Anda di halaman 1dari 19

1

PORTOFOLIO
Praktikum Farmasi Simulasi
PENGGUNAAN OBAT-OBATAN TOPiKAL

Disusun Oleh :
Kelompok 2 Genap
1.
2.
3.
4.
5.

M. Luffy Kuncoro
Meli Widiyastuti
Mia Audina
Nilma Rosalini
Nurul Hidayati Afriwany

PO.71.39.0.14.014
PO.71.39.0.14.016
PO.71.39.0.14.018
PO.71.39.0.14.020
PO.71.39.0.14.022

Kelas : III Reguler A


Dosen Pembimbing :
Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt, M.Kes
Dra. Sarmalina Simamora, Apt, M.Kes
Dr. Drs. Sonlimar Mangunsong, Apt, M.Kes
Mona Rahmi Rulianti, S.Farm, Apt, M.Farm

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
2015/2016
LEMBAR PENGESAHAN
Portofolio yang berjudul

PENGGUNAAN OBAT-OBATAN TOPIKAL

Yang disusun oleh:


1.
2.
3.
4.
5.

M. Luffy Kuncoro
Meli Widiyastuti
Mia Audina
Nilma Rosalini
Nurul Hidayati Afriwany

PO.71.39.0.14.014
PO.71.39.0.14.016
PO.71.39.0.14.018
PO.71.39.0.14.020
PO.71.39.0.14.022

Telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing


Poltekkes Kemenkes Palembang pada tanggal 15 November 2016

Mengetahui,
Pembimbing

Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt, M.Kes


NIP. 196610161992031001

KATA PENGANTAR

3
Puji dan syukur kami hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmat-Nya lah kami dapat menyusun portofolio yang
berjudul

PENGGUNAAN OBAT-OBATAN TOPIKAL yang bertujuan

untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Farmasi Simulasi yang mana
portofolio ini ditujukan sebagai pedoman praktikum Farmasi Simulasi
khususnya pelayanan obat pada manula. Dalam penyusunan portofolio ,
kami memperoleh data dari berbagai

media cetak maupun media

elektronik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan portofolio ini masih
banyak kekurangan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca agar kami dapat menyusun portofolio selanjutnya
dengan lebih baik dan kiranya portofolio ini dapat memberi manfaat bagi
para pembaca. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan meminta
maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan portofolio ini.

Palembang, 15 November 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

4
Halaman Judul
Halaman Persetujuan
Pembimbing...............................................................ii
Kata Pengantar......................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................1
B. Tujuan Praktikum.................................................................1
C. Manfaat Praktikum...............................................................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sediaan Topikal .....................................................2
1. Pengertian sediaan topikal................................................2
2. Tujuan Penggunaan Obat-obat Topikal.....................................3
3. Jenis-jenis Sediaan Topikal.............3
4. Farmakokinetik Sediaan Topikal..............................................4
5. Arbsorpsi Sediaan Topikal Secara Umum......................................4
6. Interaksi Farmakodinamik.....................................................4
B. Kulit.5
1. Sistem Kulit5
2. Struktur Kulit.5
3. Fungsi Kulit5
4. Gangguan Fungsi Kulit..5
5. Pengobatan Pada Kulit.6
6. Jumlah Yang Tepat Untuk Sediaan Kulit.6
C. Penggunaan Kortikosteroid Pada Sediaan Topikal7
.
BAB III. TELAAH RESEP
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.

Resep..................................................................................5
Salinan Resep.....................................................................6
Perhitungan Bahan..............................................................6
Perhitungan Dosis...............................................................7
Cara Pengerjaan Resep......................................................7
Aturan Pakai........................................................................8
Efek Samping Obat.............................................................8
Cara Penyimpanan Obat....................................................9
Monografi Obat..9
Perhitungan Harga...20
Etiket..21

