Disusun oleh:
Cikita Putri Taji Aprillianti
201310410311082
201310410311082
201310410311084
Nuradria Nazala
201310410311085
201310410311091
Azaria Rusydianasari
201310410311096
201310410311101
201310410311104
201310410311106
201310410311107
BAB I
PENDAHULUAN
Protease merupakan satu dari tiga kelompok enzim terbesar dari industri enzim dan
diperkirakan sebesar 60% dari total enzim yang diperjual belikan di seluruh dunia (Rao et
al., 1998; Singh et al., 2001; Gupta et al., 2005). Protease adalah enzim yang dapat
menghidrolisis protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti peptida
kecil dan asam amino (Bains, 1998). Industri pengguna protease diantaranya di bidang
pangan (sebagai pengempuk daging, penjernih bir, pembuatan keju dan pembuatan cracker
dan dibidang non pangan (industri deterjen, industri kulit, industri tekstil, biomedis sampai
industri pakan ternak) (Gupta et al., 2002).
Enzim protease dapat diperoleh dari jaringan tanaman, hewan, maupun mikroba.
Keterbatasan kemampuan hewan dan tumbuhan
dalam memenuhi
permintaan
BAB II
PEMBAHASAN
Metode Penelitian
Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. tahap pertama adalah isolasi dan identifikasi
bakteri yang menghasilkan enzim protease dengan aktivitas protease tertinggi. Tahap
kedua adalah isolasi enzim kasar protease dan purifikasi parsial dengan pengendapan
menggunakan amonium sulfat, dilanjut proses dialisis. Tahap ketiga adalah karakterisasi pH,
suhu, KM dan V maks serta berat molekul enzim protease menggunakan elektroforesis SDSPAGE yang selanjutnya dikonfirmasi dengan zimogram (Mehzard et al., 2005).
Isolasi
Bakteri
Penghasil
Protease
(Rahayu,
1991,
dengan
modifikasi)
Sampel limbah cair tahu diambil kemudian dilakukan pengkayaan atau enrichment.
Hasil dari pengkayaan kemudian dilakukan pengenceran untuk ditumbuhkan pada media
produksi protease padat (metode spread) yang mengandung kasein dan diinkubasi pada
suhu 37 C selama 24 jam. Uji positif ditandai dengan adanya zona bening yang
terbentuk di sekeliling koloni akibat adanya hidrolisis kasein menjadi nitrogen terlarut.
Koloni tunggal yang menghasilkan zona bening kemudian dimurnikan. Setelah didapatkan
isolat yang positif menghasilkan protease, dilakukan uji secara kualitatif dan kuantitatif
serta karakterisasi bakteri meliputi uji morfologi koloni dan uji biokimia.
Produksi enzim (El-safey dan Raouf, 2004)
Produksi enzim dilakukan dengan menumbuhkan bakteri ke dalam 45 ml media cair dengan
komposisi skim milk 2%, pepton 0.5%, yeast ekstrak 0.1%, glukosa 2%, NaCl 0.1%,
KH2PO4 0.008%, MgSO4.7H2O 0.01% dan (NH4)2SO4 0.04% (El-safey dan Raouf,
2004) dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 17-18 jam (akhir fase logaritmik). Kultur
starter sebanyak 50 ml dimasukkan dalam 450 ml media produksi protease cair dan
diinkubasi dalam shaker waterbath pada suhu 37 C, 120 rpm sampai substrat habis. Larutan
hasil produksi enzim protease disentrifugasi dengan kecepatan 7000 rpm pada suhu 4 C
selama 10 menit. Supernatan yang dihasilkan merupakan enzim protease kasar. Supernatan
(enzim kasar) ini kemudian diuji aktivitas (Sigma, 1999) dan kadar protein (Bradford,
1976).
Kemudian
direndam dalam
buffer
fosfat
0.025
pH
dan diaduk
menggunakan stirrer pada suhu 4 C selama satu malam. Buffer perendam diganti setiap 6
jam sekali sampai semua garam terpisah. Dialisis dihentikan bila semua garam amonium
sulfat telah keluar dari membran dengan mengujinya menggunakan larutan BaCl2 dan HCl.
Tiga tetes BaCl2 0.1 M dan 3 tetes HCl 0.1 M ditambahkan ke dalam larutan buffer yang
ada di luar kantung selofan. Ion-ion sulfat (SO42-) akan membentuk endapan putih BaSO4
(Sundin, 2008). Larutan enzim semi murni selanjutnya diuji aktivitas dan kadar proteinnya.
