Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dalam selang waktu lima menit pada keadaan cukup istirahat/tenang. 2
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten)
dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung
koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai.2 Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak
terkontrol dan jumlahnya terus meningkat.2
Terdapat sekitar 1 miliar orang yang menderita hipertensi dengan 7,1 juta
kematian per tahunnya.3 Menurut Joint National Committee on Prevention, Dtetction,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), individu berusia >50
tahun dengan tekanan darah sistolik >140 mmHg memiliki faktor risiko kardiovaskuler
jauh lebih besar.3 Dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, risiko kardiovaskuler
meningkat dua kali setiap kenaikan 20/10 mmHg.3 Secara global, prevalensi hipertensi
pada dewasa usia 25 tahun keatas mencapai 40% di tahun 2008.4 WHO melakukan
survei di berbagai negara di dunia, dan didapatkan prevalensi hipertensi tertinggi yaitu
di Afrika sebesar 46% dan prevalensi hipertensi terendah yaitu Amerika sebesar 35%,
dimana pria memiliki resiko yang lebih besar daripada wanita (39% untuk pria dan 32%
untuk wanita).4
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 terdapat
sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat yang belum terdiagnosis.5 Hal ini dapat
terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan
prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, diantaranya hanya 7,2% penduduk
yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat
hipertensi.5 Berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Banten 2011 kasus
hipertensi menduduki peringkat 3 dalam 10 besar penyakit terbanyak.6
Dari data Puskesmas Mauk tahun 2015 ditemukan sebanyak 11020 kasus baru
dan lama.7 Pada bulan Oktober 2016 prevalensi kasus hipertensi meningkat 0,05%
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

daripada bulan September 2016.8 Hipertensi juga secara konsisten termasuk dalam lima
penyakit terbanyak di Puskesmas Mauk pada tahun 2016 (sampai bulan oktober) dengan
menduduki peringkat pertama setiap bulannya.8 Berdasarkan data Puskesmas Mauk
selama 3 bulan terakhir (agustus-oktober 2016) kasus kedua tertinggi berada di Desa
Ketapang terdapat 243 kasus (2,95%) di banding 11 desa lainnya di Kecamatan Mauk,
dengan peringkat pertama berada di Desa Kedung Dalem.7 Menurut data pasien rawat
jalan di Balai Pengobatan Umum di Puskesmas Mauk, terlihat adanya beberapa pasien
yang tidak kontrol kembali setiap bulannya. Menurut infomasi yang diberikan oleh
kader dan bidan desa di Ketapang mengatakan bahwa memang warga di desa tersebut
kurang ilmu pengetahuan tentang penyakit yang mereka derita.
Hipertensi diangkat menjadi topik diagnosis komunitas karena tingginya angka
hipertensi yang tidak terkontrol di desa Ketapang karena ditemukan adanya peningkatan
kasus hipertensi. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan
partisipasi masyarakat dalam memeriksakan kesehatannya. Pada praktiknya di lapangan,
ditemukan banyak pasien hipertensi yang kurang memahami pentingnya monitoring
tekanan darah secara berkala, faktor risiko hipertensi, gaya hidup sehat, minum obat
secara teratur, dan bahaya komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakitnya. Selain
itu, banyak juga pasien yang tidak tahu bahwa dirinya menderita hipertensi, sampai
tekanan darahnya diperiksa di Puskesmas. Bertolak dari dasar tersebutlah akan
dilakukan intervensi terhadap permasalahan ini melalui diagnosis komunitas.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

1.2.

Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum


Terkontrolnya tekanan darah penderita hipertensi dan peningkatan pengetahuan
mengenai hipertensi di Desa Ketapang.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya masalah tingginya kasus hipertensi yang tidak terkontrol di Desa
Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten periode
November 2016-Desember 2016
2. Diketahuinya masalah-masalah yang menyebabkan tingginya kasus hipertensi
yang tidak terkontrol pada warga Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten.
3. Diketahuinya intervensi sebagai alternatif pemecahan masalah yang dapat
dilakukan dalam jangka pendek dan memiliki daya ungkit yang besar dalam
menunjang tujuan jangka menengah dan jangka panjang yang diharapkan.
4. Diketahuinya hasil dari intervensi yang dilakukan.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Hipertensi