BAB IV. SKENARIO.............................................................................24

5
Lampiran27
Daftar Pustaka..30

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

6
Penyakit kulit cukup banyak diderita penduduk Negara tropis. Salah satunya
Indonesia akan tetapi angka kejadian yang tepat belum diketahui. Iklim yang panas dan
lembab mempermudah tempat penyakit jamur berkembang dengan baik (Utama,
2004). Penyakit jamur kulit atau dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku,
rambut, dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur (Mawarli, 2000). Jamur yang bisa
menyebabkan penyakit pada manusia adalah dermatofit (dermatophytae , bahasa
yunani berarti tumbuhan kulit) dan jamur serupa ragi candida alicans, yang
menyebabkan terjadiinfeksi jamur superfisial pada kulit, rambut, kuku dan selaput lendir
(Zakaria, 2005).
Menurut Soebono dalam Utama, 2004 Data epidemiologik menunjukkan bahwa
penyakit kulit karena jamur superficial (Dermatomikosis superfisialis ) merupakan
penyakit kulit banyak dijumpai pada semua lapisan masyarakat, baik di pedesaan
maupun perkotaan, tidak hanya di Negara berkembang tetapi juga karena sering
bersifat kronik dan kumat-kumatan serta tidak sedikit yang resisten dengan obat
anti jamur, maka penyakit ini dapat menyebabkan gangguan kenyamanan
dan menurunkan kualitas hidup bagi penderitannya. Daerah pedalaman angka ini
mungkin lebih meningkat dengan variasi penyakit yang berbeda. Beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya dermatomikosis superfisialis adalah iklim yang panas, higiene
sebagian masyarakat yang masih kurang,adanya sumber penularan disekitarnya,
penggunaan obat-obat antibiotik, steroid dan sitostatika yang meningkat.
Obat yang diberikan melalui kulit dan membran mukosa pada
prinsipnya menimbulkan efek lokal. Pemberian topikal dilakukan dengan
mengoleskannya di suatu daerah kulit, memasang balutan lembab,
merendam bagian tubuh dengan larutan, atau menyediakan air mandi yang
dicampur obat.
Selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau diinjeksikan ,
berbagai jenis obat dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion, liniment,
pasta dan bubuk yang biasanya dipakai untuk pengobatan ganggaun
dermatologis misalnya gatal-gatal , kulit kering, infeksi dan lain-lain.Obat
topikal juga dikemas dalam bentuk obat tetes (instilasi) yang dipakai untuk
tetes mata, telinga, atau hidung serta dalam bentuk untuk irigasi baik mata,
telinga, hidung, vagina, maupun rectum.Dalam memberikan pengobatan
kita sebagai perawat harus mengingat dan memahami prinsip enam benar
agar kita dapat terhindar dari kesalahan dalam memberikan obat, namun

7
ada sebaiknya kita mengetahui peran masing-masing profesi yang terkait
dengan upaya pengobatan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi obat topikal
2. Untuk mengetahui jenis-jenis obat topikal dan penggunaannya yang
tepat
3. Untuk mengetahui efek samping pada obat-obat topikal
4. Untuk mengetahui KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) pada pasien
tentang penggunaan obat topikal
5. Untuk mengetahui penggunaan obat topikal pada pasien yang
mengalami alergi terhadap makanan kaleng
6. Untuk mengetahui penggunaa obat topikal pada mata merah karena
debu jalanan

C. Manfaat
1. Dapat mengetahui definisi obat topikal
2. Dapat mengetahui jenis-jenis obat topikal dan penggunaannya yang
tepat
3. Dapat mengetahui efek samping pada obat-obat topikal
4. Dapat mengetahui KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) pada pasien
tentang penggunaan obat topikal
5. Dapat mengetahui penggunaan obat topikal pada pasien yang
mengalami alergi terhadap makanan kaleng
6. Dapat mengetahui penggunaa obat topikal pada mata merah karena
debu jalanan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SEDIAAN TOPIKAL
1. Pengertian Sediaan Topikal
Sediaan topikal adalah sediaan yang penggunaannya pada kulit dengan
tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotio, salep, dan krim. Obat
topikal merupakan salah satu bentuk obat yang sering dipakai dalam terapi
dermatologi. Obat ini terdiri dari vehikulum (bahan pembawa) dan zat aktif.
Kecermatan memilih bentuk sediaan obat topikal yang sesuai dengan kondisi

