Indonesia dan beberapa negara di Afrika Timur. Namun di negara-negara tersebut, kebutuhan gas
domestiknya rendah atau memilki kemampuan beli yang rendah, sehingga gas dijual dengan harga
rendah.
Sementara, ada negara-negara lain seperti Jepang, Korea dan beberapa negara-negara Eropa
Barat, termasuk Amerika Serikat (sebelum ada penemuan Shale Gas) yang memiliki demand gas
yang besar. Negara ini mengimpor gas dengan harga yang jauh lebih menarik. Umumnya, gas impor
digunakan untuk pembangkit tenaga listrik.
Jarak antara kedua kelompok negara di atas sangat jauh, sehingga distribusi gas melalui pipa akan
sangat mahal. Cara yang paling mungkin adalah dengan mencairkan gas Metana, komposisi
terbesar gas alam, hingga ke 259 F alias minus 162 C. Dengan fase cair, untuk berat metana
yang sama, volume-nya 1/625 kali lebih kecil dari fase gas.
Gas alam cair ini (LNG) kemudian ditempatkan di tanki khusus, dimana suhu dipertahankan pada
titik didih gas metana di atas, dan diangkut melalui kapal yang dirancang khusus untuk itu, LNG
Carrier atau LNG Tanker.
Jadi, LNG pada dasarnya adalah metode allternatif untuk mengirim gas alam dari produsen ke
konsumen. Cara lain yang lebih umum adalah melalui pipa. Indonesia termasuk eksportir LNG
terbesar ke-empat di dunia, dengan hampir semua LNG yang diproduksi diekspor, terutama ke
Jepang, Korsel, Taiwan dan China.
Rantai suplai LNG, dari produksi hingga konsumen direncanakan secara terintegrasi dan dengan
kontrak pembelian jangka panjang.
Karakteristik LNG :
1. Dengan volume 625 kali lebih kecil dibanding gas alam, transportasi (via kapal LNG Carrier)
lebih feasible karena membutuhkan ruang simpan yang jauh lebih kecil (1/625) dibanding
saat berwujud gas.
2. LNG sebagian besar terdiri dari metana, yang tidak mengandung sulfur dan bahan ikutan
lain merupakan bahan bakar yang bersih, ramah lingkungan, rendah emisi dan tidak
menimbulkan kerak dalam ruang bakar.
3. Berat jenis gas LNG lebih rendah dari udara sehingga apabila terjadi kebocoran, gas LNG
akan naik ke udara.
4. Tidak beracun dan tidak berbau.
Satuan LNG
Dalam dunia LNG, kapasitas kilang LNG (LNG Plant) biasanya dinyatakan dalam juta metrik ton per
tahun (mt / y atau mtpa). Satu ton metrik setara dengan 1.000 kg atau 2.204,6 lbs. Kapasitas angkut
LNG Carrier atau LNG Tanker biasanya dinyatakan dalam meter kubik cair (m3), atau cbms. Dimana
1 m3 fluida cair adalah 264 galon atau 6,29 barel, dan 1 mt LNG = 2.21 m3 LNG.
Densitas LNG adalah 1.040 lb/m3 atau 3,94 lb/gal, sedikit kurang dari satu-setengah kepadatan air.
Saat LNG menguap menjadi gas, volume-nya mengembang sekitar 625 kali, maka 1 mt LNG setara
dengan 1, 380 m3 gas alam atau 48, 735 ft3 gas alam.
Jika kita terapkan di Blok Masela, dengan kapasitas LNG plant sebesar 7,5 mtpa (sesuai usulan
revisi POD terakhir), maka kapasitas sebesar itu setara 1.000 MMSFCD gas alam, dan mampu
menghidupi pembangkit listrik tenaga gas hingga 5.000 MW.
Berapa valuasi ekspornya? Dengn asumsi harga LNG 15 Dollar per mmbtu, dan DMO (Domestik
Market Obligation) sebesar 25 persen, maka nilai ekspor LNG Blok Masela sebesar (100%-25%) x
USD 15 per mmbtu x 1000 mmbtu/MMSCF x 1000 MMSCFD, alias sebesar 11,25 juta Dollar per
hari. [RED]
ABSTRACT
Kebutuhan energi di Indonesia terutama penggunaan diesel/solar setiap tahun selalu meningkat,
dikarenakan jumlah kilang di Indonesia tidak bertambah dan produksi minyak mentah akhir-akhir ini terjadi
penurunan. Sehingga penambahan konsumsi tersebut dipenuhi dengan penambahan impor minyak
solar/diesel, hal ini semakin memberatkan keuangan negara. Kondisi tersebut diatas harus segera dicarikan
jalan keluarnya. Salah satu sumber energi alternatif pengganti solar adalah LNG. Dengan dipakainya LNG
sebagai salah satu sumber energi diharapkan akan mengurangi impor solar/disel, sehingga menghemat
devisa negara serta meningkatkan daya saing industri domestik. Indonesia merupakan produsen utama LNG
dunia, hampir semua LNG yang diproduksi diekspor ke luar negeri utamanya ke Jepang, Korea dan China.
LNG sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat maupun industri domestic sebagai
sumber energi, hal ini dikarenakan kurang adanya sosialisasi manfaat dari LNG. Untuk bisa memanfaatkan
LNG sebagai bahan bakar pengganti solar maka perlu dibangun fasilitas dan infrastruktur yang baik meliputi
moda transportasi, teknologi penyimpanan, maupun teknologi converter kit sehingga LNG bisa digunakan
untuk menggantikan solar pada mesin disel yang ada. Berdasarkan cost saving analysis, penggunaan dual
fuel (Diesel dan LNG) pada mesin, yaitu memanfaatkan LNG pada mesin diesel dapat menghasilkan
penghematan sebesar 20-25% bila dibandingkan dengan menggunakan single fuel saja dengan solar.
. PENDAHULUAN
gas Alam merupakan salah satu sumber energi dunia yang berlimpah.
Seiring dengan perkembangan konsumsi energi dunia. Gas alam menjadi
salah satu sumber energi yang menjadi salah satu sumber energi utama.
Dalam sistem pendistribuasiannya, gas alam bisa di distribusikan dalam dua
bentuk yaitu liquid dan gas. Dalam fase gas, gas alam didistribusikan dalam
bentuk Compressed Natural Gas (CNG) dan Pipeline Gas (PG). Dalam fase
liquid gas alam didistribusikan dalam bentuk Liquified Natural Gas (LNG).
Dengan mempertimbangkan jarak antara kilang dan konsumen gas alam,
jenis pendistribusian gas alam dapat dilihat pada
Gambar 1.1.
Penggunaan LNG di Indonesia umumnya digunakan sebagai fuel power plant
yaitu sebesar 11% dan disusul oleh industri pupuk sebesar 7,8% (ESDM,
2013). Kilang LNG di Indonesia antara lain PT Badak NGL (22,5 MTPA) dan
LNG Tangguh Papua (13,8 MTPA). Dengan jarak antara pulau jawa dan kilang
gas Tangguh Papua sebesar 2772.25 km dan 1376,1 km dengan kilang di
Bontang,
Sumatera.
Dari
jarak
antara
kilang
gas
dan
konsumen,
transportasi
atau proses
shippingdan proses
penyimpanannya
dikarenakan storage volume yang dibutuhkan untuk fase cair 600 kali lebih
pompa untuk
ambient
air
ataupun
air
laut.
Setelah
proses
penguapan,
perancangan
beberapa
faktor
terminal
yang
regasifikasi
diperhatikan
untuk
LNG
di
Indonesia
menunjang
terdapat
didapatkannya
yang
efektif
pula
dalam
perencanaan
pembangunan
terminal
Bontang sampai di