji tentang keaktifan remaja dalam organisasi wilayah
setempat, misalnya: karang taruna, remas, dll. Juga mengkaji
tentang kebijakan pemerintah/ program pemerintah untuk remaja di
wilayah tersebut.
f) Komunikasi
Mengkaji tentang cara memberikan informasi oleh remaja terhadap
orang lain, baik teman sebaya, keluarga, atau masyarakat lain. Alat
yang digunakan oleh remaja dalam penyampaian informasi.
g) Pendidikan
Mengkaji tentang berbagai jenis institusi pendidikan yang ada
untuk remaja, serta ketersediaan program UKS. Juga mengkaji
tentang pendidikan remaja di wilayah tersebut.
h) Rekreasi
Mengkaji tentang dimana remaja bermain? Apa bentuk umum dari
rekreasi? Siapa yang berperan serta? Apa fasilitas rekreasi yang
ditemukan?
3. Persepsi

53

a) Persepsi penduduk
Mengkaji tentang pendapat penduduk setempat mengenai remaja
yang ada di wilayah tersebut.
b) Persepsi perawat
Mengkaji tentang pendapat perawat mengenai remaja yang ada di
wilayah tersebut.
B. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga
dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh
masyarakat. Tujuan analisa data;
a)
b)
c)
d)

Menetapkan kebutuhan komunitas


Menetapkan kekuatan
Mengidentifikasi pola respon komunitas
Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

C. Prioritas Masalah
Masala

Perhatian

Masyarakat

Skor

1 : rendah
2 : sedang
3 : tinggi
4 : sangat tinggi

Poin Prevalensi

1 : rendah
2 : sedang
3 : tinggi
4 : sangat tinggi

Tingkat

Kemungkinan untuk

Bahaya

dikelola

1 : rendah
2 : sedang
3 : tinggi
4 : sangat tinggi

1 : rendah
2 : sedang
3 : tinggi
4 : sangat tinggi

TOTAL: perhatian masyarakat x poin prevalensi x tingkat bahaya x


kemungkinan untuk dikelola
D. Diagnosa Keperawatan
Anderson dan Mc Farlane (1996) menggunakan teori Neuman dari
komunitas dan mengembangkan diagnosis keperawatan berdasarkan
system penggabungan penarikan kesimpulan. Pada system ini mereka
menggunakan

logika

berfikir

atau

penarikan

kesimpulan

untuk

menggambarkan masalah, menjelaskan factor etiologi serta identifikasi


tanda dan gejala yang menjadi karakteristik masalah. Tanda dan gejala dari
diagnosis keperawatan kesehatan komunitas adalah pernyataan kesimpulan
yang menjelaskan durasi atau besarnya masalah. Untuk menentukan

masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan diagnosa


keperawatan komunitas yang terdiri dari :
a) Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
terjadi.
b) Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,
lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta interaksi
perilaku dengan lingkungan.
c) Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta
serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
Diagnosa keperawatan NANDA untuk meningkatkan kesehatan yang bisa
ditegakkan pada adolesens, yaitu :
1) Risiko cedera yang berhubungan dengan:
a. Pilihan gaya hidup
b. Penggunaan alcohol, rokok dan obat
c. Partisipasi dalam kompetisi atletik, atau aktivitas rekreasi
d. Aktivitas seksual
2) Risiko infeksi yang berhubungan dengan:
a. Aktivitas seksual
b. Malnutrisi
c. Kerusakan imunitas
3) Perubahan pemeliharaan kesehatan yang berhubungan dengan:
a. Kurangnya nutrisi yang adekuat untuk mendukung pertumbuhan
b. Melewati waktu makan; ikut mode makanan
c. Makan makanan siap saji, menggunakan makanan yang mudah
atau mesin penjual makanan
d. Kemiskinan
e. Efek penggunaan alcohol atau obat
4) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan:
a. Tidak berpengalaman dengan peralatan rekreasional yang tidak
dikenal
b. Kurang informasi tentang kurikulum sekolah
5) Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan:
a. Perasaan negative tentang tubuh
b. Perubahan maturasional yang berkaitan dengan laju pertumbuhan
adolesens
E. Intervensi (Perencanaan) Keperawatan

53

Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan


diagnosa keperawatan komunitas yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi perencanaan keperawatan meliputi:
perumusan

tujuan,

rencana

tindakan

keperawatan

yang

akan

dilaksanakan dan kriteria hasil untuk mencapai tujuan.