8
kelainan kulit merupakan salah satu faktor yang berperan dalam keberhasilan
terapi topikal, di samping faktor lain seperti: konsentrasi zat aktif obat, efek
fisika dan kimia, cara pakai, lama penggunaan obat agar diperoleh efikasi
yang maksimal dan efek samping minimal.
2. Tujuan Penggunaan Obat obat Topikal
a. Kegunaan dan khasiat pengobatan topikal didapat dari pengaruh fisik
dan kimiawi obat obat yang diaplikasi diatas kulit yang sakit.
b. Pengaruh fisik itu antara lain adalah : mengeringkan, membasahi
hidrasi, melembutkan, lubrikasi, mendinginkan, memanaskan dan
melindungi (proteksi) dari pengaruh buruk dari luar.
c. Semua hal itu dimaksudkan untuk mengadakan homeostasis, yaitu
mengembalikan kulit yang sakit dan jaringan di sekitarnya ke keadaan
fisiologik stabil secepat cepatnya.
d. Selain itu juga untuk menghilangkan gejala-gejala yang mengganggu,
misalnya rasa gatal dan rasa panas.
3. Jenis-jenis Sediaan Topikal
Jenis jenis obat topikal terbagi menjadi :
a. Cair
1. Larutan ( solutio )
Solutio artinya larutan dalam air. Terbagi menjadi 3 macam yaitu
kompres, rendam, misalnya rendam kaki atau rendam tangan, serta
mandi (full bath).
2. Tingtura
Tingtura adalah larutan dalam alkohol.
b. Bedak
Efek bedak diantaranya mendinginkan, antiinflamasi ringan karena ada
sedikit efek vasokonstriksi, antipruritus lemah, mengurangi pergeseran
pada kulit yang berlipat ( intertigo) sampai kepada proteksi mekanis.
c. Salep
Salep ialah sediaan setengah padat yang mengandung zat aktif dengan
bahan dasar berlemak. Bahan dasar yang biasa dipakai adalah vaselin,
tetapi dapat pula lanolin atau minyak. Indikasi pemberian salep
diantaranya adalah dermatosis yang kering dan kronik.
d. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu
atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai. Krim boleh digunakan di daerah berambut. Sedangkan
kontraindikasi ialah dermatitis madidans.
e. Pasta

9
Pasta adalah sediaan salep yang mengandung zat padat lebih dari 50
dengan bahan dasar vaselin atau bahan dasar lain. Pasta bersifat
f.

protektif dan mengeringkan.


Pasta pendingin / linimen
Linimen adalah campuran cairan, serbuk dan bahan berlemak ( salep ).
Indikasi nya adalah dermatosis sub akut sedangkan indikasinya

dermatosis madidans.
g. Gel
Gel merupakan sediaan semi solid yang mengandung molekul kecil
maupun besar yang terdispersi dalam cairan dengan penambahan suatu
gelling agent,. Formulasi yang dibutuhkan dalam membentuk jel adalah
air, propilen glikol dan atau polietilen glikol ditambahkan dengan suatu
bahan pembentuk jel.
h. Lacquer
Lacquer merupakan sediaan topikal yang relative baru di bidang
dermatologi. Sediaan ini mulai digunakan untuk mengobati kasus
kasus onkomikosis. Nail lacquer merupakan larutan yang terdiri dari etil
i.

asetat, isopropyl alkohol, dan butyl monoester asam maleat.


Foam
Foam merupakan suatu dispersi cairan dan atau zat padat dalam
medium berbentuk gas. Dibandingkan dengan sediaan topikal lain, foam
merupakan sediaan yang paling mudah diaplikasikan pda permukaan
kulit tanpa memerlukan penekanan, sehingga sediaan ini menjadi pilihan
untuk digunakan pada berbagai kelainan/penyakit kulit dengan inflamasi
yang berat dan luas. Sediaan topikal berbentuk foam dikemas dalam

j.

suatu wadah bertekanan yang berkatup.


Liposom
Liposom merupakan vesikel buatan terkecil yang dibentuk dari fosfolipid
dan kolesterol. Fosfolipid yang sering digunakan dalam menyusun
liposom adalah fosfatidilkolin secara struktural, liposom berbentuk bulat,
dengan ukuran diameter bervariasi antara 20 nm sampai 10 m, dan
ketebalan membran 3 nm. Liposom dapat dibedakan menjadi liposom
unilamelar dan liposom multilamelar

4. Farmakokinetik Sediaan Topikal


Farmakokinetik sediaan topikal secara umum menggambarkan perjalanan
bahan aktif dalam konsentrasi tertentu yang diaplikasikan pada kulit dan
kemudian diserap ke lapisan kulit, selanjutnya didistribusikan secara sistemik.
Mekanisme ini penting dipahami untuk membantu memilih sediaan topikal
yang akan digunakan dalam terapi. Secara umum perjalanan sediaan topikal

