Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertolongan Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban
dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan perawatan
dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah tindakan
pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit
yang dialami. Pertolongan Pertama biasanya diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang
diantaranya akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan
secara cepat dan tepat sebab penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat tubuh bahkan
kematian.
Namun sebelum kita memasuki pembahasan kearah penanggulangan atau pengobatan
terhadap luka, akan lebih baik kita berbicara dulu mengenai pencegahan terhadap suatu
kecelakaan (accident), terutama dalam kegiatan di alam bebas. Selain itu harus kita garis
bawahi bahwa situasi dalam berkegiatan sering memerlukan bukan sekedar pengetahuan kita
tentang pengobatan, namun lebih kepada pemahaman kita akan prinsip-prinsip pertolongan
terhadap korban. Sekedar contoh, beberapa peralatan yang disebutkan dalam materi ini
kemungkinan tidak selalu ada pada setiap kegiatan, aka kita dituntut kreatif dan mampu
menguasai setiap keadaan
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penyelaman ?
2. Apa pengertian dari hiperbarik ?
3. Apa saja faktor-faktor yang memperberat risiko penyelaman ?
4. Bagaimana sistematika pertolongan pertama
5. Bagaimana pertolongan pertama pada kecelakaan di air
6. Bagaimana pertolongan pertama pada kecelakaan penyelaman
7. Bagaimana Prosedur penyelaman ?

1.3 Tujuan
1. Agar pembaca tahu bagaimana memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan ditempat
kejadian dengan cepat dan tepat.
2. Mencegah terjadinya kesalahan saat member pertolongan jika terjadi kecelakaan dan
mencegah penurunan kondisi badan atau cacat.
3. Meminimalisir kesalahan yang terjadi.
1.4

Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat bagi Pembaca


Memberikan gambaran umum kepada mahasiswa keperawatan mengenai pertolongan
pertama pada penyelaman
1.4.2 Manfaat bagi Penulis
Dapat melatih kemampuan diri dalam bidang menulis secara sistematis.
1.4.3 Manfaat bagi Pengajar
Sebagai referensi dan wujud nyata dari evaluasi dari evaluasi atau materi yang di
berikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

PENGENALAN PENYELAMAN
Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan dibawah permukaan air,dengaan atau tanpa

meenggunakan peralatan,untuk mencapai suatu tujuan tertentu.


Lingkungan penyelaman memiliki berbagai potensial bahaya baik fisik maupun
biologi. Secara anatomi tubuh manusia terdiri dari 3 unsur yaitu padat, cair dan berongga.
Jaringan tubuh yang padat seperti tulang, otot, jantung, hati relatif tidak meneruskan
tekanan, sedangkan yang berupa cairan dapat meneruskan tekanan, dan yang berongga seperti
telinga, sinus, lambung, usus, paru juga saluran nafas sangat dipengaruhi perubahan tekanan.
(Ricard larn dan Whisler Rex,1993)
Kondisi di lingkungan penyelaman akan mempengaruhi perubahan fisiologi pada tubuh
manusia sesuai dengan hukum fisika yang berlaku, yang berisiko menimbulkan penyakit yang
berakhir pada kecacatan hingga kematian apabila penyelaman dilakukan tidak sesuai dengan
prosedur yang benar.
Untuk ketepatan dalam mendiagnosis penyakit akibat penyelaman, perawat perlu
mengetahui prosedur penyelaman yang benar disamping pengetahuan tentang riwayat
penyelaman, bahaya dalam penyelaman dan gejala/ tanda klinisnya, karena cepat dan tepatnya
diagnosis menentukan nasib dari penderita tersebut.
Sebagaimana hukum fisika, aktifitas penyelaman akan menyebabkan (Edmons Carl,
Lowry Christopher, Pennefather B, Walker Robyn, M.B., B.S, Dip ) :

Tekanan lingkungan akan meningkat

Kerapatan gas media nafas meningkat

Tekanan parsial media gas meningkat

Kelarutan gas akan meningkat.


Berlakunya hukum fisika penyelaman mempengaruhi perubahan fisiologis tubuh

peselam, sehingga perawat perlu mengetahui fungsi dan proses vital yang terjadi pada tubuh
peselam dalam lingkungan bawah air untuk menghindari akibat yang tidak dikehendaki dari
pengaruh lingkungan tersebut. Meningkatnya tekanan bawah air 1 atmosfer mengakibatkan
terjadinya perubahan fisiologis tubuh peselam.

2.1.1 Peran Perawat dalam Kesehatan Penyelaman

Penyuluhan kesehatan penyelam

Pengawasan dan atau pemeriksaan kesehatan penyelam sebelum yang bersangkutan


menyelam

Pelayanan gawat darurat penyelam beserta rujukan medic.

Pengawasan atau pemeriksaan berkala terhadap instruktur (dive master).

2.2 PENGERTIAN HIPERBARIK


Hiperbarik adalah sebuah terapi oksigen yang dilakukan dalam sebuah chamber atau
ruangan bertekanan udara tinggi yaitu lebih dari 1 atmosfer. Pasien berada di dalam chamber
selama beberapa jam untuk menghirup oksigen murni. Pasien diberikan 3x30 menit untuk
menghirup oksigen.
Awalnya terapi hiperbarik ini hanya dilakukan oleh penyelam dan digunakan oleh
angkatan laut. Saat ini terapi hiperbarik sudah dilakukan untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit lain, seperti luka bakar, kanker, diabetes, tetanus, stroke, dan lain-lain. Terapi hiperbarik
juga

digunakan

untuk

kebugaran,

kecantikan

dan

keperkasaan.

