Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen:
Dosen:
Yayu Putri Senjani SE,
Disusun Oleh:
Lidiyna Khoirul Fatih
Joni Rolis
Annisa Herdiyany
(1112082000010)
(1112082000017)
(11120820000)
SEMESTER 4 KELASB
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTASEKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITASISLAM NEGERI
SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb
1
Penyusun
DAFTAR ISI
2
COVER
1
KATA
PENGANTAR
..2
DAFTAR
ISI
.3
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
..4
2. Rumusan
Masalah
..4
3. Tujuan
.4
BAB II : PEMBAHASAN
1. Fee Based
Income
5
2. Wakalah
.5
3. Kafalah
8
4. Sharf
12
5. Hiwalah
.15
6. Rahn
17
7. Letter of
Credit
.21
8. Kartu Pembayaran(Card)
..29
BAB III : PENUTUP
1. Kesimpulan
.34
DAFTAR
PUSTAKA
35
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Untuk latar belakang pembuatan dari makalah ini merupakan
tugas presentasi kelompok dalam mata kuliah Akuntansi Keuangan
Syariah. Akan tetapi lebih luas lagi untuk latar belakang pembuatan
makalah ini adalah untuk mengenal akuntansi bagi lembaga
keuangan syariah, dalam hal ini dikhususkan pada perbankan
syariah mengenai jasa Fee Based Income.
2. Rumusan Masalah
1. Pengertian dari akad-akad?
2. Bagaimana perlakuan akuntansi syariah dalam akad-akad?
3. Ketentuan dalam akad-akad?
3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian dari akadakad dalam fee based income, memahami jenis-jenis akad fee
based income dan juga ketentuan-ketentuan dari masing-masing
akad sesuai dengan syariah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
A. FEE BASED INCOME
Dalam perbankan konvensional, pengertian Fee based income
adalah keuntungan yang didapat dari transaksi yang diberikan
dalam jasa-jasa bank lainnya atau selain spread based. Dalam
PSAK No.31 Bab I huruf A angka 03 dijelaskan bahwa dalam
operasinya bank melakukan penanaman dalam aktiva produktif
seperti kredit dan surat-surat berharga juga diberikan memberikan
komitmen dan jasa-jasa lain yang digolongkan sebagai fee based
operation, atau off balance sheet activities
Unsur-unsur fee based income
Karena pengertian fee based income merupakan pendapatan
operasional non bunga maka unsur-unsur pendapatan operasional
yang masuk kedalamnya adalah :
1.
Pendapatan komisi dan provisi
2.
pendapatan dari hasil transaksi valuta asing atau devisa
3.
pendapatan operasional lainnya.
5
5.
xxx
b. Pada saat membayar beban
8
Beban Wakalah
Kas
xxx
xxx
c. Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua tahun
di muka
Kas
xxx
Pendapatan
muka
wakalah
diterima
di
xxx
d. Pada saat mengakui pendapatan wakalah akhir periode
Pendapatan wakalah diterima di muka
xxx
Pendapatan
wakalah
xxx
2. Bagi pihak yang meminta diwakilkan
Pada saat membayar ujr/komisi
Beban wakalah
xxx
Kas
xxx
o Dalam Laporan Keuangan
kedalam Laporan Laba/Rugi.
pendapatan
wakalah
masuk
C. KAFALAH
PENGERTIAN DAN RUKUN KAFALAH
Kafalah adalah Transaksi penjaminan yang diberikan oleh
penanggung (kafil) kepada pihak ketiga atau yang tertanggung
(makzul lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua (makjul
anhu/ashil). Ada dua pendapat mengenai pihak penjamin, yaitu antara
penjamin dianggap ikut berhutang atau tidak. Istilah lain yang populer
dari kafalah adalah dhamanah.
Kafalah dan Dhamanah mempunyai arti yang sama, yaitu
jaminan. Yang mana yang dimaksud dengan Jaminan adalah
bertanggung jawab atas hak yang thabit/wajib bagi orang lain atau
menghadirkan seseorang yang mempunyai suatu tanggung jawab
untuk diambil tindakan atau mendapatkan suatu barang pengganri
kepada pihak yang berhak. Dengan ini, berarti jaminan adalah :
menempatkan tanggung jawab seseorang kepada tanggung jawab
orang lain.