Masalah kesehatan adolesens
1.
Cedera tidak disengaja

Intervensi promosi kesehatan


Anjurkan
adolesens
mengikuti

program

untuk

pendidikan

mengemudi dan menggunakan sabuk


keselamatan
Informasikan adolesens tentang
risiko yang berkaitan dengan minum dan
berkendaraan; penggunaan obat
Tingkatkan penggunaan helm oleh
adolesens yang menggunakan kendaraan
bermotor
Yakinkan adolesens mendapatkan
orientasi yang tepat untuk penggunaan
2.

Penggunaan zat

semua alat olahraga


Periksa penggunaan zat, seperti
alcohol, rokok dan obat-obatan serta

3.

Bunuh diri

informasikan risiko penggunaannya


Berikan informasi tentang bunuh
diri
-

4.

Penyakit menular seksual

Ajarkan metode untuk bertemu

dengan sebaya yang mencoba bunuh diri


Berikan adolesens informasi
mengenai penyakit, bentuk penularan, dan
gejala yang berhubungan
Dorong pantangan

terhadap

aktivitas seksual; atau bila aktif seksual,


tentang penggunaan kondom
Berikan informasi akurat tentang
konsekuensi aktivitas seksual

F. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (lyer dkk, 1996). Tahap
implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
rencana strategi untuk membantu komunitas untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu, rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi factor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
komunitas.
Tujuan dari implementasi adalah membantu komunitas dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencangkup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi
koping. Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan
dengan baik, jika komunitas mempunyai keinginan untuk berpartisipasi
dalam implementasi tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan
perawat

terus

melakukan

pengumpulan

data

memilih

tindakan

keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan komunitas.


Prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, yaitu :
a) Berdasarkan respon masyarakat.
b) Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat.
c) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri
serta lingkungannya.
d) Bekerja sama dengan profesi lain.
e) Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan
pencegahan penyakit.
f) Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
g) Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan.
G. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi

memuat

keberhasilan

proses

dan

kerhasilan

tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan


antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut.

2.7 Contoh Kasus Asuhan Keperawatan Komunitas pada Remaja


KASUS (kasus semu)

53

Di Kelurahan X Wangi Sekali,


Pengkajian :
A. Data inti, terdiri dari :
1) Sejarah singkat kelurahan Bunga
Kelurahan Bunga adalah sebuah kelurahan di wilayah kecamatan
Melati Kota Wangi Sekali. Sebelum

tahun 2009 Kelurahan Bunga

masih masuk wilayah kelurahan Gading, karena jumlah penduduk yang


semakin banyak, keputusan Wali Kota Wangi Sekali memisahkan
Kelurahan Bunga berdiri menjadi kelurahan tersendiri, terdiri dari 8
RW. Kelurahan Bunga sebelum pemukiman berupa rawa-rawa tempat
pembuangan mahluk halus (mitos warga setempat). Seiring dengan
bergesernya waktu dan bertambahnya jumlah penduduk mitos itu sudah
tidak dipercaya lagi oleh penduduk setempat. Sebagian warga yang
masih percaya tentang hal tersebut setiap tahun melakukan ritual
sedekah bumi (nyadranan).
2) Pengkajian Data Umum
Berdasarkan data pengkajian Keperawatan Komunitas di RT 01
RW 01 Kelurahan Bunga Kecamatan Melati Kota Wangi Sekali pada
tanggal 16 21 September 2016 diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1.1 Hasil Winshieldsurvey di RT 01 RW 01 Kelurahan Bunga,
Kecamatan Melati, Kota Wangi Sekali tanggal 16 21
September 2016
Elemen
Deskripsi
Perumahan, Bangunan :
Lingkungan RT 01 RW 01
Daerah
Sebagian besar kelompok remaja tinggal di rumah
permanen.
Arsitektur :
RT 01 RW 01
Bentuk rumah di wilayah RT 01 RW 01 hampir sama
antara satu rumah dengan yang lain. Hampir semua
lantainya terbuat dari tegel atau keramik, rata-rata di