2.1.1

Definisi
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua
kali

pengukuran

dengan

selang

waktu

lima

menit

dalam

keadaan

cukup

istirahat/tenang.2
2.1.2. Epidemiologi
Menurut data World Health Organization (WHO), hipertensi menyebabkan
kematian dengan jumlah 7,5 juta orang atau sekitar 12,8% dari total seluruh kematian di
dunia.4 Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara
adekuat.4 Hipertensi juga merupakan faktor mayor dari penyakit jantung koroner dan
stroke.4 Secara global, prevalensi hipertensi pada dewasa usia 25 tahun keatas mencapai
40% di tahun 2008.4 WHO melakukan survei di berbagai negara di dunia, dengan hasil
survei prevalensi hipertensi tertinggi yaitu di Afrika sebesar 46% dan hasil survei
dengan prevalensi hipertensi terendah yaitu Amerika sebesar 35%, dimana pria
memiliki resiko yang lebih besar daripada wanita.4
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar
kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.5 Hal ini terlihat dari hasil
pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui
memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi. 5 Untuk provinsi
Banten prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah cukup tinggi yaitu
23,0 %.6 Kabupaten Tangerang pada tahun 2014 hipertensi termasuk dalam 20 besar
penyakit terbanyak dengan jumlah total sebanyak 117.596 orang (3,74%).6
Dari data Puskesmas Mauk tahun 2015 ditemukan sebanyak 11020 kasus baru
dan lama.7 Pada bulan Oktober 2016 prevalensi kasus hipertensi meningkat 0,05%
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

daripada bulan September 2016.8 Hipertensi juga secara konsisten termasuk dalam lima
penyakit terbanyak di Puskesmas Mauk pada tahun 2016 (sampai bulan oktober) dengan
menduduki peringkat pertama setiap bulannya.8 Berdasarkan data Puskesmas Mauk
selama 3 bulan terakhir (agustus-oktober 2016) kasus kedua tertinggi berada di Desa
Ketapang terdapat 243 kasus (2,95%) di banding 11 desa lainnya di Kecamatan Mauk,
dengan peringkat pertama berada di Desa Kedung Dalam.7 Menurut data pasien rawat
jalan di Balai Pengobatan Umum di Puskesmas Mauk, terlihat adanya beberapa pasien
yang tidak kontrol kembali setiap bulannya. Menurut infomasi yang diberikan oleh
kader dan bidan desa di Ketapang mengatakan bahwa memang warga di desa tersebut
kurang ilmu pengetahuan tentang penyakit yang mereka derita.
2.1.3.

Klasifikasi

2.1.3.1. Klasifikasi Menurut JNC 7 dan 8


Menurut JNC 7 dan 8 klasifikasi hipertensi untuk usia 18 tahun dapat dilihat pada
tabel 1 dan 2 dibawah ini:
Tabel 1. Klasifikasi menurut JNC 710
Klasifikasi
Normal
Pre-Hipertensi
Hipertensi stage - 1
Hipertensi stage - 2

TD sistolik (mmHg)
< 120
120 139
140 159
160

TD diastolik (mmHg)
< 80
80 89
80 99
100

Tabel 2. Klasifikasi menurut JNC 811


Umur

Tekanan

darah

Tekanan

darah

Normal

sistolik (mmHg)
< 120

Dan

diastolik (mmHg)
< 80

> 60 tahun
< 60 tahun
> 18 tahun dengan

>150
> 140
140

Atau
Atau
Atau

>90
>90
100

CKD dan DM

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

2.1.3.2. Klasifikasi Menurut American Society of Hypertension and the


International Society of Hypertension
Derajat keparahan hipertensi menurut American Society of Hypertension and the
International Society of Hypertension 2013 dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi menurut American Society of Hypertension and the
International Society of Hypertension 201312
Kategori
Optimal
Normal
Normal tinggi/

Sistolik (mmHg)
< 120
120 129
130 139

dan
atau
atau

Diastolik (mmHg)
< 80
80 84
85 89

Prehipertensi
Hipertensi derajat I
Hipertensi derajat II
Hipertensi derajat III
Hipertensi
sistolik

