PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dalam selang waktu lima menit pada keadaan cukup istirahat/tenang. 2
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten)
dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung
koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai.2 Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak
terkontrol dan jumlahnya terus meningkat.2
Terdapat sekitar 1 miliar orang yang menderita hipertensi dengan 7,1 juta
kematian per tahunnya.3 Menurut Joint National Committee on Prevention, Dtetction,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), individu berusia >50
tahun dengan tekanan darah sistolik >140 mmHg memiliki faktor risiko kardiovaskuler
jauh lebih besar.3 Dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, risiko kardiovaskuler
meningkat dua kali setiap kenaikan 20/10 mmHg.3 Secara global, prevalensi hipertensi
pada dewasa usia 25 tahun keatas mencapai 40% di tahun 2008.4 WHO melakukan
survei di berbagai negara di dunia, dan didapatkan prevalensi hipertensi tertinggi yaitu
di Afrika sebesar 46% dan prevalensi hipertensi terendah yaitu Amerika sebesar 35%,
dimana pria memiliki resiko yang lebih besar daripada wanita (39% untuk pria dan 32%
untuk wanita).4
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 terdapat
sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat yang belum terdiagnosis.5 Hal ini dapat
terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan
prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, diantaranya hanya 7,2% penduduk
yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat
hipertensi.5 Berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Banten 2011 kasus
hipertensi menduduki peringkat 3 dalam 10 besar penyakit terbanyak.6
Dari data Puskesmas Mauk tahun 2015 ditemukan sebanyak 11020 kasus baru
dan lama.7 Pada bulan Oktober 2016 prevalensi kasus hipertensi meningkat 0,05%
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017
daripada bulan September 2016.8 Hipertensi juga secara konsisten termasuk dalam lima
penyakit terbanyak di Puskesmas Mauk pada tahun 2016 (sampai bulan oktober) dengan
menduduki peringkat pertama setiap bulannya.8 Berdasarkan data Puskesmas Mauk
selama 3 bulan terakhir (agustus-oktober 2016) kasus kedua tertinggi berada di Desa
Ketapang terdapat 243 kasus (2,95%) di banding 11 desa lainnya di Kecamatan Mauk,
dengan peringkat pertama berada di Desa Kedung Dalem.7 Menurut data pasien rawat
jalan di Balai Pengobatan Umum di Puskesmas Mauk, terlihat adanya beberapa pasien
yang tidak kontrol kembali setiap bulannya. Menurut infomasi yang diberikan oleh
kader dan bidan desa di Ketapang mengatakan bahwa memang warga di desa tersebut
kurang ilmu pengetahuan tentang penyakit yang mereka derita.
Hipertensi diangkat menjadi topik diagnosis komunitas karena tingginya angka
hipertensi yang tidak terkontrol di desa Ketapang karena ditemukan adanya peningkatan
kasus hipertensi. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan
partisipasi masyarakat dalam memeriksakan kesehatannya. Pada praktiknya di lapangan,
ditemukan banyak pasien hipertensi yang kurang memahami pentingnya monitoring
tekanan darah secara berkala, faktor risiko hipertensi, gaya hidup sehat, minum obat
secara teratur, dan bahaya komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakitnya. Selain
itu, banyak juga pasien yang tidak tahu bahwa dirinya menderita hipertensi, sampai
tekanan darahnya diperiksa di Puskesmas. Bertolak dari dasar tersebutlah akan
dilakukan intervensi terhadap permasalahan ini melalui diagnosis komunitas.
1.2.
Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Hipertensi
2.1.1
Definisi
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua
kali
pengukuran
dengan
selang
waktu
lima
menit
dalam
keadaan
cukup
istirahat/tenang.2
2.1.2. Epidemiologi
Menurut data World Health Organization (WHO), hipertensi menyebabkan
kematian dengan jumlah 7,5 juta orang atau sekitar 12,8% dari total seluruh kematian di
dunia.4 Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara
adekuat.4 Hipertensi juga merupakan faktor mayor dari penyakit jantung koroner dan
stroke.4 Secara global, prevalensi hipertensi pada dewasa usia 25 tahun keatas mencapai
40% di tahun 2008.4 WHO melakukan survei di berbagai negara di dunia, dengan hasil
survei prevalensi hipertensi tertinggi yaitu di Afrika sebesar 46% dan hasil survei
dengan prevalensi hipertensi terendah yaitu Amerika sebesar 35%, dimana pria
memiliki resiko yang lebih besar daripada wanita.4
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar
kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.5 Hal ini terlihat dari hasil
pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui
memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi. 5 Untuk provinsi
Banten prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah cukup tinggi yaitu
23,0 %.6 Kabupaten Tangerang pada tahun 2014 hipertensi termasuk dalam 20 besar
penyakit terbanyak dengan jumlah total sebanyak 117.596 orang (3,74%).6
Dari data Puskesmas Mauk tahun 2015 ditemukan sebanyak 11020 kasus baru
dan lama.7 Pada bulan Oktober 2016 prevalensi kasus hipertensi meningkat 0,05%
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017
daripada bulan September 2016.8 Hipertensi juga secara konsisten termasuk dalam lima
penyakit terbanyak di Puskesmas Mauk pada tahun 2016 (sampai bulan oktober) dengan
menduduki peringkat pertama setiap bulannya.8 Berdasarkan data Puskesmas Mauk
selama 3 bulan terakhir (agustus-oktober 2016) kasus kedua tertinggi berada di Desa
Ketapang terdapat 243 kasus (2,95%) di banding 11 desa lainnya di Kecamatan Mauk,
dengan peringkat pertama berada di Desa Kedung Dalam.7 Menurut data pasien rawat
jalan di Balai Pengobatan Umum di Puskesmas Mauk, terlihat adanya beberapa pasien
yang tidak kontrol kembali setiap bulannya. Menurut infomasi yang diberikan oleh
kader dan bidan desa di Ketapang mengatakan bahwa memang warga di desa tersebut
kurang ilmu pengetahuan tentang penyakit yang mereka derita.