10
setelah diaplikasikan melewati tiga kompartemen yaitu: permukaan kulit,
stratum korneum, dan jaringan sehat. Stratum korneum dapat berperan
sebagai reservoir bagi vehikulum tempat sejumlah unsur pada obat masih
berkontak dengan permukaan kulit namun belum berpenetrasi tetapi tidak
dapat dihilangkan dengan cara digosok atau terhapus oleh pakaian. Unsur
vehikulum sediaan topikal dapat mengalami evaporasi, selanjutnya zat aktif
berikatan pada lapisan yang dilewati seperti pada epidermis, dermis. Pada
kondisi tertentu sediaan obat dapat membawa bahan aktif menembus
hipodermis. Sementara itu, zat aktif pada sediaan topikal akan diserap oleh
vaskular kulit pada dermis dan hipodermis.

5. Absorpsi Sediaan Topikal Secara Umum


Saat suatu sediaan dioleskan ke kulit, absorpsinya akan melalui beberapa
fase:
a. Lag phase
Periode ini merupakan saat sediaan dioleskan dan belum melewati stratum
korneum, se-hingga pada saat ini belum ditemukan bahan aktif obat dalam
pembuluh darah.
b. Rising phase
Fase ini dimulai saat sebagian sediaan menembus stratum korneum,
kemudian memasuki kapiler dermis, sehingga dapat ditemukan dalam
pembuluh darah.
c. Falling phase
Fase ini merupakan fase pelepasan bahan aktif obat dari permukaan kulit

dan dapat dibawa ke kapiler dermis.


Penyerapan sediaan topikal secara umum dipengaruhi oleh berbagai

faktor:
a. Bahan aktif yang dicampurkan dalam pembawa tertentu harus menyatu
pada permukaan kulit dalam konsentrasi yang cukup.
b. Konsentrasi bahan aktif merupakan factor penting, jumlah obat yang
diabsorpsi secara perkutan perunit luas permukaan setiap periode waktu,
bertambah sebanding dengan bertambahnya konsentrasi obat dalam suatu
pembawa.
c. Penggunaan bahan obat pada permukaan yang lebih luas akan menambah
jumlah obat yang diabsorpsi.
d. Absorpsi bahan aktif akan meningkat jika pembawa mudah menyebar ke
permukaan kulit.

11
e. Ada tidaknya pembungkus dan sejenisnya saat sediaan diaplikasikan.
f. Pada umumnya, menggosokkan sediaan akan meningkatkan jumlah bahan
aktif yang diabsorpsi.
g. Absorpsi perkutan akan lebih besar bila sediaan topikal dipakai pada kulit
yang lapisan tanduknya tipis.
h. Pada umumnya, makin lama sediaan menempel pada kulit, makin banyak
kemungkinan diabsorpsi. Pada kulit utuh, cara utama penetrasi sediaan
melalui lapisan epidermis, lebih baik daripada melalui folikel rambut atau
kelenjar keringat, karena luas permukaan folikel dan kelenjar keringat lebih
kecil dibandingkan dengan daerah kulit yang tidak mengandung elemen
anatomi ini. Stratum korneum sebagai jaringan keratin akan berlaku
sebagai membrane semi permeabel, dan molekul obat berpenetrasi
dengan cara difusi pasif.
B. KULIT
1. Sistem Kulit
Merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh
luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Kulit pun menyongkong
penampilan dan kepribadian seseorang. Kulit merupakan organ tubuh
paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan
organ-organ yang ada didalamnya.
2. Struktur Kulit
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai
lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium ataukutis) dan jaringan
penyambung di bawah kulit (subkutanea,hipodermis atau subkutis).
3. Fungsi Kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai pelindung atau proteksi,
penerima rangsang, pengatur panas atau thermoregulasi, pengeluaran
(ekskresi), penyimpanan lemak di dalam kelenjar lemak
4. Gangguan Fungsi Kulit
a. Kerusakan kulit akut
Kerusakan yang masih baru dengan tanda bengkak, berdarah, melepuh
dan gatal.
b. Kerusakan kulit sub akut
Gangguan fungsi dan struktur kulit yang telah terjadi antara lain bengkak
yang makin parah dan sudah mempengaruhi daerah sekelilingnya.
c. Kerusakan kulit kronik

12
Kerusakan yang telah lama terjadi dan hilang serta timbul kembali dari
beberapa

bulan sampai bertahun-tahun. Biasanya kulit menjadi tebal,

keras dan retak-retak.


5. Pengobatan Pada Kulit
Obat kulit yang umum digunakan mengandung obat-obat golongan
antibiotika, kortikosteroid, antiseptik lokal, antifungi dan lain-lain. Obat
topikal kulit dapat berupa salep, krim, pasta dan obat cair. Pemilihan bentuk
obat kulit topikal dipengaruhi jenis kerusakan kulit, daya kerja yng
dikehendaki, kondisi penderita, dan daerah kulit yang diobati. Obat kulit
topikal mengandung obat yang bekerja secara lokal. Tapi pada beberapa
keadaan, dapat juga bekerja pada lapisan kulit yang lebih dalam, misalnya
pada pengobatan penyakit kulit kronik dengan obat kulit topikal yang
mengandung kortikosteroid.
Untuk mengatasi gangguan fungsi dan struktur kulit, digunakan obat
topikal

yang

mengandung

obat-obat

seperti

golongan

antibiotika,

kortikosteroid, antiseptik lokal, antifungi, dan lain-lain. Bentuk obat topikal


dapat berupa salep, krim, lotio, dan pasta. Pemilihan bentuk obat topikal
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, parahnya kerusakan kulit,
daya kerja obat yang dikehendaki, kondisi penderita, dan daerah kulit yang
diobati. Biasanya obat topikal mengandung obat yang dimaksudkan untuk
bekerja pada lapisan kulit yang lebih dalam dari permukaan kulit, misalnya
pada opengobatan penyakit kulit kronik dengan obat topikal yang
mengandung kortikosteroid.
6. Jumlah yang Tepat Untuk Sediaan Kulit
Berikut ini adalah jumlah obat yang tepat untuk peresepan sediaan
dermatologi sesuai dengan bagian tubuh yang diobati.

13

Jumlah di atas cocok untuk orang dewasa dan anak usia 12-18 tahun
dalam pemakaian dua kali sehari selama seminggu. Untuk anak usia di
bawah 12 tahun, diperlukan jumlah yang lebih kecil. Anjuran ini tidak
berlaku untuk sediaan kortikosteroid.
C. PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA SEDIAAN TOPIKAL
Kortikosteroid topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang bukan
disebabkan oleh infeksi, khususnya penyakit eksim, dermatitis kontak, gigitan
serangga dan eksim skabies bersama-sama dengan obat skabies. Kortikosteroid
menekan berbagai komponen reaksi pada saat digunakan saja; kortikosteroid
sama sekali tidak menyembuhkan, dan bila pengobatan dihentikan kondisi
semula

mungkin

muncul

kembali.

Obat-obat

ini

diindikasikan

untuk

menghilangkan gejala dan penekanan tanda-tanda penyakit bila cara lain seperti
pemberian emolien tidak efektif.
Kortikosteroid topikal tidak berguna dalam pengobatan urtikaria dan
dikontraindikasikan untuk rosasea dan kondisi ulseratif, karena kortikosteroid
memperburuk keadaan. Kortikosteroid tidak boleh digunakan untuk sembarang
gatal dan tidak direkomendasikan untuk akne vulgaris.
Kortikosteroid sistemik atau topikal yang kuat sebaiknya dihindari atau
diberikan pada psoriasis hanya di bawah pengawasan dokter spesialis karena
walaupun obat ini dapat menekan psoriasis dalam jangka pendek, bisa timbul
kekambuhan karena penghentian obat bahkan kadang memicu psoriasis pustuler
yang hebat. Pemakaian topikal kortikosteroid yang kuat pada psoriasis yang luas
dapat menimbulkan efek samping sistemik dan lokal. Cukup meresepkan