Karakterisasi Enzim (Schomburg, 1990)
Karakterisasi enzim protease meliputi pH, suhu optimum serta K M dan Vmaks. Penentuan
pH optimum dilakukan dengan menguji aktivitas enzim protease setengah murni pada pH
yaitu pada 6.0, 6.5, 7.0, 7.5, 8, dan 8.5 sedangkan untuk penentuan suhu optimum digunakan
variasi suhu pada 25, 30, 37, 40, 45, dan 50 C. Penentuan suhu ini menggunakan interval 5
C, namun suhu 37 C juga digunakan karena merupakan suhu optimum untuk
pertumbuhan mikroba. Penentuan KM dan Vmaks dilakukan dengan menguji aktivitas enzim
protease semi murni pada konsentrasi substrat kasein 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, 0.6 dan
0.65%. Penentuan berat molekul dilakukan dengan menggunakan metode Sodium Dodesil
Sulfat Poliakrilamid Gel Elektroforesis (SDS-PAGE), lalu untuk mengkonfirmasi pita
protein aktif yang mempunyai aktivitas protease menggunakan metode zimogram (activity
staining method).
Dalam
stacking
gel 3%
penelitian ini
digunakan
SDS-PAGE
(Laemmli,
1970).
diskontinyu dengan
Untuk
zimogram
konsentrasi gel sama, namun terdapat penambahan kasein 0.05% ke dalam separating
gel (Mehzard et al., 2005).
Hasil Penelitian
Isolasi dan Skrining Isolat Bakteri Penghasil Protease
Berdasarkan hasil isolasi,diperoleh 30 isolat bakteri yang berpotensi sebagai bakteri
penghasil
protease.
Kemudian
kualitatif (pembentukan zona bening) dan kuantitatif (aktivitas enzim). Hasil skrining
diperoleh satu isolat, LnA4, dengan zona bening lebar (diameter 10 mm) dan aktivitas
spesifik
mempunyai bentuk koloni bulat, bentuk tepi halus, elevasi cembung, warna koloni putih susu,
bentuk sel batang dan merupakan bakteri gram positif dan katalase positif.
Produksi dan Purifikasi Parsial Enzim Protease
Produksi enzim dilakukan pada jam ke-17 hingga ke-18 (akhir fase log) dimana
pada jam tersebut isolat LnA4 menghasilkan jumlah enzim protease yang optimum. Isolasi
enzim protease kasar dari isolat LnA4 dilakukan dengan sentrifugasi pada suhu 4 C.
Sentrifugasi berfungsi untuk memisahkan sel bakteri dengan ekstrak enzim kasar protease.
Selanjutnya ekstrak kasar enzim protease dipurifikasi secara parsial dengan metode
pengendapan amonium sulfat dan dialisis. Konsentrasi amonium sulfat yang digunakan
pada penelitian ini adalah konsentrasi 50%. Diperoleh pada konsentrasi 50% yaitu sebesar
0.34 U/mg yang menunjukkan aktivitas spesifik tertinggi. Oleh karena itu pengendapan
dengan ammonium sulfat 50% dipilih sebagai konsentrasi yang sesuai untuk pengendapan
enzim protease. Setelah protein diendapkan dengan amonium sulfat dan dilarutkan dalam
buffer fosfat 0.05 M dan 0.025 M pH 7.0 selanjutnya dilakukan dialisis untuk
menghilangkan garam dan zat terlarut lainnya.
Keberadaan residu amonium sulfat maupun molekul-molekul non-protein lainnya
akan
mengganggu
mempengaruhi
mengendap
dan
sisi aktif
protease
dalam
mengikat
substrat sehingga
dapat
enzim menjadi
meningkat
karena
menurunnya jumlah
kontaminan yang menghalangi sisi aktif enzim untuk berikatan dengan substrat. Menurut
(Aulanniam, 2005), penambahan amonium sulfat berpengaruh terhadap protein yang
terendapkan selama proses pemurnian. Ion-ion garam amonium sulfat akan berkompetisi
dengan protein untuk menarik molekul air. Ion-ion garam memiliki kelarutan lebih besar
dibandingkan dengan protein sehingga ion garam akan menarik molekul air dari protein
enzim. Protein-protein enzim akan berinteraksi membentuk gumpalan dan mengendap.
Proses ini dilakukan pada suhu rendah (4 C) sehingga protein akan mengendap tanpa
terdenaturasi.
Setelah protein diendapkan dengan amonium sulfat dialisis perlu dilakukan untuk
menghilangkan residu garam amonium sulfat dan zat terlarut lainnya. Keberadaan garam
amonium sulfat maupun molekul-molekul nonprotein lainnya akan mengganggu sisi aktif
protease dalam mengikat substrat sehingga dapat
mempengaruhi
aktivitas
protease.
Menurut Sorensen et al. (1999), salah satu cara memisahkan kelebihan garam amonium
sulfat adalah melalui dialisis protein. Molekul garam akan berdifusi keluar dari kantung
dialisis, karena molekul kecil cenderung berdifusi ke larutan dengan konsentrasi yang
lebih rendah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemurnian enzim mengalami
peningkatan setelah pengendapan dan dialisis secara berturut-turut yaitu 1.91 kali dan
12.96 kali dibandingkan nilai aktivitas spesifik enzim kasar. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kemurnian enzim maka semakin tinggi pula
aktivitas spesifik enzim protease.