140 159
160 179
180
140

atau
atau
atau
dan

90 99
100 109
110
<90

terisolasi
2.1.3.3. Klasifikasi Menurut Kegawatdaruratan dan Non-Kegawatdaruratan
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang
sangat tinggi dengan kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadi kerusakan organ
target.13 Krisis Hipertensi pada umumnya terjadi pada pasien hipertensi yang tidak atau
lalai meminum obat antihipertensi. Krisis hipertensi meliputi dua kelompok yaitu:13
1. Hipertensi darurat (emergency hypertensi) : Tekanan darah yang sangat tinggi
dengan nilai 180/120 disertai Kelainan atau kerusakan target organ yang bersifat
progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit
sampai jam) agar dapat mencagah/membatasi kerusakan target organ yang terjadi.13
2. Hipertensi mendadak (urgency hypertension) : Tekanan darah yang sangat tinggi
(180/110) tetapi tidak disertai kelainan atau kerusakan organ target yang progresif,
sehingga penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam
hitungan jam sampai hari).13
2.1.4. Diagnosis

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik serta


pemeriksaan penunjang.14
2.1.4.1. Anamnesis14
1. Durasi hipertensi
2. Riwayat terapi hipertensi sebelumnya dan efek sampingnya
3. Riwayat hipertensi dan kardiovaskular dalam keluarga
4. Kebiasaan makan dan psikososial
5. Faktor risiko lainnya: kebiasaan merokok, perubahan berat badan,
dislipidemia, diabetes, inaktivitas fisik
6. Bukti hipertensi sekunder: riwayat penyakit ginjal, perubahan penampilan,
kelemahan otot (palpitasi, keringat berlebih, tremor), tidur tidak teratur,
mengorok, somnolen di siang hari, gejala hipo- atau hipertiroidisme, riwayat
konsumsi obat yang dapat menaikkan tekanan darah
7. Bukti kerusakan organ target: riwayat Transient Ischaemic Attack (TIA),
stroke, buta sementara, penglihatan kabur tiba-tiba, infark miokard, gagal
jantung, disfungsi seksual
2.1.4.2. Pemeriksaan Fisik14
1. Pengukuran tinggi dan berat badan, tanda tanda vital
2. Palpasi leher apabila terdapat pembesaran kelenjar tiroid
3. Palpasi pulsasi arteri femoralis, pedis
4. Auskultasi bruit karotis, bruit abdomen
5. Funduskopi
6. Evaluasi gagal jantung dan pemeriksaan neurologis
2.1.4.3. Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis, tes fungsi ginjal, ekskresi albumin, serum BUN, kreatinin, gula darah,
elektrolit, profil lipid, foto toraks, EKG, sesuai penyakit penyerta: asam urat, aktivitas
renin plasma, aldosteron, katekolamin urin, USG pembuluh darah besar, USG ginjal,
ekokardiografi.14

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

2.1.5

Tatalaksana

Non Farmakologis
Konseling danEdukasi individu dan keluarga tentang pola hidup sehat untuk
mencegah dan mengontrol hipertensi seperti:10
a.

Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak (Dietary Approaches To Stop
Hypertension).

b.

Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal.

c.

Gaya hidup aktif/olah raga teratur.

d.

Stop merokok.

e.

Membatasi konsumsi alkohol (bagi yang minum).


Edukasi tentang cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-obatan yang
harus diminum untuk jangka panjang (misalnya untuk mengontrol tekanan darah) dan
pemakaian jangka pendek untuk menghilangkan gejala (misalnya untuk mengatasi
mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang digunakan untuk tiap obat dan berapa kali
minum sehari.10 Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga
kecukupan pasokan obat-obatan dan minum obat teratur seperti yang disarankan
meskipun tak ada gejala.10 Pada tabel 4 dibawah ini dapat dilihat modifikasi gaya hidup
dan perkiraan efek penurunan tekanan darah.
Tabel 4. Modifikasi gaya hidup10
Modifikasi
Penurunan berat badan
Dietary Approaches to Stop
Hypertension (DASH)

Pembatasan intake natrium

Aktivitas fisik aerobik

Rekomendasi
Jaga berat badan ideal

Rerata penurunan TDS


5 20 mmHg/ 10 kg

(BMI: 18,5 - 24,9 kg/m2)


Diet kaya buah, sayuran,
8 14 mmHg
produk rendah lemak
dengan jumlah lemak total
dan lemak jenuh yang
rendah
Kurangi hingga <100 mmol 2 8 mmHg
per hari (2.0 g natrium atau
6 5 g natrium klorida atau 1
sendok teh garam perhari)
Aktivitas fisik aerobik yang 4 9 mmHg
teratur (mis: jalan cepat) 30
menit sehari, hampir setiap
hari dalam seminggu

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

Pembatasan konsumsi
alkohol

Laki-laki: dibatasi hingga <


2 kali per hari.
Wanita dan orang yang
lebih kurus: Dibatasi
hingga <1 kali per hari

2 4 mmHg

Farmakologis
Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang. Kontrol
pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan hasil
pengobatan.10 Pada gambar 1 dapat dilihat alur tatalaksana hipertensi.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

Gambar 1: Alogaritma tatalaksana hipertensi10

2.1.6. Komplikasi
Hipertrofi ventrikel kiri, proteinurea dan gangguan fungsi ginjal, aterosklerosis
pembuluh darah, retinopati, stroke atau TIA, infark miocard, angina pektoris, serta gagal
jantung.10
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

10

2.2.