14
kortikosteroid yang lebih lemah untuk jangka waktu singkat (2-4 minggu) untuk
psoriasis fleksural dan wajah (penting: pada wajah jangan gunakan yang lebih
kuat dari hidrokortison 1%). Pada kasus psoriasis kulit kepala boleh
menggunakan kortikosteroid yang lebih kuat seperti betametason atau
fluosinonid.
Secara umum kortikosteroid topikal yang paling kuat hanya dicadangkan
untuk dermatosis yang sukar diatasi seperti diskoid kronis lupus eritematosus,
lichen simplex chronicus, hypertrophic lichen planus dan palmoplantar pustulosis.
Kortikosteroid yang kuat tidak boleh digunakan pada wajah dan fleksur kulit,
tetapi kadang-kadang pada keadaan tertentu dokter spesialis meresepkannya
untuk daerah tersebut dengan pengawasan khusus. Bila pengobatan topikal
gagal, injeksi kortikosteroid intralesi khusus digunakan hanya pada kasus-kasus
tertentu saja dengan lesi setempat (seperti parut keloid, lichen planus hypertrofik
atau alopecia localised areata).
Anak-anak khususnya bayi sangat rentan terhadap efek samping. Namun,
jangan karena profil keamanan kortikosteroid topikal, maka anak-anak menjadi
tidak diobati. Tujuannya adalah untuk mengatasi kondisi sebaik mungkin;
pengobatan yang tidak memadai akan memperparah kondisi. Kortikosteroid
lemah seperti salep atau krim hidrokortison 1% bermanfaat untuk mengobati
ruam popok dan untuk eksim atopik pada masa kanak-kanak. Kortikosteroid
sedang sampai kuat cocok untuk eksim atopik parah pada anggota badan,
digunakan hanya 1-2 minggu, bila kondisi membaik ganti ke sediaan yang
kurang kuat. Pada keadaan kambuhan akut eksim atopik cocok menggunakan
sediaan kortikosteroid kuat dalam jangka pendek untuk mengendalikan kondisi
penyakit. Penggunaan harian terus menerus tidak dianjurkan meskipun
kortikosteroid ringan seperti hidrokortison 1% sebanding dengan betametason
0,1% yang digunakan sesekali. Untuk bayi di bawah 1 tahun, hidrokortison
merupakan satu-satunya kortikosteroid yang direkomendasikan penggunaannya.
Kortikosteroid lain dengan potensi lebih kuat dikontraindikasikan. Untuk anak
usia di atas 1 tahun, kortikosteroid topikal dengan potensi kuat dan kuat-sedang
sebaiknya digunakan dengan sangat hati-hati dan hanya digunakan dalam
jangka pendek (1-2 minggu). Kortikosteroid yang sangat poten hanya dapat
digunakan berdasarkan konsultasi dengan dokter spesialis kulit. Kortikosteroid
topikal untuk anak dapat digunakan pada kondisi berikut:

15
a. Gigitan dan sengatan serangga: kortikosteroid dengan potensi ringan seperti
krim hidrokortison 1 %.
b. Ruam kulit yang disertai inflamasi berat akibat penggunaan popok pada bayi
di atas 1 bulan: kortikosteroid dengan potensi ringan seperti hidrokortison 0,5
atau 1% selama 5-7 hari (dikombinasikan dengan antimikroba jika terjadi
infeksi).
c. Eksim ringan hingga sedang, flexural dan eksim wajah atau psoriasis:
kortikosteroid ringan seperti hidrokortison 1%.
d. Eksim berat di sekitar badan dan lengan pada anak usia di atas 1 tahun:
kortikosteroid dengan potensi kuat atau kuat; sedang selama hanya 1-2
minggu; segera ganti ke sediaan dengan potensi lebih ringan pada saat
kondisi membaik.
e. Eksim di sekitar area kulit yang mengeras (misal: telapak kaki): kortikosteroid
topikal dengan potensi kuat dalam kombinasi dengan urea atau asama
salisilat (untuk meningkatkan penetrasi kortikosteroid).

16

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26573/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses tanggal 13 November 2016
http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_194Berbagai%20Bentuk%20Sediaan
%20Topikal%20dalam%20Dermatologi.pdf.
Diakses tanggal 13 November 2016
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/tjut.nurul/material/dermatoterapi-10-1006print.pdf.
Diakses tanggal 13 November 2016
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/53101/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses tanggal 13 November 2016
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-13-kulit.
Diakses tanggal 13 November 2016
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-13-kulit/131-sediaan-untuk-kulit.
Diakses tanggal 13 November 2016
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-13-kulit/134-kortikosteroid-topikal.
Diakses tanggal 13 November 2016

17

Lampiran

18

19

Anda mungkin juga menyukai