Penentuan pH Optimum
Penentuan pH optimum enzim dari isolat LnA4 dilakukan pada kisaran pH 6, 6.5, 7, 7.5,
8, dan 8.5. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas protease optimum pada pH 7.5.
Saat pH optimum, enzim mempunyai konformasi sisi aktif yang sesuai dengan substrat
kasein yang menyebabkan terbentuknya kompleks enzim substrat yang maksimal, karena
gugus pemberi dan penerima proton yang penting pada sisi katalitik enzim berada pada
tingkat ionisasi yang diinginkan, sehingga menghasilkan produk yang maksimal juga.
Kisaran pH optimum protease bervariasi tergantung dari jenis proteasenya, pH optimum
protease pada penelitian ini masih berada pada kisaran pH netral.
Penentuan Suhu Optimum
Aktivitas katalitik enzim juga dipengaruhi oleh suhu dimana pada suhu rendah reaksi
kimia berlangsung lambat dan pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih
cepat. Penentuan suhu optimum dilakukan pada variasi suhu 25, 30, 37, 40, 45, dan 50 C
dengan waktu inkubasi 20 menit dan pada pH 7.5. Pada praktikum ini menunjukkan aktivitas
protease meningkat dengan meningkatnya suhu. Peningkatan aktivitas protease dari
isolat LnA4 ini mencapai nilai optimum pada suhu 37 C. Pada suhu optimum, tumbukan
antara enzim dan substrat sangat efektif, sehingga pembentukan kompleks enzimsubstrat
semakin mudah dan produk yang terbentuk meningkat (Nelson dan Cox, 2000). Kenaikan
suhu
tidak
lagi
meningkatkan aktivitas
protease,
namun
sebaliknya
aktivitasnya
mengalami penurunan. Pada suhu diatas suhu optimum, akan mempercepat kerusakan
pada
konformasi
gugus
LnA4
0.267 mg/mL
memiliki nilai KM yang hampir sama dengan nilai KM Bacillus subtilisyaitu 0.264 mg/mL,
demikian juga nilai Vmaks dari isolat LnA4 0.206 mg/mL/menitmemiliki nilai yang
hampir sama dengan nilai Vmaks dari Bacillus subtilis yaitu 0.209 mg/mL/menit. Harga
KM yang makin rendah menunjukkkan bahwa enzim tersebut makin reaktif (memiliki
afinitas yang tinggi) sehingga juga mempunyai Vmaks yang lebih tinggi. Menurut
Aulanniam (2005) bahwa suatu harga KM yang rendah menunjukkan aktivitas enzim
yang tinggi terhadap substrat. Sebaliknya harga KM yang besar menunjukkan enzim
mempunyai aktivitas rendah terhadap substrat.
Penentuan Berat Molekul
Penentuan berat molekul enzim protease dilakukan dengan menggunakan SDS-PAGE
dan dikonfirmasi dengan zimogram. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh 4 pita
protein dari isolat LnA4 yang memiliki berat molekul sebesar 73.96, 53.70, 36.70, dan
29.71 kDa. Dari empat pita protein yang diperoleh belum diketahui apakah semuanya
memiliki aktivitas protease. Oleh karena itu digunakan zimogram untuk mengkonfirmasi
pita aktif yang memiliki aktivitas. Berdasarkan hasil zimogram dapat diketahui bahwa
hanya ada satu pita protein yang menunjukkan aktivitas protease yaitu pada berat molekul
29.71 kDa. Adanya aktivitas protease pada zimogram ditunjukkan dengan terbentuknya
zona bening. Daerah yang membentuk zona bening merupakan daerah substrat kasein yang
telah didegradasi oleh enzim protease.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil isolasi bakteri penghasil protease dari limbah cair tahu tertinggi yaitu isolat LnA4
yang merupakan bakteri Gram positif, katalase positif dan mempunyai sel yang berbentuk
batang. Hasil purifikasi parsial enzim yang diendapkan dengan ammonium sulfat
mempunyai nilai aktivitas spesifik enzim 7.13 U/mg dengan tingkat kemurnian 12.96 kali
dibandingkan enzim kasar. Enzim protease memiliki aktivitas optimum pada pH 7.5 dan
suhu
37
Nilai KM adalah
0.269
mg/mL dan
0.207
menunjukkan bahwa
DAFTAR PUSTAKA
Wardani, Agustin Krisna dan Lia. 2012. Purifikasi Dan Karakterisasi Protease Dari Bakteri
Hasil Isolasi Dari Wheytahu. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 3 [Desember 2012] 149156. Malang