Faktor Risiko
Faktor risiko dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu kelompok yang dapat

dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.10 Hal yang tidak dapat dimodifikasi
seperti umur, jenis kelamin, riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam
keluarga, sedangkan untuk hal yang dapat dimodifikasi, yaitu:10
a) Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan).
b) Konsumsi alkohol berlebihan.
c) Aktivitas fisik kurang.
d) Kebiasaan merokok.
e) Obesitas.
f) Dislipidemia.
g) Diabetus Melitus.
h) Psikososial dan stres.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

11

BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
3.1

Analisa situasi
Dari data Puskesmas Mauk tahun 2015 ditemukan sebanyak 11020 kasus baru

dan lama.7 Pada bulan Oktober 2016 prevalensi kasus hipertensi meningkat 0,05%
daripada bulan September 2016.8 Hipertensi juga secara konsisten termasuk dalam lima
penyakit terbanyak di Puskesmas Mauk pada tahun 2016 (sampai bulan oktober) dengan
menduduki peringkat pertama setiap bulannya.8 Berdasarkan data Puskesmas Mauk
selama 3 bulan terakhir (agustus-oktober 2016) kasus kedua tertinggi berada di Desa
Ketapang terdapat 243 kasus (2,95%) di banding 11 desa lainnya di Kecamatan Mauk,
dengan peringkat pertama berada di Desa Kedung Dalem.7

10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Mauk periode tahun 2015


12000
10000
8000
6000
4000
2000
0

Grafik 1. 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Mauk periode tahun 2015

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

12

10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Mauk periode 26 September 2016 - 25 Oktober 2016


1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0

Grafik 1. 11 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Mauk periode 26 September 2016


25 Oktober 20168
Tabel 5. Kasus hipertensi periode Agustus - November 2016

3.3

Desa

Kasus Hipertensi

Kedung Dalem

244

Ketapang

205

Banyu Asih

180

Tegal Kunir Lor

163

Marga Mulya

151

Scope tempat

Pemilihan diagnosa komunitas pada desa Ketapang yang jumlah penderita hipertensi
kedua terbanyak dari data 3 bulan belakangan ini ( Agustus 2016 November 2016).
3.4

Identifikasi Masalah Menggunakan Paradigma Blum

Status Kesehatan : Tingginya angka kejadian hipertensi tidak terkontrol di


Desa Ketapang Kecamatan Mauk

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

13

Genetik : tidak dinilai.

Medical care services :


a

Kegiatan :
Pencegahan : kurangnya edukasi tentang penyakit hipertensi.
Pengobatan : obat-obat hipertensi yang tersedia terbatas jumlah dan
jenisnya.
Peningkatan kesehatan: kurangnya sosialisasi sumber makanan yang
tinggi garam pada masyarakat.

Kegiatan pelayanan kesehatan: puskesmas keliling diadakan 2 minggu


sekali di desa Ketapang, puskesmas pembantu desa Ketapang yang
letaknya jauh dari pesisir pantai.

Masih banyak warga desa Ketapang yang belum mendapatkan


pengobatan yang adekuat

Kurangnya ketersediaan tenaga kesehatan (seperti dokter, bidan desa,


kader), transportasi dan obat-obatan

dalam memberikan pelayanan

kesehatan
3

Life Styles
Berdasarkan hasil mini survey pada 150 orang pengunjung di Puskesmas
Mauk didapatkan sebanyak 12 orang (60%) belum memiliki pengetahuan
yang baik mengenai penyakit hipertensi dapat disimpulkan bahwa :
a

Kognitif : kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi baik


pengertian hipertensi, cara pencegahan maupun pengobatan, serta
komplikasi yang timbul akibat penyakit hipertensi, seperti stroke,
serangan jantung, gagal jantung, gagal ginjal, kebutaan hingga
kematian.

Afektif

kurangnya

kepatuhan

dan

kesadaran

dalam

mengkonsumsi obat secara teratur, tingginya asupan garam dari


makanan yang dikonsumsi sehari-hari, seperti ikan asin, dan
Monosodium Glutamat (MSG).
c
4

Psikomotor : kurangnya keinginan untuk berobat ke puskesmas

Lingkungan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

14

Fisik

Jarak dari desa menuju puskemas jauh, dan angkutan umum


hanya sedikit.

Letak desa Ketapang yang dekat dengan pesisir laut


menyebabkan sumber air bersih berasa asin dan mungkin
dikonsumsi oleh warga untuk mengolah makanan dan
minum.

Lingkungan biologis

1. Penyakit hipertensi tidak ada hubungannya dengan vektor penyakit


c

Sosial-Ekonomi-Budaya

2. Kebiasaan masyarakat hanya minum obat jika ada keluhan.


3. Masyarakat kontrol jika ada keluhan dan obat habis.
4. Masyarakat yang ekonomi rendah lebih memilih mengkonsumsi ikan asin sebagai
lauk

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

15

gene
tik

Paradigma Blum

Tingginya Kasus Hipertensi tidak


terkontrol Desa Ketapang, Kecamatan
Mauk, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten

Lingkungan

Medical Care Services

Lifestyle
Lingkungan

1.

Kognitif

kurangnya

Kegiatan :

Fisik

pengetahuan tentang penyakit

1.Pencegahan

1.

Jarak dari desa menuju puskemas

hipertensi

baik

pengertian

tentang penyakit hipertensi.

jauh, dan angkutan umum hanya

hipertensi,

cara

pencegahan

sedikit.

maupun

Letak desa Ketapang yang dekat

komplikasi yang timbul akibat

jenisnya.

dengan pesisir laut menyebabkan

penyakit

3.Peningkatan kesehatan: kurangnya

sumber air bersih berasa asin dan

stroke, serangan jantung, gagal

sosialisasi

mungkin

jantung, gagal ginjal, kebutaan

tinggi garam pada masyarakat.

2.

dikonsumsi

oleh

warga

untuk mengolah makanan dan minum.

1.

hipertensi,

serta
seperti

2.Pengobatan : obat-obat hipertensi


yang tersedia terbatas jumlah dan

hingga kematian.
2.

Lingkungan biologis

pengobatan,

Afektif

kurangnya

: kurangnya edukasi

sumber

makanan

yang

Kegiatan pelayanan

kesehatan: puskesmas keliling

kepatuhan dan kesadaran dalam

diadakan 2 minggu sekali di desa

hubungannya dengan vektor penyakit

mengkonsumsi

Ketapang, puskesmas pembantu desa

Sosial-Ekonomi-Budaya

teratur, tingginya asupan garam

Ketapang yang letaknya jauh dari

dari makanan yang dikonsumsi

pesisir pantai.

Penyakit

hipertensi

1.Kebiasaan masyarakat

tidak

ada

hanya minum

2.Masyarakat kontrol jika ada keluhan dan

dan

Monosodium

Glutamat

(MSG).

obat habis.
3.Masyarakat yang ekonomi rendah lebih
sebagai lauk

secara

sehari-hari, seperti ikan asin,

obat jika ada keluhan.

memilih mengkonsumsi

obat

ikan asin

3. Psikomotor

desa

Masih banyak warga


Ketapang

mendapatkan
:

kurangnya

keinginan untuk berobat ke


puskesmas

yang

belum

pengobatan

yang

adekuat

Kurangnya

ketersediaan

tenaga

kesehatan,

transportasi dan obat-obatan

dalam

memberikan pelayanan kesehatan

Gambar 3.1 Paradigma Blum


Sumber hasil pemikiran penulis

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

16

Penentuan Prioritas Masalah


Dilakukan penentuan prioritas masalah dengan cara non scoring Technique

(Delphi) pada tanggal 24 November 2016, diskusi dilakukan di Puskesmas Mauk


dengan dokter umum di puskesmas mauk dan Bidan desa Ketapang di puskesmas
Mauk, via telepon dengan kader di desa Ketapang. Dari kesimpulan hasil diskusi,
disepakati dari tiga faktor BLUM yang menjadi prioritas masalah adalah dari segi
lifestyle. Lifestyle yang dipilih menjadi permasalahan utama adalah kurangnya
pengetahuan tentang penyakit hipertensi baik pengertian hipertensi, cara pencegahan
maupun pengobatan, serta komplikasi yang timbul akibat penyakit hipertensi,
kepatuhan dan kesadaran dalam mengkonsumsi obat secara teratur. Diharapkan dengan
dilakukannya intervensi pada segi lifestyle dapat meningkatkan pengetahuan mengenai
hipertensi dan meningkatkan kesadaran dan perilaku dalam upaya mengurangi angka
kejadian hipertensi tidak terkontrol Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

