Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat dewasa ini

menciptakan era globalisasi dan keterbukaan yang menuntut setiap individu untuk
ikut serta didalamnya, sehingga sumber daya manusia harus menguasai IPTEK serta
mampu mengaplikasikannya dalam setiap kehidupan.
Membubut merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan
industri karena dalam dunia industri manufaktur, proses pembubutan memegang
peranan yang penting. Proses pembubutan aplikasinya sangat banyak dalam industri
manufaktur. Beberapa komponen bahkan hampir seluruh benda kerja yang berbentuk
silinder dikerjakan dengan menggunakan mesin bubut. Dengan proses produksi
menggunakan mesin bubut yang cepat maka akan meningkatkan efisiensi kerja
sehingga pada akhirnya biaya produksi akan menjadi lebih efektif.
1.2

Tujuan Penulisan Laporan


Selain dituntut agar mahir dalam praktikum, mahasiswa juga dituntut untuk

bisa melaporkan hasil praktikum yang telah dilakukan. Mahasiswa harus bisa
mengolah data-data yang didapat dari hasil melaksanakan praktikum. Halhal apa
saja yang ditemukan mahasiswa selama melakukan praktikum dibengkel, mulai dari
kesulitan yang dihadapi pada saat melakukan praktikum dalam hal ini membubut dan
memfrais, atau bisa saja mahasiswa mendapatkan metode baru dalam melakukan
pembubutan, itu semua dilaporkan dalam laporan hasil praktikum.
Tujuan lain dari penulisan laporan ini yaitu agar mahasiswa terbiasa dalam
membuat karya tulis ilmiah yang notabenenya hal itu tidak lepas dari kegiatan
mahasiswa.

1.3

Ruang Lingkup Kajian


Dalam penulisan laporan ini, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan

yang mengorientasikan pada pembahasan-pembahasan sebagai berikut:


1. Memfrais roda gigi.
2. Menentukan perhitungan dalam membuat roda gigi.
1.4

Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

1.2

Tujuan Penulisan Laporan

1.3

Ruang Lingkup Kajian

1.4

Sistematika Penulisan

BAB 2 ISI
2.1

Tujuan Praktik (Tujuan umum dan tujuan khusus)

2.2

Alat alat (Alat utama, alat tambahan, alat keselamatan kerja)

2.3

Bahan (Jenis bahan dan ukuran)

2.4

Landasan Teori

2.5

Langkah Kerja

2.6

Temuan Praktik dan Pembahasan

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
JOB SHEET
GAMBAR KERJA

BAB 2
ISI
2.1

Tujuan Praktikikum (Tujuan umum dan tujuan khusus)


2.1.1

Tujuan Umum
Tujuan umum melaksanakan praktikum ini adalah diharapkan agar

mahasiswa:
1. Memahami prinsip kerja mesin bubut.
2. Memahami prinsip kerja mesin frais.
3. Mengetahui apa saja peralatan K3 dalam membubut.
2.1.2

Tujuan Khusus
Tujuan khusus melaksanakan praktikum ini adalah diharapkan agar

mahasiswa:
1. Mahir mengoperasikan mesin bubut.
2. Mahir mengoperasikan mesin frais.
3. Mampu membuat roda gigi.
4. Mampu menentukan perhitungan dalam membuat roda gigi.
5. Mengetahui rumus-rumus dalam membuat roda gigi.
2.2

Alatalat (Alat utama, alat tambahan, alat keselamatan


kerja)
2.2.1

Alat Utama
1. Mesin bubut.
2. Mesin frais horizontal.

2.2.2

Alat Tambahan
1. Pahat bubut

2. Pisau frais roda gigi.


3. Mandrel.
4. Kunci pas
5. Jangka sorong.
6. Ganjal.
2.2.3

3
Alat Keselamatan Kerja

1. Kaca mata
2. Baju praktikum
3. Celana jeans
4. Sepatu praktek.
2.3

Bahan (Jenis bahan dan ukuran)


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alumunium

2.4

Landasan Teori
Pemotongan Roda Gigi
Pada hakikatnya profil-profil gigi dapat dibentuk dengan macam-macam cara

sebagai berikut:
a. Dipotong
Pembuatan roda gigi dengan cara ini dapat dilakukan dengan proses permesinan:

Milling (pengefraisan)
Shaping (penyekrapan)
Planing (penyerutan)
Hobbing (pergeseran)

b. Dicetak
Roda gigi dibuat dengan cara dituang, kemudian disempurnakan dengan
pemotongan.
c. Diroll
Pembuatan roda cara semacam proses kartel (knoerling). Sebagai pengerjaan
akhir finishing) dapat dilakukan dengan digerinda, laping jika dikehendaki. Cara-cara
tersebut di atas digunakan atau dipilih sesuai dengan faktor-faktor yang ada. Faktorfaktor tersebut sebagai berikut.

Tipe mesin yang ada pada operator.


Kemampuan skill yang ada pada operator.
Ketelitian yang dikehendaki.
Kekuatan roda gigi yang dikehendaki.
Jumlah roda gigi yang dikehendaki.
Kecepatan produksi yang dikehendaki.
Biaya/harga.

Dalam materi ini hanya akan dibahas pengefraisan roda gigi lurus (milling of spur
gear).

Penentuan Besar-besaran dan Ukuran Roda Gigi


Ada bermacam-macam sistem ukuran roda gigi, yaitu system modul, sistem
diameteral pitch, sistem circural pitch.
a. Sistem Modul (m)
Sistem ini digunakan untuk satuan metris dan untuk satuan modul (mm) biasanya
tidak dicantumkan. Modul adalah perbandingan antara diameter jarak antara dengan

jumlah gigi. Jadi: m =

D
z

mm

b. Diameteral Pitch (Dp)


Diameteral pitch (Dp) ialah perbandingan antara banyaknya gigi dengan diameter
jarak antara (dalam inchi).
Jadi: Dp =

D}
z

D =

z
Dp

c. Circural Pitch (Cp)


Circural pitch (Cp) adalah panjang busur lingkungan jarak antara dua dua buah
gigi yang berdekatan (dalam inchi).
Jadi: Cp = . D } over {z
Bila

D} over {z

inchi

= m Cp =

. m inchi

Persamaan diameteral pitch dengan module:

Cp = . D } over {z

Cp =

z}
z
.
Dp

Maka m =

sedang, D =

Cp = Dp
1
Dp atau m =

z
Dp

.m =

Dp

25,4
Dp

Catatan:
Pembuatan roda gigi yang sistem besarannya tidak sama, hasilnya tidak dapat
dipasangkan.
Istilah-Istilah pada Roda Gigi

Pitch circle = lingkaran tusuk = lingkaran jarak antara = merupakan garis

lingkaran bayangan yang harus bertemu/ bersinggungan untuk sepasang roda gigi
Pitch diameter = tusuk = panjang busur lingkaran jarak antara pada dua gigi yang

berdekatan
Circular pitch = tusuk = panjang busur lingkaran jarak antara pada dua gigi yang

berdekatan.
Addendum = tinggi kepala gigi = tinggi gigi di luar lingkaran jarak antara
Dedendum = tinggi kaki gigi = tinggi gigi di dalam lingkaranm jarak antara
Clearance = kelonggaran antara tinggi kaki gigi-gigi dengan tinggi kepala gigi

yang saling menangkap


Backlash = perbedaan antara lebar gigi yang saling menangkap pada lingkaran

jarak antara
Sudut tekan = sudut antara garis singgung jarak antara dengan garis tekan
Garis tekan = garis yang dihasilkan dan hubungan titik-titik tekan dan melalui
titik singgung lingkaran jarak antara dan roda gigi

Gambar 2.4 1

Pengefraisan/Pemotongan Gigi Sistem Modul


Untuk memotong roda gigi lurus pada mesin frais dapat dilakukan dengan cara
berikut ini.
a. Pelajari gambar kerja (Gambar 2.4.2), misalnya diketahui sebuahroda gigi lurus
dengan z = 30 gigi dan modulnya (m) 1,5.

Gambar 2.4 2

Maka ukuran-ukuran yang lain dapat direncanakan sebagai berikut.

Diameter tusuk (Dt)

= z.m

= 30.1,5
= 45 mm

Diameter luar (Dl)

= Dt + (2.m)
= 45 + (2.1,5)
= 48 mm

Kedalaman gigi (h)

= ha + hf
= (1.1,5) + (1,2.1,5)
= 3,3 mm

Pisau yang digunakan adalah nomor 5


Pembagian pada kepala pembagi bila ratio perbandingan pembagiannya 40 : 1,
maka:
Nc=

40
z

40
30

10
30

6
18

Sebagai ilustrasi hasil pemotongan dalam pembuatan roda gigi urus dapat dilihat
pada (Gambar 2.4.3).

Gambar 2.4 3

2.5

Langkah Kerja

10

1. Lakukan perhitungan terlebih dahulu berdasarkan m dan Z yang sudah


ditentukan.
Diketahui: m = 1.5 ; dan Z = 30

Tinggi kepala gigi (hk)

= m = 1,5 mm

Tinggi kaki gigi (hd)

= 1,2 . m
= 1,2 . 1,5
= 1,8 mm

Tinggi gigi seluruhnya (h)

= hk + hd
= 1,5 + 1,8
= 3,3 mm

Diameter tusuk (Dt)

= m.Z
= 1,5 . 30
= 45 mm

Diameter luar (Dl)

= Dt + 2m
= 45 + 3
= 48 mm

Diameter dalam (Dd)

= Dt 2hd
= 45 3,6
= 41,4 mm

Lebar roda gigi

= 10 . m
= 10 . 1,5
= 15 mm

Nc=

40
z

40
10
1
7
= 30 = 1 30 = 1 3 = 1 21

11

Artinya engkol kepala pembagi diputar sebesar satu putaran penuh,


ditambah tujuh lubang pada indek piring pembagi berjumlah 21.
2. Setelah itu siapkan peralatan dan bahan.
3. Buat blank roda gigi terlebih dahulu dengan cara:
-

Lakukan bubut rata terlebih dahulu kedua permukaan benda kerja.

Setelah itu bor benda kerja (diameter mata bor yang digunakan
tergantung mandrel yang akan diapakai pada saat memfrais).

Setelah itu pasang kan mandrel pada benda yang sudah dibor tadi.

Lalu bubut rata benda kerja hingga didapat diameter berdasarkan hasil
perhitungan yang sudah dilakukan.

Setelah itu champer benda kerja.

4. Selanjutnya lakukan frais roda gigi dengan cara:


-

Pasang blank roda gigi yang sudah terpasang pada mandrel.


Setting pisau di tengah-tengah benda kerja dan lanjutkan setting pisau di

atas nol permukaan benda kerja.


Atur kedalaman pemakanan sesuai perhitungan.
Atur pembagian mengatur piring pembagi dan lengan untuk pembagian
30 gigi, dalam hal ini dari hasil perhitungan menggunakan piring

pembagi berjumlah 21.


Setelah yakin benar, bahwa posisi pisau di tengah-tengah benda kerja
geserlah meja longitudinal, naikkan meja setinggi tinggu gigi

2.6

Sesuai perhitungan didapat 3,3 mm.


Hidupkan mesin dan lakukan pemotongan gigi.
Putarkan engkol pembagi untuk mendapatkan satu gigi.
Lakukan pemotongan hingga selesai.

Temuan Praktikum dan Pembahasan

(h).

12

Selama melaksanakan praktikum mengerjakan roda gigi ini, penulis


menemukan beberapa temuan, yaiu:
1. Sebelum dibuat roda gigi, sebaiknya champer terlebih dahulu ketika benda kerja
masih berbentuk blank roda gigi, karena akan lebih mudah dan tidak ribet.
2. Setel engkol pembagi dan masukan pen index pada lubang yang dikehendaki,
pemutaran engkol pembagi harus cermat. Karena bila terlewat satu lubang harus
memutarnya kembali satu putaran.

BAB 3

13

PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum ini, penulis dapat mengambil kesimpulan:
1. Meja harus benar-benar sejajar dekat dengan kolum.
2. Pasang benda kerja (bahan) dengan mandril di antara dua senter dengan
menggunakan pembawa, periksa kelurusan, dan kesikuannya.
3. Setel engkol pembagi dan masukan pen index pada lubang yang
dikehendaki, pemutaran engkol pembagi harus cermat.
4. Pemasangan pisau pada arbor harus benar, pisau tidak boleh goyang
(oleng), sebab bila demikian roda gigi yang dipotong hasilnya tidak presisi.
5. Pisau harus tepat pada pertengahan benda kerja atau di atas garis senter.
6. Putaran mesin (cutter) dan kecepatan potong harus sesuai dengan ketentuan.

3.2

Saran
1. Sebaiknya dosen lebih ketat mengawasi mahasiswa yang sedang praktikum,
agar tidak terjadi perjokian antara mahasiswa.
2. Koordinasi antara mahasiswa dengan dosen soal jadwal praktikum harus
lebih diperhatikan agar tidak terjadi kejadian yang praktikum seharusnya
pada ini melaksakakan praktikum dihari lain sehingga mengganggu
mahasiswa yang praktikum pada hari tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

13

14

JOB SHEET

15

Anda mungkin juga menyukai