setiap rumah terdapat jendela, sebagian besar


pencahayaan terang, dan jarak antar rumah saling
berdekatan serta beberapa ada yang menjadi satu.

Lingkungan
Terbuka

Batas
Wilayah

Tingkat
Sosial
Ekonomi

Halaman :
RT 01 RW 01:
Sebagian besar rumah penduduk di wilayah RT 01
RW 01 tidak memiliki halaman. Sebagian rumah
penduduk
memiliki
halaman,
pemanfaatan
pekarangan rumah dengan menanami tanaman hias
dan sebagian tanaman toga. Keadaan pekarangan
sebagian besar bersih. Terdapat tempat sampah
disetiap rumah. Sampah setiap hari diambil oleh
petugas kebersihan.
Luas :
RT 01 RW 01
Tidak terdapat lahan kosong, hampir semua lahan
digunakan sebagai lahan perumahan.
Halaman di depan mushola banyak digunakan anak
usia sekolah untuk bermain bola.
Halaman balai RT 01 biasa digunakan untuk
kegiatan Posyandu anak posyandu lansia dan
kegiatan warga yang lain
Batas Daerah :
RT 01 RW 01
Utara : Berbatasan dengan jalan gang.
Timur : Berbatasan dengan wilayah RT 9
Selatan : Berbatasan dengan sungai hilir dan jalan
Barat : Berbatasan dengan wilayah RT 7
Tingkat Sosial :
RT 01 RW 01:
Masyarakat di RT 01 mempunyai hubungan sosial
yang baik antar-tetangga, kegiatan warga dapat
berjalan. Seperti pengajian ibu-ibu, arisan PKK,
pengajian yasin tahlil untuk bapak-bapak setiap 1
minggu sekali.
Sebagian remaja mengisi waktu luangnya dengan
mengikuti kegiatan karang taruna, tetapi pada saat
pengkajian karang taruna aktif bila ada kegiatan
seperti persiapan kegiatan HUT kemerdekaan RI.
Bila tidak ada kegiatan karang tarunanya pasif.
Tingkat Ekonomi :

53

RT 01 RW 01 :
Sebagian besar keluarga dengan anak remaja di RT
01 memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah.
Sebagian besar keluarga dengan anak remaja bekerja
di wiraswasta.
Kebiasaan

1. Usia remaja yang masih sekolah atau bahkan ada yang


kuliah menghabiskan waktu dari jam 06.30 15.00
WIB di sekolah atau kampus masing-masing.
2. Anak usia remaja di RT 01 RW 01 menghabiskan
waktu luangnya setelah sekolah yaitu bermain dengan
teman-teman sebayanya, duduk-duduk depan balai RT
sambil bermain gadget / HP.
3. Saat sore hari senin jumat sebagian remaja ada yang
mengaji di mushola namun ada juga sebagian remaja
laki-laki seringkali bermain di warnet. (terdapat
warnet di RT 01 RW 01).
4. Malam hari anak remaja menghabiskan waktu untuk
belajar, menonton TV, dan bermain dengan temantemannya.
5. Sebagian orang tua mengatakan anaknya merokok
6. Sebagian anak usia remaja mempunyai kebiasaan
merokok depan gang.

Transportasi 1. Sebagian besar anak remaja yang masih sekolah atau


kuliah menggunakan transportasi motor, atau becak
untuk menuju ke fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Kondisi jalan besar di RT 01 RW 01 terbuat dari
paving, di beberapa bagian jalan terdapat polisi tidur,
gang-gang sempit berukuran kurang lebih 1 2 meter
yang hanya bisa dilalui sepeda motor dan kendaraan
kecil lain.

Fasilitas
Umum

Kesehatan :
Terdapat Puskesmas Melati sebagai puskesmas induk
dan bidan praktik swasta.
Sekolah :
Terdapat PAUD dan TK
Agama :
Terdapat mushola
Ekonomi :
Terdapat toko kebutuhan sehari-hari, pedagang kaki
lima, pedagang keliling, dan warung makan
Agen-agen :
Air isi ulang dan produk air minerla lainnya.

Suku
Bangsa
Agama
Health
Morbidity

Sarana
Penunjang

Lain-lain :
Poskamling, balai RT, BPS. Dll
Sebagian besar anak usia remaja merupakan suku
Jawa ada sebagian juga ada yang suku madura.
Mayoritas anak remaja beragama Islam
Gangguan masalah kesehatan pada anak usia remaja
di wilayah RT 01 RW 01 gangguan gizi kelebihan
atau
kekurangan,
kecelakaan,
kurangnya
pengetahuan remaja tentang penyalahgunaan
NAPZA dan kesehatan reproduksi remaja,
kurangnya pengetahuan remaja tentang bahaya
merokok.
1. Rata-rata mempunyai televisi, radio.
2. Media cetak yang dibaca oleh sebagian besar
masyarakat adalah Koran dan majalah.
3. Sudah ada sumber air bersih yaitu PDAM dan
sumur. Air yang dikonsumsi warga untuk
kebutuhan makan dan minum ada yang
menggunakan PAM, dan juga air isi ulang.
4. Sumber penerangan menggunakan PLN
5. Sumber informasi kesehatan didapatkan anak
usia remaja selain dari sekolah dan dari media
elektronik TV (Belum pernah ada penyuluhan
tentang penyalahgunaan NAPZA dan kesehatan
reproduksi remaja).

B. Data Sekunder
1.2 Proporsi jumlah anak usia remaja di RT 01 RW 01 berdasarkan
jenis kelamin

Jenis Kelamin

10

Laki Laki

Gambar 1.1

12

Perempuan

Proporsi Anak Remaja Berdasarkan Jenis Kelamin

53

di RT 01 RW 01 Kelurahan Bunga Kecamatan


Melati Kota Wangi Sekali pada tanggal 16-21
September 2016

1.3 Proporsi jumlah anak usia remaja di RT 01 RW 01 berdasarkan


status gizi

Status Gizi
111 2

17

kurus sekali

kurus

normal

gemuk

obesitas

Gambar 1.3 Proporsi Anak Remaja Berdasarkan Status Gizi di


RT 01 RW 01 Kelurahan Bunga Kecamatan Melati
Kota Wangi Sekali pada tanggal 16-21 September
2016

1.4 Proporsi jumlah anak usia remaja di RT 01 RW 01 berdasarkan


pengetahuan tentang penyalahgunaan NAPZA

Tingkat Pengetahuan Tentang Penyalahgunaan NAPZA

4
10
8

Kurang

Gambar 1.4

Cukup

Baik

Proporsi Anak RemajaBerdasarkan Tingkat Pengetahuan


tentang Penyalahgunaan NAPZA di RT 01 RW 01 Kelurahan
Bunga Kecamatan Melati Kota Wangi Sekali pada tanggal 1621 September 2016

1.5 Proporsi jumlah anak usia remaja di RT 01 RW 01 berdasarkan


pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja.

Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi


4
6

Kurang

Gambar 1.5

11

Cukup

Baik

Proporsi Anak RemajaBerdasarkan Tingkat


Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di RT 01
RW 01 Kelurahan Bunga Kecamatan Melati Kota
Wangi Sekali pada tanggal 16-21 September 2016

53

DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS


ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS RT 01 RW 01 KELURAHAN BUNGA KECAMATAN MELATI KOTA WANGI
SEKALI

1. Analisa Data

Tabel 2.1 Analisa data asuhan keperawatan komunitas di RT 01 RW 01 Kelurahan Bunga , September 2016
Data Subyektif
Data Obyektif
Masalah Keperawatan
1. Sebagian besar orang tua mengatakan anaknya
1. Dari 22 anak usia remaja di wilayah RT Perilaku
kesehatan
mengisi waktu luangnya dengan bermain gadget
01 RW 01 hanya 11 remaja yang cenderung beresiko pada
dan nongkrong dengan teman sebaya.
mengaji di musholla setempat.
anak usia remaja di RT 01
2. Sebagian orang tua juga mengatakan anak
2. Pada jam-jam tertentu warnet selalu RW 01 Kelurahan Bunga
mereka yang suka bermain di warnet bisa
ramai dikunjungi oleh anak usia remaja. Kecamatan Melati Kota
mengganggu waktu belajarnya
Wangi Sekali
3. Tampak setiap malam minggu
3. Sebagian remaja mengatakan mengisi waktu
banyak anak usia remaja laki laki
luangnya dengan balapan motor di daerah dekat
keluar dengan membawa motor.
wilayah RW 01 (Tempat balapan liar).
4. Terdapat karang taruna yang hanya aktif
4. Sebagian remaja tidak mengerti tentang
bila akan mengadakan suatu kegiatan
penyalahgunaan
NAPZA
dan
kesehatan
misalnya peringatan HUT RI, dan di
reproduksi remaja.
wilayah RT 01 RW 01 belum ada
kegiatan posyandu remaja, kegiatan di
TPA hanya mengaji belum ada kegiatan
penyuluhan tentang penyalahgunaan
NAPZA dan kesehatan reproduksi

5. Beberapa orang tua mengatakan tidak tahu


bagaimana melihat status gizi anak mereka.
6. Beberapa orang tua mengatakan belum
mengetahui mendetail tentang pola diit yang
sesuai dengan anjuran kesehatan.
7. Sebagian orang tua mengatakan anaknya
merokok.

remaja
Berdasarkan pengkajian sebelumnya 30
remaja
mempunyai
pengetahuan
tentang
penyalahgunaan
NAPZA
kurang.
Berdasarkan pengkajian sebelumnya 30
remaja
mempunyai
pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi kurang.
5. 1 remaja yang mengalami obesitas dan
1 remaja status gizinya kurus sekali.
6. Orang
tua
membiarkan
anak
mengkonsumsi makanan siap saji.
7. Tampak sebagian remaja yang merokok
depan gang.

2. Penapisan Masalah
Dari hasil analisa data, dilaporkan data yang kemudian dilakukan penapisan masalah untuk menentukan prioritas
masalah, adapun penapisan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.2 Penapisan masalah asuhan keperawatan komunitas RT 01 RW 01 Kelurahan Bunga, September 2016
Diagnosa keperawatan pada
agregat usia remaja

Pentingnya penyelesaian
masalah
1 : rendah

Perubahan positif untuk


penyelesaian di komunitas
0 : tidak ada

Penyelesaian untuk
peningkatan kualitas hidup
0 : tidak ada

2 : sedang
3 : tinggi

1 : rendah
2 : sedang
3 : tinggi
3

Perilaku
kesehatan
cenderung beresiko pada
ak usia remaja di RT 01
RW 01 Kelurahan Bunga

1 : rendah
2 : sedang
3 : tinggi
3

Total Score
3

3. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada anak usia remaja di RT 01 RW 01 Kelurahan Bunga Kecamatan Melati
Kota Wangi Sekali

Intervensi Keperawatan untuk Pokja Anak Usia Remaja


di RT 01/RW01 Kelurahan Bunga Kecamatan Melati Kota Wangi Sekali
Dari hasil analisa data yang telah dilakukan, maka didapatkan diagnosa keperawatan komunitas sesuai prioritas.
Adapun perencanaan yang akan kami laksanakan adalah sebagai berikut.