1. Kesehatan hiperbarik adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah kesehatan yang
2. Tekanan 1 atmosfer adalah tekanan udara yang dialami oleh semua benda, termasuk manusia
di atas permukaan laut bersifat tetap dari semua jurusan dan berada dalam keseimbangan.
2.2.1 Perubahan fisiologis organ pada peselam antara lain:

Paru-paru akan terjadi hipoventilasi dan penurunan respons terhadap peningkatan CO2

Jantung akan terjadi bradikardi dan aritmia, turunnya cardiac output, tekanan arteri
menurun, sistemik vaskular resistance, menurunnya kapasitas kerja jantung.

Otak:

terjadi

penurunan

intelektual,

psikomotor

dan

psiko

sensorial

secara

bertahap. Perubahan elektro fisiologik dan perubahan neuro transmission.

Mata : akibat dari pancaran sinar akan terjadi indeks refraksi 1,3 kali dari pada di udara
sehingga benda terlihat 25% lebih besar dan lebih dekat (Hiperopia 40 dioptri).

Telinga : nilai ambang pendengaran naik 40 sd 75 db. Konduksi tulang merupakan


hantaran utama pada pendengaran.

2.2.2 Potensial Bahaya Biologi


Lingkungan bawah laut memiliki potensial hazard biologi antara lain binatang laut yang
berbahaya karena sengatan atau gigitannya. Untuk mengantisipasi keparahan penyakit akibat
sengatan atau gigitan maka dokter perlu mengetahui penatalaksanaan penyakitnya.
2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERBERAT RISIKO PENYELAMAN
2.3.1 Faktor Peselam (SDM)

Kondisi Fisik

Kondisi Mental

2.3.2 Faktor Peralatan

Tanpa peralatan selam (penyelaman tahan nafas): Googling dan snorkling

Peralatan selam minimal: Masker, snorkel, sirip apung, rompi apung sabuk pemberat

Peralatan selam lengkap: Masker, snorkel, sirip apung, rompi apung sabuk pemberat,
pakaian selam, pengukur kedalaman, jam selam, pisau selam, tas kemas

2.3.3 Faktor Lingkungan

Tekanan tinggi

Binatang laut berbahaya

Suhu rendah

2.4 SISTEMATIKA PERTOLONGAN PERTAMA


Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah :
1. Jangan Panik
Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal, korbankorban yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan pertolongan
diutamakan diberikan kepada korban yang menderita luka yang paling parah tapi masih mungkin
untuk ditolong.
2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.
Pentingnya menjauhkan dari sumber kecelakaannya adalah untuk mencegah terjadinya
kecelakan ulang yang akan memperberat kondisi korban. Keuntungan lainnya adalah penolong
dapat memberikan pertolongan dengan tenang dan dapat lebih mengkonsentrasikan perhatiannya
pada kondisi korban yang ditolongnya. Kerugian bila dilakukan secara tergesa-gesa yaitu dapat
membahayakan atau memperparah kondisi korban.
3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.

Bila pernafasan penderita berhenti segera kerjakan pernafasan bantuan.


4. Pendarahan.
Pendarahan yang keluar pembuluh darah besar dapat membawa kematian dalam waktu
3-5 menit. Dengan menggunakan saputangan atau kain yang bersih tekan tempat pendarahan
kuat-kuat kemudian ikatlah saputangan tadi dengan dasi, baju, ikat pinggang, atau apapun juga
agar saputangan tersebut menekan luka-luka itu. Kalau lokasi luka memungkinkan, letakkan
bagian pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh.
5. Perhatikan tanda-tanda shock.
Korban-korban ditelentangkan dengan bagian kepala lebih rendah dari letak anggota
tubuh yang lain. Apabila korban muntah-muntah dalm keadaan setengah sadar, baringankan
telungkup dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh yang lainnya. Cara ini juga
dilakukan untuk korban-korban yang dikhawatirkan akan tersedak muntahan, darah, atau air
dalam paru-parunya. Apabila penderita mengalami cidera di dada dan penderita sesak nafas (tapi
masih sadar) letakkan dalam posisi setengah duduk.
6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.
Korban tidak boleh dipindahakan dari tempatnya sebelum dapat dipastikan jenis dan
keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila tempat kecelakaan tidak memungkinkan bagi
korban dibiarkan ditempat tersebut. Apabila korban hendak diusung terlebih dahulu pendarahan
harus dihentikan serta tulang-tulang yang patah dibidai. Dalam mengusung korban usahakanlah
supaya kepala korban tetap terlindung dan perhatikan jangan sampai saluran pernafasannya
tersumbat oleh kotoran atau muntahan.
7. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.
Setelah dilakukan pertolongan pertama pada korban setelah evakuasi korban ke sentral
pengobatan, puskesmas atau rumah sakit. Perlu diingat bahwa pertolongan pertama hanyalah
sebagai life saving dan mengurangi kecacatan, bukan terapi. Serahkan keputusan tindakan
selanjutnya kepada dokter atau tenaga medis yang berkompeten
2.5 PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI AIR
2.5.1 Kecelakaan Yang Terjadi Di Air
Beberapa penyebab kecelakaan di air, khususnya di sungai atau di kolam renang adalah
faktor keteledoran manusia. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman,
keterampilan, kehati-hatian, lalai atau lengah,ceroboh, atau keadaan fisik dan mental yang
kurang sehat.
Bahaya-bahaya yang sering terjadi di sungai atau kolam renang antara lain disebabkan sebagai
berikut.
a.Tidak
melakukan
pemanasan
(warming
up)
sebelum
latihan
berenang.
b.Tidak mematuhi peraturan dan tata tertib di kolam renang.
c.Tidak menguasai teknik berenang yang baik.
d.Terlalu lelah atau terlalu lama berenang.
e.Belum sarapan (makan) sebelum latihan renang.