2.1.3.
Klasifikasi
TD sistolik (mmHg)
< 120
120 139
140 159
160
TD diastolik (mmHg)
< 80
80 89
80 99
100
Tekanan
darah
Tekanan
darah
Normal
sistolik (mmHg)
< 120
Dan
diastolik (mmHg)
< 80
> 60 tahun
< 60 tahun
> 18 tahun dengan
>150
> 140
140
Atau
Atau
Atau
>90
>90
100
CKD dan DM
Sistolik (mmHg)
< 120
120 129
130 139
dan
atau
atau
Diastolik (mmHg)
< 80
80 84
85 89
Prehipertensi
Hipertensi derajat I
Hipertensi derajat II
Hipertensi derajat III
Hipertensi
sistolik
140 159
160 179
180
140
atau
atau
atau
dan
90 99
100 109
110
<90
terisolasi
2.1.3.3. Klasifikasi Menurut Kegawatdaruratan dan Non-Kegawatdaruratan
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang
sangat tinggi dengan kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadi kerusakan organ
target.13 Krisis Hipertensi pada umumnya terjadi pada pasien hipertensi yang tidak atau
lalai meminum obat antihipertensi. Krisis hipertensi meliputi dua kelompok yaitu:13
1. Hipertensi darurat (emergency hypertensi) : Tekanan darah yang sangat tinggi
dengan nilai 180/120 disertai Kelainan atau kerusakan target organ yang bersifat
progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit
sampai jam) agar dapat mencagah/membatasi kerusakan target organ yang terjadi.13
2. Hipertensi mendadak (urgency hypertension) : Tekanan darah yang sangat tinggi
(180/110) tetapi tidak disertai kelainan atau kerusakan organ target yang progresif,
sehingga penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam
hitungan jam sampai hari).13
2.1.4. Diagnosis
2.1.5
Tatalaksana
Non Farmakologis
Konseling danEdukasi individu dan keluarga tentang pola hidup sehat untuk
mencegah dan mengontrol hipertensi seperti:10
a.
Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak (Dietary Approaches To Stop
Hypertension).
b.
c.
d.
Stop merokok.
e.
Rekomendasi
Jaga berat badan ideal
Pembatasan konsumsi
alkohol
2 4 mmHg
Farmakologis
Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang. Kontrol
pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan hasil
pengobatan.10 Pada gambar 1 dapat dilihat alur tatalaksana hipertensi.
2.1.6. Komplikasi
Hipertrofi ventrikel kiri, proteinurea dan gangguan fungsi ginjal, aterosklerosis
pembuluh darah, retinopati, stroke atau TIA, infark miocard, angina pektoris, serta gagal
jantung.10
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017
10
2.2.
Faktor Risiko
Faktor risiko dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu kelompok yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.10 Hal yang tidak dapat dimodifikasi
seperti umur, jenis kelamin, riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam
keluarga, sedangkan untuk hal yang dapat dimodifikasi, yaitu:10
a) Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan).
b) Konsumsi alkohol berlebihan.
c) Aktivitas fisik kurang.
d) Kebiasaan merokok.
e) Obesitas.
f) Dislipidemia.
g) Diabetus Melitus.
h) Psikososial dan stres.
11
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
3.1
Analisa situasi
Dari data Puskesmas Mauk tahun 2015 ditemukan sebanyak 11020 kasus baru
dan lama.7 Pada bulan Oktober 2016 prevalensi kasus hipertensi meningkat 0,05%
daripada bulan September 2016.8 Hipertensi juga secara konsisten termasuk dalam lima
penyakit terbanyak di Puskesmas Mauk pada tahun 2016 (sampai bulan oktober) dengan
menduduki peringkat pertama setiap bulannya.8 Berdasarkan data Puskesmas Mauk
selama 3 bulan terakhir (agustus-oktober 2016) kasus kedua tertinggi berada di Desa
Ketapang terdapat 243 kasus (2,95%) di banding 11 desa lainnya di Kecamatan Mauk,
dengan peringkat pertama berada di Desa Kedung Dalem.7
12
3.3
Desa
Kasus Hipertensi
Kedung Dalem
244
Ketapang
205
Banyu Asih
180
163
Marga Mulya
151
Scope tempat
Pemilihan diagnosa komunitas pada desa Ketapang yang jumlah penderita hipertensi
kedua terbanyak dari data 3 bulan belakangan ini ( Agustus 2016 November 2016).