Adapun rukun kafalah adalah:
- Pihak penjamin (kaafil)
- Pihak yang dijamin (Makful)
9
1.
2.
3.
4.
5.
JENIS KAFALAH
Kafalah bi an naf
yaitu merupakan akad (personal guarantee)
Kafalah bi al mal
yaitu merupakan jaminan pembayaran hutang atau pelui hutang
Kafalah bit taslim.
Jenis ini biasa dilakukan untuk menjamin pengembalian atas
barang yang disewa pada waktu masa sewa berakhir
Kafalah al munjazah.
Jaminan mutlak yang tidak dibatasi oleh jangka waktu tertentu
dan untuk kepentingan / tujuan tertentu.
Kafalah al mualaqah.
Jaminan ini merupakan menyerdahanaan dari kafalah al
munjazah, dimana jaminan dibatasi hanya untuk jangka waktu
tertentu.
10
3. KETENTUAN KAFALAH
Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentang
Wakalah sebagaimana tercantum dalam fatwa Dewan Syariah
Nasional nomor ll/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal13 April 2000
(Fatwa, 2006) sebagai berikut:
Pertama:
1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak
untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan
kontrak (akad).
2. Dalam akad kafalah, penjamin dapat menerima imbalan (fee)
sepanjang tidak memberatkan
3. Kafalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh
dibatalkan secara sepihak.
Kedua:
1. Pihak penjamin (Kafiil)
a. Baligh (dewasa) dan berakal sehat
b. Berhak penuh untuk melakukan tindakan hokum dalam
urusan hartanya dan rela (ridha) dengan tanggungan
kafalah tersebut
2. Pihak orang yang berhutang (Ashil, Makftiulanhu)
a. Sanggup menyerahkan tangungannya (piutang)
b. Dikenal oleh penjamin
3. Pihak orang yang berpiutang (Makfuul lahu)
a. Diketahui identitasnya
b. Dapat hadir pada waktu akad atau memberikan kuasa.
4. Obyek penjamin (makfuul bihi)
a. Merupakan tanggungan pihak/orang yang berutang, baik
berupa uang, benda, maupun pekerjaan
b. Hanya bisa dilaksanakan oleh penjamin
c. Harus merupakan piutang mengikat (lazim), yang tidak
mungkin dihapus kecuali setelah dibayar atau dibebaskan.
d. Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya.
e. Tidak bertentangan dengan syariah (diharamkan)
5. APLIKASI KAFALAH DALAM BANK SYARIAH
Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk
menjalin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank
dapat mempersyaratkan nasabah untuk menempatkan
sejumlah dana untuk fasilitas ini, dan bank menerima dana
tersebut dengan prinsip wadiah. Bank mendapatkan imbalan
atas jasa yang diberikan.
11
xxx
xxx
xxx
Kas
xxx
2.Bagi pihak yang meminta jaminan
a. Pada saat membayar beban, jurnal:
Beban kafalah
xxx
Kas
Dalam Laporan Keuangan
Laporan Laba/Rugi.
xxx
Pendapatan
Kafalah
masuk
dalam
D. SHARF
1. Konsep Dasar
Sjahdeini (1999) dalam Sudarsono (2003: 79) menjelaskan tentang
arti harfiah dari sharf yaitu penambahan, penukaran, penghindaran,
atau transaksi jual beli. Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta
dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli mata uang asing (valuta
asing ) dapat dilakukan baik dengan sesama mata uang sejenis,
misalnya rupiah dengan rupiah maupun yang tidak sejenis, misalnya
rupiah dengan dollar atau sebaliknya. Jual beli mata uang yang tidak
sejenis ini, penyerahan yang harus dilakukan pada waktu yang sama
(spot).
2. Landasan Fiqh dan Fatwa DSN tentang Akad Sharf
a. Landasan Hadis
Jual beli emas dengan emas, perak dengan perak, gandum
dengan gandum, kurma dengan kurma, anggur dengan anggur,
13
xxx
xxx
xxx
xxx
Keterangan: * jika harga beli valas lebih besar dari harga jual
** jika harga beli valas lebih kecil dari harga jual
B. HIWALAH
1. Konsep Dasar
16
sekedar
pengganti
biaya
pemeliharaan
dan
perawatannya.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya
menjadi kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga
oleh Murtahin, sedangkan biaya pemeliharaan dan
penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin.
4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun
tidak boleh ditentukan berdasarkan nilai pinjaman.
5. Penjualan Marhun
1. Apabila jatuh tempo, maka Murtahin
harus
memperingatkan Rahin untuk segera melunasi
hutangnya.
2. Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi
hutangnya, maka marhun dijual paksa/dieksekusi
melalui lelang sesuai syariah.
3. Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi
hutang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan
yang belum dibayar serta biaya penjualan.
4. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan
kekurangannya menjadi kewajiban Rahin.
1. Fatwa DSN No.: 26/DSN-MUI/III/2002 tentang RAHN EMAS
Beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini,
antara lain sebagai berikut:
a. Rahn emas dibolehkan berdasarkan prinsip Rahn
(lihat Fatwa DSN nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang
Rahn)
b. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun)
ditanggung oleh penggadai. (Rahin)
c. Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 besarnya
didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata
diperlukan.
d. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan
berdasarkan akad ijarah.
3. Teknis Perbankan/ Lembaga Keuangan Syariah
Sudarsono (2003 : 69) menjelaskan tentang ketentuan umum
dan teknis penerapan rahn dalam praktik perbankan syariah
adalah sebagai berikut:
1. Melalui bank, nasabah dapat menggunakan barang
tertentu yang digadaikan dengan tidak mengurangi nilai
dan merusak barang yang digadaikan. Apabila barang yang
21
Kemungkinan I:
Importir membayar lunas tepat waktu kepada bank penerbit
- Agunan tambahan dikembalikan kepada pembeli
- Proses L/C selesai
Kemungkinan II:
Importir (pembeli) tidak dapat membayar tepat waktu kepada
bank penerbit (jatuh tempo), maka berubah menjadi pembiayaan
bank.
Kalau dilihat dari kedua kemungkinan penyelesaian
kewajiban dalam L/C tersebut, maka kemungkinan I merupakan
bentuk L/C yang sesungguhnya, yaitu pelayanan jasa. Disini bank
memberikan jasa kepada importir dan akan memperoleh fee dari
jasa yang ditawarkan tersebut. Sedangkan kemungkinan II
merupakan bentuk L/C yang telah berubah menjadi produk
pembiayaan. Disini bank tidak memperoleh fee tapi akan
memperoleh keuntungan dari pembiayaan yang ditawarkan,
yaitu keuntungan dalam jual beli yang dilakukan oleh importir
dan eksportir.
Dari penjelasan tersebut di atas tidak tepat rasanya kalau
L/C impor dan ekspor syariah menggunakan akad mudharabah
dan atau musyarakah (bagi hasil), sebagaimana Fatwa DSN-MUI
yang telah dijelaskan di atas. Karena L/C diterbitkan dalam akad
jual beli antara importir dengan eksportir (antar Negara), dan
juga L/C merupakan produk jasa dalam perbankan, bukan dalam
akad bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) antara importir
dengan eksportir, bukan juga akad bagi hasil antara nasabah
(importir) dengan bank.
Maka dari itu untuk mengurangi resiko masing-masing
pihak, mengingat pembukaan L/C juga terjadi karena adanya jual
beli antar Negara, bukan terjadi karena kesepakatan untuk
berbagi hasil antara importir dan eksportir, maka aplikasi dalam
bank syariah tapatnya hanya ada dua akad yang sesuai dengan
esensi dari Leter of Credit (Surat Kredit Berdokumen), yaitu akad
Wakalah bil Ujrah dan akad Murabahah
E. Kartu Pembayaran (Card)
Syariah Card diperlukan dalam rangka memberikan
kemudahan, keamanan, dan kenyamanan bagi nasabah dalam
31
33
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Kesimpulan yang kami dapat dari penyusunan makalah ini, kami
mengambil kesimpulan jika dalam Bank Konvensional Fee Based
Income sering diartikan sebagai pendapatan non-bunga oleh khalayak
36
DAFTAR PUSTAKA
Sofyan S. Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf, Akuntansi
Perbankan Syariah (LPFE: Jakarta, 2010)
Wiroso, SE, MBA., Produk Perbankan Syariah (LPFE: Jakarta,
2011)
37
38