f.Terlalu dekat waktu makan dengan waktu berenang (sebaiknya 2 jam sebelum
berenang arus sudah makan).
g. Sarana dan prasarana kolam yang kurang memadai, dan lain sebagainya.
Berbagai macam kecelakaan atau cedera yang sering menimpa seorang siswa atau atlet yang
sedang berenang dikolam renang, antara lain sebagai berikut.
a. Kejang-kejang otot (kram), seperti otot tungkai/kaki, otot lengan, dan otot perut.
b. Keseleo persendian, pergelangan kaki (engkel joint), persendian dengkul (knee joint),
persendian bahu (solder joint), pergelangan tangan (wrist joint), dan tulang belakang.
c. Luka, baik luka dalam maupun luka luar yang diakibatkan oleh benturan dengan sesama
perenang, alat pemisah kolam, dan sisi kolam (dinding) atau lantai kolam (jika dangkal).
d. Pingsan akibat kelelahan.
2.5.2 Pertolongan Pertama Pada Korban Tenggelam
Tenggelam adalah penyebab kematian keempat akibat kecelakaan. Setiap tahu ada 4000
orang tenggelam, dan sepertiganya anak anak dibawah usia 14 tahun. Kematian yang disebabkan
air yang masuk ke dalam saluran pernafasan sehingga otak kekurangan oksigen. Belum lagi,
tenggelam sering disertai benturan di kepala dan leher yang mengakibatkan fatal.
Anak- anak sangat menyukai air. Dengan badan yang kecil , bak mandi pun dapat menjadi
tempat berbahaya bagi anak-anak. Untuk itu bagi orang tua yg memiliki anak kecil harus
senantiasa menjaga anaknya ketika bermain air, terutama jika berada di kolam renang. Secara
umum, tenggelam di kolam renang dapat disebabkan oleh kram kaki atau leher, penurunan
kesadaran, bermain di air yang dalam, tidak bisa berenang, dan jatuh terpeleset. Ditambah lagi,
banyak yang tidak munggunakan alat penyelamat yang lengkap.
Jika peristiwa tenggelam atau hampir tenggelam terjadi dihadapan anda, pastikan anda
menguasai keadaan dan cukup terlatih.
a.
b.

c.
d.
e.
f.
g.

Cobalah meraih korban yang hampir tenggelam dengan tangan dari sisi kolam renang, jika
tidak bisa menggapainya cobalah dengan tali atau alat bantuan yang lain.
Jika anda memutuskan masuk ke dalam air, dekati secara hati-hati dari belakang. Jangan
mendekati korban dari depan, karena ia akan merangkul anda. Akibatnya, anda pun sulit
untuk bergerak.
Bicaralah dan tenangkan korban saat anda mendekat. Tanyakan apakah semuanya baik-baik
saja.
Raihlah pakaiannya atau tangkupkan satu tangan ke dagu korban dan tarik korban dari
belakang hingga ke tempat aman.
Katakan pada korban untuk menjauhkan tangannya dari anda. Teruskan menenangkan
korban.
Jika korban berhenti bernafas tau tidak teraba nadinya, lakukan pernafasan buatan.
Jika korban selamat namun setelah itu menderita batuk, demam, ataupun sakit otot,
segerakan periksa ke dokter.

2.5.3 Pertolongan Pertama Saat Kram Dalam Air

Kram memang bukan sebuah masalah besar jika kita berada di darat, tapi bila kita sedang di
air yang dalam maka kram akan mengancam jiwa kita. Penyebab utama tenggelamnya seorang
perenang akibat kram adalah kegagalan dalam mencegah terjadinya panik.
Sering kita lihat ketika perenang mengalami kram, dia akan langsung berusaha ke tepi, sehingga
akan terlihat gerakan yang tidak teratur dan laju renangnya pun lambat. Gerakan yang tidak
teratur ini disebabkan oleh rasa sakit dan kepanikan perenang. Jika di kolam renang, langsung
berusaha ke tepi sesaat terjadi kram mungkin menjadi solusi yang bagus, namun bila open
water (danau, sungai, laut) jelas ini bukan solusi yang baik.
Penanganan kram di darat maupun di air sebenarnya memiliki prinsip yang sama yaitu lakukan
peregangan . Langkah-langkah yang harus dilakukan saat terjadi kram adalah :
1. Bersikap tenang dan jangan berusaha ke tepi
2. Tarik napas dalam dan tahan
3. Lakukan peregangan dan pemijatan pada otot yang kram
4. Jangan lakukan gerakan apapun kecuali peregangan
5. Tarik napas lagi, kemudian lakukan peregangan lagi
6. Ulangi sampai nyerinya reda
7. Setelah reda barulah berenang ke tepi, usahakan tidak menggunakan otot yang tadi kram
8. Setelah di tepi lakukan kembali peregangan sampai otot terasa nyaman
Ada dua posisi utama untuk peregangan di air (untuk otot-otot di ekstremitas bawah), yaitu :
1. Posisi 1 : Tekuk lutut ke arah dada, dan tarik jari kaki dan telapak kaki ke arah punggung
kaki. Posisi ini untuk mengatasi kram pada otot betis dan otot paha bagian belakang
2. Posisi 2 : Tekuk paha ke belakang, tekuk lutut, tarik jari kaki dan punggung kaki ke arah
telapak kaki. Posisi ini untuk mengatasi kram pada otot punggung kaki dan otot paha
bagian depan.
2.5.4 Pertolongan Pertama Saat Pingsan Di Dalam Air
Pingsan bisa berlangsung dikarenakan kelelahan waktu berenang atau dikarenakan mengidap
penyakit lain seperti typhus atau penyakit ayan. pertolongannya yaitu seperti berikut, siswa
dibaringkan di area yang safe, teduh serta kering. posisi tubuh terlentang pada dimiringkan baju
renang dikendurkan di bagian yang menghalangi pernapasan serta pada pernapasannya diberikan
minyak cologne. pertolongan pertama pada korban yang tenggelam yaitu seperti berikut :
1. Baringkan tubuh korban didalam posisi terlentang dan kepala menghadap ke belakang
2. Berikanlah napas buatan dengan meniupkan hawa napas pada mulut korban.
3. Miringkan kepala korban serta buka mulut korban dengan jari-jari tangan anda
4. Didalam posisi miring periksa denyut nadi korban di bagian leher
5. Periksa mata korban
6. Kerjakan napas buatan yang ke-2 dengan menghimpit tulang rusuk dada sisi bawah
berkali-kali.
7. Jika napas korban telah normal, ganti posisi terlentang jadi telungkup kepala
dimiringkan.
8. Jika PPPK yang anda kerjakan belum juga sukses, segera bawa ke dokter atau rumah
sakit paling dekat.
2.5.5 Pertolongan Pertama Saat Memar Ketika Berenang

Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di
bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler
merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini menimbulkan daerah kebirubiruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan
didaerah yang terbatas disebut hermatoma (Hartono Satmoko, 1993:191). Nyeri pada memar
biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat.
Adapun memar yang mungkin terjadi pada daerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut
dan kaki. Benturan yang keras pada kepala dapat mengakibatkan memar dan memungkinkan
luka sayat
Penanganan
pada
cedera
memar
adalah
sebagai
berikut:
1) Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.
2) Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringanjaringan lunak yang rusak.
3) Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya.
2.5.6 Petolongan Pertama Saat Perdarahan Di Dalam Air
Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan
atau terjatuh. Kemungkinan pendarahan yang terjadi pada cabang olahraga renang ialah
pendarahan pada hidung, mulut dan kulit. Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim
medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut:
A) Pendarahan Pada Hidung
(1) penderita didudukan, batang hidung dijepit sedikit kebawah tulang rawan hidung, dalam
posisi ibu jari berhadapan dengan jari-jari yang lain. Lakuka kurang lebih 5 menit dengan jari
tangan. Sementara penderita dianjurkan bernafas melalui mulut
(2) hidung dan mulut dibersihkan dari bekas-bekas darah. Biasanya pendarahan akan berhasil
dihentikan, sebaiknya diberikan kompres dingin disekitar batang hidung. Sekitar mata hingga
pipi.
(3) Kalau pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi perlotongan oleh dokter atau dibawa
kerumah sakit.
(4) Kalau pendarahan hidung tidak mau berhenti setelah pertolongan pertama ini, kemungkinan
besar disertai patah tulang, kadang-kadang deformitas dapat terjadi.
(5) Bila terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka untuk menghentikan pendarahan
pada hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi kompres dingin saja, lalu dikirim kerumah
sakit. Jangan sekali-kali meniupkan udara dari hidung dengan paksa untuk mengeluarkan
bekuan-bekuan darah, karena ini akan menimbulkan pendarahan paru.

B) Pendarahan Pada Mulut


(1) hentikan pendarahan dari bibir atau gusi dengan penekenan secara langsung dan kompres
dingin.
(2) Bila gigi goyang atau fraktur, jangan mencabutnya. Kirim ke dokter gigi untuk penanganan
lebih lanjut.
C) Pendarahan Pada Kulit
(1) Bersihkan luka terlebih dahulu dengan obat yang mengandung antiseptik.
(2) setelah luka kering lalu diberi obat yang mengandung antiseptik seperti betadine, apabila luka
sobek lebih dari satu cm sebaiknya di jahit, apabila lepuh dan robek, potonglah sisa-sisa kulitnya
kemudian dibersihkan dan bebatlah dengan bahan yang tidak melekat.
2.5.7 Pertolongan Pertama Saat Luka Di Dalam Air
Menurut Hartono Satmoko (1993:187), luka didefinisikan sebagai suatu
ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang
kemudian dapat mengalami infeksi. Luka dapat dibagi menjadi (1) Luka lecet (Abrasi): cedera
goresan pada kulit. (2) Lepuh: cedera gesekan pada kulit. Seluruh tubuh mempunyai
kemungkinan besar untuk mengalami luka, karena setiap perenang akan melakukan kontak
langsung pada saat latihan dan bisa juga luka karena peralatan yang dipakai.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo
(1995:21) adalah sebagai berikut:
a) Bersihkan terlebih dahulu luka tersebut, karena dikhawatirkan akan timbul infeksi. Cara
membersihkan luka pada kulit yaitu dibersihkan atau dicuci dengan Hidrogen peroksida (H202)
3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), Detol atau betadine, PK (kalium
permangat) kalau tidak ada bisa dengan sabun. Setelah luka dikeringkan lalu diberikan obatobatan yang mengandung antiseptik juga, misalnya: obat merah, yodium tingtur, larutan betadine
pekat. Apabila luka robek lebih dari 1cm, sebaiknya dijahit.
b) Bila lepuhnya robek, potonglah sisa-sisa kulitnya. Kemudian bersihkanlah dan bebatlah
dengan bahan yang tidak melekat. Bila lepuh utuh dan tidak mudah robek, biarkan atau letakkan
bebat untuk lepuh diatasnya. Bila lepuhnya tegang, nyeri atau terlihat akan pecah, bersihkan dan
kemudian tusuklah dengan jarum steril. Kemudian tutuplah dengan bebat yang bersih.
2.6 PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PENYELAMAN

10

2.6.1 Tindakan Medis Umum


Resusitasi
Adalah semua tindakan untuk mengembalikan fungsi vital tubuh guna menyelamatkan
jiwa korban. Ada dua macam resusitasi :
1) Resusitasi paru (pulmonary resuscitation) atau memberikan pernapasan buatan untuk
mengembalikan fungsi pernapasan.
2) Resusitasi jantung dan paru-paru (pulmoner resuscitation = CPR).
Korban kecelakaan penyelaman sering ditemukan dalam keadaan tidak sadar, disertai dengan
berhentinya pernapasan dan denyut jantung, untuk itu diperlukan pernapasan buatan bersamasama pemijatan jantung. Untuk memudahkan resusitasi paru sering digunakan alat resusitasi.
2.6.2 Resusitasi Paru
a) Teknik pemberian nafas buatan mulut ke mulut didarat
Cara pemberian pernafasan buatan adalah sebagai berikut :

Miringkan kepala korban, ambil (bersihkan) benda-benda asing dari mulut/hidung.

Tengadahkan

kepala

untuk

membuka

saluran

nafas

dengan

Tangan kiri mengangkat leher.Tangan kanan mendorong kening ke arah bahu.

Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan, pijatlah hidung korban, sambil
mempertahankan posisi kepala (tetap tengadah).

Buka mulut Anda, hisaplah nafas sedalam-dalamnya, tempelkan mulut Anda ke mulut
korban (mouth to mouth), tiupkan udara ke paru-paru korban.

Setelah selesai meniup, lihat dada korban adakah gerakan dada naik turun terdengarkah
suara korban menghembuskan nafas.

Jika

tak

ada

gerakan

naik,

mungkin

kesalahan

teknis,

misal

Hidung lupa/tidak ditutup. Masih ada benda asing, keluarkan.

Ulangi dengan teknik yang benar.

Jika udara tetap belum bisa masuk ke paru, miringkan tubuh penderita, tepuk kuat-kuat di
antara kedua tulang belikat agar sumbatan jalan nafas dapat terbuka.

b)Teknik pernafasan buatan dipermukaan air

11

1. Pada prinsipnya cara pemberian nafas buatan di permukaan air adalah sama dengan di darat,
untuk memudahkan kembangkanlah pelampung korban dan pelampung Anda. Bila jarak
dengan daratan/kapal cukup dekat, pernafasan buatan dapat diberikan sambil berenang ke
darat/kapal. Jika jaraknya cukup jauh tetaplah di tempat anda, berikan nafas buatan sambil
menunggu pertolongan.
2. Teknik

memberikan

nafas

buatan

mulut

ke

mulut

di

air

(di

tempat).

Tiup pelampung korban dan pelampung penolong. Buka masker korban dan penolong
masukkan ke lengan penolong. Buka sabuk pemberat dan lain-lain yang dianggap tidak
perlu.
3. Segera lakukan nafas buatan, jika ada reaksi (korban masih hidup) kirimkan isyarat minta
tolong dengan gerakan tangan, meniup peluit, menyalakan lampu pelampung dan lain-lain.
4. Pertimbangkan kemampuan penolong bila merasa tidak mampu menunggu pertolongan atau
berenang membawa korban ke kapal/ke pantai sambil memberikan nafas buatan lepas dan
buang scuba korban dan atau scuba penolong.
5. Terus lakukan pernafasan buatan sambil menunggu pertolongan, atau sambil berenang ke
pantai

Teknik memberikan nafas buatan mulut ke mulut sambil berenang ke kapal atau ke
pantai.

Setelah pelampung dikembangkan dan peralatan yang harus dilepas, masukkan lengan
kanan penolong ke ketiak kiri korban, pegang pelampung korban dibagian belakang leher
sambil menahan kepala agar mulut dan hidung korban selalu di atas permukaan air
(punggung telapak tangan terletak di antara tengkuk dan pelampung korban).

Tangan kiri memijit hidung korban berikan nafas buatan secara cepat dua kali, lepas
tangan kiri.

Kemudian berenang dengan kayuhan kaki (flutter kick) sambil membawa korban ke
kapal/pantai terdekat sambil menghitung dalam hati 1000, 2000, 3000, 4000 kemudian
berhenti sejenak sambil memberikan nafas buatan lagi dan seterusnya.

3) Pemijatan Jantung Bersama Pernafasan paru paru (resusitasi jantung dan paruparu
Resusitasi jantung dan paru paru terdiri dari 3 tahap yaitu :
a) Membuka jalan nafas :

12

Bersihkan mulut dan hidung korban untuk mengeluarkan benda asing dari saluran nafas
korban.

Tengadahkan kepala korban agar saluran nafas terbuka (lurus).

b) Lakukan pernafasan buatan (Breathing Restored = B)


Pernafasan buatan dilakukan 12 kali per menit untuk orang dewasa, 20-30 kali untuk anakanak.
c) Pemijatan jantung (Circulation Restored) pemijatan paru dan nafas buatan tergantung jumlah
penolong, dimana pada :

Seorang

penolong

dilakukan

15

kali

penekanan/pemijatan

jantung

diseling 2 kali pernafasan buatan.

Dua

orang

penolong

dilakukan

kali

pemijatan

jantung

diselingi

sekali

pernafasan buatan.
2.6.3 Gangguan peredaran darah ( Shock)
Merupakan reaksi tubuh ditandai oleh melambatnya atau terhentinya peredaran darah, yang
mengakibatkan penurunan persediaan darah pada organ organ vital / penting.
1)Tanda-tanda shock :
a) Muka pucat.
b) Kulit basah dan dingin (kening, telapak, tangan).
c) Denyut nadi lemah dan cepat, lebih dari 100 kali per menit.
d) Korban gelisah, merasa haus dan mual.
e) Tekanan darah sangat rendah.

2) Jika berat didapatkan :


a) Sangat pucat.
b) Mata terlihat cekung, tampak hampa dan tidak bercahaya.
c) Pernafasan cepat dan dangkal, kadang-kadang tidak teratur.
d) Nadi susah teraba dan apabila teraba sangat cepat 150 kali per menit.
e) Kesadaran penderita menurun.
3)Pada syok berat, kematian dapat mengancam dalam beberapa menit.
a) Tindakan :
Bawa korban ke tempat teduh dan aman.

13

Tidurkan penderita terlentang dengan kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya. Jika ada
patah tulang kepala dan atau pendarahan di kepala.
Kendorkan pakaian penderita. Bila perlu pakaian korban dilepaskan dan ditutup dengan
selimut.
Tenangkan korban dan usahakan agar badannya tetap hangat.
Korban jangan diberi minum apabila tidak sadar.
Bila ada luka dengan perdarahan pasang pembalut cepat dan bila ada patah tulang pasang
bidai.
2.6.4 Menghentikan perdarahan
Korban kecelakaan yang tidak sadar disertai berhentinya pernafasan dan denyut jantung,
bila disertai perdarahan massive (berlebihan) sering menimbulkan persoalan serius atau berakhir
dengan kematian. Pada kasus demikian resusitasi harus dilakukan bersama-sama tindakan untuk
menghentikan perdarahan. Perdarahan dapat berasal dari pecahnya pembuluh darah arteri
ataupun permbuluh vena (balik).
Dimana pecah atau terputusnya pembuluh darah arteri akan mengakibatkan perdarahan
yang lebih hebat dari pada putusnya pembuluh darah vena.
Cara menghentikan perdarahan :
a) Lakukan tourniquet (penekanan, mengikat) pembuluh darah yang terletak di sebelah atas
(proksimal) dari luka sehingga perdarahan berhenti atau berkurang.
b) Bersihkan dan cuci luka dengan perhidrol atau cairan garam fisiologi.
c) Tempat luka ditutup kain korban/kasa tebal, lalu di balut.
d) Torniquet sering dikendorkan agar ada aliran darah ke bagian bawah (distal) luka.
Hal ini penting untuk mencegah nekrose (kematian) jaringan disebelah distal luka.
Prosedur Pasien Datang
a. Pasien datang atas permintaan sendiri atau rujukan.
b. Pasien diperiksa oleh dokter.
c. Pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan THT, dan rontgen thorax.
d. Timbang berat badan.
e. Anjurkan pasien makan terlebih dahulu.
f. Anjurkan pasien buang air kecil.
g. Anjurkan membawa permen atau air minum.

14

h. Pakai pakaian yang longgar dan menyerap keringat.


i. Dilarang membawa kalkulator, Hp, korek api, alat elektronik yang bergerak, jam tangan
kecuali jam selam.
j.Lanjutkan untuk terapi hiperbarik, disesuaikan dengan keadaan pasien.
2.7 PROSEDUR PENYELAMAN
Penyelaman adalah kegiatan yang dilakukan pada keadaan lebih dari 1 atmosfir, baik di
dalam air (penyelaman basah), maupun di dalam RUBT (ruang udara bertekanan tinggi /
penyelaman kering). Setiap penambahan kedalaman 10 m tekanan naik 1 atmosfir. Dengan
penambahan 1 atmosfir akan berlaku hukum fisika sehingga gas yang dihisap oleh peselam
semakin bertambah dan mempengaruhi kondisi fisik peselam. Untuk meminimalkan dampak
penyakit pada penyelaman, dokter harus mengetahui prosedur penyelaman yang benar, yaitu
sebagai berikut:
1.

Kondisi fisik harus prima

2.

Naik ke permukaan harus perlahan mengikuti gelembung gas pernafasan

3.

Jangan menahan nafas waktu naik kepermukaan

4.

Jangan panic

5.

Rencanakan kegiatan penyelaman dengan baik. Rencanakan lokasi penyelaman, lakukan


review prakiraan cuaca, rencanakan kedalaman dan lama menyelam.

6.

Makan-makanan berprotein tinggi 24 jam dan karbohidrat sedang sebelum menyelam,


makanan karbohidrat tinggi dan protein sedang 2 jam sebelum menyelam.

7.

Lakukan nitrogen wash out dengan TOHB (Terapi Oksigen Hiperbarik) setidaknya 2-7 hari
sebelum penyelaman berikutnya

8.

Lakukan pemanasan dan peregangan dipermukaan selama 10 menit


Selalu ditemani oleh minimal satu orang. Pada penyelam profesional pun beresiko terjadi

vertigo saat penyelaman (sd 36%). Vertigo yang terjadi bawah laut adalah hal yang sangat
membahayakan.
2.8 PENYAKIT AKIBAT KERJA KARENA PENYELAMAN

15

Lingkungan penyelaman memiliki banyak faktor risiko yang berpengaruh pada kondisi
fisik peselam sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan kecacatan sampai dengan
kematian.
Penyakit dan kecelakaan akibat kerja penyelaman :
1.

Penyakit Dekompresi

Pengertian
Penyakit penyelaman akibat naik ke permukaan dengan cepat sesuai dengan hukum
Henry. Hukum Henry menyatakan bahwa banyaknya gas yang larut dalam cairan adalah
sebanding dengan tekanan gas tersebut di atas air. Semakin dalam kita menyelam, kelarutan gas
dalam cairan tubuh semakin tinggi, sehingga bila peselam naik ke permukaan terlalu cepat, gas
yang larut dalam cairan tubuh akan mengembang dengan cepat membentuk gelembung gas
nitrogen yang akan menyebabkan penyumbatan (pembuluh darah, otot, otak, tulang, dll).
Faktor risiko :
Usia di atas 40 tahun
Jenis kelamin
Menggigil selama/ sesudah menyelam
Obesitas
Dehidrasi
Latihan berat selama / sesudah menyelam
Kebugaran : tidak fit, lelah, kurang tidur
Pekerja setelah mengkonsumsi alkohol mempercepat
terjadinya gelembung nitrogen.
Udara yang dihirup banyak yang mengandung CO2
Riwayat penyakit Dekompresi
Peselam naik pesawat kurang dari 24 jam setelah menyelam
Trauma/injury
Menyelam tidak mengikuti prosedur
Penyelaman berulang
Tanda dan gejala umum :
Penyakit dekompressi dibagi menjadi 2 (dua) tipe menurut gejala klinisnya, yaitu:
a) Tipe 1 (Pain Only Bends)

16

Gejala Utama: Nyeri di daerah persendian dan otot-otot sekitarnya.


Gejala lainnya: Kelelahan berlebihan setelah menyelam, mengantuk / pusing ringan, gatal-gatal
pada kulit (skin bends)
b) Tipe 2
Penyakit dekompresi serius yang menyerang sistem saraf pusat
Gejala neurologis : Penglihatan kabur sampai menurun, Hemiplegia/hemiparese, Apasia motorik/
sensorik, penurunan sampai kehilangan kesadaran, terjadi gangguan keseimbangan, gangguan
bicara, tremor, vertigo dan tinitus.
Pengobatan :
Pertolongan pertama dilakukan dengan 3 (tiga) tindakan:
Oksigenisasi
Jika pasien dalam kondisi tidak sadar berikan oksigen
Rekompresi
Jika pasien masih sadar lakukan penyelaman kembali ke kedalaman semula didampingi oleh
penolongnya atau dirujuk pada fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang memiliki chamber
(golden period < 6 jam). Jika melebihi 6 jam kemungkinan timbul kecacatan lebih besar.
2.

Penyakit Barotrauma

Pengertian :
Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sequelenya akibat ketidak seimbangan antara
tekanan udara rongga fisiologis dalam tubuh dengan tekanan udara di lingkungan sekitarnya.
Hukum fisika yang berlaku adalah Hukum Boyle: Bila temperatur dipertahankan konstan,
volume gas berbanding terbalik dengan tekanan.
Faktor risiko

Pemakaian alat yang tidak sesuai.

Menyelam yang tidak sesuai dengan prosedur penyelaman

Baik pada saat menyelam (barotrauma turun) maupun pada saat naik ke permukaan air
dengan cepat (blow up/ barotrauma naik)

Penyakit yang bisa menimbulkan obstruksi pada saluran napas (sinusitis, influenza, asma,
dll)

Panik

17

Tanda dan gejala umum :

Barotrauma telinga
Nyeri yang bervariasi intensitasnya pada telinga yang terkena barotrauma, perdarahan

dari telinga, kadang-kadang dijumpai perdarahan di sekitar hidung dan mulut, gangguan
pendengaran, tinnitus.
Terapi :

Dilarang menyelam

Dekongestan

Anti Biotik

Barotrauma sinus

Barotrauma gigi

Nyeri pada gigi yang ditambal dengan tidak sempurna sehingga masih ada rongga pada
tambalan tersebut.

Barotrauma wajah

Nyeri pada wajah, pembengkakan pada jaringan facial khususnya di bawah mata, haemorhagi
conjungtiva dan prostusi mata.
Terapi:
Kompres es pada bagian yang udema atau yang mengalami perdarahan
3.

Penyakit Osteonekrosis Disbarik

Pengertian :
Penyakit dekompresi tipe lambat yang mengenai tulang panjang (ekstremitas).
Faktor risiko :

Usia dan jenis kelamin

Temperatur

Obesitas

Dehidrasi

Kebugaran : tidak fit, lelah, kurang tidur

Pekerja setelah mengkonsumsi alkohol mempercepat terjadinya gelembung nitrogen.

Pekerja peselam naik pesawat kurang dari 24 jam setelah menyelam.

18

Trauma/injury

Menyelam tidak mengikuti prosedur

Tanda dan gejala umum :


Nekrosis pada tulang, ada dua tempat lesi utama yaitu;
a)

Lesi dekat permukaan sendi

Gejala: nyeri dan kekakuan sendi hingga limitasi gerakan sendi


b)

Lesi di daerah kaput

Gejala: terjadi perubahan jaringan tulang baru dan terjadi fraktur patologis
Penatalaksanaan :
Konservatif: tirah baring, mengurangi beban semaksimal mungkin

Operatif

4.

Penyakit Akibat Keracunan Oksigen

Pengertian :
Tekanan partial oksigen yang normal di udara adalah 0,2 ATA atau sekitar 160 mmHg.
Sifat oksigen adalah merupakan gasyang tidak berbau, berasa dan membantu proses pembakaran.
Keracunan oksigen disebabkan karena kenaikan tekanan partial oksigen dalam darah.
Faktor Risiko:
Tergantung pada lama menghisap oksigen dan banyaknya oksigen yang dihisap
Obat-obatan yang dikonsumsi
Demam
Tanda dan gejala umum :
o Iritasi ringan pada trachea
o Batuk
o Hiperemi membran mukosa hidung
o Demam
Penatalaksanaan :
Pada terapi HBO: Buka masker oksigen
Pada penyelam close circuit: naik kepermukaan perlahan

19

Kemampuan pengikatan hemoglobin (hb) terhadap CO 200 kali lebih besar daripada oksigen
sehingga mengakibatkan eliminasi CO yang sangat lambat dan mengakibatkan hb tidak dapat
mengangkut oksigen.
5.

Penyakit Akibat Keracunan Karbonmonoksida (CO)

Pengertian :
Kemampuan pengikatan hemoglobin (hb) terhadap CO 200 kali lebih besar daripada
oksigen sehingga mengakibatkan eliminasi CO yang sangat lambat dan mengakibatkan hb tidak
dapat mengangkut oksigen.
Tanda dan gejala umum :
Sakit kepala, sesak nafas, mual, delirium sampai dengan kehilangan kesadaran dan mati.
Penatalaksanaan :
Hiperbarik oksigen, anti konvulsi (bila kejang)
Kortikosteroid
Pencegahan
Penggunaan alat kompresor yang aman.
6.

Penyakit Akibat Keracunan Karbondioksida ( CO2 )

Pengertian :
CO2 merupakan sisa metabolism normal yang diproduksi oleh tubuh, jumlahnya hampir
sama dengan oksigen yang dikonsumsi. Kelarutan CO 2 20 kali lebih besar dibanding O2 dalam
darah.
Tanda dan gejala umum :
Sakit kepala, sesak nafas, mual, delirium sampai dengan kehilangan kesadaran dan mati.
Penatalaksanaan :
Hiperbarik oksigen, anti konvulsi (bila kejang)
Kortikosteroid
7.

Penyakit Akibat Keracunan Nitrogen

Pengertian :

20

Narkosis disebabkan oleh kenaikan tekanan parsial dari gas yang inaktif dalam
metabolisme yakni nitrogen. Narkosis terjadi beberapa menit setelah mencapai kedalaman
tertentu. Dikatakan lebih cepat terjadi dengan kompressi yang cepat. Berlaku hukum Henry.
Gejala umum :
Gangguan ringan pelaksanaan tugas, euforia, mengantuk, halusinasi, konsentrasi menurun
hingga hilang ingatan
8.

Penyakit Akibat Gigitan Binatang Laut

Pengertian :
Binatang laut yang berbahaya karena gigitannya: hiu, bara kuda, eel, groper.
Tanda dan gejala umum :
o Secara lokal perdarahan hebat
o Secara umum pre shock sampai shock
9.

Penyakit Akibat Sengatan Binatang Laut

Pengertian :
Binatang yang berbahaya karena racunnya: ikan pari, ular laut, kalajengking, ikan
sembilang, ubur-ubur, kerang lonjong, bulu babi.
Faktor Risiko :Pakaian selam tidak standar.
Tanda dan gejala umum : Nyeri sampai paralisis, preshock sampai shock
10. Hipotherma
Pengertian :
Kehilangan panas tubuh lebih besar dari panas yang dihasilkan.
Faktor Risiko :Peralatan selam tidak standar.
Tanda dan gejala umum :
Gejala Lokal:
Diawali ujung-ujung jari tangan dan kaki dingin.
Kemantapan kekuatan lengan menggenggam menurun
Timbul rasa sakit dan baal mulai dari tangan dan kaki

21

Gejala Sistemik:
Vaso konstriksi pembuluh darah
Tekanan darah meningkat
Curah jantung meningkat
Berlanjut metabolic rate menurun, kardiak output menurun akhirnya kesadaran menurun.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
P3K adalah upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan
sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau paramedik. Pertolongan
pertama pada kecelakaan sifatnya semantara. Artinya kita harus tetap membawa korban ke
dokter atau rumah sakit terdekat untuk pertolongan lebih lanjut dan memastikan korban
mendapatkan pertolongan yang dibutuhkan.
Ada beberapa tahap dalam memberikan Pertolongan Pertama Pada kecelakaan :
1.

Penolong mengamankan diri sendiri ( memastikan penolong telah aman dari bahaya)

2.

Amankan Korban ( evakuasi atau pindahkan korban ketempat yang lebih aman dan

22

3.

nyaman.

4.

Tandai tempat Kejadian jika diperlukan untuk mencegah adanya korban baru.

5.

Usahakan Menghubungi Tim Medis

6.

Tindakan P3K

B. SARAN
Agar tidak melakukan kesalahan saat melakukan pertolongan pertama pada penyelaman
ada beberapa kesalahan yang harus di hindari dan mengerti bagaimana cara melakukan
pertolongan peretama pada penyelaman

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Angkatan Laut. 2000 . Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Jakarta.
Susan dan Supondha Erick .2012. Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Karena Pajanan
Hiperbarik dan Penyakit Lain Akibat Penyelaman.(online),
(http://hyperbaricmedicineconsultant.blogspot.com/2012/09/tatalaksana-penyakit-akibatkerja.html, diakses pada tanggal 26 september 2013)
Arnold dan dkk .2002. A member of the holder headline group. Great Britain : Diving
Subaquatic Medicine.
Larn Richard dan Whistler Rex .1993. Commercial Diving Manual. USA : Best Publishing
Company.

23

Yapor Y dan Wesley .2002. On-Site of Scuba Diving and Boating Emergencies. USA :
Diversification series.
Fiskes.2013.Hiperbarik.(online),
(http://hyperbaricmedicineconsultant.blogspot.com/2013/08/hiperbarik-oksigenterapi.html,diakses pada tanggal 26 september 2013)

24

Anda mungkin juga menyukai