3.4
13
Kegiatan :
Pencegahan : kurangnya edukasi tentang penyakit hipertensi.
Pengobatan : obat-obat hipertensi yang tersedia terbatas jumlah dan
jenisnya.
Peningkatan kesehatan: kurangnya sosialisasi sumber makanan yang
tinggi garam pada masyarakat.
kesehatan
3
Life Styles
Berdasarkan hasil mini survey pada 150 orang pengunjung di Puskesmas
Mauk didapatkan sebanyak 12 orang (60%) belum memiliki pengetahuan
yang baik mengenai penyakit hipertensi dapat disimpulkan bahwa :
a
Afektif
kurangnya
kepatuhan
dan
kesadaran
dalam
Lingkungan
14
Fisik
Lingkungan biologis
Sosial-Ekonomi-Budaya
15
gene
tik
Paradigma Blum
Lingkungan
Lifestyle
Lingkungan
1.
Kognitif
kurangnya
Kegiatan :
Fisik
1.Pencegahan
1.
hipertensi
baik
pengertian
hipertensi,
cara
pencegahan
sedikit.
maupun
jenisnya.
penyakit
sosialisasi
mungkin
2.
dikonsumsi
oleh
warga
1.
hipertensi,
serta
seperti
hingga kematian.
2.
Lingkungan biologis
pengobatan,
Afektif
kurangnya
: kurangnya edukasi
sumber
makanan
yang
Kegiatan pelayanan
mengkonsumsi
Sosial-Ekonomi-Budaya
pesisir pantai.
Penyakit
hipertensi
1.Kebiasaan masyarakat
tidak
ada
hanya minum
dan
Monosodium
Glutamat
(MSG).
obat habis.
3.Masyarakat yang ekonomi rendah lebih
sebagai lauk
secara
memilih mengkonsumsi
obat
ikan asin
3. Psikomotor
desa
mendapatkan
:
kurangnya
yang
belum
pengobatan
yang
adekuat
Kurangnya
ketersediaan
tenaga
kesehatan,
dalam
16
17
Kognitif
kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi
kurangnya pengetahuan tentang cara pencegahan penyakit hipertensi
kurangnya pengetahuan tentang pengobatan penyakit hipertensi
kurangnya pengetahuan tentang komplikasi yang timbul akibat penyakit
hipertensi
kurangnya keinginan untuk
berobat ke puskesmas
kurangnya
kepatuhan
dan
kesadaran
Lifestyle yang
menyebabkan
tingginya hipertensi
tidak terkontrol
Psikomotor
Afektif
18
BAB V
PERENCANAAN INTERVENSI
5.1. Penyusunan intervensi
5.1.1. Intervensi I:
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Hong Kong Department of Health. Basic principles of healthy cities: community
diagnosis [Internet]. Hong Kong Department of Health; 2009 [cited 2016 Nov 25].
Available from: http://www.chp.gov.hk/files/pdf/hcp_community_diagnosis_en.pdf
2. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Hipertensi [Pamphlet]. Jakarta:
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI; 2013.
3. Dreisbach AW. Epidemiology of hypertension [Internet]. Medscape; 2014 [updated
2014
Dec
29;
cited
2014
Dec
30].
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/1928048-overview#aw2aab6b4 .
4. World Health Organization (WHO). Raised blood pressure [Internet]. WHO; 2016
[cited
2016
Nov
25].
Available
from:
http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/ .
5. Masalah hipertensi di Indonesia [Internet]. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik,
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI; 2012 [updated 2012 May 07; cited
2016 Nov 25]. Available from: http://www.depkes.go.id/article/view/1909/masalahhipertensi-di-indonesia.html#sthash.HYCLrQv1.dpuf .
6. Dinas kesehatan provinsi Banten. Profil kesehatan provinsi banten. Serang: Dinas
kesehatan provinsi Banten; 2011.
7. Profil kesehatan puskesmas mauk. Tangerang: Puskesmas Mauk; Forthcoming 2015.
20
2013
Dec
08
[cited
2016
Dec
27].
Available
from:
http://www.medscape.com/viewarticle/817991 .
12. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman tatalaksana
hipertensi pada penyakit kardiovaskular. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia; 2015.
13. Hypertensive crisis: When you should call 9-1-1 for high blood pressure. American
Heart Association; 2016 Oct [updated 2016 Nov 07; cited 2016 Nov 27]. Available
from:
https://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure/AboutHighBloo
dPressure/Hypertensive-Crisis_UCM_301782_Article.jsp .
14. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, editor. Penatalaksanaan di
bidang ilmu penyakit dalam: Panduan praktis klinis. Interna Publishing; 2015.
15. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar,
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta: 2013; hal. 88.
21