Anda di halaman 1dari 10

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN CKD


1. Konsep dasar Medis
A. Definisi
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang
bersifat persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi
ginjal yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat
digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer,
2007).
B. Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi
tersering terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan
21% . Sedangkan glomerulonefritis menjadi yang ketiga dengan
17%. Infeksi nefritis tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau
nefropati refluks) dan penyakit ginjal polikistik masing-masing
3,4%. Penyebab yang tidak sering terjadi yakni uropati obstruktif ,
lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 %. (US Renal System,
2000 dalam Price & Wilson, 2006).
Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di
Indonesia tahun 2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi
etiologi dengan prosentase tertinggi dengan 46,39%, disusul
dengan diabetes melitus dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi
dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan
13,65% (Sudoyo, 2006)
C. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada
gagal ginjal kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien
akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda
dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien
gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :

1) Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium
dari aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting
edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital, Friction
rub perikardial, pembesaran vena leher.
2) Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik,
pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan
kasar. c.
3) Manifestasi Pulmoner Krekels,
sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan
Kussmaul
4) Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada
mulut, anoreksia, mual,muntah, konstipasi dan diare,
pendarahan saluran gastrointestinal e.
5) Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,
kelemahan tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan
perilaku f.
6) Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
7) Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
D. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron
(termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang
lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat
disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR /
daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa
direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak
oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana

timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan


muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi
ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15
ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah.
Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin
berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner
& Suddarth, 2001 : 1448).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi
menjadi tiga stadium yaitu:
1) Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum
Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik.
2) Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak
(Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada
tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas
normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi
kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
3) Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai
glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens
5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin
serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat
mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)
4) Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan
mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut
Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra (2006) antara lain adalah :

1) Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme,


dan masukan diit berlebih.
2) Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3) akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
4) Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5) Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan
peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion
6)
7)
8)
9)

anorganik.
Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
5) Pemeriksaan penunjang
Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD
dapat dilakukan cara sebagai berikut:

1) Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan
sistem dan membantu menetapkan etiologi.
2) Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga
untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal.
3) Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tandatanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit
6) Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh
selama mungkin serta mencegah atau mengobati komplikasi
(Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007).

Terapi konservatif tidak dapat mengobati GGK namun dapat


memperlambat progres dari penyakit ini karena yang dibutuhkan
adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau
transplantasi ginjal
Lima sasaran dalam menejement medis GGK meliputi
1) Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara
mengontrol proses penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet,
kontrol berat badan dan obat-obatan) dan mengurangi intake protein
(pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-hari dengan nilai
biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori
nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi
katabolisme)
2) Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik,
perubahan hematologi, penyakit kardiovaskuler;
3) Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet
4) Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
(Black & Hawks, 2005)
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan
dialisi tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 510 ml/mnt. Dialisis juga diiperlukan bila :
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan


Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
Overload cairan (edema paru)
Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran
Efusi perikardial
Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang
memburuk

2. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :
1)
a)
b)
c)
2)
a)
b)
c)
d)
3)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
4)

Airway
Lidah jatuh kebelakang
Benda asing/ darah pada rongga mulut
Adanya sekret
Breathing
pasien sesak nafas dan cepat letih
Pernafasan Kusmaul
Dispnea
Nafas berbau amoniak
Circulation
TD meningkat
Nadi kuat
Disritmia
Adanya peningkatan JVP
Terdapat edema pada ekstremitas bahkan anasarka
Capillary refill > 3 detik
Akral dingin
Cenderung adanya perdarahan terutama pada lambung
Disability : pemeriksaan neurologis GCS menurun bahkan terjadi
koma, Kelemahan dan keletihan, Konfusi, Disorientasi, Kejang, Kelemahan
pada tungkai
A : Allert

= sadar penuh, respon bagus

V : Voice Respon = kesadaran menurun, berespon thd


suara
P : Pain Respons = kesadaran menurun, tdk berespon thd
suara, berespon thd rangsangan nyeri
U : Unresponsive = kesadaran menurun, tdk berespon thd
suara, tdk bersespon thd nyeri

b. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau
penenganan pada pemeriksaan primer.
Pemeriksaan sekunder meliputi :
a)
b)
c)
d)

AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event


Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang
Keluhan Utama
Badan lemah, cepat lelah, nampak sakit, pucat keabuabuan, kadang-kadang disertai udema ekstremitas, napas terengahengah.

e) Riwayat kesehatan
Faktor resiko (mengalami infeksi saluran nafas atas, infeksi kulit,
infeksi saluran kemih, hepatitis, riwayat penggunaan obat nefrotik,
riwayat keluarga dengan penyakit polikistik, keganasan, nefritis
herediter)
f) Anamnesa
1) Oliguria/ anuria 100 cc/ hari, infeksi, urine (leucosit, erytrosit, WBC,
RBC)
2) Cardiovaskuler: Oedema, hipertensi, tachicardi, aritmia, peningkatan
kalium
3) Kulit : pruritus, ekskortiasis, pucat kering.
4) Elektrolit: Peningkatan kalium, peningkatan H+, PO, Ca, Mg,
5)

penurunan HCO3
Gastrointestinal : Halitosis, stomatitis, ginggivitis, pengecapan
menurun, nausea, ainoreksia, vomitus, hematomisis, melena, gadtritis,

haus.
6) Metabolik : Urea berlebihan, creatinin meningkat.
7) Neurologis: Gangguan fungsi kognitif, tingkah laku, penurunan
kesadaran, perubahan fungsi motorik
8) Oculair : Mata merah, gangguan penglihatan
9) Reproduksi : Infertil, impoten, amenhorea, penurunan libido
10) Respirasi : edema paru, hiperventilasi, pernafasan kusmaul
11) Lain-lain : Penurunan berat badan
2. Diagnosa yang mungkin muncul

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai


berikut:
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan
retensi cairan dan natrium.
b) Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
c) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia mual muntah.
d) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan
nutrisi ke jaringan sekunder.
e) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialysis.
f) Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus
sekunder terhadap adanya edema pulmoner.
g) Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan
cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler
sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidak
seimbangan elektrolit)
.
3. Intervensi
Diagnosa
Kelebihan
volume cairan
b.d penurunan
keluaran urin
dan retensi
cairan dan
natrium

NOC
NOC :
Fluid balance
Terbebas dari edema,
efusi
Bunyi nafas bersih,
tidak adanya dispnew
Memelihara tekanan
vena central, tekanan
kapiler paru, output
jantung dan vital sign
nrmal

NIC
NIC :
Fluid management
Kaji status cairan,
timbang berat badan,
seimbangkan masukan
dan keluaran, turgor
kulit dan edema
Batasi masukan cairan
Identifikasi sumber
potencial cairan
Jelaskan pada pasien
dan keluarga rasional
pembatasan cairn
Kolaborasi pemberian
cairan secara terapi
Hemodialysis terapy
Ambil sempel darah

Perubahan pola nafas


b.d hiperventilasi paru

Respiratory status :
Peningkatan
ventilasi dan
oksigenasi yang
adekuat
Bebas dari tandatanda distress
pernapasan
Suara nafas bersih,
tidak ada sianosis
dan
dispnew( mampu
mengeluarkan
sputm, mampu
bernafas dengan
mudah
Ttv dalam rentang
normal

Rekam ttv
Sesuaikan tekanan
filtrasi

Respiratory
monitoring
Moitor rata-rata
kedalaman, irama,
dan usaha respirasi
Catat pergerakan
dada, amati
kesimetrian,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot
supraclavikuler
dan intercostal
Monitor pola nafas
Auskultasi suara
nafas, catat area
peurunan/ tidak
adanya ventilasi
Oksigen thyrepi
Auskultasi bunyi
nafas
Ajarkan pasien
nafas dalam
Atur posisi
senyaman
mungkin
Batasi untuk
beraktifitas
Kolaborasi
pemberian
oksigen

4. Daftar pustaka
Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan,
Diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Nanda. 2005. Nursing Diagnoses Definition dan Classification.
Philadelpia
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI. 2006
Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC. 2012.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 1994. Patofisiologi :
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta : FKUI
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai