PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Interaksi
obat
merupakan
dengan
suatu
terhadap
makanan
faktor
yang
dapat
Obat
dapat
pengobatan.
terjadi
interaksi
apabila makanan,
minuman, zat kimia, dan obat lain tersebut mengubah efek dari
suatu obat
yang
diberikan
bersamaan
atau
hampir
diberikan
secara
bersamaan
(Ganiswara, 2000).
Beberapa
penulisan
obat
resep,
sering
maka
mungkin
terdapat
obat
atau memperpendek
bersamaan
yang
pada
kerjanya
atau memperlemah,
Interaksi
obat harus lebih diperhatikan, karena interaksi obat pada terapi obat
dapat
menyebabkan
kerusakan
kasus
pada pasien,
yang
parah
dengan
dan
demikian
tingkat
jumlah
kerusakandan
tingkat
1..3 Tujuan
1.Untuk mengetahui apa itu interaksi obat
2. Untuk mengetahui apa itu interaksi farmakodinamika
3. Untuk mengetahui apa itu interaksi antagonis atau berlawanan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sebuah
interaksi
bisa bersifat potensiasi atau antagonis efek satu obat oleh obat lainnya,
atau adakalanya beberapa efek lainnya (BNF 58, 2009).
Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran
obat lain, obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam
lingkungannya. Definisi yang lebih relevan kepada pasien adalah ketika
obat bersaing
satu
dengan
yang
lainnya,
atau
apa
yang
terjadi
ketika obat hadir bersama satu dengan yang lainnya (Stockley, 2008).
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat
meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang
berinteraksi terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan
yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung,
antikoagulan, dan obat-obat sitostatik (Setiawati, 2007).
1.1
1 Efek adisi terjadi ketika dua obat atau lebih dengan efek yang sama
digabungkan dan hasilnya adalah jumlah efek secara tersendiri sesuai
dosis yang digunakan. Efek aditif ini mungkin bermanfaat atau
berbahaya terhadap klien. Hal ini dinyatakan dengan 1+1=2. Salah
satu contohnya adalah barbiturate dan obat penenang yang diberikan
secara bersamaan sebelum bedah untuk membuat pasien rileks.
2 Efek sinergis terjadi ketika dua obat atau lebih, dengan atau tanpa
efek
yang
sama
digunakan
secara
bersamaan
untuk
2.2
Interaksi dengan
mempengaruhi
obat
Implikasi klinis
ACE imhibitor atau
Loop diuretik.
NSAID
Efek antihipertensi
bertentanga
antikoagulant
Vitamin K
Efek antikoagulan
bertentangan.
antidiabetik
Glukokortikoid
Efek pengurangan
glukosa darah,
antineoplastik
Megesterol
bertentangan
Efek antineoplastik,
mungkin bertentangan.
levodopa
Efek antiparkinsonian,
dopamin antagonis ).
bertentangan.
takrin
Efek antiparkinsonnian
Levodopa
7
bertentangan.
obat
ini
pemberiannya
dapat
harus
meningkatkan
dilakukan
secara
kadar
hati
kalium
hati
serum
ketika
maka
pasien
obat ini bekerja pada sistem RAA. Aspirin dan golongan analgetik lainnya
( NSAID ) dapat mengurangi efek antihipertensi suatu ACE inhibitor
biasanya melalui hambatan sintesi prostaglandin akibat ACE inhibitor.
keseimbangan
karena
efek
vasidilatornya
saat
terjadi
pada
sistem
ini.
Obat
golongan
NSAID
bekerja
dengan
10
oral
terdiri
derivat
4-hidroksikumarin
misalnya:
parah
sehingga
tidak
dapat
menyerap
molekul.
12
menyebabkan
liplisis.
Peningkatan
kadar
insulin
merangsang
pertumbuhan,
kortikotropin,
glukokortikoid,
tiroid,
estrogen,
15
peningkatan cukup kecil di tingkat mereka dapat menyebabkan perkembangan yang serius dan
toksisitas yang mengancam jiwa.
Alasan untuk termasuk data ini adalah bahwa antineoplastik obat sebagai kelompok
tidak meminjamkan diri siap dengan jenis studi klinis yang dapat dilakukan dengan banyak
obat lain, dan ada tampaknya akan menjadi pembenaran dalam hal ini untuk termasuk bukti
tidak langsung semacam ini. Tujuannya bukan untuk membuat prediksi yang pasti, tapi untuk
memperingatkan pengguna kemungkinan interaksi.
Ada beberapa in vitro bukti yang menunjukkan bahwa megestrol asetat mungkin
memusuhi aktivitas antitumor dari cisplatin . Dalam satu studi klinis megestrol mengurangi
tingkat respon terhadap etoposid dengan cisplatin tapi di tempat lain tidak berpengaruh pada
tingkat respon terhadap siklus siklofosfamid , doxorubicin dan vincristine bergantian , dan
etoposida dengan cisplatin.
Levodopa dan antipsikotik
Mekanisme kerja Levodopa adalah mengendalikan kadar dopamin substansia nigra, di
dalam neuron tersebut levodopa akan berkonversi menjadi dopamin, tetapi pada pengobatan
yang terlambat dimana jumlah neuron dan sel-sel yang mampu mengambil levodopa
berkurang akibat penyakit. Kesembuhan bersifat simptomatik dan berlangsung selama obat
berada dalam tubuh. Parkinson diakibatkan dopamin yang tidak mencukupi pada daerah
tertentu di otak. Dopamin tidak dapat melewati sawar darah otak, sementara levodopa dapat,
sehingga lebih mudah levodopa lebih mudah diubah menjadi dopamin di otak.
Interaksi Levodopa dengan Antipsikotik
16
Kesembuhan bersifat simptomatik dan berlangsung selama obat berada dalam tubuh.
Parkinson diakibatkan dopamin yang tidak mencukupi pada daerah tertentu di otak. Dopamin
tidak dapat melewati sawar darah otak, sementara levodopa dapat, sehingga lebih mudah
levodopa lebih mudah diubah menjadi dopamin di otak.
obat-obat antipsikotik bekerja dengan menginterferensi transmisi
dopaminergic pada otak dengan menghambat reseptor dopamine D2.
Dopamin merupakan salah satu neurotransmitter pada manusia yang
sangat berperan pada mekanisme terjadinya gangguan psikotik. Dopamin
sendiri diproduksi pada beberapa area di otak, termasuk subtantia nigra
dan area ventral tegmental. Dopamin jua merupakan neurohormon yang
dihasilkan oleh hipotalamus. Fungsi utama hormon ini adalah menghambat
pembentukan prolaktin dan lobus anterior kelenjar pituitary. Dopamin
memiliki banyak fungsi di otak, termasuk peran pentingnya pada perilaku
dan kognisi, pergerakan volunter, motivasi, penghambat produksi prolaktin
(berperan dalam masa menyusui), tidur mood, perhatian, dan proses
belajar. Dopaminergik neuron (neuron yang menggunakan dopamin
sebagai neurotransmitter) utamanya terdapat pada area ventral tegmental
(AVT) pada midbrain, substantia nigra pars compacta dan nucleus arcuata
pada hipotalamu, jalur dopaminergik merupakan jalur neural pada otak
yang mengirimkan dopamin dari satu regio di otak ke regio lainnya.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Interaksi obat merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi
respon tubuh terhadap pengobatan. Obat dapat berinteraksi
dengan makanan
18
19
20