Tabel 5.1 Intervensi kperawatan asuhan keperawatan komunitas RT 01/RW01 Kelurahan Bunga Kecamatan Melati Kota Wangi
Sekali
Diagnosa Keperawatan
Rencana
NOC
NIC
Kegiatan
1. Kontrol
risiko
penggunaan Pendidikan kesehatan (5510)
Perilaku
kesehatan
Prevensi
tembakau (1906)
1. Targetkan sasaran pada kelompok
cenderung beresiko pada
Primer

a. Mengetahui efek ketergantungan


rokok (3)
b. Mengidentifikasi faktor risiko
penggunaan rokok (3)
c. Mengetahui kerugian personal
terkait penggunaan rokok (4)
d. Mengetahui konsekuensi terkait
penggunaan rokok (4)
e. Mengenali kemampuan untuk
merubah perilaku (3)

anak usia remaja di RT 01


RW 01 Kelurahan Bunga
Kecamatan Melati Kota
Wangi Sekali

2.

3.

4.
5.
6.
7.

Prevensi
Skunder

2. Perilaku berhenti merokok (1625)


a. Mengekspresikan keinginan untuk
berhenti merokok (3)
b. Mengidentifikasi manfaat dan
kerugian merokok (3)
c. Membangun strategi yang efektif
untuk berhenti merokok (3)
d. Berpartisipasi dalam skrening
untuk
membantu
masalah
kesehatan yang terkait (3)
e. Menggunakan srategi untuk koping

beresiko tinggi dan rentang usia yang


akan mendapat mnfaat besar daroi
pendidikan kesehatan.
Identifikasi faktor internal maupun
eksternal yang dapat meningkatkan atau
mengurangi motivasi untuk berperilaku
sehat.
Bantu
indidividu,
keluarga
dan
masyarakat
untuk
memperjelas
keyakinan dan nilai-nilai kesehatan.
Gunakan
peer
leaders
dalam
mengimplementasikan program.
Berikan ceramah untuk menyampaikan
informasi
Diskusi kelompok dan bermain peran.
Rencanakan tindak lanjut jangka panjang
untuk memperkuat perilaku kesehatan.

Bantuan penghentian merokok (4490)


1. Catat status merokok dan riwayat
merokok
2. Tentukan dan pantau kesiapan pasien
untuk berhenti merokok.
3. Bantu pasien untuk mengembangkan
rencana
berhenti
merokok
yang
membahas aspek psikososial yang
mempengaruhi perilaku merokok.
4. Bantu pasien untuk mengembangkan

dengan gejala putus rokok (3)


f. Mendapatkan
bantuan
dari
profesional kesehatan (3)
g. Menggunakan terapi pengganti
nikotin dan terapi alternatif (3)

5.
6.

7.

8.

Prevensi
Tersier

3. Kontrol
risiko
penggunaan
tembakau (1906)
a. Memonitor lingkungan sekitar
terkait faktor yang mendukung
penggunaan rokok (3)
b. Mengetahui
pengaruh
teman
terhadap penggunaan merokok (3)
c. Mengenali perilaku lingkungan
dalam penggunaan rokok (3)
d. Mengenali pengaruh
budaya
dalam penggunaan rokok (3)
e. Menggunakan fasilitas kesehatan

metode praktis untuk menolak keinginan


merokok
Kelola terapi pengganti nikotin.
Bantu pasien merencanakan strategi
koping tertentu dan menyelesaikan
masalah dari rencana berhenti merokok
Sarankan untuk menghindari diit ketika
mencoba untuk berhenti merokok karena
dapat
melemahkan
kemungkinan
berhenti merokok.
Sarankan untuk merencanakan cara
bertahan dari orang lain yang merokok
dan menghindari berada disekitar mereka

Dukungan kelompok (5430)


a. Manfaatkan
kelompok
pendukung
selama masa transisi untuk membantu
pasien beradaptasi dengan kondisinya
b. Tentukan tujuan dan fungsi kelompok

yang sesuai dengan kebutuhan (4)


f. Memanfaatkan
dukungan
kelompok
untuk
mencegah
penggunaan merokok (3)
g. Memanfaatkan
sumber-sumber
dimasyarakat untuk mencegah
penggunaan merokok (4)

c.

