BAB I Disminorea
BAB I Disminorea
DISMENORE
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Madya
Di SMF Obstetri & Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah jayapura
Oleh :
Julina Amamehi, S.Ked
Pembimbing :
Dr. dr. H. Suhartono, Sp.OG (K)
BAB I
PENDAHULUAN
Kejadian dismenore cukup tinggi diseluruh dunia. Menurut data
WHO, didapatkan kejadian sebesar 1.769.425 jiwa (90%) w a n i t a m e n g a l a m i
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
aliran,
sehingga
dismenore
(dysmenorrhoea)
dapat
diartikan
2.2 ETIOLOGI
2.2.1. Dismenore Primer
Etiologi nyeri
haid primer
belum jelas
tetapi umumnya
A. Prostaglandin
Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa
peningkatan kadar prostaglandin penting peranannya sebagai penyebab
terjadinya nyeri haid. Terjadinya spasme miometrium dipacu oleh zat
dalam darah haid, mirip lemak alamiah yang kemudian diketahui sebagai
prostaglandin, kadar zat ini meningkat pada keadaan nyeri haid dan
ditemukan di dalam otot uterus (Dawood, 2006). Ditemukan kadar PGE2
dan PGF2 sangat tinggi dalam endometrium, miometrium dan darah haid
wanita yang menderita nyeri haid primer (Pickles dkk, 1975).
B. Hormon steroid
Nyeri haid primer hanya terjadi pada siklus ovulatorik. Nyeri haid
hanya timbul bila uterus berada di bawah pengaruh progesteron.
Sedangkan sintesis prostaglandin berhubungan dengan fungsi ovarium.
Kadar
progesteron
yang rendah
akan
menyebabkan
terbentuknya
yang mempengaruhi
haid
yang
disebabkan
oleh
kelainan
ginekologi
atau
2.3 PATOFISIOLOGI
Selama siklus menstruasi ditemukan peningkatan dari kadar
prostaglandin
terutama
2.4. DIAGNOSIS
Pada kebanyakan kasus wanita dengan gejala yang khas seperti rasa nyeri
pada perut bagian bawah yang muncul bersamaan saat haid dan menghilang
(cunningham,
2008).
Menurut
dismenore
dismenore primer ditandai dengan adanya rasa nyeri pada daerah supra pubik
yang terjadi beberapa jam sebelum dan sesudah keluarnya darah haid, namun
terkadang rasa nyeri akan dapat dirasakan selama dua sampai tiga hari haid.
Dapat disertai dengan adanya keluhan-keluhan lain seperti diare, mual dan
muntah, rasa lemah, sakit kepala, pusing, bahkan dapat juga dijumpai demam
hingga hilangnya kesadaran.
Keluhan rasa nyeri pada saat haid dengan adanya temuan massa pada pelvik,
vaginal discharge yang abnormal, daerah pelvik yang tegang, wanita dengan
risiko terhadap penyakit radang panggul, adanya riwayat seksual aktif dengan
risiko penyakit menular seksual sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
seperti
skrining
untuk
adanya
penyakit
infeksi
menular,
pemeriksaan
lain Categorical Scale, Numerical Ratting Scale (NRS), Visual Analogue Scale
(VAS).
Metode sederhana ini biasanya digunakan secara efektik di rumah sakit dan
klinik. metode VAS berisi garis horizontal atau vertikal sepanjang 10 cm dengan
label pada awal 25 garis tidak nyeri dan pada akhir garis sangat nyeri. Pasien akan
memberi tanda pada garis tersebut sesuai tingkat nyeri yang mereka rasakan.
Panjangnya jarak dari awal garis sampai tanda yang diberikan oleh pasien
merupakan indeks derajat nyeri (Berry dkk, 2006). . Pasien akan memilih kriteria
nyeri yang sesuai dengan intensitas nyeri yang meraka rasakan.
2.5 PENANGANAN
Penanganan dismenore dapat dibagi dalam tiga bagian besar :
1. Farmakologis
Yaitu
penanganan
dismenore
dengan
pemberian
obat-obatan,
efek
yang
dapat
BAB III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
Dismenore adalah nyeri di waktu haid. Nyeri ini terasa di perut
bagian bawah atau di daerah bujur sangkar Michaelis.
Dismenore dibagi menjadi 2 yaitu dismenore primer dan
dismenore sekunder.
Dismenore primer didefinisikan sebagai nyeri kram yang berulang
yang terjadi saat menstruasi tanpa ada kelainan patologik pada
pelvis. Dismenore sekunder adalah nyeri saat haid yang didasari
oleh adanya kelainan patologik pada pelvis.
Dismenore terjadi ketika penurunan kadar progesterone dan
peningkatan
kadar
prostaglandin
berlebihan
menyebabkan
kontraktilitas uterus.
Penanganan dismenore ada 3 secara farmakologis dengan
pemberian analgetik dan suplemen, secara nonfarmakologis
dengan TENS, akupuntur, senam, terapi panas dan secara
pembedahan.
.
1
2