17

Bab IV: IDENTIFIKASI MASALAH PENYEBAB DAN ALTERNATIF


PEMECAH MASALAH
4.1.

Identifikasi Masalah Penyebab dan Alternatif Pemecah Masalah


setelah dilakukan penetapan prioritas masalah, maka didapatkan permasalahan
yang akan diidentifikasi adalah lifestyle. Teknik pemecahan dan alternatif jalan
keluar dilakukan dengan fishbone.

Kognitif
kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi
kurangnya pengetahuan tentang cara pencegahan penyakit hipertensi
kurangnya pengetahuan tentang pengobatan penyakit hipertensi
kurangnya pengetahuan tentang komplikasi yang timbul akibat penyakit
hipertensi
kurangnya keinginan untuk
berobat ke puskesmas

kurangnya

kepatuhan

dan

kesadaran

dalam mengkonsumsi obat secara teratur

Lifestyle yang
menyebabkan
tingginya hipertensi
tidak terkontrol

tingginya asupan garam dari makanan


yang dikonsumsi sehari-hari

Psikomotor

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

Afektif

18

BAB V
PERENCANAAN INTERVENSI
5.1. Penyusunan intervensi
5.1.1. Intervensi I:

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

19

DAFTAR PUSTAKA
1. Hong Kong Department of Health. Basic principles of healthy cities: community
diagnosis [Internet]. Hong Kong Department of Health; 2009 [cited 2016 Nov 25].
Available from: http://www.chp.gov.hk/files/pdf/hcp_community_diagnosis_en.pdf
2. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Hipertensi [Pamphlet]. Jakarta:
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI; 2013.
3. Dreisbach AW. Epidemiology of hypertension [Internet]. Medscape; 2014 [updated
2014

Dec

29;

cited

2014

Dec

30].

Available

from:

http://emedicine.medscape.com/article/1928048-overview#aw2aab6b4 .
4. World Health Organization (WHO). Raised blood pressure [Internet]. WHO; 2016
[cited

2016

Nov

25].

Available

from:

http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/ .
5. Masalah hipertensi di Indonesia [Internet]. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik,
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI; 2012 [updated 2012 May 07; cited
2016 Nov 25]. Available from: http://www.depkes.go.id/article/view/1909/masalahhipertensi-di-indonesia.html#sthash.HYCLrQv1.dpuf .
6. Dinas kesehatan provinsi Banten. Profil kesehatan provinsi banten. Serang: Dinas
kesehatan provinsi Banten; 2011.
7. Profil kesehatan puskesmas mauk. Tangerang: Puskesmas Mauk; Forthcoming 2015.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

20

8. Profil 20 besar penyakit puskesmas mauk. Tangerang: Puskesmas Mauk;


Forthcoming 2016.
9. Bennet F.J. Diagnosis komunitas dan program kesehatan. Jakarta: Yayasan Essentia
medica;1987.
10. Kemenkes RI. Panduan praktis klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan
primer. Jakarta: Kemenkes RI; 2014.
11. Wood S. JNC 8 at last! Guidelines ease up on BP thresholds, drug choice [Internet].
Medscape;

2013

Dec

08

[cited

2016

Dec

27].

Available

from:

http://www.medscape.com/viewarticle/817991 .
12. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman tatalaksana
hipertensi pada penyakit kardiovaskular. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia; 2015.
13. Hypertensive crisis: When you should call 9-1-1 for high blood pressure. American
Heart Association; 2016 Oct [updated 2016 Nov 07; cited 2016 Nov 27]. Available
from:
https://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure/AboutHighBloo
dPressure/Hypertensive-Crisis_UCM_301782_Article.jsp .
14. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, editor. Penatalaksanaan di
bidang ilmu penyakit dalam: Panduan praktis klinis. Interna Publishing; 2015.
15. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar,
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta: 2013; hal. 88.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017

21

Anda mungkin juga menyukai