d.
e.
f.
g.
h.

i.

pendukung.
Identifikasi
kelompokkelompok
pendukung yang telah ada sebagai
pilihan kepada pasien
Buat kelompok dengan anggota yang
sesuai 5-12 orang / kelompok
Lakukan pertemuan secara rutin
Monitor keaktifan setiap peserta dalam
kelompok
Tekankan pentingnya koping yang
efektif.
Bantu kelompok melalui semua tahap
dalam proses mulai dari orientasi sampai
terbangun kedekatan antar anggota.
Rujuk pasien kedokter spesialis bila
diperlukan

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan gejolak. Pada masa ini
mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Perubahan mood
(swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban
pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah.
Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut
belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Remaja merupakan tahapan seseorang di mana ia berada di antara fase
anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif,
biologis, dan emosi. Untuk mendeskripsikan remaja dari waktu ke waktu
memang berubah sesuai perkembangan zaman. Ditinjau dari segi pubertas,
100 tahun terakhir usia remaja putri menapatkan haid pertama semakin
berkurang dari 17,5 tahun menjadi 12 tahun, demikian pula remaja pria.
Kebanyakan orang menggolongkan remaja dari usia 12-24 tahun dan beberapa
literature yang menyebutkan 15-24 tahun. Hal yang terpenting adalah
seseorang mengalami perubahan pesat dalam hidupnya di berbagai aspek.
Tanda-tanda remaja yang memiliki konsep diri yang positif adalah:
1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah.
2. Merasa setara dengan orang lain.
3. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan
siapapun, selalu menghargai orang lain.
4. Menerima pujian tanpa rasa malu.
5. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan
keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh
masyarakat.
6. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.

3.2 Saran
Berdasarkan hasil diskusi kami pada makalah ini, telah dipelajari berbagai
pembahasan mengenai asuhan keperawatan komunitas khusus yaitu pada
kelompok remaja. Harapan kami, semoga dengan terus belajar akan
memperbaiki mutu Perawat di masa yang akan datang. Mengingat Perawat
juga memiliki peran penting di komunitas, maka Perawat wajib selalu
menambah dan memperbarui ilmu pengetahuan mengenai asuhan keperawatan
termasuk pada komunitas yang salah satunya adalah pada kelompok khusus
remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2008.). Diambil kembali dari http://drsuparyanto.blogspot.co.id/2010/09/penyimpangan-seksual-sexualdeviation.html (diakses pada tanggal 10 Oktober 2016).
BKKBN.(2012). Materi Pegangan Kader Tentang Bimbingan Dan Pembinaan
Keluarga Remaja. Jakarta: Direktorat Bina Ketahanan Remaja BKKBN
Depkes, T. P. (2010). Kesehatan Remaja : Problem dan Solusinya. Jakarta:
Salemba Medika.
Dianawati, A. (2006). Pendidikan Seks untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka.
Effendi, Ferry, & Makfudhli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta
: Salemba Medika
Gunarsa, S. D. (2008). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta:
PT. BPK Gunung Mulia.
Hawari, D. (2003). Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika,
Alkohol dan Zat Aditif). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FK-UI).
Indonesia, D. P. (1997). Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia No. 67 Tahun 1997
Sekretariat Negara.
Joewana, S. (2004). Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif. Jakarta: EGC.
Junaedi, D. (2010). 17+ Seks Menyimpang. Jakarta: Semesta Rakyat Merdeka.
Kusmiran, Eny. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:
Salemba Medika
Martono, et. al. (2006). Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka.
RI, D. K. (2005). Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Jakarta.
Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga

Sartono, S. (1985). Pengukuran Sikap Masyarakat terhadap Kenakalan Remaja.


Jakarta: Laporan Penelitian UI.
Sarwono, S. W. (2002). Psikologi Remaja Edisi Enam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Stuart , & Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3 alih. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai